Anda di halaman 1dari 12

Norhalida (185020300111033)

Kezya Anindhita P (185020307111012)

Firda Avcarina (185020307111034)


HUBUNGAN SOSIOKULTURAL DALAM BISNIS INTERNASIONAL
Kebudayaan adalah Keseluruhan kepercayaan, aturan, teknik, kelembagaan,
dan barang-barang perkakas buatan manusia yang mencirikan penduduk manusia.
Apabila orang-orang bekerja di dalam masyarakat dan budaya yang berbeda dari
budaya mereka sendiri, masalah-masalah yang mereka hadapi berhubungan dengan
seperangkat budaya akan lebih diperumit oleh sejumlah perangkat budaya yang mereka
temukan dalam tiap-tiap pasar luar negerinya.
Sayangnya terlalu sering terjadi orang yang akrab hanya dengan satu pola
budaya mungkin percaya bahwa mereka mempunyai kesadaran terhadap perbedaan
budaya di tempat lain, padahal sebenarnya tidak demikian. Kecuali mereka memiliki
kesempatan untuk melakukan perbandingan-perbandingan dengan budaya-budaya
lain, mereka barangkali bahkan tidak sadar pentingnya ciri-ciri budayanya sendiri.
Mereka juga mungkin tidak mengetahui kenyataan bahwa banyak masyarakat
menganggap budayanya sendiri lebih unggul daripada semua budaya lainnya
(etnosentrisitas).
E.T. Hall, seorang ahli antropologi terkenal, menyatakan bahwa untuk
mempelajari karakteristik budaya-budaya sehingga dapat beradaptasi dengannya dapat
dicapai hanya dengan dua cara: (1) menghabiskan seumur hidup di sebuah negara atau
(2) menjalani suatu program pelatihan yang sangat canggih dan ekstensif yang
mencakup karakteristik-karakteristik utama dari sebuah budaya, termasuk bahasa.
Program dimaksud harus lebih dari sekedar penjelasan singkat mengenai
kebiasaan/adat istiadat sebuah negeri, tetapi hendaknya merupakan studi mengenai
apakah budaya itu dan apa yang dilakukannya, membedakan beberapa pengetahuan
dari berbagai cara di mana perilaku manusia telah dilembagakan dalam sebuah negeri.

Budaya Mempengaruhi Semua Fungsi Bisnis


Pemasaran. Dalam pemasaran misalnya, beraneka ragam sikap dan nilai
menghambat banyak perusahaan untuk menggunakan bauran pemasaran yang sama di
semua pasar.
Manajemen sumber daya manusia. Budaya nasional juga merupakan kunci yang
menentukan untuk mengevaluasi para manajer. Di Amerika Serikat, umumnya
keberhasilan merupakan kriteria bagi pemilihan dan promosi para eksekutif, tetapi di
Indonesia, seorang manajer umum (general manager) Amerika mengeluh karena
orang-orang dipromosikan dengan mempertimbangkan sekolah yang telah
diselesaikannya dan latar belakang keluarga mereka tetapi bukan karena
keberhasilannya.

Produksi dan Keuangan.


Permasalahan yang dapat timbul pada bagian kepegawaian karena perbedaan sikap
terhadap penguasa, merupakan variabel sosiokultural yang lain. Orang-orang Amerika
Latin secara tradisional telah menganggap manajer sebagai patron (guru), tokoh
otokratis yang bertanggung jawab atas kesejahteraan mereka. Ketika para manajer
Amerika yang terbiasa dengan gaya kepemimpinan partisipatif dipindahkan ke
Amerika Latin, mereka harus menjadi lebih otoriter, jika tidak, karyawan-karyawannya
akan menganggapnya lemah dan tidak mampu, lalu mereka akan menghadapi kesulitan
serius agar perintah-perintahnya dilaksanakan. Para manajer produksi menemukan
bahwa sikap terhadap perubahan dapat berpengaruh serius terhadap penerimaan
metode produksi baru; bahkan para bendaharawan mengetahui ampuhnya kekuatan
sosiokultural. Ketika mengadakan pendekatan kepada bank-bank lokal, dengan
dibekali neraca lajur yang bagus sekali, akhirnya mengetahui bahwa bank-bank itu
lebih mementingkan siapa mereka daripada berapa kuat perusahaan mereka. Salah satu
alasan timbulnya permasalahan keuangan Disney di Paris adalah sikap arogan dan tidak
sensitif dari para eksekutif Disney terhadap budaya bisnis Eropa.

