Anda di halaman 1dari 56

ZOOLOGI INVERTEBRATA

BAB III
FILUM PORIFERA
3.1 Pengertian Porifera
Porifera (Latin: porus = pori, fer = membawa),
tubuhnya berpori, dipoblastik, simetri radial, tersusun
atas sel-sel yang bekerja secara mandiri (belum ada
koordinasi antar sel dengan sel-sel lainnya). Porifera
merupakan Filum antara Protozoa dan Coelenterata.
Kesukaran dalam menghubungkan dengan metazoa
sebenarnya adalah pada sejarah embrional yang khusus.
Atas dasar itulah Porifera digolongkan dalam kelompok
Parazoa (Para = disamping) atau hewan sampingan (Jasin
, 1992).
Hewan spons (sponges) atau disebut juga sebagai
kelompok Porifera merupakan hewan multiseluler yang
primitif. Tubuhnya tidak memiliki jaringan maupun
organ yang sesungguhnya. Kata “Porifera” berasal dari
kata bahasa latin, porus dan ferra, porus berarti lubang
kecil (Dalam bentuk tunggal = porus, sedangkan dalam
bentuk jamak = pori), sedang fera berarti mengandung
atau mengemban. Kata tersebut untuk menunjukkan akan

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 1


ZOOLOGI INVERTEBRATA

kekhususan hewan yang bersangkutan, yaitu hewan yang


memiliki banyak lubang-lubang kecil (Kastawi, 2005).
Filum Porifera dikenal juga dengan nama spons,
merupakan hewan bersel banyak (metazoa) paling
sederhana atau primitif. Porifera tergolong hewan, namun
kemampuan gerakannya sangat kecil dan hidupnya
bersifat menetap (Suwignyo, dkk, 2005).
Porifera memiliki beberapa karakteristik. Tubuhnya
bersel banyak, simetri radial, atau asimetris. Sel-sel
tersebut menyusun tubuh Porifera dalam 2 lapis
(dipoblastik), membentuk jaringan yang belum sempurna
dan di antaranya terdapat gelatin yang disebut mesenkim.
Tubuhnya mempunyai banyak pori, saluran-saluran, dan
rongga sebagai tempat air mengalir. Sebagian atau
seluruh permukaan dalam tubuhnya tersusun dari sel-sel
yang berleher yang berflagelum, disebut koanosit
(Brusca, 2003).

3.2 Ciri Umum Porifera

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 2


ZOOLOGI INVERTEBRATA

1. Tubuhnya berpori, diploblastik, simetri radial,


tersusun atas sel-sel yang bekerja secara mandiri.
2. Fase dewasa bersifat sesil (menetap pada suatu
tempat tanpa mengadakan perpindahan) dan
berkoloni.
3. Bentuk tubuh: kipas, jambangan bunga, batang,
globular, genta, terompet, dan lain-lain.
4. Warna tubuh: kelabu, kuning, merah biru, hitam,
putih keruh, coklat, jingga, (sering berubah
tergantung tempat sinar).
5. Mempunyai rongga sentral (Spongocoel).
6. Hidup secara heterotrof, makanan yang masuk ke
tubuhnya dalam bentuk cairan sehingga disebut
juga sebagai pemakan cairan (Rusyana, 2011).
7. Tubuh porifera tidak dilengkapi dengan apa yang
disebut apendiks.
8. Tubuhnya belum memiliki sistem saluran
pencernaan, adapun pencernaannya berlangsung
secara intraselular (Kastawi, 2005).
3.3 Bentuk dan Struktur Tubuh
Tubuhnya diplobastik, tersusun atas:

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 3


ZOOLOGI INVERTEBRATA

1. Lapisan luar (Epidermis: epithelum dermal).


Terdiri dari pinakosit: pinako-derma (Berbentuk
sel-sel polygonal yang merapat);
2. Lapisan dalam, terdiri atas jajaran sel berleher
(koanosit). Sel koanosit berfungsi sebagai organ
respirasi dan mengatur pergerakan air. Lapisan
luar dan lapisan dalam diantaranya terdapat
mesophyl (mesoglea). Di dalam mesoglea
terdapat organel-organel:
a. Gelatin protein matrik
b. Amubosit (sifatnya
mobil/mengembara).
c. Arkeosit merupakan sel amubosit
yang tumpul dan dapat membentuk sel-
sel reproduktif.
d. Porosit/miosit terletak disekitar
pori dan berfungsi untuk membuka dan
menutup pori.
e. Skleroblast, berfungsi membentuk
spikula.

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 4


ZOOLOGI INVERTEBRATA

f. Spikula merupakan unsur


pembentuk tubuh (Rusyana, 2011).

,
Gambar 1. Struktur tubuh Porifera (tipe Askon)
(Rusyana, 2011).

3.4 Morfologi dan Anatomi


Ukuran tubuh porifera sangat bervariasi dari
sebesar kacang polong sampai setinggi 90 cm dan lebar 1
m. Bentuk tubuh spons juga bermacam-macam, beberapa
simetri radial, tetapi kebanyakan berbentuk tidak
beraturan dengan pola bervariasi. Genus Leucosolenia

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 5


ZOOLOGI INVERTEBRATA

adalah salah satu jenis spons yang bentuknya sangat


sederhana seperti kumpulan jambangan kecil yang
berhubungan satu sama lain pada bagian pangkal. Hidup
di laut menempel pada batu karang di bawah batas air
surut rendah. Setiap individu yang berbentuk seperti
jambang tersebut terdapat rongga yang disebut
spongocoel atau atrium. Permukaan tubuh terdapat
lubang-lubang atau pori-pori yang merupakan lubang air
masuk ke spongocoel, untuk akhirnya keluar melalui
osculum (Kastawi, 2005).
Dinding tubuh porifera terdiri atas tiga lapisan,
yaitu: (a) pinacocyte atau pinacoderm, seperti epidermis
berfungsi untuk melindungi tubuh bagian dalam. Bagian
sel pinacocyte dapat mengkerut atau berkontraksi,
sehingga seluruh tubuh hewan dapat sedikit membesar
atau mengecil; (b) mesohyl atau Mesoglea, terdiri dari zat
semacam agar (gelatinous protein matrix), mengandung
bahan tulang dan sel aemebocyte; (c) choanocyte, yang
melapisi rongga atrium atau spongocoel. Bentuk
Choanocyte, yang melapisi rongga atrium atau
spongocoel. Bentuk choanocyte agak lonjong ujung yang

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 6


ZOOLOGI INVERTEBRATA

satu melekat pada mesohyl dan ujung yang lain berada di


spongocoel serta dilengkapi sebuah flagelum, yang
dikelilingi kelepak dari fibril. Getaran flagela pada
lapisan choanocyte menghasilkan arus air dalam
spongocoel ke arah oscolum, sedangkan fibril berfungsi
sebagai alat penangkap makanan (Kastawi, 2005).
Ukuran tubuh hewan spons sangat bervariasi,
kebanyakan spons kalkareus berukuran kira-kira sebesar
butir pada, tetapi sebuah spons yang besar bisa memiliki
tinggi dan diameter beberapa meter. Beberapa jenis
hewan ini bersimetri radial, tetapi kebanyakan tidak
teratur atau asimetri yang menampakkan bntuk/pola
masif (seperti sebongkah batu), tegak, piih melebar dan
menempel (encrusting), atau bercabang-cabang
(Kastawis, 2005).
Arsitektur tubuh spons sangatlah unik, berkaitan
dengan sistem kanal atau saluran air dan sifatnya yang
sesil. Struktur dasar dan histologi dari spons dapat
dengan mudah dimengerti dengan mulai meneliti bentuk
radial yang primitif. Strukur tipe yang sederhana ini
disebut askonoid. Tipe ini bentuknya menyerupai tabung

