Anda di halaman 1dari 10

BAHARI Jogja Vol.IX No.

15/2009 Juli 2009

TEKNIK PEMINDAHAN SWAMP RIG


PADA PENGEBORAN LEPAS PANTAI

D. Ismuwiranto
Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta (AMY)

ABSTRAK

Pelaksanaan kerja pada pengeboran lepas pantai mempunyai resiko


yang sangat tinggi, kesalahan yang kecil saja dapat mengakibatkan dampak
kerugian yang cukup besar, maka diperlukan perhitungan yang cermat,
perencanaan yang matang, kerjasama team yang bagus serta teknik operasional
yang tinggi. Resiko yang timbul akibat faktor kelalaian manusia (human risk
factor) dapat berupa jatuhnya personil ke laut, beraneka macam kecelakaan
kerja, kebakaran, tubrukan kapal, hingga meledaknya pipa gas dll. Resiko yang
paling besar adalah pada saat rig-move (pemindahan rig) dari sumur ke sumur
pada lokasi pengeboran laut dangkal terdapat rumah-rumah penduduk serta di
bawah sungai melintang beberapa pipa-pipa gas yang paling kritis adalah pada
saat arus yang deras pada saat air pasang ataupun surut. Tahapan yang paling
kritis adalah pada saat rig move-in mendekati platform, karena rig harus
mendekati platform pada jarak tertentu. Jikalau kebablasan maka rig bisa
menabrak platform sehingga menimbulkan kerusakan yang signifikan. Oleh
karena itu, diperlukan teknik pemindahan swamp rig yang terencana serta
prosedural yang harus ditaati dengan disiplin yang tinggi.

PENDAHULUAN
Pengeboran lepas pantai ada 3 (tiga) jenis dan 3 (tig) jenis
peralatan atau “kendaraan” yang disebut drilling rig dengan jenis Swamp
Rig, untuk laut kedalaman 2,5 – 5 m (laut dangkal) digunakan driling rig
dengan jenis Swamp Rig, untuk laut kedalaman 5 – 85 m digunakan
drilling rig jenis Jack-up Rig, sedangkan untuk laut dengan kedalaman
lebih dari 85 m digunakan Drillships (floater) atau Semi-submersible.
Rig adalah serangkaian peralatan khusus yang digunakan untuk
mengebor sumur atau mengakses sumur, baik sumur baru, cabang
sumur baru maupun memperdalam sumur lama. Ciri-ciri utama pada
sebuah rig adalah memiliki menara yang tinggi yang terbuat dari baja
yang dipergunakan untuk menaik-turunkan pipa-pipa tubular ke sumur.
Di sini penulis akan membahas salah satu jenis teknik mobilisasi/
pemindahan rig yaitu pada Swamp Rig saja.

20
BAHARI Jogja Vol.IX No.15/2009 Juli 2009

Swamp Rig biasanya berbentuk Swamp Barge (sejenis kapal


tanpa mesin / tenaga penggerak) yang mempunyai draft sekitar 3,5 m,
dilengkapi dengan spud-cans (kaki yang dapat diturun-naikkan)
berjumlah 4 atau 3 batang, masing-masing sepanjang 8 – 10 m, yang
dapat dipakai sebagai pegangan saat berhenti dengan ditancapkan ke
dasar laut yang dangkal. Cara mobilitasnya dengan ditarik oleh 4 – 5
unit kapal tunda (tug boat) yang dikendalikan oleh seorang Marine
Supervisor yang disebut Rig-mover. Setelah rig sampai pada lokasi
sumur, tepat pada posisi yang diinginkan, semua spud cans diturunkan
ditancapkan pada dasar laut, kemudian bagian bawah rig
ditenggelamkan sampai terduduk di dasar laut, barulah proses
pengeboran bisa dimulai.

RIG MOVER / TOWMASTER


Seseorang yang bertugas dan bertanggung-jawab pada operasi
pemindahan rig disebut rig mover/towmaster. The person in charge of
towing/moving operation. (Total E & P Indonesia Marine Procedure
Manual, Section 1 p 15, rev. No.3, June 2002). Terkadang seoran senior
marene di rig menjadi seorang towmaster selama moving, juga bertugas
melaporkan kepada Superintendent. Di beberapa kasus seorang Rig
Mover yang independen akan ditunjuk pada suatu unit untuk mengontrol
semua aspek pada operasi pemindahan, serta pada bagian-bagian
operasi yang khusus. Di dalam semua kasus sudah juelas ditentukan
siapa bertanggung-jawab pada moving dan siapa yang bertanggung
jawab pada unit rig keseluruhan/overall responsible. Kehadiran Rig
Mover / Oil Field Company Representative di atas kapal/rig/barge
tidak membebaskan pemiliknya atas tanggung jawab pada unitnya
termasuk personil yang sedang bertugas sesuai dengan keahlian dan
pengalamannya. Dalam hal Swamp Barge Moves, Rig Mover
mengarahkan ke posisi dan menunda/Tow Swamp Barge sesuai dengan
agreement yang ditanda tangani oleh Oil Company dan rig Contractor.

PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT (PPE)


Setiap personil yang naik ke rig/kapal/barge harus mengenakan
Personal Protective Equipment (Perlengkapan Perlindungan Personil)
yang sesuai dengan persyaratan keselamatan. Nakhoda/Master
bertanggung jawab atas pelaksanaannya. Perlengkapan tersebut meliputi
pelindung kepala (safety helmet) berupa helm pengaman untuk

21
BAHARI Jogja Vol.IX No.15/2009 Juli 2009

melindungi kepala dari benturan benda-benda keras di atas kapal yang


sebagian besar terbuat dari besi serta melindungi kepala dari benda-
benda kecil-keras yang jatuh dari deck di atasnya seperti baut, mur, paku
dan sebagainya. Pelindung alat pendengaran (ear muffs) untuk
melindungi alat pendengaran dari suara bising yang bisa merusakkan
gendang telinga apabila masuk ke kamar mesin. Pelindung mata (safety
goggles) berupa kacamata hitam untuk melindungi mata dari sinar
matahari pada siang hari yang menyilaukan dan kacamata bening untuk
malam hari melindungi dari tetesan minyak/air kotor/debu dari dek di
atasnya. Pelindung kaki (safety boots) berupa sepatu boot dari kulit
dengan sol anti slip untuk menjaga agar tidak tergelincir pada
permukaan deck yang licin, dan baju penolong (life jacket) yang
memenuhi SOLAS regulation yaitu harus dilengkapi dengan
peluit/whistle, lampu yang dapat menyala sendiri bila menyentuh air
(self-igniting light) dan pengikat/sabuk yang dapat memantulkan cahaya
(reflecting straps). Selain beberapa perlengkapan tersebut, untuk Rig
Mover juga disyaratkan mengenakan body protection atau pakaian dari
bahan yang tidak mudah terbakar (inflammable material) jika terkena
api berupa longsleeve coverall flame reterdant.

SMALL MARINE
Armada untuk mendukung mobilitas Rig Mover serta personil
lainnya, dioperasikan oleh Small Marine. Small Marine memiliki 2(dua)
type Boat yaitu Speedboats (1 engine) dan Seatrucks (2 engine).
Speedboat hanya dioperasikan di areal sungai ( not permitted outside
the river areas). Sedangkan Seatruck dioperasikan sampai ke laut tapi
tidak boleh lebih dari 4 mil laut dari garis pantai (to limit of 4 nautical
miles from shoreline). Speedboats dapat memuat 6 orang penumpang,
sedangkan Seatrucks dapat memuat 12 orang penumpang. Perlengkapan
yang harus dimiliki Speedboats maupun Seatrucks adalah Lifejackets
untuk semua penumpang, ring-buoys, Marine VHF Radio, Fire
Extinguishers, Search Light, Chart, Class, Registery & Seaworthness
Certification. Procedur keselamatan untuk mengkontrol Small Marine
Craft harus dilakukan oleh Contractors/Pemilik Boat. Procedur
keselamatan tersebut antara lain harus diawaki oleh 2 orang (driver +
helper) untuk Seatrucks, kecepatan maximum 20 knots pada siang hari
dan 16 knots pada malam hari (dipasang GPS yang diprogram dengan
alarm), semua penumpang harus mengenakan lifejacket, tidak transmit

22
BAHARI Jogja Vol.IX No.15/2009 Juli 2009

di VHF Channel 16 kecuali emergency. Setiap pergerakan Small Marine


Craft dapat dimonitor melalui AVTS (Automatic Vessel Traffic System)
oleh Small Marine Coordinator.