ASPEK SOSIAL BUDAYA


Perbedaan struktur sosial budaya, yang mirip hasil produk budaya masyarakat
maju, merupakan kendala bagi perusahaan internasional. Suatu perusahaan asing
secara sadar/ tidak, membawa tata nilai budaya negara asalnya, yang berlainan dengan
tata nilai masyarakat setempat, sehingga memungkinkan terjadinya bentrokan sosial
budaya antar kedua belah pihak.
Aspek sosial budaya ini dapat mempengaruhi fungsi-fugsi manajemen,
pemasaran, sumber daya manusia, produksi, dan strategi perusahaan. Banyak contoh
bisa dikemukakan, tetapi yang jelas perusahaan multinasional sebaiknya menyesuaikan
strateginya dengan sistem sosial budaya masyarakat lokal. Adaptasi sosial budaya
dimaksudkan untuk mengurangi resiko konflik atau pertentangan sosial budaya dengan
masyarakat lokal.
Contoh:
Budaya lokal masyarakat pada umumnya menginginkan kualitas terbaik namun dengan
harganya yang murah. Sehingga menjadikan AirAsia memiliki program penerbangan
dengan biaya rendah, sehingga hal ini mampu menarik para penumpang khususnya
para pembisnis yang dominannya selalu mobile. Dari program ini AirAsia juga mampu
menarik perhatian khalayak ramai, sehingga AirAsia memiliki kelebihan dalam
periklanan, yaitu periklanan secara gratis oleh para konsumen, dimana hal tersebut
mampu mendongkrak eksistensi penerbangan ini. AirAsia dapat menarik perhatian
media dengan penerbangan yang menggunakan biaya rendah tersebut, dan hal ini juga
mampu menarik para pelanggan. Selain itu AirAsia juga telah memiliki banyak rute,
baik domestik maupun Internasional