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 7


ZOOLOGI INVERTEBRATA

dann kecil. Leucoselonia, merupakan salah satu genus


yang hidup dari kelompok spons askenoid, yang
tingginya jarang melebihi 10 cm. spons askenoid
umumnya tidak soliter, tetapi merupakan kumpulan dari
tabung yang bagian dasarnya fusi menjadi satu (Kastawi,
2005).
Bagian permukaan tubuh spons askon berlubang-
lubang kecil (pori) yang disebut pori masuk (incurrent
pores) atau prosopil. Lubang kecil ini merupakan tempat
masuknya air dari luar. Pori masuk akan bermuara pada
spongocoel (rongga sentral) dan rongga sentral tersebut
bermuara pada sebuah lubang besar yang disebut
oskulum (Kastawi, 2005).
Air yang masuk melalui rongga sentral akan keluar
melalui oskulum. Dinding tubuh porifera relatif
sederhana. Bagian permukaan luar tertutup oleh sel-sel
pipih yang disebut pinakosit, dan secara keseluruhan
disebut pinakoderm. Tidak seperti epitalium pada
kebanyakan hewan, pada bagian basal lapisan
pinakoderm tidak dilapisi membran basal. Bagian tepi
pinakosit dapat dikontrasikan atau mengkerut sehingga
tubuhnya nampak sedikit lebih kecil. Bagian basal

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 8


ZOOLOGI INVERTEBRATA

pinakosit mensekresikan materi yang dapat melekatkan


hewan spons pada substratnya (Kastawi, 2005).

Gambar 2. Hewan Spons yang melekat pada substrat


(Kastawi, 2005).
Pori dibentuk oleh porosit, sebuah sel yang
bentuknya seperti tabung pendek yang memanjang dari
permukaan luar sampai spongocoel.lubang dari porosit
sebagai lubang masuknya air, disebut dengan ostium.
Lubang ini dapat dibuka atau ditutup dengan cara sel
tersebut berkontraksi. Sebuah porosit berasal dari sebuah
pinakosit, melalui terbentuknya perforasi intra sel atau
mungkin yang mengalami pelekukan ke dalam
(infording). Disebelah dalam dekat lapisan pinakoderm
terdapat satu lapisan yang disebut mesofil (disamakan
dengan masenkim), yang terdiri atas matriks, protein
gelatinous yang berisikan bahan kerangka dan sel-sel
amoeboid atau disebut juga lapisan mesoglea. Kerangka

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 9


ZOOLOGI INVERTEBRATA

tubuh relatif kompleks dan dapat menjadi penyokong


bagi sel-sel hidup pada tubuh spons. Kerangka tubuh
dapat tersusun dari spikula kapur, spikula silika, serabut
protein spongin, atau kombinasi dari dua jenis dari yang
terakhir. Spikula pada porifera dalam berbagai bentuk

dan sangat penting dalam identifikai dan klasifikasi


(Kastawi, 2005).

Gambar 3. Filum Porifera. Kelas Calcarea: Scypha. Kelas


Hexactinellida: Regadrella (spons kaca).
Kelas Demospongiae: Poterion (piala
neptunus), Euspongia (spons busa),
Microciona dan Haliclona (Storer dkk,
1983).

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 10


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Sel amebocyte di dalam mesohyl (masenkim)


mempunyai banyak fungsi antara lain untuk pengangkut
dan cadangan makanan, membuang partikel sisa
metabolisme, membuat spikul, serat spons dan membuat
sel reproduktif. Tipe amebocyte, yang dengan
pseudopodia tumpul dan nukleus besar disebut
archeocyte, mampu mebuat sel-sel tipe lain yang
diperlukan. Amebocyte untuk pengangkutan makanan
dan berkeliaran didalam mesohyl disebut amebocyte
pemangsa. Amebocyte yang menetap dan mempunyai
pseudopodia seperti benang, berfungsi sebagai jaringan
pengikat disebut sclerocyte (scteroblast).

Gambar 4. Sistem Saluran Air Porifera (Jasin, 1992).

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 11


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Berdasarkan sistem aliran air (bukan secara


taksonomi) bentuk porifera dibagi menjadi tiga tipe,
yaitu:
1. Saluran Air tipe Asconoid
Ketiga bentuk diatas, asconoid merupakan bentuk
yang paling primitif, menyerupai vas bunga atau
jambangan kecil. Pori-pori atau lubang air masuk
merupakan saluran pada sel porocyte yang berbentuk
tabung, memanjang dari permukaan tubuh sampai
spongocoel. Air masuk membawa O2 dan makanan, dan
keluar membuang sampah. Spons tipe asconoid tidak ada
yang besar karena getaran flagela tidak mampu
mendorong air spongocoel keluar melalui osculum.
Dalam evolusinya terjadi lipatan-lipatan dinding tubuh
dan penguarangan ukuran spongocoel, hingga volume air
yang harus dialirkan lebih sedikit. Akibatnya aliran
dalam tubuh dapat diperbesar dan lebih efisien serta
memungkinkan ukuran tubuh yang lebih besar.

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 12


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Gambar 5. Saluran Air Tipe Askon (Barnes, 1987).

Air masuk melalui pori kecil membawa masuk


oksigen dan makanan kedalam lubang besar yang disebut
spongocoel. Spongocoel ini dilapisi oleh koanosit.
Getaran flagela pada lapisan koanosit menghasilkan air di
dalam spongocoel ke arah oskulum (Kastawi, 2005).
2. Saluran Air Tipe Syconoid
Spons memperlihatkan lipatan-lipatan dinding pada
tubuh dalam tahap pertama termasuk tipe syconoid.
Misalnya Scypha (Sycon atau Srantia). Dinding tubuh
melipat secara horizontal, sehingga potongan
melintangnya seperti jari-jari, hingga masih tetap simetri
radial. Lipatan sebelah dalam menghasilkan sejumlah
besar kantungnya yang dilapisi choanocyte; disebut
flagellated canal, sedang lipatan luar sebagai saluran air
masuk (Kastawi, 2005).

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 13


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Gambar 6. Saluran Air Tipe Sycon (Barnes, 1987).


Bunga karang tipe sikonoid terlihat lebih besar dari
tipe askonoid, terlihat dari bentuk tubuh. Syconoid
mempunyai bentuk tubuh bulat panjang, dan satu
oskulum, tapi dinding tubuh lebih tebal dan lebih
kompleks dari askonoid. Porifera pada tipe ini menerima
air melalui kanal dalam dan mengantarkannya ke lapisan
koanosit saluran radial. Spongocoel dalam syconoid
berlapis dengan sel epitelial seperti koanosit sebagaimana
yang ditemukan pada asconoid (Kastawi, 2005).
3. Saluran Air Tipe Leuconoid
Tingkat pelipatan dinding spongocoel paling tinggi
terdapat pada leuconoid. Flagellated canal melipat-lipat
membentuk rongga kecil berflagel, disebut flagellated
chamber. Spongocoel menghilang dan digantikan oleh
saluran-saluran kecil menuju osculum. Dengan
banyaknya lipatan berturut-turut menyebabkan bentuk

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 14


ZOOLOGI INVERTEBRATA

spons menjadi tidak beraturan (irregular). Genus


Leuconia (Leucandra) dengan tinggi 10 cm dan diameter
1 cm mempunyai sekitar 2.250.000 flagellated chamber,
mengeluarkan air dari tubuhnya sebanyak 22,5 liter
perhari.

Gambar 7. Saluran Air Tipe Leucon (Barnes, 1987).