BIG MARINE
Armada untuk mendukung mobilisasi Swamp Rigs, Coil
Tubing Barges, Supporting Barges dll. adalah Tugboats yang
dioperasikan oleh Big Marine. Tugboats yang beroperasi di Areal
Perairan Pengeboran Laut Dangkal diatur dengan berbagai persyaratan,
diantaranya harus memiliki Twin Screw (berbaling-baling ganda),
Maximum Draft 2.5m, mempunyai tenaga mesin minimum 2 X 500
HP, Type Pusher Tug (dilengkapi Pusher Knees), Top Control Stand,
dilengkapi dengan Perlengkapan Navigasi minimum : Compas Magnit,
Marine VHF Radio, Radar, Echo sounder, Whistle/horn, Searchlight,
GPS, Peta Laut dsb. Juga harus dilengkapi Safety Equipments sesuai
SOLAS Regulation : Liferaft for 100% crew, Lifejackets for 125% crew,
work vest, hard hat, boots for deck crew, fire pump & hose, portable
extinguishers dan alrm list serta dokumen kapal seperti seawothiness,
loadline, hull and machinery certificate, dan diawaki sesuai dengan yang
disyaratkan sebagai kapal yang laik-laut.

PERSIAPAN SEBELUM RIG MOVE


Sebelum pelaksanaan Rig Move, ada beberapa persiapan-
persiapan yang perlu dilakukan, tergantung pada type dari drilling unit,
lokasi sumur dsb. Persiapan-persiapan tersebut antara lain sebagai
berikut :
~ Rig Visit / kunjungan ke Rig ( Normalnya pemeriksaan marine
dilakukan , khususnya pada unit Rig yang baru dikontrak), dan dalam
kunjungan ini diskusi tentang basic procedures dilakukan.
~ Site Visit / kunjungan ke lokasi (Clash Check). Ini sangat penting
dilakukan, terutama jika instalasi ditempatkan berdekatan dengan
fasilitas yang sudah ada, seperti untuk swamp rigs pada well heads (kepala
sumur). Kunjungan ini adalah untuk konfirmasi / memastikan bahwa
tidak terdapat bagian bangunan yang menonjol yang dapat
mengakibatkan permasalahan disaat moving. Khususnya harus
dilakukan pada sumur-sumur baru dan pada lokasi-lokasi baru dimana
rig tersebut belum pernah dipergunakan di lokasi itu sebelumnya.
Pengecekan harus dilakukan oleh Barge Master, Rig Superintendent,

23
BAHARI Jogja Vol.IX No.15/2009 Juli 2009

Drilling Company Representative dan Marine Operations (biasanya Rig


Mover).
~ Site Survey Review / survey lokasi ulang. Kedalaman lokasi perairan
/ well cluster perlu disurvey ulang untuk memastikan berapa meter
kedalaman pada saat Air Rendah Perbani (Chart Datum), apakah dasar
laut (Sea Bed) rata, jika tidak rata apakah bisa diadakan penimbunan
dengan sand bags, apakah tidak ada pendangkalan, jika ada pendangkalan
apakah perlu diadakan pengerukan (dredging) dsb. Survey dilakukan oleh
Team Survey yang dikontrak oleh Drilling Company dibawah tanggung-
jawab Topography Department. Setelah selesai disurvey dan tidak ada
permasalahan pada kedalaman , lalu dibuatkan Peta Kedalaman Laut
(Bathymetric Chart).
~ Issue Draft Move Procedure / membuat Rencana Prosedur
Pemindahan. Biasanya dibuat oleh Marine Operations / Rig Mover, tapi
bisa juga dilakukan oleh Rig Contractor (Company Man) dan disetujui
oleh Marine Operations. Draft Move Procedure berupa Draft Minutes
Of Meeting yang akan dibahas dalam rapat Pre Move Meeting beberapa
hari sebelum Rig move dilaksanakan. Dalam semua hal , procedure yang
telah ditetapkan oleh Drilling Company haruslah diikuti pada semua
pemindahan rig (rig moves).
~ Pre Move meeting / rapat sebelum pemindahan rig. Undangan Pre
Move meeting dibuat oleh Rig Contractor (Company Man) dan
dilaksanakan di Meeting Room diatas Rig (on board rig). Rapat dihadiri
oleh semua personil yang terlibat, antara lain Rig Contractor (Company
Man), Rig Superintendent, Barge Master, Rig Mover, Topography
Surveyor, Production Supervisor, Security Supervisor, dan Social
Communication Supervisor. Dalam premove meeting dibahas masalah-
masalah antara lain :
1. Umum : Kapan pemindahan rig akan dilaksanakan / Estimate
Moving date, berapa meter Sailing Draft, berapa meter kedalaman air /
Sea bed leveling di lokasi tujuan , kapan dilakukan check sounding
terakhir,
2. Vessels Matters : Berapa tug-boat dan berapa Horse Power masing-
masing tug-boat yang akan digunakan, berapa ton Drill Water
diperlukan untuk diisi dengan LCT (Landing Craft Tank),
Supporting Barges akan diletakkan/diikat dimana, dll.
3. Security Matters : Perlu petugas security untuk menjaga supporting