Strategi Bisnis
Beragamnya perusahaan penerbangan di Asia membuat maskapai AirAsia
harus melihat pangsa pasar atau market share mereka. Pangsa pasar (market share)
dapat diartikan sebagai bagian pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan, atau
prosentasi penjualan suatu perusahaan terhadap total penjualan para pesaing
terbesarnya pada waktu dan tempat tertentu (William J.S, 1984).
Besarnya pangsa pasar setiap saat akan berubah sesuai dengan perubahan selera
konsumen, atau berpindahnya minat konsumen dari suatu produk ke produk yang lain.
Jika dihubungkan dengan selera konsumen terdapat empat karakteristik yang
mempengaruhi pengguna dalam melakukan pembelian yaitu faktor budaya (budaya,
sub budaya, dan kelas sosial), faktor sosial (kelompok keluarga, peran, dan status),
faktor pribadi (umur, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian), dan
faktor psikologis (pengetahuan, motivasi, keyakinan, dan sikap). Dan proses keputusan
membeli seorang pengguna melewati lima tahap yaitu pengenalan kebutuhan,
pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan membeli, dan tingkah laku pasca
pembelian (Kotler, 1993).
Dilihat dari segi harga (price), maskapai penerbangan AirAsia sampai saat ini
belum memiliki pesaing dalam hal penawaran harga tiket yang murah. Dari segi
strategi penentuan harganya sebagai produk baru, AirAsia telah melakukan penetration
price yang cukup baik dan menarik perhatian dimana strategi harga penetrasi
menentukan harga awal yang rendah serendah-rendahnya atau murah dengan tujuan
untuk penetrasi pasar dengan cepat dan juga membangun loyalitas merek dari pada
konsumen.
Dilihat dari segi strategi penentuan harga yang mempengaruhi psikologis
konsumen, AirAsia telah melakukan leader pricing dimana strategi harga yang
ditetapkan lebih rendah daripada harga pasar untuk meningkatkan omset penjualan.
Selain itu untuk menjaga konsumennya AirAsia juga menerapkan strategi harga diskon
pada penjualannya yaitu dengan memberikan potongan harga dari harga yang sudah
ditetapkan demi meningkatkan penjualan suatu produk barang atau jasa. Diskon dapat
diberikan pada umum dalam bentuk diskon kuantitas, diskon pembayaran tunai/cash,
trade discount.
AirAsia dalam menciptakan pasarnya di Asia sangat cermat melakukan strategi
penetrasi harga yang sangat murah yang diikuti dengan promo-promo yang mereka
tawarkan. Stigma bahwa berlibur dengan menggunakan pesawat itu mahal pun sirna
ketika penawaran yang ditawarkan AirAsia mendapatkan sambutan yang positif dan
antusiasme yang tinggi dari target audience yang melihat iklan maupun merasakan
dampak promosi yang gencar dilakukan oleh AirAsia. Berlibur pun kini dipandang
sudah menjadi suatu keharusan bagi sebagian orang setelah melihat murahnya harga
tiket penerbangan yang ditawarkan AirAsia.
Di masa mendatang bukan tak mungkin maskapai penerbangan ini akan tumbuh
dan berkembang pesat. Dengan tiket promo yang murah yang ditawarkan AirAsia,
berlibur dapat menjadi suatu kebiasaan dan hal tersebut dapat menguntungkan AirAsia
yang sejak awalnya memiliki image berlibur murah dengan tagline “Now Everyone
Can Fly”. AirAsia dapat secara perlahan menambah dan meluaskan pangsa pasarnya.
Dalam merebut pasar, AirAsia melakukan strategi bisnis sebagai berikut:
1. Perkuat armada
Hingga saat ini, armada yang dimiliki AirAsia memang masih kalah jika
dibandingkan dengan Lion Air. Tapi maskapai asal Malaysia ini tidak segan untuk
membeli pesawat baru. Penambahan pesawat ini dilakukan untuk menghubungkan
AirAsia dengan daerah-daerah tujuannya yang berada di berbagai negara.
2. Tambah rute penerbangan
Selain mendatangkan pesawat baru untuk memperkuat armadanya, strategi lain
adalah penambahan rute penerbangan lokal maupun internasional.
3. Promosi tiket
Salah satu strategi bisnis AirAsia menguasai pasar penerbangan murah adalah
dengan promosi tiket penerbangan. Tiket penerbangan murah masih menjadi daya
tarik bagi penumpang.
4. Pasar Modal, BEI
Strategi lain yang diambil AirAsia untuk menancapkan kuku bisnisnya di
Indonesia adalah masuk ke pasar modal, yakni BEI. AirAsia melakukan
penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO). Langkah IPO
tersebut untuk menunjang ekspansi perseroan yang berencana meningkatkan
pendapat dari tahun-tahun yang lalu.
5. Kualitas pelayanan
AirAsia beranggapan salah satu strategi untuk merebut hati penumpang pesawat
adalah peningkatan kualitas pelayanan. Utamanya pada tingkat keamanan dan
kenyamanan bagi calon penumpang. AirAsia mengaku bakal meningkatkan On
Time Performance (OTP). Dengan ketepatan waktu penerbangan, mampu
membuat nyaman calon penumpang. Budaya AirAsia memberikan pelayanan yang
terbaik, kenyamanan dan keamanan.
6. Kuasai Asia Tenggara
Sejak tahun 2001, AirAsia didirikan dengan dua pesawat saja. Yang kemudian
dilanjutkan dengan membangun hubungan dengan Thailand, Indonesia, Filipina,
dan Jepang. Setelah menguasai pasar Malaysia, AirAsia beralih fokus ke pasar
Indonesia, kemudian India dan Myanmar. Dan sekarang Jepang akan menjadi
sasaran berikutnya.
7. Strategi marketing
Biasanya, maskapai dengan tarif standar akan bergantung pada agen travel untuk
menjual tiketnya. Namun, menurut AirAsia itu hanyalah memboroskan ongkos
distribusi. Oleh karena itu, AirAsia melakukan hubungan kerja sama dengan
penyedia kartu kredit karena dapat menghemat ongkos. Selain itu, maskapai asal
Malaysia ini juga mengedepankan penjualan melalui internet. Terbukti penjualan
melalui internet meraup 65 persen dari total konsumen. AirAsia juga membangun
sedikit kantor penjualan dan tidak bekerjasama dengan agen travel. Bahkan, tiket
juga bisa dibeli melalui call centre.

