Anda di halaman 1dari 14

5) Menentukan bagaimana mengevaluasi portofolio, termasuk mengembangkan rubric yang

akan dipergunakan dalam melakukan asesmen dan evaluasi. Perlu disampaikan juga apakah
siswa akan dilibatkan dalam hal ini.

Langkah kedua: mengatur portofolio selama satu semester atau selama suaru pelajaran
disajikan dengan cara-cara berikut.

1) Proses Portofolio
Guru menjelaskan kepada siswa kategori dari sampel kerja (work sample) yang akan
ditulis atau dimasukkan ke dalam portofolio.

2) Rubrik

Guru atau pihak sekolah mengembangkan rubrik untuk menilai sampel kerja (work
sample) yang dilakukan atau dikerjakan siswa.

3) Tugas

Siswa menyelesaikan tugas. Mereka diberitahu bahwa seagian atau seluruh dari tugas itu
akan dimasukkan ke dalam portofolio akhir. Semua tugas bisa disimpan di daam sebuah
“portofolio kerja” selama masa penskoran.

4) Evaluasi Diri

Siswa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap kualitas dan kuantitas kerja dan
kemajuan dikaitkan dengan tujuan belajarnya.

Langkah ketiga: mengatur dan menjalankan proses portofolio pada akhir masa penskoran.

1) Guru menentukan jumalah dan jenis produk yang akan dimasukkan ke dalam portofolio
akhir.

2) Siswa memutuskan apa saja yang akan dimasukkan ke dalam portofolio mereka.

3) Siswa menggambarkan kemajuan yang telah dilakukan dalam mencapai tujuan belajar
selama masa penskoran.

4) Kelompok cooperative learning menggambarkan kemajuan yang telah dicapainya selama


masa penskoran.

5) Guru melakukan evaluasi sumatif. Dalam kesempatan ini guru memberikan nilai atau skor.
6) Konferensi, yang bia dilakukan oleh:

a) Siswa dan guru


b) Siswa dan kelompok cooperative learning
c) Siswa (dan kelompok cooperative learning) dan orang tua (disertai guru)
d) Siswa dan pengunjung/ tamu pada pameran portofolio

h) Kompetensi dan Presentasi

Langkah-langkah ketika menerapkan komposisi adalah sebagai berikut.

1) Siswa diminta berpasangan atau mencari partner

2) Mendiskusikan dan membuat kerangka komposisi yang dibuat di dalam


kelompoknya.
3) Mencari topic
4) Menulis paragraph pertama bersama-sama
5) Menulis paragraph-paragraf berikutnya sendiri
6) Saling menyunting komposisi yang ditulis pasangannya
7) Menulis kembali komposisis sendiri
8) Saling menyunting kembali
9) Melanjutkan sendiri
10) Saling membubuhkan tanda tangan di lembar komposisi partner untuk menandai
bahwa tugas komposisi telah siap untuk diserahkan.

Langkah-Langkah Untuk Presentasi sama sperti langkah-angkah yang dilakukan untuk


model komposisi.

C. MENGEMBANGKAN TES IPA SD

Berikut ini akan dikemukakan langkah-langkah mengembangkan tes sebagai intrumen


asesmen IPA di SD.

1) Menjabarkan Kompetensi Dasar ke dalam Indikator Pencapaian Hasil Belajar


Indikator merupakan ukuran, karakteristik, cirri-ciri, pembuatan atau proses yang
berkontribusi/mnunjukkan ketercapaian kompetensi dasar. Indikator dirumuskan dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur, seperti menyebutkan, memberikan
contoh, menghitung, membedakan, menyimpulkan, mempraktikkan, mendemostrasikan, dll.
Indikator pencapaian hasil belajar dikembangkan oleh pendidik dengan memperhatikan
perkembangkan dan kemampuan setiap peserta didik, keluasan dan kedalaman kompetensi
dasar, dan dya dukung sekolah. Setiap kompetensi dasar dapat dikembangkan menjadi
beberapa indikator pencapaian hasil belajar, yang mana indikator tidak boleh lebih rendah
tingkatannya dibandingkan kompetensi dasar. Indikator dirumuskan dengan kata kerja
operasional. Indikator-indikator inilah yang menjadi acuan untuk menyusun butir tes.