24
BAHARI Jogja Vol.IX No.15/2009 Juli 2009

barges dimana. Apakah perlu pengawalan saat melalui daerah


rawan, banyak nelayan mincing dialur dll.
4. Marine Matters : Berapa nautical mile jarak yang akan ditempuh,
berapa jam waktu yang diperlukan, berapa/dimana saja pipa bawah
laut yang akan dilewati dan pada kedalaman berapa meter, berapa
mil sungai sempit yang akan dilalui, dimana daerah dangkal yang
akan dilewati dsb.
5. Topography Matters : perlu disediakan berapa unit sea truck
dengan echo sounder untuk survey kedalaman laut selama moving,
berapa DGPS (Digital Global Positioning System) yang
dibutuhkan., kapan sounding lokasi terakhir dilakukan (Site Survey
Review) , berapa meter kedalaman Chart Datum.
6. Production Matters : Kapan / berapa hari sebelum move serah-
terima sumur / well hand over harus diinformasikan, kapan / berapa
jam sebelum buang air ballast (deballasting) harus diinformasikan
ke production operator, apakah perlu disconnected ESD system,
apakah perlu pengawasan / witness saat move out dari platform,
apakah perlu shut in wells saat rig tiba di lokasi baru, depressurize
pipeline, stand by & witness on location, connected ESD system
dsb.
7. Social Communication Matters : Apakah perlu mengadakan
penilaian keadaan / social assessment, perlu bantuan Departemen
Perikanan, perlu bantuan Topografi, perlu sosialisasi / socialization
ke penduduk yang alurnya akan dilewati, perlu bantuan Adpel, perlu
bantuan Lurah/Camat setempat dsb.
8. Perlu dipasang Oil Boom / penanggulangan tumpahan minyak di
lokasi.
9. Perlu kamar / accommodation untuk berapa orang.
Setelah semuanya dibahas, dibuatkan notulen sebagaimana mestinya
(properly minuted). Kemudian copy notulennya (Minutes Of Meeting)
di distribusikan kepada semua peserta dan depatemen yang terlibat
melalui e-mail.

25
BAHARI Jogja Vol.IX No.15/2009 Juli 2009

PELAKSANAAN RIG MOVE


Prior To Move (Sebelum Mulai Pergerakan)
Setelah hari / tanggal yang ditentukan tiba, Rig Mover harus
datang di rig 12(duabelas) jam sebelum deballasting dimulai (to arrive 12
hrs before deballasting commences). Total E & P Indonesie MARINE
PROCEDURE MANUAL Section 11 Page 157 Revision No.3 June
2002. Kemudian disusul Team Survey dengan 2(dua) Seatruck, masing-
masing dilengkapi dengan Echosounder serta DGPS (Differential
Global Positioning System) .Semua Tug-boats (biasanya 4 tug-boat)
juga harus tiba di lokasi sebelum mulai deballasting. Setelah seluruh
anggota Team Survey termasuk Topography Surveyor, serta seluruh
Tug-boat pendukung datang, maka Rig Mover mengundang mereka
untuk Pre-job Meeting diatas Rig. Pre-job meeting tersebut dihadiri
oleh Topography Surveyor beserta anggota Team Survey dan para
Nakhoda atau Mualim I Tug-boat pendukung, guna membahas semua
procedure yang telah diputuskan dalam Minute Of Meeting diantaranya
: Rig Route yang akan dilalui, jarak yang akan ditempuh, waktu tempuh
kira-kira, perairan sempit dan perairan dangkal yang perlu diwaspadai,
kedalaman perairan pada saat crossing pipe , posisi masing-masing tug-
boat saat moving nanti , dsb.
Moving From Well (Keluar dari Sumur)
Rig Mover harus mengendalikan operasional ini dari belakang slot
sumur di rig (the well slot aft on the rig). Pada saat proses deballasting
(membuang air ballast) , 2(dua) tug-boat harus diikat pada kedua sisi
belakang dengan tujuan untuk menjaga posisi rig agar tidak bergeser.
Company man (Drilling Dept) biasanya / hendaknya berdiri di
lowerdeck belakang guna mengawasi (witness) bangunan kepala sumur
(the wellhead structure) saat bergerak keluar dari well slot. Deballasting
dan kondisi arus pasang hendaknya disesuaikan waktunya
(synchronized), sehingga pada saat selesai deballasting dan spud cans
diangkat, rig dapat terapung, sehingga barge dapat ditarik keluar dari
slotnya dengan terkontrol. Barge bergerak keluar dari sumur
menggunakan tug-boat depan yang diikat dengan tali tunda bertraju dari
buritan (the main tug towing on a bridle on the bow), tug-boat yang lain
membantu di kedua sisi barge untuk mencegah benturan dengan piling
atau wellhead structure.