Program Kesetiaan AirAsia ‘BIG’


BIG adalah program kesetiaan global "satu-satunya di dunia" di mana
pelanggan dapat mengumpulkan BIG Points dengan setiap transaksi untuk ditukarkan
dengan penerbangan AirAsia GRATIS*. Anggota juga akan menikmati prioritas
melakukan pembelian, tawaran khusus dan diskon eksklusif sebagai Anggota
Kesetiaan BIG AirAsia.

ASPEK EKONOMI
Lingkungan ekonomi beserta perubahannya, baik didalam maupun di luar
negeri, berpengaruh terhadap kegiatan perusahaan internasional. Pertumbuhan dan
perubahan struktur ekonomi, yang merupakan unsur penting, sering menjadi perhatian
oleh perusahaan-perusahaan multinasional dalam melakukan kegiatan bisnis
internasionalnya. Unsur-unsur tersebut turut menentukan tingkat penawaran dan
pemasaran dalam kegiatan bisnis internasional. Menurunnya tingkat pertumbuhan
ekonomi suatu negara dapat melemahkan tingkat konsumsi masyarakat, sehingga
mengurangi daya beli mereka.
Hal ini terutama karena kegiatan-kegiatan perusahaan internasional didorong
oleh motivasi ekonomi dan perusahaan patut memperhtungkan perkembangan
lingkungan eknomi. Seperti, salah satu pendorong perusahaan AS memasuki pasar
internasional adalah untuk mencari pangsa pasar di luar negeri, akibat melemahnya
pemasaran di dalam negeri sehubungan menurunya GNP

KOMPONEN SOSIOKULTURAL AIR ASIA

1. Estetika
Air Asia memiliki logo dengan warna dasar merah. Warna tersebut sudah
menyesuaikan dengan negara tempat mereka menjalankan bisnis sehingga tidak ada
pertentangan.
Lagu juga turut andil dalam periklanan Air Asia. Pemilihan lagu yang kala itu
sedang booming membuat masyarakat lebih tertarik.
2. Sikap dan Keyakinan
Air Asia begitu menghargai waktu. AirAsia mengaku bakal meningkatkan On Time
Performance (OTP). Dengan ketepatan waktu penerbangan, mampu membuat
nyaman calon penumpang.
3. Agama
Berkomitmen untuk memberi kesempatan yang sama dalam pekerjaan dengan
menciptakan lingkungan yang bebas dari diskriminasi, baik itu terkait warna kulit,
agama, ras, gender, orientasi seksual, kebangsaan, status pernikahan, leluhur, status
sosial ekonomi atau ketidakmampuan fisik. Air Asia juga turut memperingati hari
besar agama dalam negara yang menjadi segmentasinya.
4. Kultur Material
AirAsia akan bekerja sama dengan Google Cloud untuk mendigitalisasi dan
mentransformasi cara kerja dan budaya perusahaan dengan memanfaatkan G Suite
dan Chrome Enterprise untuk menciptakan lingkungan kerja digital yang lincah,
yang memungkinkan data dan analisa untuk dapat diakses kapan pun dibutuhkan
guna mendukung pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat.
Teknologi. Air Asia meminimalkan kerusakan lingkungan dengan
mengembangkan, mempromosikan dan menggunakan teknologi serta praktek-
praktek ramah lingkungan. Selain itu juga memiliki aplikasi dengan berbagai fitur.
5. Bahasa
Menggunakan bahasa lokal dan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional dalam
memberikan pelayanannya. Pilot Air Asia pernah menggunakan bahasa pengantar
bahasa Jawa dalam penerbangan Kuala Lumpur-Jogjakarta saat melakukan
pengumuman.
6. Organisasi Sosial
Air Asia termasuk dalam lembaga yang berdasarkan hubungan bebas individu. Air
Asia bekerjasama dengan organisasi sosial RED dalam penambahan menu burger
di pesawat.
7. Pendidikan
Air Asia bekerjasama memberikan program beasiswa di bidang teknik penerbangan.