Contoh 1:

Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam

Kelas/semester : IV/1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator


1. Memahami hubungan 1.1 Mendeskripsikan 1.1.1 Mengelompokkan
antara struktur organ tubuh hubungan antara struktur bagian-bagian kerangka
manusia dengan fungsinya, kerangka tubuh manusia tubuh manusia.
serta pemeliharaannya dengan fungsinya. 1.1.2 Menentukan letak
tulang
1.1.3 Memberikan contoh
sendi
1.1.4 Menganalisis kelainan
tulang
1.1.5 Menilai cara menjaga
kesehatan kerangka tubuh.

2) Menetapkan Jenis Tes dan Penulisan Butir Soal

Pemilihan bentuk tes akan dapat dilakukan dngan tepat bila didasarkan pada tujuan tes,
cakupan materi tes, karakteristik mata pelajaran yang diukur pencapaiannya, jumlah peserta
tes, termasuk waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes. Dalam menyusun
instrument penilaian tertulis perlu dipertimbangkan; (1) materi, misalnya kesesuaian soal
dengan kompetensi dasar dan indikator pencapaian pada kurikulum tingkat satuan
pendidikan, (2) kontruksi, mialnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas, (3)
bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan
penafsiran ganda, dan (4) kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal
yang baku dari berbagai bentuk soal penilaian.

3) Mengembangkan Instrumen

a)Mengembangkan Tes pada Domain Kognitif

Pada dasarnya, sangat mudah mengembangkan tes untuk mengukur indikator


pencapaian hasil belajar pada kawasan (domain) kognitif. Hamper semua jenis tes dengan
berbagai bentuk soal dapat digunakan untuk mengukur kawasan ini. Berikut dipaparkan
beberapa bentuk soal tes domain kognitif.

a. 1 Tes Lisan

Pertanyaan secara lisan masih sering digunakan untuk mengukur daya serap peserta
didik pada kawasan kognitif. Tes lisan harus disampaikan dengan jelas dan semua peserta
didik harus diberi kesempatan yang sama. Beberapa prinsip yang harus dipedomani adalah
pertama memberi waktu untuk berpikir terlebih dahulu sebelum menunjuk peserta untuk
menjawab pertanyaan. Kedua, tingkat berpikir untuk pertanyaan lisan lebih cenderung
rendah, seperti pengetahuan dan pemahaman. Ketiga, jawaban salah satu siswa harus
dikembalikan ke forum kelas untuk ditanggapi siswa yang lain.

Contoh 2

Bentuk Tes Lisan

1. Berikanlah contoh sendi putar pada tubuh manusia! (C2)

2. Kelompokkanlah bagian rangka tubuh manusia! (C2)

a. 2 Tes Pilihan Ganda

Tes pilihan ganda hendaknya memberikan sepuluh pedoman penulisannya. Pedoman


tersebut yaitu: soal harus jelas, (2) isi pilihan jawaban homogen dalam arti isi, (3) panjang
kalimat pilihan jawaban relatif sama, (4) tidak ada petunjuk jawaban benar, (5) hindari
menggunakan jawaban angka diurutkan, (7) pilihan jawaban logis dan tidak menggunakan
negatif ganda, (8) kalimat yang diggunakan sesuai dengan tingkat perkembangan tes, (9)
menggunakan bhaasa Indonesia yang baik dan baku, dan (10) letak pilihan jawaban benar
ditentukan secara acak.

Contoh 3

Bentuk Pilihan Ganda

Berilah tanda silangpada huruf di depan jawaban yang paing tepat!

Setiap jawaban benar diberi skor 1.

1. Andi dan Budi ingin membuat lem menggunakan tepung kanji untuk membuat ogoh-ogoh.
Andi membuat lem dengan mencampurkan 2 gram tepun terigu + 100 ml air. Kalau kita
bandingkan sifat-sifat hasil campurannya adalah… ( Soal C4)

a. Campuran yang dibuat Andi lebih lengket dan lebih kental daripada campuran yang
dibuat Budi.
b. Campuran yang dibuat Budi lebih lengket dan lebih kental daripada campuran yang
dibuat Andi.
c. Campuran yang dibuat Andi kurang lengket tetapi lebih kental daripada campuran
yang dibuat Budi.
d. Campuran yang dibuat Budi kuran lengket dan lebih kental daripada campuran yang
dibuat Andi.