26
BAHARI Jogja Vol.IX No.15/2009 Juli 2009

Towing To New Location (Bergerak Ke Lokasi Baru)


Setelah bebas dan aman dari sumur, atau sudah keluar dari
protection piling, tug-boat di reposition (dirubah posisinya) menjadi 2
dorong di belakang dan 2 narik di depan dengan model tandem.
Kecepatan towing normalnya 2knots, dan dengan alasan keselamatan
(safety) tidak ada kapal lain diperbolehkan sandar di rig selama moving,
tanpa seizin Rig Mover.
Untuk Long rig moves (lebih dari 15 jam) akan dilayani oleh 2
orang Rig Mover. Tapi jika tidak tersedia, gerakan akan dilaksanakan
oleh seorang (sole) rig mover, dengan cara gerakan towing dibagi
menjadi 2 tahap (the tow is split into two distict stages). Rig sementara
di tempatkan di safe standby location, pada dasar laut yang rata, dikunci
pada posisinya (pinned in position), untuk memberi desempatan pada
rig mover istirahat sekurang-kurangnya 6 jam sebelum melanjutkan
pergerakan.
Hal ini harus dijelaskan kepada semua pihak yang bersangkutan,
bahwa keselamatan dari operasional adalah yang utama (the safety of
the operation is paramount), dan kelelahan jangan sampai mengganggu
rig mover untuk mengambil keputusan yang benar (that fatigue should
not be allowed to hamper the rig mover’s good judgement). Rig Mover
bertanggung-jawab kepada Rig Contractor dengan menandatangani The
memo of agreement untuk menjamin keselamatan rig selama
pergerakan.
Survey boats bergerak ke depan dan akan menginformasikan
kedalaman air, terutama diatas pipelines, yang hanya boleh dilewati pada
saat air tinggi, jika di perairan dangkal.
Rig Mover mengarahkan navigasi rig ke lokasi baru, perlu
mengurangi kecepatan dan pengamatan khusus pada saat melewati
instalasi, GTS (Gathering Testing Sattelite) platform, atau bahaya-
bahaya yang semacam itu.
Sebelum tiba di lokasi, pergerakan dihentikan, dan rig diputar untuk
masuk ke sumur dengan buritan terlebih dahulu. Kemudian spud cans
dapat diturunkan sementara untuk mengatur posisi tug boat pada posisi
yang terbaik.
Arrival at The New Well Location (Tiba di Lokasi Sumur Baru)
Untuk memasukkan slot, 1 tug diposisikan pushing di haluan rig
(diikat dengan 4 tali) dan tug-boat lain di samping (2 tug-boat di posisi
yang berlawanan untuk menjaga pengaruh arus dan angin yang kuat).

