Anda di halaman 1dari 29

FAQ KEPENGURUSAN KOPERASI

1. Pertanyaan : pengurus Koperasi itu sebaiknya tidak sering berganti. Bagaimana

kalau ada Koperasi pengurusnya tetap orang yang sama (tidak ganti) dan

kharismatik ?

2. Pertanyaan : bagaimanakah cara pengoptimalan pengelolaan Koperasi yang

pengelolanya bersifat ketokohan, dan cara proses pengkaderan anggota

Koperasi ?

Penjelasan : pertanyaan Nomor 1 dan Nomor 2 dijelaskan sekaligus.

a. Praktek-praktek tidak adanya pergantian kepengurusan, merupakan implikasi

kondisi sosial-budaya masyarakat daripada urusan organisasi Koperasi. Praktek-

praktek semacam itu, tidak dapat diberlakukan secara umum, hanya bersifat

spesifik dan lokalistik, karena itu penyelesaiannya juga secara spesifik pula. Kita

maklum, tidak mudah mem-peroleh SDM Koperasi yang memiliki kemampuan

memimpin, menjadi pengurus. Tetapi justru menjadi tanggung jawab moral

seorang pengurus, melakukan pengkaderan sebagai bentuk pelaksanaan salah

satu prinsip
Koperasi “pendidikan anggota” sekaligus menjadi ukuran keberhasilan

kepemimpinan pengurus yang ada.

b. Mengenai pengalaman ini mari kita letakkan dalam porsi yang lebih luas.

Kondisi ideal yang diharapkan adalah Koperasi dipimpin oleh pengurus yang

mempunyai kemampuan kepemimpinan dan pengelolaan yang handal. Untuk

mewujudkan harapan tersebut, dapat ditempuh melalui ka-derisasi dan

pergantian kepengurusan yang professional.

c. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, memberikan

ketentuan tentang jabatan kepengurusan. Jabatan pengurus 5 tahun. Pengaturan

rinci di Koperasi, diatur dalam AD dan ART. Sisi yang lebih penting adalah

melakukan kaderisasi, sehingga Koperasi siap dengan calon-calon pengurus yang

memenuhi kualifikasi.

3. Pertanyaan : Koperasi punya AD, tapi pengurus belum pernah membaca AD

dikarenakan sering berganti-ganti.

Penjelasan : alasan ini kurang tepat. Suatu hal “kurang bagus” kalau ada seorang

pengurus, belum pernah membaca AD, ART, peraturan lain dan juga Undang-

Undang Nomor 25Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Kalau jabatan pengurus 3


tahun, masa dalam waktu 3 tahun tidak ada waktu untuk membaca AD !. Justru di

dalam AD itulah pengurus diberikanrambu-rambu untuk menjalankan tugasnya.

Bagaimana seorang pengurus mampu mengelola Koperasi, kalau dia tidak paham

tugas pokok, ketentuan yang dikandung Koperasi! Informasi semacam ini,

penting, mengindikasikan perlunya perhatian khusus pendidikan pengurus atau

calon-calon pengurus.

4. Pertanyaan : pengurus sekunder syaratnya dari pengurus primer. Masa

jabatan, pengurus maksimal 5 tahun. Bagaimana jika dipilih kembali ?

Penjelasan : ketentuan kepengurusan, siapa menjadi pengurus, berapa lama,

tugas, wewenang pengurus seharusnya jelas diatur di AD/ART. Dengan demikian

jikalau ada ketentuan internal di suatu Koperasi, misal tentang pengangkatan

kembali pengurus, silahkan diatur rinci di AD asal tidak bertentangan

dengan Undang-Undang maupun peraturan lain.


5. Pertanyaan : jabatan kepengurusan ada periode waktu. Jika pengurus

dibatasi periodenya, Koperasi akan gulung tikar. Karena di banyak Koperasi,

tidak semua orang mampu dan mau menjadi pengurus ?

Penjelasan : mensikapi materi ini, agar tidak ditarik kesimpulan lurus seperti itu.

Memang disadari tidak mudah mencari pengurus yang kompeten. Tetapi bukan

berarti, harus menggugurkan ketentuan dan hakekat kepengurusan. Justru, hal ini

menjadi bahan untuk melakukan pembinaan dan kaderisasi. Koperasi melakukan

pendidikan anggota untuk menyiapkan kader.