2. Contoh tumbuhan yang menyimpan cadangan makanannya di umbi batang adalah… (C2)

a. Singkong
b. Ubi jalar
c. Lobak
d. Wortel

a. 3 Bentuk Tes Uraian Objektif

Pengerjaan soal ini melalui suatu prosedur atau langkah-langkah tertentu. Setiap
langkah ada skornya. Objektif disini dalam arti apabila diperiksa oleh beberapa guru dalam
bidang studi tersebut hasil penskorannya akan sama. Pertanyaan pada bentuk soal ini di
antaranya adalah: hitunglah, tafsirkan, dan sebagainya.
Contoh 4

Bentuk Tes uraian Obyektif

1. Hitunglah tinggi cermin minimal yang dibutuhkan aar seluruh bayangan badan tampak jika
budi 150 cm! (C3)

a. 4 Bentuk Tes Uraian

Tes ini menurut siswa menyampaikan, memilih, menyusun, dan memadukan gagasan
dan ide-idenya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Keunggulan bentuk tes ini dapat
mengukur tingkat berpikir dari yang rendah sampai yang tinggi, yatu mulai dari hapalan
sampai dengan evaluasi. Kelemahan betuk tes ini adalah (1) penskoran sering dipengaruhi
oleh subjektivitas penilai, (2) memerlukan waktu yang lama untuk melakukan koreksi, (3)
cakupan materi yang diujikan sangat terbatas, (4) dan adanya efek bullying

Contoh 5

Bentuk Soal Tes Uraian

Jawablah pertanyaan di bawah ini!

1. Budi ingin membuat magnet dngan cara menggosok, untuk menempelkan hasil
kerajinannya di pintu lemari pendingin. Pada saat menggosokan benda magnetis dengan
magnet, Budi menggosokkan magnet secara tidak beraturan. Ternyata benda magnetis
tersebut tidak mampu menarik benda magnetis lainnya. Apakah yang harus dilakukan agar
benda magnetis tersebut mampu menjadi magnet buatan? (C6)

Rubrik Penskoran

Skor 4 Jika jawaban mencerminkan aspek penilaian kesalahan pembuatan dan terdapat
langkah perbaikan sesuai kesalahan yang dibuat.

Skor 3 Jika jawaban mencerminkan aspek penilaian kesalahan pembuatan dan terdapat
langkah perbaikan belum sesuai dengan kesalahan yang dibuat.

Skor 4 Jika jawaban tidak mencerminkan aspek penilaian kesalahan pembuatan dan terdapat
langkah perbaikan.

Sor 1 jika membuat jawaban namun tidak teepat


Skor 0 jika tidak menjawab

2. Sinta ingin membuktikan dugaannya, yaitu rangkaian lampu parallel akan menghasilkan
nyala lampu yang lebih terang dibandingkan rangkaian lampu seri. Susunlah langkah
percobaan untuk Sinta agar ia dapat membuktikan dugaannya! (C5)

a. 5 Bentuk Tes Jawaban Singkat

Tes ini mengharuskan siswa menuliskan jawaban singkatnya sesuai dengan petunjuk.
Ada tiga jenis soal bentuk ini, yaitu jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau isian, jenis
identifikasi atau asosiasi.

Ontoh 6

Bentuk isian

Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang singkat dan tepat! Setiap jawaban benar
diberi skor 1.

1. Gaya yang ditimbulkan akibat dua buah permukaan yang saling bersentuhan disebut…
(C1)

2. Perhatikanlah benda-benda di bawah ini!

1) Uang logam
2) Pensil
3) Paku
4) Sendok besi
5) Karet penghapus
Kelompok benda yang bersifat magnetis adalah … (C2)

a. 6 Bentuk Tes Menjodohkan

Pengerjaan tes ini dilakukan dengan menjodohkan atau memasangkan suatu premis
dengan aftar kemungkinan jawaban. (1) soal harus sesuai dengan indikator, (2) jumlah
alternative jawaban lebih banyak daripada premis, (3) alternative jawaban berhubungan
secara logis dengan premisnya, (4) rumusan kalimat soal harus komunikatif, dan (5) butir
soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Contoh 7
Pasangkanlah hewan di bawah ini dengan makananya menggunakan garus!

a. 7 Bentuk Tes Unjuk Kerja (Performance)

Tes bentuk ini sering pula diklasifikasikan dalam bentuk penilaian autentik atau
penilaian alternative yag bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik dalam
menyelesaikan masalah-masalah di kehiidupan nyata.