27
BAHARI Jogja Vol.IX No.15/2009 Juli 2009

Pada saat posisioning terakhir di slot sumur, rig mover dan


Company man berdiri di lower deck untuk mengarahkan haluan
terakhir (final heading) dan posisi terakhir. Posisioning terakhir harus
dilakukan dengan sangat pelan, minimum speed. Jika diperlukan spud
cans dapat diturunkan untuk menghambat gerakan rig dan membantu
mencapai posisi yang diinginkan.
Pada saat posisi terakhir, dan dengan heading yang dapat diterima
oleh Company man, semua spud cans di-drop. Beberapa slot sumur
kadang-kadang terikat pada jarak yang sangat minim (minimal
clearances) dengan sisi kiri dan sisi kanan dan sisi depan dari slot. Pada
multiple well platforms, batas scope untuk transverse skidding pada rig
floor ( biasanya +/- 4 ft) sehingga diminta final position harus sangat
tepat (very precice) agar semua sumur bisa terjangkau pada satu posisi.
Perhatian harus juga diberikan pada tangga / ladder, dan obstructions
lain yang sejenis di dekat well structure.
Rig kemudian di-ballasting (ballasted down), sementara tug-boat
harus tetap stand by diposisinya masing-masing untuk menjamin bahwa
rig tidak akan bergeser lagi. Jika perlu untuk menentukan full ballast,
mulai balastingnya pada saat next high tide bisa dilakukan.
Gerakan tug-boat kemudian selesai, tinggalkan rig lalu standby tug
mem-posisikan semua supporting barges untuk sandar di kedua sisi rig.
Move Report (Laporan Gerakan)
Rig Mover normalnya menyiapkan Laporan singkat Rig Move yang
berisikan waktu dan permasalahan yang terjadi selama Rig Move. Waktu
yang perlu dicatat dalam laporan adalah saat Rig Mover boarding diatas
Rig, Prejob Meeting, mulai de-ballasting dan selesainya, mulai bergerak
keluar dari sumur. Kemudian saat melewati setiap pipa yang melintang
dibawah laut (pass over the crossing submarine pipelines), harus dicatat
kedalaman airnya (water depth) dan jarak bebas dibawah lunas (under
keel clearance), berhenti karena menunggu air-tinggi, sampai masuk ke
lokasi sumur yang baru pada Final Position yang diterima oleh
Company Man maupun Rig Superintendent. Yang juga perlu dicatat
adalah : Cuaca selama moving, Arah dan kecepatan angin, kekuatan
arus, daya-tampak (Visibility), nama-nama Tug Boat yang dipakai
selama moving, kemudian jika ada kejadian khusus yang perlu dicatat
ditulis di bagian bawah . Setelah semua tercantum, ditanda-tangani oleh
si pembuat laporan (Rig Mover) diketahui oleh (Acknowledged by)
Company Man dan Rig Superintendent.

28
BAHARI Jogja Vol.IX No.15/2009 Juli 2009

KESIMPULAN
Dari ulasan yang penulis paparkan disini, dapat disimpulkan
bahwa Pemindahan Swamp Rig dari lokasi sumur ke lokasi sumur yang
lain, di Pengeboran Lepas Pantai Perairan Dangkal, memerlukan Tehnik
yang cermat dengan ke-hati2an yang tinggi disertai Planning yang
matang serta Kerjasama Team yang baik.
Tehnik yang cermat dengan ke-hati2an yang tinggi diperlukan
saat mengolah-gerak keluar dari sumur, dan terutama saat mendekati
masuk (positioning to enter) ke sumur yang baru, apalagi bila sumur
dinyatakan sebagai very-very sensitive karena pada kondisi active atau live
production. Perhitungan terhadap arah dan kekuatan arus tidak boleh
meleset, demikian juga terhadap pengaruh angin. Benturan yang keras
terhadap konstruksi sumur harus dihindari karena dapat mengakibatkan
bencana yang dahsyat.
Planning yang matang diperlukan, karena pada saat persiapan rig
move melibatkan berbagai pihak dengan jarak tempuh yang tidak dekat.
Persiapan tug-boat pendukung, team survey lengkap dengan survey-
boat beserta perlengkapannya (echosounder & DGPS), security boat
dan lain sebagainya.
Sedangkan Kerjasama Team yang baik diperlukan pada
sepanjang perjalanan, sejak mulai Rig keluar dari sumur yang lama
sampai Rig positioning di sumur yang baru. Kerjasama Team tersebut
perlu dilakukan antara Rig Mover dengan para Nakhoda Tug Boat, Rig
Mover dengan Team Survey, serta Rig Mover dengan Barge Master saat
keluar dari lokasi sumur lama dan masuk ke lokasi sumur yang baru.

DAFTAR PUSTAKA

Total Fina Elf E & P Indonesie Balikpapan, “Marime Procedure Manual”


DKF/MAR/MTH Revision No.3 , 19th June 2002
Pencarilmu’s Blog, http://pencarilmu.worldpress.com , “Basic Petroleum
For Non Petroleum Engineer” 1st November 2008
Blue Fame Forums : A Blue Alternative Community,
http://www.bluefame.com Full Version : “Offshore Drilling” ,
Roots_radicals : “Pengeboran Lepas Pantai” 24th December 2007.

29

Anda mungkin juga menyukai