4. Spikula
Tubuh spons yang lunak dapat berdiri karena
ditunjang oleh sejumlah besar spikul kecil serta serat
organik yang berfungsi sebagai kerangka. Spikul kapur
dari CaCO3 dan spikul silikat dari H2Si3O7. Bentuk spikul
bermacam-macam, sehingga dipakai sebagai salah satu
indikator untuk klasifikasi dan identifikasi. Monaxon

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 15


ZOOLOGI INVERTEBRATA

berbentuk seperti jarum, lurus atau melengkung. Tetraxon


berbentuk 4 percabangan. Polyaxon berbentuk banyak
percabangan memijar dari satu pusat. Serat organik
(protein spongin fiber) seperti halnya rambut, kuku, dan
bulu burung, terdiri dari skleroprotein yang mengandung
belerang.
Berdasarkan ukuran, spikula dibedakan menjadi
microscleres yang berukuran kecil, dan megascleres yang
berukuran 4 sampai 5 kali ukuran microscleres
(Suwignyo, 2005).

Gambar 8. Tipe spikul. A-D, tipe monaxon; E-F, tipe


tetraxon; G-H, tipe polyaxon; I, tipe
triaxon/hexaxon; J-M, pembentukan spikul,
kapur triaxon (Suwignyo, 2005).
3.5 Fisiologi

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 16


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Proses fisiologi yang terjadi pada porifera sangat


tergantung pada aliran air. Air masuk membawa oksigen
dan makanan serta mengangkut sisa metabolisme keluar
melalui osculum. Makanannya terdiri dari partikel yang
sangat kecil: 80% berukuran kurang dari 5 mikron dan
20% terdiri atas bakteri, dinoflagelatam dan
nanoplankton. Partikel makanan ditangkap oleh fibril
kelepak pada choanocyte. Partikel yang berukuran antara
5-50 mikron dimakan dan dibawa oleh anebocyte,
Pencernaan dilakukan secara intraselular seperti pada
protozoa, dan hasil pencernaanya disimpan dalam
archeocyte (Suwignyo, 2005).
Pertukaran gas terjadi secara difusi antara air dan
sel sepanjang aliran air. Sistem saraf pada porifera belum
ditemukan segala reaksi yang terjadi bersifat lokal dan
bebas (independen) (Suwignyo, 2005).
3.5.1 Sistem Respirasi
Porifera tidak mempunyai alat atau organ
pernapasan khusus, walaupun demikian porifera dalam
hal pernapasan bersifat aerobik, dalam hal ini yang
bertugas menangkap oksigen yaitu sel-sel epidermis (sel-

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 17


ZOOLOGI INVERTEBRATA

sel pinacocyt), sedangkan pada jajaran dalam yang


bertugas adalah sel-sel choanocyt. Oksigen yang telah
ditangkap selanjutnya oleh kedua jenis sel tersebut,
diedarkan ke seluruh penjuru tubuh oleh sel-sel
amoebocyt.
Porifera bersifat sesil artinya tidak mengadakan
perpindahan tempat sedangkan hidup porifera
sepenuhnya tergantung akan kaya tidaknya kandungan
material (O2 partikel makanan) dari air yang merupakan
medianya, maka ketika porifera masih dalam fase larva
yang sanggup mengadakan pergerakan yaitu berenang-
renang mengembara kian kemari dengan bulu-bulu getar,
porifera akan memilih tempat yang strategis dalam arti
yang kaya akan kandungan oksigen, maka hal ini akan
mempengaruhi kehidupan porifera yang bersangkutan,
artinya tubuh porifera juga akan mengalami penyusutan
sehingga menjadi kecil dan bila toleransinya maka
porifera akan mati (Maskoeri, 1992).
3.5.2 Sistem Pencernaan dan Nutrisi
Hewan spons memakan partikel-partikel organik
dan mikroba yang sangat halus yang tersuspensi dalam

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 18


ZOOLOGI INVERTEBRATA

air. Bahan organik tersebut merupakan pelapukan atau


sisa-sisa tubuh organisme yang telah mati. Diantara
partikel halus yang dimakan tersebut kira-kira 20
persennya berupa bakteri, dinoflagellata, dan plankton-
plankton halus. Dalam hal nutrisi, hewan porifera bersifat
holozoik maupun sporozoik. Partikel-partikel yang
berukuran 5-10 milimikron dapat difagosit oleh sel-sel
pinakosit yang melapisi saluran masuk (inhalant)
(Kastawi, 2005).
Mekanisme digesti, distribusi, ingesti nutrient
tersebut adalah sebagai berikut: bila aliran air yang
membawa partikel-partikel makanan itu melewati
ruangan yang berasal dari leher, maka disitu terjadi
proses penyaringan, dimana mikrovili-mikrovili sel leher
akan bertindak sebagai filter terhadap material yang
terbawa oleh arus aliran air. Selanjutnya partikel-partikel
makanan yang dimaksud akan dicaplok atau difagosit
oleh sel leher untuk dimasukkan ke dalam lingkungan
internalnya yaitu di vakuola makanan. Di dalam vakuola
makanan tersebut akan dicerna oleh enzim karbohidrase,
protease, dan lipase. Semula Suasana dalam vakuola

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 19


ZOOLOGI INVERTEBRATA

makanan bersifat asam tetapi bila proses pencernaan


telah berlangsung akan berubah menjadi basa. Sambil
mencerna partikel makanan, vakuola makanan akan
mengadakan siklosis atau beredar dalam rangka
mengedarkan sari-sari makanan didalam internal sel leher
itu sendiri. Selanjutnya partikel makanan tersebut
ditransfer ke dalam amoebosit yang terparkir di dekat sel
leher. Oleh amoebosit partikel-partikel makanan ini akan
diedarkan ke seluruh penjuru tubuh. Partikel makanan
yang yang belum mengalami proses pencernaan secara
tuntas ketika masih dalam vakuola makanan sel leher,
didalam amoebosit ini proses pencernaan partikel
makanan seluruhnya berlangsung secara inter-seluler
(Kastawi, 2005).

Gambar 9. Mekanisme Pencernaan pada Porifera


(Megner, 1968).

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 20


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Proses pengedaran sari-sari makanan itu berlangsung


secara difusi ataupun osmosis dari satu sel ke sel yang
lain. Dalam hal ini proses disusi/osmosis tidak
merupakan proses yang sukar disebabkan letak sel yang
satu dengan sel yang lainya saling berdekatan dengan sel
leher. Zat-zat makanan yang tidak dapat dicerna baik oleh
sel leher maupun amoebosit akan ditolak keluar yang
selanjutnya diikutkan aliran air dan dibawa keluar
melalui oskulum (Kastawi, 2005).
Bahan-bahan organik yang merupakan lapukan sisa-
sisa tubuh organisme yang telah mati. Mekanisme
degresi, distribusi tersebut adalah sebagai berikut, bila air
yang membawa partikel-partikel makanan itu melewati
ruangan yang bersel choanocyt, maka disitu terjadi
proses penyaringan, dimana mikrofili-mikrofili sel leher
akan bertindak sebagai filter terhadap material yang
terbawa oleh arus aliran air. Partikel-partikel makanan
yang dimaksud akan ditangkap oleh sel choanocyt untuk
dimasukan kedalam daerah internalnya yaitu vakuola
makanan. Vakuola makanan mempunyai partikel tersebut
akan dikerjakan oleh enzim karbohidrase, protease dan

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 21


ZOOLOGI INVERTEBRATA

lipase, semula suasana dalam vakuola makanan bersifat


asam tetapi bila proses pencernaan telah berlangsung
akan berubah menjadi basa (Suwignyo, 2005).
Pencernaan partikel makanan pada vakuola makanan
akan mengadakan siklosis dalam rangka mengedarkan
sari-sari makanan didalam sel choanocyt dipindahkan ke
sel-sel amoebocyt itu, partikel-partikel makanan akan
diedarkan ke seluruh penjuru tubuh. Partikel makanan
yang belum mengalami proses pencernaan secara tuntas
ketika masih di dalam vakuola makanan sel leher,
didalam sel amoebocyt ini proses pencernaan akan
diselesaikan. Dengan begitu proses pencernaan partikel
makanan seluruhnya berlangsung secara intraselular. Zat-
zat makanan yang tidak dapat dicernakan baik oleh sel
leher maupun sel amoebocyt akan ditolak keluar yang
selanjutnya diikutkan aliran air dibawah keluar melalui
osculum (Suwignyo, 2005).
3.5.3 Sistem Ekskresi dan Osmoregulasi
Zat-zat sampah sisa metabolisme diedarkan dari
internal tubuhnya oleh amoebosit (Jasin, 1992). Proses
untuk membuang sisa-sisa metabolisme tubuh, hewan