Contoh 8

1. Lakukanlah kegiatan menghitung volume sebuah batu yang ada di atas mejamu dengan alat
dan bahan yan telah disiapkan!

b) Mengembangkan Tes pada Domain Afektif

Guru dapat mengembangkan tes pada domain afektif untuk beberapa focus sikap,
diantaranya adalah sikap terhadap mata pelajaran, sikap positif terhadap belajar, sikap
terhadap diri sendiri, sikap positif terhadap perbedaan, sikap terhadap permasalahan factual
yang ada di sekitarnya. Penilaian jenis ini biasanya memanfaatkan skala likert. Langkah-
langkah dalam menyusun skala likert adalah (1) memilih variable afektif yang akan diukur,
(2) membuat beberapa pernyataan tentang variable afektif yang dimaksudkan, (3)
mengklasifikasikan pernyataan positif dan negative, (4) menentukan jumlah gradual dan frase
atau angka yang dapat menjadi alternative pilihan, (5) menyusun pernyataan dan pilihan
jawaban menjadi sebuah aat penilaian. Dibawah ini adalah satu contoh tes aektif yang
mengases sikap siswa terhadap pelajaran IPA.

Contoh 1.

Lingkarilah jawaban yang menurutmu sesuai dengan sikapmu!

1. Jika kamu akan mendapatkan pelajaran IPA esok hari, maka sikapmu untuk
mempersiapkan diri adalah…

a. Membuka buku dari materi awal semester sampai akhir semester.


b. Membaca buku dan berlatih soal yang ada di dalamnya
c. Meringkas isi materi yang sudah lewat
d. Meminta orang tua untuk mempersiapkan buku IPA
c) Mengembangkan Tes pada Domain Psikomotor

Hasil belajar psikomotor dapat dikalsifikasikan menjadi tiga, yaitu (1) specific
responding, siswa baru mampu merespon hal-hal yang siffatnya fisik, yang dapat didengar,
dilihat, atau diraba, misalnya memegang alat ukur, (2) motor chaining, siswa sudah mampu
menggabungkan lebih dari dua keterampilan dasar menjad satu keterampilan gabungan,
missal menggunakan jangka sorong, dan (3) rule usung, siswa sudah dapat menggunakan
hukum-hukum atau pengalaman-pengalaman untuk melakukan keterampilan yang komplek,
missal bagaimana membuat baling-baling agar lebih kencang putarannya walaupun dengan
kekuatan angin yang sama. Instrumen psikomotor ini terdiri dari dua macam, yaitu (1) soal
dan (2) lembar yang digunakan untuk mengamati dan menilai jawaban siswa terhadap soal
tersebut.

Contoh 1

Soal

1. Siapkanlah semangkok air garam di atas meja!masukkan gabus, telur, dan kelereng ke
dalam mangkok tersebut kemudian amati!tulislah hasil pengamatanmu di bawah ini!
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………..
Lembar penilaian
Nama Siswa:
Aspek Penilaian (Skor 0-4)
No.
Kessuain langkah kerja Urutan kegiatan Kerapian dan Hasil
Soal
dengan perintah sistematis kebersihan pengamatan
1.
2.
dst

Catatan: lengkapi dengan rubrik penskoran


d. Kriteria Tes yang Baik
Untuk dapat menjadi alat ukur yang baik dan dapat memberikan informasi yang
akurat maka setiap soal sebagai bagian dari konstruksi tes harus dijaga kualitasnya. Ada
beberapa kriteria yang dipakai untuk menyusun butir-butir yang berkualitas (Poerwanti,
2008), yaitu sebagai berikut.
a. Valid. Validitas soal dapat dilihat dari kesesuaian soal dengan tujuan instruksional
khusus dan tujuan pengukuran yang telah ditetapkan.
b. Reliabel, adalah kemantapan alat ukur dalam memberikan keajegan hasil.