Budaya merupakan cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh seseorang
atau sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu
berbeda tempat berbeda juga kebiasaan yang dilakukan dan diwariskan. Dengan dasar
tersebut, Geert Hofstede mengidentifikasi 5 model karakteristik untuk mengukur kultur
di berbagai Negara. 5 model tersebut antara lain :

1. Power Distance (Jarak kekuasaan)


Jarak kekuasaan adalah mengenai sejauh mana anggota dalam organisasi
serta lembaga tsb menerima kekuasaan dan berharap penyamarataan dalam
pendistribusian kekuasaan. Orang-orang yang berada dalam small power distance
membutuhkan kesamaan kekuasaan, dan pembenaran untuk ketidaksejahteraan
terhadap kekuasaan. Sedangkan orang-orang dalam large power distance menerima
perintah hirarki, dan mereka telah berada dalam tempatnya masing-masing tanpa
perlu adanya pembenaran. Indonesia dependen terhadap hirarki, terjadi
ketidaksamaan hak antara pemegang kekuasaan dan bukan pemegang kekuasaan,
pemimpin direktif, Kekuasaan terpusat dan manajer mengandalkan ketaatan
anggota tim mereka. Karyawan berharap untuk diberitahu apa yang harus dilakukan
dan kapan, Pengendalian diharapkan dan manajer yang dihormati karena posisi
mereka,

2. Uncertainty Avoidance (Penghindaran ketidakpastian)


Dimensi ini terkait dengan masyarakat yang merasa tidak nyaman untuk
menghadapi masa depan yang tidak diketahui atau tidak ada kepastian dan keragu-
raguan. Inti pada dimensi ini adalah bagaimana reaksi sebuah masyarakat terhadap
fakta bahwa waktu hanya berjalan satu arah dan masa depan tidak diketahui serta
apakah akan mencoba untuk mengontrol masa depan atau membiarkannya. Orang-
orang yang memiliki dimensi budaya high uncertainty avoidance cenderung lebih
emosional. Mereka mencoba untuk meminimalkan terjadinya keadaan yang tidak
diketahui atau tidak biasa. Saat terjadi perubahan mereka menjalaninya dengan hati-
hati, langkah demi langkah dengan perencanaan dan menerapkan hukum serta
peraturan yang berlaku. Sedangkan low uncertainty avoidance menerima dan
merasa nyaman dalam situasi yang tidak terstruktur atau lingkungan yang kerap kali
mengalami perubahan. Mereka mencoba untuk memiliki beberapa aturan dalam
aktifitas mereka. Orang-orang dalam dimensi budaya ini cenderung lebih pragmatis,
mereka jauh lebih toleran terhadap perubahan. Indonesia termasuk dalam low
uncertainty avoidance yang tidak takut dengan perubahan dan lebih toleran terhadap
perbedaan pendapat.
Di Indonesia terdapat preferensi kuat menuju budaya yang memisahkan diri internal
dari eksternal. Sisi lain dari posisi ini adalah dalam dimensi resolusi konflik yang
cenderung menghindari komunikasi langsung yang bersifat mengancam namun
lebih ke pemeliharaan hubungan dan harmoni.

3. Individualism vs Collectivism (Individualis vs Kolektivitas)


Individualis dan kolektivitas mengacu pada sejauh mana individu diintegrasikan ke
dalam kelompok kelompok utama menyangkut ikatan di masyarakat. Dalam
masyarakat yang individualism, tekanan atau stres diletakkan dalam permasalahan
pribadi, serta menuntut hak-hak individu. Orang-orang diharapkan untuk membela
diri sendiri dan keluarga mereka. Sedangkan dalam masyarakat collectivism,
individu bertindak terutama sebagai anggota kelompok seumur hidup. Daya
kohesifitas yang tinggi tercipta di dalam kelompok mereka (kelompok di sini tidak
mengacu kepada politik atau negara). Orang-orang memiliki keluarga besar, yang
dijadikan sebagai perlindungan bagi dirinya sehingga loyalitasnya tidak diragukan.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat kolektif dimana orang mengikuti
kelompok dan patuh serta loyal terhadap kelompoknya.