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 22


ZOOLOGI INVERTEBRATA

spons juga belum mempunyai alat khusus. Dalam


penelitian, ternyata zat-zat sampah yang berupa butir-
butir itu dikeluarkan dari lingkungan internal tubuhnya
oleh amoebosit, kemudian keluar bersama aliran air
melewati oskulum (Kastawi, 2005).
Proses pengaturan kadar air dalam tubuh spons inipun
diatur oleh vakuola denyut. Mekanisme pengaturan kadar
air dalam tubuh porifera yang hidup di air laut tidak
sehebat bila dibandingkan dengan porifera yang hidup di
air tawar. Oleh sebeb itu kadar kandungan vakuola
denyut yang ada pada tubuh porifera air tawar akan lebih
banyak bils di bandingkan dengan porifera laut (Kastawi,
2005).
3.5.4 Sistem Reproduksi
Hewan porifera dapat berkembang biak secara
seksual maupun secara non seksual (Kastawi, 2005).
a. Perkembangbiakan seksual, belum dilakukan dengan
alat kelamin khusus. Baik ovum maupun
spermatozoid berkembang dari sel-sel amubosit
khusus yang disebut arkeosit. Ovum yang telah atau
belum dibuahi oleh spermatozoid tetap tinggal

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 23


ZOOLOGI INVERTEBRATA

didalam tubuh induknya (mesoglea). Setelah terjadi


pembuahan maka zigot akan mulai pembelahan
berulang kali, akhirnya terbentuk larva berambut
getar yang disebut Blastula. Blastula ini kemudian
akan keluar dari dalam tubuhnya melalui oskulum.
Setelah amphiblastula ini tiba di lingkungan
eksternal dengan rabut getarnya, kemudian ia akan
berenang-renang mencari lingkungan yang bisa
menjamin kelangsungan hidupnya (kaya akan
oksigen dan zat-zat makanan). Larva ini kemudian
akan berubah menjadi parenchymula. Bila telah
menemukan tempat yang sesuai, maka ia akan
melekatkan diri pada suatu objek tertentu dan
selanjutnya akan tumbuh menjadi Porifera baru
(Rusyana, 2011).
b. Perkembangbiakan non seksual, dilakukan dengan
cara:
1.) Membentuk tunas atau kuncup kearah luar yang
kemudian memisahkan diri dari induknya dan
kemudian hidup sebagai individu baru.
2.) Dengan membentuk kuncup ke arah dalam
(gemul = butir benih). Cara ini terjadi sebagai

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 24


ZOOLOGI INVERTEBRATA

penyesuaian diri terhadap keadaan lingkungan


yang kurang menguntungkan. Gemul dibentuk
dari sel arkeosit, dikelilingi oleh dinding tebal
dari kitin dan diperkuat oleh spikula, serta
dilengkapi oleh zat makanan (Rusyana, 2011).

Gambar 10. Perkembangan Seksual dan Aseksual pada


Porifera (Megner, 1968).

Jenis porifera ada yang bersifat monosius


(hermaprodit/berumah satu) ada yang bersifat diosius
(kelamin terpisah/berumah dua). Bagi yang bersifat
hermaprodit perkawinannyan dilakukan secara silang,
artinya ovum porifera yang satu dikawini oleh
spermatozoid porifera yang lain. Ovum sebelum dan
sesudah dibuahi masih tetap tinggal didalam tubuh induk,
yaitu didalam kawasan mesoglea atau masenkim
(pembuahan internal) (Kastawi, 2005).

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 25


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Setelah terjadi perkawinan, maka zigot akan


mengadakan pembelahan berulang kali membentuk larva
yang berambut getar yang disebut amphiblastula (untuk
golongan porifera cakareous) atau parenchymula (untuk
golongan porifera non cakareous) (Kastawi, 2005).
Pembentukan butir benih atau gemmulae, ini juga
merupakan cara perkembangbiakan, terutama dilakukan
oleh porifera air tawar. Butir gemmulae dibentuk dari
kumpulan arkheosit yang dlengkapi dengan zat makanan
yang kemudian dibungkus dengan bahan yang tahan akan
kondisi yang buruk sehinngga secara keseluruhan terjadi
samacam kista. Dalam bentuk kista semacam ini butir
gemmulae sangat tahan terhadap kondisi alam sekitar
yang buruk, misalnya apabila habitat menjadi
kekeringan, kandungan oksigen pada air yang menjadi
medianya makin berkurang dan lain-lain. Bila kolam
dimana hewan spons itu menjadi kering dalam jangka
waktu yang lama, akan menyebabkan kematian hewan
spons. Walaupun hewan sponsnya telah mati namun
gemmulaenya tidak. Bila hewan spons telah mati
(Kastawi, 2005).

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 26


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Butir-butir gemmulae yang ada di dalamnya akan


tersebar keluar dari tubuh induknya. Bila kondisi alam
sekitar aman kembali maka arkheosit yang merupakan
inti butir gemmulae itu akan keluar dari dalam kista dan
tumbuh menjadi dewasa atau tumbuh menjadihewan
spons baru (Kastawi, 2005).
3.5.5 Sistem Gerak dan Rangka Tubuh
Gerak pada porifera hampir tidak ada atau tidak
terlihat. Hewan dewasa hidup sebagai koloni yang sesil
atau menempel pada suatu substrat. Gerak yang aktif
hanya dilakukan pada masih larva (amphiblastula).
Sedikit gerak pengkerutan tubuhnya karena bagian tepi
pinakosit yang dikontraksikan (Kastawi, 2005).
Rangka sebagai penyangga tubuh porifera berupa
Kristal-kristal kecil seperti duri dan bintang (spikula-
spikula) atau beberapa anyaman serabut-serabut fiber
dari bahan protein/spongin. Kerangka tubuh seperti ini
dapat disebut sebagai kerangka dalam atau endoskeleton
(Kastawi, 2005).
Jangka ditinjau dari bahan pembentuk kerangkanya,
maka hewan-hewan porifera dapat dikelompokkan
menjadi tiga golongan, yaitu (Kastawi, 2005):

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 27


ZOOLOGI INVERTEBRATA

a. Porifera Lunak, yakni golongan porifera yang jenis


kerangka tubuhnya tersusun dari bahan sponging
(organis). Jika hewan telah mati tubuhnya dapat
digunakan sebagai alat penggosok tubuh saat mandi,
penggosok alat-alat rumah tangga misalnya penghalus
meubelair dan lain-lain.
b. Porifera Kapur, yakni golongan porifera yang jenis
kerangka tubuhnya terbuat dari bahan Kristal kapur
atau CaCO3.
c. Porifera Kaca, yakni golongan porifera yang jenis
kerangka tubuhnya terbuat dari bahan kristal silikat
H2Si3O7.
Kristal-kristal yang terbentuk seperti duri, bintang,
mata kail, jangkar dan lain-lain biasanya disebut spikula.
Spikula merupakan hasil bentukan atau sekresi dari sel-
sel skhleroblast. Berdasarkan bahan pembentuk spikula,
maka skhleroblast dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yakni spongioblast (pembuat kerangka dari bahan
sponging), kalkoblast (pembuat kerangka/spikula dari
bahan kapur), dan silikoblast (pembuat kerangka dari
bahan silikat). Kerangka yang terbuat dari serabut
sponging merupakan sekresi dari sel-sel spongioblast.