e. Mengembangkan Instrumen Non Tes

e. 1 Hakekat Asesmen Alternatif

Asesmen alternative tidak dipersiapkan sebagai pengganti tes objektif butaan guru,
teta[ppi diharapkan dapat membantu meningkatkan efektivitas proses pembelajaran. Jadi,
asesmen alternative harus mampu menghilangkan berbagai kelemahan tes, seperti
menimbulkan rasa cemas yang berlebihan, mengkategori peserta didik secara permanen,
menghukum peserta didik yang kreatif, atau mendeskriminasi peserta didik dari golongan
minoritas. Selain itu, kurikulum IPA menghendaki pembelajaran secara kontekstual,
mengkaitkan materi dengan dunia nyata atau sesuai dengan kehidupan sehari-hari peserta
didik. Pembelajarannya berlangsung melalui pemecahan masalah, inquiry, keterampilan
proses, atau kooperatif. Tentu saja melalui pembelajaran tersebut siswa menunjukkan
kompetensinya dengan berbagai sikap, perilaku, dan keterampilan yang mereka miliki.
Kompetensi yang ditunjukkan siswa sangat bervariasi, seperti dapat menjawab pertanyaan,
menulis laporan, menanam dalam pot, mengukur volume air dan sebagainya, maka alat ukur
yang digunakan juga berbeda-beda sesuai dengan apa tujuan yang akan diukur. Hal ini perlu
dinilai sebagai sumber informasi yang sangat berharga untuk menentukan pencapaian
kemajuan siswa, sehingga diperlukan asesmen alternative.

Menurut Karim (dalam Poerwanti, 2008), ada beberapa karakteristik asesmen


alternatif yaitu: (1) meminta siswa untuk melakukan (perform), menciptakan, menghasilkan,
atau mengerjakan sesuatu, (2) menuntur siswa untuk berfikir tingkat tinggi, (3) menuntut
keterampilan dalam memecahkan masalah ang dihadapi atau diberikan kebebasan untuk
memecahkan masalah, (4) menuntut penerapan dalam kehidupan sehari-hari, (5) dalam
penyekoran dilakukan oleh manusia dan bukan mesin, (6) menuntut peranan pembelajaran
yang baru bagi guru, (7) menuntut peranan asesmen yang baru bagi guru, (9) mendorong guru
untuk pindah dari tugas yang hanya memebutuhkan satu jawaban benar ke tugas-tugas yang
memiliki lebih dari satu jawaban benar, (10) menantang siswa untuk menyelididki beberapa
kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, (11) menentang siswa untuk menarik
kesimpulan sendiri terhadap suatu tugas atau masalah yang dihadapi. Berdasarkan uraian
tersebut, disadari bahwa asesmen alternatif menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga
dapat mengembangkan instrument untuk mengukur kemampuan siswa dengan cara yang
lebih baik. Menurut Hart (dalam Poerwanti,2008), kalau guru mengubah cara mengases
siswa, maka guru juga akan mengubah caranya mengajar dan cara siswa belajar. Perubahan
ini tidak hanya penting untuk peningkatan pendidikan, tetapi juga penting bagi siswa, guru,
dan orang tua.

Ada banyak jenis asesmen alternative. Menurut McGraw-Hill School Division (dalam
Poerwanti 2008), macam asesmen alternative antara lain adalah sebagai berikut:

a). Observasi

Observasi bisa dilakukan secara formal ataupun informal, terstruktur (structured)


maupun tidak terstruktur (unstructured). Ketika meringkas hasil, hasil bisa ditampilkan
dakam bentuk bar atau run charts. Keudian, umpan balik diberikan kepada paa siswa atau
pihak-pihak yang yang berkepentingan. Pihak menerima umpan balik tersebut diharapkan
melakukan refleksi dan memberikan ide-ide untuk perbaikan.

Contoh

IInstrumen Penilaian Keterampilan Percobaan

Aspek
Mempersiapkan
Penggunaan alat Jumlah
No. Nama Siswa alat dan bahan Nilai
dan bahan skor
percobaan
1 2 3 4 1 2 3 4
1.
2.
3.
Dst
Catatan: Centang (√) pada bagian yang memenuhi criteria.