4. Masculinity vs Feminimity (Maskulin vs feminim)


Dimensi ini terkait dengan pembagian dari peran emosi antara wanita dan laki-laki.
Masculinity berkaitan dengan nilai perbedaan gender dalam masyarakat, atau
distribusi peran emosional antara gender yang berbeda. Nilai-nilai dimensi
maskulin (masculinity) terkandung nilai daya saing, ketegasan, materialistik, ambisi
dan kekuasaan. Dimensi feminin (feminimity) menempatkan nilai yang lebih
terhadap hubungan dan kualitas hidup. Dalam dimensi maskulin, perbedaan antara
peran gender nampak lebih dramatis dan kurang fleksibel dibandingkan dengan
dimensi feminin yang melihat pria dan wanita memiliki nilai yang sama,
menekankan kesederhanaan serta kepedulian. Indonesia masuk dalam kategori low
Masculine. Dengan kata lain, Status dan material merupakan hal penting di
Indonesia, akan tetapi hal tersebut bukanlah segalanya.

5. Long Term vs Short Term Orientation (Orientasi jangka panjang vs Orientasi jangka
pendek)
Hal ini terkait kepada pilihan dari fokus untuk usaha manusia: masa depan, saat ini,
atau masa lalu. Orientasi jangka panjang dan orientasi jangka pendek
menggambarkan fokus dan nilai-nilai budaya yang menyangkut pola pikir
masyarakat. Masyarakat yang berorientasi jangka panjang (long term orientation)
lebih mementingkan masa depan. Mereka mendorong nilai-nilai pragmatis
berorientasi pada penghargaan, status, sikap hemat, termasuk ketekunan, tabungan
dan kapasitas adaptasi. Masyarakat yang memiliki dimensi orientasi hubungan
jangka pendek (short term orientation), terkait dengan masa lalu dan sekarang,
termasuk kestabilan, menghormati tradisi, menjaga selalu penampilan di muka
umum, dan memenuhi kewajiban - kewajiban sosial. Dalam dimensi ini Indonesia
Agak konservatif namun tidak menutup diri pada perubahan, tetapi juga tidak begitu
berorientasi jangka panjang. Dengan kata lain, Indonesia mengikuti arus perubahan
namun tetap berpegang kepada tradisi.

Dengan tipe budaya Indonesia yang telah disebutkan diatas, terdapat hal yang Air Asia
terapkan sebagai bentuk hormat dan apresiasi terhadap Indonesia, misalnya :

1. Memberikan diskon kelompok (diskon yang diberikan semakin banyak jika


orang yang diajak menggunakan fasilitas tersebut bertambah) hal ini dilakukan
untuk menjunjung budaya Indonesia yang kolektivis, dimana sikap orang
Indonesia yang cenderung mengajak teman, saudara, serta keluarga untuk
bepergian
2. Menggunakan dan menghormati tradisi seperti misalnya seragam pramugari
batik, pesawat yang didekorasi dengan corak batik, menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa yang digunakan di pesawat, dll sebagai penghormatan
terhadap tradisi Indonesia
3. Fasilitas dalam pesawat didesain tidak terlalu mewah bagi orang Indonesia
namun terlihat nyaman serta murah (jika dibandingkan dengan pesawat
internasional lain) untuk menghadapi budaya Indonesia yang tidak terlalu
peduli terhadap kemewahan
4. Melakukan promosi yang lebih cenderung kearah mouth to mouth atau dari satu
orang ke orang lain karena budaya Indonesia yang kolektivis
5. Motto air asia ialah “now everyone can fly” yang memberikan kesan bahwa
semua kalangan boleh terbang, karena power distance yang cukup tinggi di
Indonesia akan menyebabkan jika motto tersebut menyatakan secara explisit
maupun implisit bahwa yang berhak terbang ialah dari kalangan tertentu saja,
maka minat Indonesia akan Air Asia akan lebih rendah dibandingkan dengan
motto yang disebutkan diatas

Anda mungkin juga menyukai