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 28


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Baik skhleroblast merupakan sel-sel khusus dari


masenkim. Menurut Minchin (1897), skhleroblast yang
merupakan bentuk khasus dari sel masenkim itu
sebetulnya derivat dari sel dermal epithelium (pinakosit)
yang masuk ke dalam mesoglea dan menjadi atau
merupakan salah satu bentuk dari amoebosit (Kastawi,
2005).
Spikula-spikula yang bersifat monoakson (spikula
yang bersumbu satu), dibentuk oleh sebuah sel
skhleroblast. Di dalam sel skhleroblast tersebut mula-
mula terjadi seutas benang yang terbuat dari baha
organik, kemudian di sekitar benang itu di depositkan
bahan-bahan CaCO3. Seluruh bentukkan itulah yang
kemudian menjadi spikula. Setelah colon spikula
terbentuk maka sel skhleroblast membelah diri menjadi
dua, yang satu disebut sel pembentuk atau “founder”
sedang yang lain disebut sel penebal “thickener”. Bila
spikula telah sempurnaterbenttuk, maka sel skhleroblast
akan meninggalkan spikula. Tetapi spikula-spikula yang
bersifat triakson, dibentuk oleh 3 sel skhleroblast,
sedangkan spikula tetrakson dibentuk oleh 4 sel

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 29


ZOOLOGI INVERTEBRATA

skhleroblast.bila calon spikula-spikula tersebut telah


terbentuk selanjutnya akan bertemu atau bergandengan
satu dengan yang lain di ujung-ujung cuatannya,
berikutnya dilanjutkan dengan penebalan (Kastawi,
2005).
3.5.6 Aliran Air dan Sistem Sirkulasi
Anggota porifera sebenarnya tidak memiliki sistem
sirkulasi yang khusus, walaupun mungkin ukuran
tubuhnya bisa sampai satuan meter. Sirkulasi dari luar
kedalam tubuh dilakukan oleh aliran air, sedangkan yang
didalam jaringan tubuh atau antar sel yang dilakukan
oleh sel-sel amoeboid (Kastawi, 2005).
Sehubungan dengan aliran air ini, ternyata porifera
dalam ukuran sedang (10 cm) setiap harinya tidak kurang
dari 10 galon (2640 m3) air yang dimasuk keluarkan
melalui tubuhnya (Paranto, 1982).
Barnes (1987) menyebutkan bahwa sebuah spons
tipe leucon. Leuconia (Leucandra), yang tingginya 10 cm
dengan diameternya 1 cm, memiliki kurang lebih
2.250.000 rongga berflagel dapat memompa kurang lebih
22,5 liter air/hari (Kastawi, 2005).

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 30


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Hegner dan Engemann (1968) juga melaporkan


bahwa spons spinosella dapat mengeluarkan air dari
oskulumnya kira-kira 78 liter/hari dan rata-rata spinosella
dengan 20 oskula dapat melewatkan air sebesar 45
galon/hari (Kastawi, 2005).
Fungsi utama dari aliran air adalah sebagai sarana
dalam menyelenggarkan pertukaran zat, dari lingkungan
eksternal ke dalam lingkungan internal dan sebalinya.
Adapun zat yang dipertukarkan adalah partikel-partikel
makanan dan oksigen disatu pihak, zat-zat sisa
metabolisme dan CO2 di lain pihak. Partikel-partikel
makanan dan oksigen dimasukkan dari lingkungan
eksternal kedalam lingkungan internal, sedangkan zat-zat
sisa metabolisme termasuk zat CO2 dikeluarkan dari
lingkungan internal ke lingkungan eksternal. Disamping
itu aliran air, terutama yang keluar dari lingkungan
internal juga berfungsi sebagai sarana dalam pengeluaran
benda-benda reproduktif yang erat hubungannya denga
proses perkembangbiakan serta penyebaran generasi
(Kastawi, 2005).

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 31


ZOOLOGI INVERTEBRATA

3.5.7 Iritabilitas dengan Sistem Koordinasi


Hewan porifera belum memiliki organ khusus,
seperti sistem saraf yang lengkap pada hewan tingkat
tinggi. Masing-masing sel penyusun tubuh porifera
sanggup mengadakan reaksi terhadap ransangan yang
mengenainya. Sifatnya masih bersifat independen atau
difusi, artinya belum ada kerjasama serta koordinasi
antara satu sel dengan sel yang lain. Koordinasi
tergantung pada transmisi dari materi pembawa dengan
cara difusi dalam mesohil dan dengan perantaraan sel-sel
amoeboid (Kastawi, 2005).
Porifera dengan keadaan tersebut, maka dalam
menanggapi rangsangan sifatnya adalah lokal dan lambat
artinya reaksi terhadap stimuli tidak berlangsung secara
menyeluruh. Hal ini porifera belum mempunyai sistem
susunan syaraf, tetapi akhir-akhir ini dilaporkan
walaupun porifera belum mempunyai sistem susunan
syaraf, namun mereka telah memiliki kholensif dan
lofosit yang merupakan bentuk sel syaraf yang primitif.
Sel-sel itu tersebar dikawasan mesoglea dan
menghubungkan antara koanosit dengan pirakosit serta

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 32


ZOOLOGI INVERTEBRATA

miosit, posisinya tersebar secara difusi (Kastawi, 2005).


3.5.8 Habitat dan Aspek Ekologinya
Hanya 150 spesies kira-kira spons hidup di perairan
tawar, sedangkan sebagian besar, kira-kira 5000 spesies
hidup di laut. Hewan spons umumnya hidup menempel
pada substrat dasar pantai yang berupa bebatuan,
cangkang, koral dari karang, potongan-potongan kayu
yang terpendam bahkan beberapa spesies dapat hidup
pada dasar berpasir yang halus atau dasar yang
berlumpur. Sebagian besar berhabitat di laut dalam
(Kastawi, 2005).
Umumnya Porifera itu hidup di air laut, yaitu
tersebar atau terbentang dari daerah perairan pantai yang
dangkal hingga daerah kedalaman 3,5 mil. Anggota
keluarga yang hidup di air tawar biasanya termasuk pada
porifera, yang hidup di air tawar biasanya termasuk pada
familia spongilliade. Fase dewasanya bersifat sesil,
artinya menetap pada suatu tempat tanpa mengadakan
perpindahan. Mereka mengikatkan diri pada suatu tempat
tanpa mengadakan perpindahan. Mereka mengikatkan
diri pada suatu objek yang keras yang dipakai sebagai

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 33


ZOOLOGI INVERTEBRATA

subtratnya, misalnya batu-batuan, kayu-kayu yang


tenggelam di dalam air dan ada juga yang melekat pada
cangkang hewan-hewan mollusca. Biasanya diantara
bagian tubuh utamanya dengan bagian subtratnya
dihubungkan oleh bagian tangkai atau pendenkula yang
di bagian proksimalnya mengadakan pelebaran sebagai
bentuk cakram atau kaki atau bentuk yang menyerupai
akar. Bentuk tubuhnya sangat bervariasi, yaitu ada yang
menyerupai kipas, vas bunga, batang, globulat, genta,
terompet dan gembor penyiraman tanaman (Kastawi,
2005).
Siklus hidup Porifera yang sering membentuk suatu
koloni yang biasanya tidak simetri (tidak teratur) artinya
percabangan bersimpang siur, menyebar kesana kemari
sedemikian rupa sehingga menunjukkan kesan bahwa
mereka seperti tumbuh-tumbuhan. Porifera dari tipe
askon, pada koloni tersebut nampak percabangan yang
tidak teratur. Warna tubuhnya juga bervariasi, ada yang
berwarna kelabu, kusam, ada yang merah menyala, biru
cemerlang, hitam, putih mangkok, coklat, jingga, violet,
kuning. Bahkan ada juga yang berwarna kehijau-hijauan.