1) Penskoran:

Skor maksimal ideal =


2) Penilaian:

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑥 100
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

3) Rubrik Penskoran

Kriteria 4 3 2 1
Mempersiapkan Mempersiapkan Mempersiapkan Mempersiapkan Mempersiapkan
alat dan bahan alat dan bahan alat dan bahan alat dan bahan alat dan bahan
percobaan percobaan percobaan percobaan saat percobaan saat
sebelum sesaat sebelum percobaan percobaan
melakukan melakukan dimulai dan berlangsung.
percobaan dan percobaan sesuai
sesuai namun sesuai kebutuhan.
keperluan. keperluan.
Penggunaan Menggunakan Menggunakan Menggunakan Menggunakan
alat dan bahan alat dan bahan alat dan bahan alat dan bahan alat dan bahan
percobaan percobaan percobaan percobaan tidak
sesuai dengan sesuai dengan sesuai dengan sesuai dengan
petunjuk yang petunjuk yang petunjuk yang petunjuk yang
telah telah telah telah
disampaikan disampaikan disampaikan disampaikan
dan selalu dan kurang dengan dan tidak hati-
berhat-hati. hati-hati. sembrono. hati.

b) Jurnal

Jurnal adalah rekaman tertulis tentang apa yang dibuat siswa terhadap apa yang telah
dipelajari oleh siswa. Jurnal dapat digunakan untuk merekam atau meringkas aspek-aspek
yang berhubungan dengan topik-topik kunci yang dipelajar. Beberapa cotoh hal yang dicatat
siswa adalah perasaan siswa terhadap IPA, kesulitan yang dialami, atau keberhasilan di dalam
memecahkan masalah atau topic tertentu atau berbagai macam catatan lain, komentar yang
dibuat oleh siswa.
Selanjutnya Hibbard mengusulkan isian dalam jurnal belajar berupa hal-hal sebagai
berikut.

1. Gambar atau sketsa dengan komentar.

2. Pertanyaan yang ingin ditanyakan siswa beserta upaya awal untuk menjawab pertanyaan
tersebut.

3. Hasil pengamatan secara rinci.

4. Pertanyaan “Andaikan …..? yang ditanyakan siswa pada awal merencanakan suatu
eksperrimen.

5. Sketsa dan catatan mengenai model-model dan temuan-temuan.

6. Peta pikiran yang dibuat siswa.

7. Pemikiran tentang apa yang menarik dan menyenangkan dalam kelas.

8. Pemikiran mengenai apa masalah/ topic yang sulit dan bagaimana memecahkan
masalah/mengalami kesulitan/

9. Catatan mengenai materi sains yang menarik dalam berita di Koran atau televise.

Contoh

Format Penilaian Proses Belajar dengan Menggunakan Jurnal Belajar

No. Elemen yang dinilai Skor


1 Semua aspek yang disampaikan/ditulis lengkap
2 Penulisan dengan kalimat yang jelas dan lengkap
3 Penyampaian ide secara jelas
4 Pertanyaan dikemukakan dengan rinci
5 Hasil pengamatan atau pemikiran diungkapkan dengan jelas
Penyampaian refleksi dengan menggambarkan pemikiran
6
kemajuan belajar
7 Mengomentari pembelajaran dengan benar
8 Penyimpulan materi pembelajaran dengan baik dan benar
9 Ilustrasi penyampaian materi dengan menarik
10 Secara keseluruhan lengkap, sistematis dan menarik
Jumlah

c) Projek dan Investigasi

Project work merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang mencakup
beberapa kompetensi yang harus diselesaikan oleh peserta didik dalam periode atau aktu
tertentu. Tugas tersebut dapat berupa investigasi terhadap suatu kejadian yang dimulai dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengeolahan data, dan penyajian data.

Dalam melakukan penilaian project work memperhatikan hal-hal berikut ini.

1) Kemampuan pengolahan, kemampuan peserta didik dalam memilih topic, mencari


informasi, mengelola waktu pengumpulan data, dan penulisan laporan.
2) Relevansi, kesesuaian mata pelajaran dengan memperhatikan tahapan pengetahuan,
pemahaman keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian, proyek yang dilakukan peserta didik adalah hasil karyanya, dengan
memprtimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk, arahan serta dukungan proyek
kepada peserta didik.
Dalam melakukan kegiatan ini dapat melibatkan siswa secara individual atau
kelompok kecil dua sampai empat anak dalam satu kelompok, sedang waktu yang
dibutuhkan untuk mengerjakan tugas-tugas dua sampai tiga minggu. Tetapi dapat juga
projek yang bersifat lebih substansial dan dapat memakan waktu sampai dua bulan.
Waktu ideal untuk suatu projek adalah empat sampai lima minggu. Tugas tersebut

Anda mungkin juga menyukai