6. Pertanyaan : apabila terjadi perubahan pengurus Koperasi, atau terjadi

berakhirnya pengurus Koperasi, apakah Dinas yang membidangi Koperasi

mengeluarkan Surat Keputusan perubahan pengurus Koperasi ?

Penjelasan : tidak perlu. Koperasi itu merupakan organisasi independen, yang

mengurus dan menentukan dirinya sendiri. Pemilihan, perubahan dan penetapan

pengurus, menjadi ranah kewenangan Koperasi. Jadi, tidak perlu ada surat

keputusan (SK) dari Dinas KUKM.


7. Pertanyaan : banyak pengurus Koperasi yang mendobel jadi pengurus di

Koperasi lain. Dimohon ada kebijakan untuk membuat peraturan tentang

kepengurusan tersebut ?

8. Pertanyaan : pengurus Koperasi tidak boleh merangkap di Koperasi lain

(antar KSP primer). Apakah boleh pengurus Koperasi primer merangkap jabatan

di Koperasi primer lain ?

Penjelasan : pertanyaan Nomor 7 dan 8 dijelaskan sekaligus. Semua, dikembalikan

pada ketentuan yang berlaku. Untuk Koperasi sekunder, pengurusnya berasal dari

pengurus Koperasi primer anggotanya. Untuk Koperasi sekunder dibenarkan ada

pengurus yang duduk sebagai pengurus Koperasi sekunder, sekaligus Koperasi

primer anggotanya (dobel). Untuk pengurus Koperasi bukan Koperasi simpan

pinjam (primer), tidak ada ketentuan khusus. Namun ditilik dari sisi dan

kewajaran, tidak tepat seorang pengurus merangkap jabatan di beberapa

Koperasi primer lain. Untuk permasalahan ketentuan jabatan ini, agar diatur

dalam AD dan ART. Sedangkan khusus untuk pengurus Koperasi simpan pinjam

(primer) tidak diperbolehkan merangkap jabatan di pengurus Koperasi primer


simpan pinjam (primer) lain. Jadi untuk Koperasi simpan pinjam, dilarang jabatan

dobel.

9. Pertanyaan : pengurus dan pengawas merupakan pilihan dari anggota, lalu

bagaiman jika pengurus dan pengawasnya satu saja ? karena peran pengawas

kurang diperlukan.

Penjelasan : pendapat seperti itu keliru, selama ini karena masih banyak Koperasi

melihat atau menonjolkan sosok ”orang” pengurus dan ”orang” pengawas, bukan

fungsi kepengurusan dan fungsi kepengawasan. Organisasi, atau perusahaan yang

besar dan skala raksasa (multi nasional) sekalipun, tetap mengedepankan fungsi

pengawasan atau kontrol dalam sistem manajemen.

10. Pertanyaan : dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian, terdapat prinsip demokrasi. Implementasi prinsip ini belum

terwujud. Perbandingan ada pengurus Koperasi yang seumur hidup seperti PNS

saja!
Penjelasan : wujud konkrit demokrasi dalam Koperasi, yaitu prinsip satu orang

satu suara (one man one vote). Hak suara pada organisasi Koperasi, ditentukan

orang anggota, bukan besarnya modal. Implementasi lain wujud demokrasi,

adalah hak setiap anggota untuk dipilih dan memilih menjadi pengurus atau

pengawas, dan sekali lagi bukan didasarkan besarnya modal. Segi penting wujud

demokrasi, yaitu rapat anggota sebagai Pemegang Kekuasaan Tertinggi di

Koperasi. Rapat anggota memutuskan kebijakan, program kerja dan hal-hal pokok

dan penting di Koperasi.

11. Pertanyaan : Koperasi akan berjalan baik jika pengurus memi-liki

kejujuran. Karena jika tidak ada kejujuran, akan merugikan anggota dan

merusak citra Koperasi itu sendiri. Jadi kita Tanamkan kepada pengurus prinsip

kejujuran !.

Penjelasan : sangat tepat. Kejujuran bukan hanya monopoli dan berlaku bagi

pengurus. Kejujuran berlaku untuk pengurus, pengawas, pengelola dan anggota.

Kalau kita menyimak kembali pemikiran Bung Hatta tentang Koperasi, beliau

menggariskan bahwa kemajuan Koperasi itu sangat tergantung pada kesadaran

dan keinsyafan anggota untuk berusaha dalam perkumpulan Koperasi dan


kejujuran pengurusnya. Khusus untuk pengurus, yang memang dipercaya anggota

memimpin dan mengelola Koperasi, tentu memiliki amanah besar untuk

dijalankan dengan jujur.