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 34


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Tentang warna hijau ini disamping warna asli yang


dimiliki porifera yang bersangkutan juga diperkuat oleh
warna hijau dari jenis ganggang (Zoochlirellae) yang
hidup bersama dengannya (simbiosa). Warna pada
porifera diduga ada kaitannya dengan perlindungan tubuh
terhadap radiasi sinar juga sebagai warna peringatan atau
pertahanan diri (Kastawi, 2005).
3.6 Klasifikasi Porifera
Filum Porifera meliputi 10.000 spesies baik yang
sudah menjadi fosil maupun yang masih hidup. Dari
sekian spesies itu terbagi atas 1400 genera (genera:
jamak, genus: tunggal). Atas dasar bahan pembentuk
kerangka tubuhnya serta tipe spikulanya. Porifera
digolongkan menjadi 3 kelas dan 12 ordo. Adapun ketiga
kelas dari Filum porifera tersebut adalah:

3.6.1 Kelas Calcarea atau Calcispongiae


Anggota kelas ini mempunyai rangka yang tersusun
dari zat kapur (kalsium karbonat) dengan tipe
monoakson, triakson, atau tetrakson. Koanositnya besar

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 35


ZOOLOGI INVERTEBRATA

dan biasa hidup di lautan dangkal. Tipe saluran airnya


bermacam-macam. Hidup soliter atau berkoloni (Jasin,
1992).
Calcarea memiliki ciri khusus berupa spikula yang
terbuat dari kalsium karbonat dalam bentuk kalsit atau
aragonit. Beberapa spesies memiliki tiga ujung spikula,
sedangkan pada beberapa spesies lainnya memiliki 2 atau
4 spikula (Jasin, 1992).
Sponge Calcarea pertama kali muncul pada masa
Cambrian dan memiliki keanekaragaman paling tinggi
pada periode Cretaceous. Analisis molekuler terbaru
menunjukkan bahwa, kelas Calcarea seharusnya
dimasukkan sebagai filum, khususnya untuk kelas
calcarea yang pertama kali menyimpang dari kingdom
Animalia. Jenis sponge lainnya termasuk dalam filum
Silicarea (Berqquist, 2002).
1. Reproduksi dan Perkembangan Calcarea
Kebanyakan sponge bereproduksi secara aseksual
dengan regenerasi jaringan. Sponge juga dapat
bereproduksi secara seksual dengan menjadi
hermaprodit, sperma dan telur dapat direproduksi secara

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 36


ZOOLOGI INVERTEBRATA

berurutan atau pada waktu yang sama. Sel sperma dan


telur dilepaskan di dalam air dan dibuahi antar spesies.
Telur yang dibuahi akan berkembang menjadi larva yang
berenang bebas (Berqquist, 2002).
Sponge ini memiliki sel amoeboid yang berbeda di
dalam mesohil (lapisan gelatin yang tersusun atas sel-sel
amoebosit yang dapat bergerak mengambil makanan dari
sel koanosit dan mendistribusikannya ke seluruh bagian
tubuh porifera). Di dalam mesohil, sponge memiliki
bentuk sel sepeti amoeba yang berbeda-beda.
Acheochytes adalah sel berukuran besar dengan ukuran
inti sel yang besar. Sel-sel ini bersifat totipoten, yang
artinya sel ini dapat berkembang menjadi berbagai
macam jenis sel. Sklerosit, mampu mengakumulasi
kalsium di dalam mesohil untuk memproduksi spikula,
tiga sklerosit akan melebur menjadi satu untuk
membentuk spikula pada ruang antar sel (Berqquist,
2002).
Calcarea merupakan porifera laut, hidup di daerah
pantai yang dangkal; bentuk tubuhnya sederhana;
kerangka tubuhnya terbuat dari bahan CaCO3. Hewan

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 37


ZOOLOGI INVERTEBRATA

spons anggota dari kelas calcarea memiliki spikula yang


terbuat dari senyawa kalsium karbonat; sehingga disebut
juga dengan spons kalkareus (spons kapur). Semua
spikulanya berukuran relatif sama dengan bentuk
monaxon atau 3 sudut atau 4 sudut (triaxon dan tetraxon)
yang adanya secara terpisah. Serabut-serabut spongin
biasanya tidak ada. Calcarea miliki tipe saluran air mulai
dari askonoid, skenoid dan leukonoid. Warna tubuh
anggota calcarea ada yang abu-abu gelap, kuning
menyala, merah atau seperti warna bunga lavender.
Ukuran tubuhnya relative kecil dengan tinggi tidak lebih
dari 10 cm. Hidupnya dapat ditemukan di sebagian besar
laut di dunia, khususnya di perairan pantai yang dangkal,
contoh Leucosolenia (Kastawi, 2005).

Gambar 11. Grantia labirinthiea (Kastawi, 2005).


2. Keanekaragaman Calcarea

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 38


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Ada sekitar 400 spesies sponge pada kelas Calcarea


(Berqquist, 2002).
3. Daerah Persebaran Calcarea
Sponge Calcarea dapat ditemukan di seluruh daerah
lautan, khususnya pada daerah laut yang memiliki
suhu yang hangat (Berqquist, 2002).
4. Habitat Calcarea
Habitat sponge Calcarea sebagian besar pada laut
yang bersuhu hangat, sponge Calcarea biasanya
ditemukan di perairan dangkal yang terlindung dan
memiliki kedalaman kurang dari 1000 m (Berqquist,
2002).

5. Sistematika
Kelas Calcarea terdiri dari dua ordo yaitu :
a. Ordo Acnosa
Anggota keluarga ordo ini merupakan porifera
yang bertipe askon tetapi kemudian berubah menjadi tipe
leukon (rhagon), contoh: Leucosolenia botryoides.
Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Class : Calcarea
Order : Acnosa
Family : Leucosoleniidae
Genus : Leucosolenia

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 39


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Spesies : L.botryoides
(Maskoeri, 1992).
Gambar 12. L.botryoides (Barnes, 1987).
b. Ordo Syconosa
Anggota keluarga ordo ini merupakan Porifera
yang bertipe sikon atau mula-mula bertipe sikon tetapi
kemudian berubah menjadi tipe leukon (rhagon), contoh:
Scypha sp.

Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Class : Calcarea
Order : Syconosa
Family : Schypadeae
Genus : Scypha
Spesies : Scypha sp.
(Maskoeri, 1992)
Gambar 13. Scypha sp. (Barnes, 1987).

3.6.2 Kelas Hexactinellida atau Hyalospongiae


Anggota Kelas Hexactinellida memiliki spikula
tubuh yang tersusun dari zat kersik dengan 6 cabang.
Kelas ini sering disebut sponge gelas atau porifera kaca

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 40


ZOOLOGI INVERTEBRATA

(Hyalospongiae), karena bentuknya yang seperti tabung


atau gelas piala. Tubuh berbentuk silinder atau corong,
tidak memiliki permukaan epitel. Contoh anggota kelas
ini adalah Hyalonema sp, Pheronema sp, dan Euplectella
suberea (Jasin, 1992).
1. Deskripsi
Hexactinellida atau sering disebut sponge kaca
tersebar di seluruh dunia, terutama pada kedalaman
antara 200 dan 1000 m. Kelompok sponge ini jumlahnya
sangat melimpah di Antartika.
Semua sponge kaca berdiri tegak, dan memiliki
struktur khusus di pangkalnya untuk melekat kuat pada
dasar laut. Secara morfologi bentuknya radial simetris,
biasanya silinder, tetapi ada juga yang berbentuk cangkir,
guci, atau bercabang. Ketinggian rata-rata hexactinellida
adalah antara 10 dan 30 cm, tetapi beberapa dapat
tumbuh menjadi cukup besar.
Hexactinellida memiliki rongga sentral yang luas
(atrium) dimana air melewati rongga tersebut, spikula
yang berbentuk seperti anyaman topi yang rapat melapisi
osculum pada beberapa spesies. Hexactinellida

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 41


ZOOLOGI INVERTEBRATA

kebanyakan memiliki warna yang pucat. Sponge kaca


paling mirip dengan sponge syconoid, tetapi sponge kaca
terlalu banyak berbeda secara internal dibandingkan
dengan syconoid (Manuel, 2006).
2. Reproduksi dan Perkembangan
Sperma ditransfer ke organisme lain melalui air, dan
kemudian harus membuat jalan sendiri menuju ke sel
telur. Setelah pembuahan, larva diinkubasi selama waktu
yang relatif lama, sehingga mereka bahkan membentuk
spikula dasar sebelum dilepaskan sebagai larva
parenchymella. Hal ini berbeda dari larva sponge lainnya
yang jarang memiliki flagela atau alat gerak lainnya.
Setelah larva menempel di dasar laut, larva
bermetamorfosis, dan sponge dewasa mulai tumbuh.
Hexactinellida merupakan sponge yang mudah
berkembangbiak (Brusca, 2003).
Sponge kaca murni filter feeder. Sponge hidup pada
material detritus makroskopik, mengkonsumsi bahan
selular, bakteri, dan partikel abiotik yang sangat kecil.
Partikel kecil diambil ke dalam melalui arus yang
diciptakan oleh collar bodies, partikel tersebut diserap

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 42


ZOOLOGI INVERTEBRATA

pada saat melalui saluran di dalam sponge. Collar bodies


dilapisi dengan microvili yang menjebak makanan, dan
kemudian melewati vakuola melalui collar bodies
menuju ke dalam syncytia. Archaeocytes di antara helai
syncytial bertanggung jawab untuk distribusi dan
penyimpanan makanan (Brusca, 2003).
Archaeocytes kemungkinan juga bertanggung jawab
pada beberapa hal untuk menangkap makanan.
Hexactinellida tampaknya kurang selektif terhadap
makanan yang mereka telan (setiap makanan yang cukup
kecil untuk menembus syncytium dicerna oleh mereka).
Karena mereka memiliki sedikit membran luar dan
kurangnya ostia, hexactinellida tidak dapat mengkontrol
seberapa banyak air yang melewati tubuh mereka.
Diyakini bahwa stabilitas lingkungan perairan dalam
memungkinkan hexactinellida untuk bertahan
meskipun kekurangan dalam hal ini (Brusca, 2003).
3. Pola Hidup
Hexactinellida hidup secara sessile/ menetap. Bahkan
larvanya pun tampaknya tidak menunjukkan gerakan,
tidak seperti spons lainnya, hexactinellida tidak
berkontraksi ketika dirangsang (Brusca, 2003).

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 43


ZOOLOGI INVERTEBRATA

4. Peranan
Sponge lainnya, hexactinellida bisa menjadi sumber
obat-obatan, meskipun potensi mereka sebagian besar
belum dieksploitasi. Sebagian besar sponge kaca belum
terpegaruh oleh kegiatan manusia. Di Jepang, sponge ini
diberikan sebagai hadiah pernikahan. Hexactinellida dari
spesies tertentu terlibat dalam hubungan simbiosis
dengan udang. Pada saat kecil, dua udang dengan jenis
kelamin berbeda memasuki atrium sponge, dan setelah
tumbuh dengan ukuran tertentu kedua udang tersebut
tidak bisa pergi mereka memakan materi yang dibawa
oleh arus yang dihasilkan oleh sponge, dan kemudian
akhirnya udang tersebut bereproduksi. Sebuah kerangka
sponge kaca yang di dalamnya terdapat dua udang
diberikan sebagai hadiah pernikahan di Jepang. Saat ini
hanya sedikit usaha yang sedang dilakukan untuk
melestarikan spesies hexactinellida. Ada nilai yang besar
untuk tetap menjaga populasi sponge kaca yang sehat,
karena dapat memegang rahasia ratusan juta tahun
evolusi (Brusca, 2003).
5. Sistematika
Kelas Hexactinellida terbagi atas 2 ordo:

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 44


ZOOLOGI INVERTEBRATA

a. Ordo Hexastorophora
Anggota keluarga ordo Hexastorophora
spikulanya kebanyakan berbentuk bintang (astrose).
Contoh: Euplectella aspergillum.
Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Class : Hexactinellida
Ordo : Lyssacinosida
Family : Euplectellidae
Genus : Euplectella
Spesies : E. aspergillum
(Maskoeri, 1992).
Gambar 14. Euplectella aspergillum. (Barnes, 1987)

b. Ordo Amphidiscophora
Anggota keluarga ordo Amphidiscophora
spikulanya bukan berbentuk bintang melainkan
berbentuk amfidiskus, contoh: Hyalonema.
Kingdom
: Animalia
Phylum: Porifera
Class : Hexactinellida
Order : Amphidiscosid
Family: Hyalonematidae
Genus : Hyalonema
Spesies:Hyalonema sp.
(Maskoeri, 1992).
Gambar 15. Hyalonema (Barnes, 1987).

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 45


ZOOLOGI INVERTEBRATA

3.6.3 Kelas Demospongia


Kelas ini memiliki tubuh yang terdiri atas serabut
atau benang-benang spongin tanpa skeleton. Kadang-
kadang dengan spikula dari bahan zat kersik. Tipe aliran
airnya adalah leukon. Sebagian besar anggota
Demospongia berwarna cerah, karena mengandung
banyak pigmen granula dibagian sel amoebositnya.
Contoh kelas ini antara lain Suberit sp., Cliona sp.,
Microciona sp., Spongilla lacustris, Chondrilla sp., dan
Callyspongia sp. (Cardenas, dkk, 2011).
Kira-kira 90% dari semua spesies hewan spons yang
telah dideskripsikan termasuk dalam anggota kelas
Demospongiae. Penyebarannya ditemukan mulai dari
laut dangkal sampai laut dalam. Warna tubuhnya cerah
dikarenakan oleh adanya granula-granula pigmen warna
di amoebosit. Tipe spikula dari spons Demospongiae
sangat bervariasi mulai dari spikula silika, serabut
spongin atau kombinasinya.
Semua anggota Demospongiae saluran airnya bertipe
leukonoid dan eukonoid dan berbentuk irregular.

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 46


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Beberapa jenis ada yang berbentuk lembaran menempel


pada substrat seperti Chondrilla, ada yang bercabang-
cabang, ada yang berbentuk lembaran seperti
Phillspongiae, ada yang berbentuk globe atau seperti
cangkir, contohnya Peterion, atau berbentuk tubuler
seperti Callispongia. Bentuk yang bervariasi tersebut
mencrminkan adaptasinya terhadap keterbatasan ruang,
substrat dan arus air. Ada suatu sebutan spons penggali,
yang mampu mengebor sustrat coral atau cangkang
Mollusca (Rusyana, 2011).
1. Reproduksi dan Perkembangan
Demospongiae dapat bereproduksi secara seksual
dan aseksual. Pada reproduksi seksual, spermatosit
berkembang dari transformasi koanosit, dan oosit timbul
dari archeocytes. Pembelahan sel telur zigot terjadi di
mesohil dan membentuk larva parenchymula dengan
massa sel internal berukuran besar yang dikelilingi oleh
sel flagella eksternal yang lebih kecil. Larva yang
dihasilkan berenang memasuki kanal rongga pusat dan
dikeluarkan dengan arus exhalant (Barnes, 1987).

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 47


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Metode reproduksi aseksual mencakup pertunasan


dan pembentukan gemmules. Pada pertunasan, agregat
sel berdiferensiasi menjadi sponge kecil yang
dikeluarkan melalui oscula. Gemmules ditemukan pada
famili Spongellidae yang hidup di air tawar. Mereka
diproduksi dalam mesohyl berupa gumpalan dari
archeocytes yang dikelilingi oleh lapisan keras yang
dikeluarkan oleh amoebocytes lainnya. Gemmules
dilepaskan ketika tubuh induk rusak, dan gemmules ini
mampu bertahan dalam kondisi yang keras. Dalam situasi
yang menguntungkan, sebuah lubang yang disebut
micropyle muncul dan melepaskan amoebocytes, yang
berdiferensiasi menjadi berbagai macam jenis sel
(Barnes, 1987).
Demospongiae bersifat sessile (menetap) dan
merupakan organisme bentik. Larvanya memiliki flagela
dan mampu berenang bebas. Semua sponge dari kelas ini
adalah filter feeder, hidup dari bakteri dan organisme
kecil lainnya. Air mengantarkan partikel-partikel
makanan masuk melalui pori-pori luar. Koanosit
menangkap sebagian besar makanan yang masuk, namun

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 48


ZOOLOGI INVERTEBRATA

pinocytes dan amoebocytes juga dapat mencerna


makanan (Manuel, 2006).
Partikel makanan juga dapat dicerna langsung oleh
sel-sel mesohil. Sponge dari kelas ini sangat jarang
dimakan oleh hewan lain karena rasanya yang tidak enak.
Namun, beberapa organisme dapat hidup pada sponge,
dan tinggal bersama mereka sebagai simbion. Beberapa
sponge pada kelas ini merupakan “pelabuhan” bagi
bakteri fotosintetik, sementara beberapa jenis lainnya
berfungsi sebagai perlindungan bagi organisme lain
(Manuel, 2006).
2. Habitat
Kelas Demospongiae memiliki sekitar 4.750 spesies
yang berada di dalam 10 ordo. Distribusi geografis
mereka berada di lingkungan laut dari daerah intertidal
ke zona abyssal, dan beberapa spesies menghuni air
tawar (Barnes, 1987).
3. Peranan
Kelompok yang paling penting dan ekonomis dari
demospongiae untuk manusia adalah sponge yang
digunakan untuk mandi. Sponge jenis ini dipanen oleh

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 49


ZOOLOGI INVERTEBRATA

penyelam dan juga dapat ditanam secara komersial.


Sponge ini di bleaching kemudian dipasarkan, sponge
jenis ini memiliki spongin sehingga mampu memberikan
kelembutan dan daya serap (Bernes, 1987).
Meskipun Demospongiae kurang dilestarikan, masih
ada catatan fosil untuk sponge pada kelas ini. Beberapa
Demospongiae ada pada periode Paleozoic awal. Pada
awal Cretaceous, semua ordo dari Demospongiae sudah
ada (Barnes, 1987).
4. Sistematika
Kelas Demospongia terbagi atas 8 ordo :
1) Ordo Carnosa
Anggota keluarga ordo Carnosa kerangka tubuh
pada prinsipnya atau seluruhnya terbuat dari bahan
organik yang berbentuk seperti bubur atau kolodial, tetapi
kadang-kadang ditemukan spikula kecil, contoh:
Chondrosia reniformis.

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 50


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Class : Demospongiae
Order : Chondrosida
Family : Chondrillidae
Genus : Chondrosia
Spesies : C. reniformis
(Maskoeri, 1992).
Gambar 16. Chondrosia reniformis (Cardenas, 2011).

2) Ordo Choristida
Anggota keluarga ordo Choristida pada prinsipnya
kerangka tubuh tersusun atas spikula-spikula yang
berjajar 4, yang mencuat dari suatu titik sentral, contoh:
Geodia berretti.
Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Class : Demospongiae
Ordo : Astrophorida
Family : Geodiidae
Genus : Geodia
Spesies : Geodia berretti
(Maskoeri, 1992).
Gambar 17. Geodia berretti (Cardenas, 2011).
3) Ordo Epipolasida

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 51


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Anggota keluarga ordo Epipolasida merupakan


porifera yang berbentuk sferikal, spikula berbentuk
monoakson yang mencuat menjari dari daerah setral
tubuh, contoh: Tethya californiana
Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Class : Demospongiae
Order : Hadromerida
Family : Tethyidae
Genus : Tethya
Spesies : T.californiana
(Maskoeri, 1992).
Gambar 18. Tethya californiana (Cardenas, 2011).
4) Ordo Hadromerina
Anggota keluarga ordo Hadromerina spikulanya
berbentuk seperti pines, contoh: Cliona
Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Class : Demospongiae
Order : Hadromerida
Family : Clionaidae
Genus : Cliona
Spesies : Cliona sp.
(Maskoeri, 1992).
Gambar 19. Cliona sp. (Cardenas, 2011).

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 52


ZOOLOGI INVERTEBRATA

5) Ordo Halichondrina
Anggota keluarga ordo Halichondrina spikulanya
berujung dua, atau berbentuk seperti bulu, contoh:
Halichondria.
Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Class : Demospongiae
Order : Halichondrida
Family : Halichondriidae
Genus : Halichondria
Spesies : H.panacea
(Maskoeri, 1992).
Gambar 20. H.panacea (Cardenas, 2011).
6) Ordo Poeciloclerina
Anggota keluarga ordo Poeciloclerina kerangka
tubuhnya tersusun atas berbagai bentuk spikula dan
kadang-kadang juga sponging, contoh: Microciona sp
Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Class : Demospongiae
Order : Poeciloclerina
Family :-
Genus : Microciana
Spesies : Microciana sp.
(Maskoeri, 1992).

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 53


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Gambar 21. Microciana sp. (Cardenas, 2011).


7) Ordo Haplosclerina
Anggota keluarga ordo Haplosclerina seperti pada
Halichondrina tetapi dilengkapi dengan retikula yang
merupakan ciri khusus dari kerangka fibrosa, contoh:
Haliclona sp.
Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Class : Demospongiae
Order : Haplosclerida
Family : Chalinidae
Genus : Haliclona
Spesies : Haliclona sp.
(Maskoeri, 1992).
Gambar 22. Haliclona sp. (Cardenas, 2011).
8) Ordo Keratosa
Anggota keluarga ordo Keratosa tidak berspikula
kerangka tubuh khusus terbentuk dari bahan spongin,
contoh: Spongia, merupakan binatang sponsa yang
dipakai untuk alat penggosok pada waktu mandi.

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 54


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Class : Demospongiae
Order : Keratosa
Family : Spongiidae
Genus : Spongia
Spesies : S. officinalis
(Maskoeri, 1992).
Gambar 23. Spongia officinalis (Cardenas, 2011).

3.7 Peranan Porifera Secara Umum


Sejak zaman dahulu orang menggunakan bunga
karang untuk alat membersihkan badan (Spongia), untuk
mencuci barang dan sebagainya, yang dipakai sebagai
alat pembersih itu skeleton dari porifera yang tidak lagi
mengandung protoplasma, setelah diambil dari dasar laut,
bunga karang dipukuli, kadang diputihkan dengan obat,
dipotong dan dikeringkan. Penghasil spongia adalah
negara-negara sekitar Laut Tengah, India, dan Florida
(Barnes, 1987).
Sponge air laut seperti sponge jari berwarna orange
Axinella conabina diperdagangkan untuk menghias
aquarium air laut, kadang di ekspor ke Singapura dan
Eropa. Jenis sponge dari Famili Clionidae mampu

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 55


ZOOLOGI INVERTEBRATA

mengebor dan menembus batu karang dan cangkang


mollusca, sehingga membantu pelapukan pecahan batu
karang dan cangkang mollusca yang berserakan di tepi
pantai. Sponge yang tumbuh pada kerang tertentu dapat
mengganggu peternakan tiram (Barnes, 1987).
Porifera ada yang dijadikan obat kontrasepsi (KB),
sebagai campuran bahan industri (kosmetik), mempunyai
nilai estetika yang tinggi, manfaat bagi sumber daya
perairan adalah dimanfaatkan sebagai tempat
perlindungan dan sebagai makanan bagi hewan lain
(Suwignyo, 1997).

Muhammad Anang | FILUM PORIFERA 56

Anda mungkin juga menyukai