Mengenai kejujuran ini, sebaiknya menjadi kriteria dalam pemilihan pengurus,

pengawas dan pengelola di Koperasi. Salah satu alat uji untuk itu, antara lain,

melalui rekam jejak (track record) calon pengurus.

12. Pertanyaan : pengelola diangkat oleh pengurus dan bertanggung jawab

kepada pengurus. Jika pertanggungjawaban pengurus tidak diterima RAT dan

pengawas harus lengser dari jabatan, apakah pengelola akan otomatis ikut

lengser dari jabatan ?

Penjelasan : tidak otomatis lengser. Pisahkan antara hubungan pengurus-

pengelola, dengan pertanggungjawaban pengurus di depan anggota (dalam rapat

anggota). Keberadaan pengelola di Koperasi didasarkan pada perjanjian tertulis,

antara Koperasi (pengurus) dengan pengelola. Pengangkatan pengelola oleh

pengurus telah dilaporkan dan disetujui anggota dalam rapat anggota. Jadi,

keberadaan pengelola merupakan ikatan institusional Koperasi, bukan ikatan

perseorangan dengan pengurus. Kelangsungan dan atau ketidak langsungan


keberadaan pengelola, dikembalikan pada perjanjian yang terikat diantara

pengelola dengan institusi Koperasi itu.

13. Pertanyaan : apakah hasil pengawasan yang dilakukan oleh pengawas,

perlu disosialisasikan/diberitahukan terlebih dahulu ke pengurus, sebelum

dibawa ke rapat anggota?

Penjelasan : ya benar harus dikomunikasikan ke pengurus. Dudukan kembali

fungsi, pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun

1992 maupun hakekat pengawasan dalam arti umum. Tentang pertanyaan ini,

jelas dan justru perlu komunikasi yang harmonis antara pengawas dengan

pengurus. Pengawas sebaiknya membantu pengurus dalam menjalankan kegiatan

operasional. Hasil pengawasan harus dikomunikasikan ke pengurus untuk

perbaikan.

14. Pertanyaan : usaha apakah yang dapat dilakukan apabila terjadi

perselisihan dalam kepengurusan Koperasi?


Penjelasan : perlu disepakati dulu, bahwa persoalan ini adalah urusan internal

Koperasi. Cermati dulu, apa penyebab dan posisi perselisihan, masalah pribadi

atau masalah organisasi. Apabila masalahnya ada hubungan dengan urusan

organ-isasi maka kembalikan ke aturan yang berlaku yaitu AD/ ART atau

keputusan-keputusan Koperasi. Posisi pembina adalah mediasi dan advokasi,

bukan intervensi.

15. Pertanyaan : pengurus wajib membuat laporan pertanggungjawaban

pengurus yang berisi laporan keuangan, laporan organisasi dan lain-lain pada

setiap akhir tahun. Saran: sebaiknya laporan dinamakan laporan

pertanggungjawaban pengurus jika sudah disetujui pada RAT ! (agar ada

persamaan persepsi)

Penjelasan : aturan ini sudah jelas dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992

tentang Perkoperasian pasal 35, pengurus menyusun laporan tahunan satu bulan

setelah tahun buku ditutup. Persetujuan atas laporan tahunan tersebut,

merupakan penerimaan pertanggungjawaban pengurus oleh rapat anggota. Jadi,

gunakan acuan peraturan perundangan ini, sehingga memiliki persepsi sama.


PENGAWASAN KOPERASI

PENGAWASAN KOPERASI

1.Sendi-sendi dasar koperasi

Menurut UU No.12 Tahun 1967,sendi – sendi dasar koperasi adalah:

-Sifat keanggotaannya suka rela dan terbuka untuk setiap warga Negara Indonesia

-rapat angota meruapakan kekuasaan tertinggi sebagai pencerminan dalam pencerminan


koperasi

-Pembagian SHU di atur menurut jasa masing-masing anggota

-adanya pembatasan bunga atas modal

-Pengembangan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada anggotanya

-Usaha dan ketatalaksanaannya bersifat terbuka

-Swadaya,swakarta dan swasembada sebagai pencerminan prinsip dasar percaya pada diri
sendiri.

2.Tipe pengawasan dari metode penelitian

Dalam pengawasan terdapat beberapa tipe pengawasan. Fungsi pengawasan dapat


dibagi dalam tiga macam tipe, atas dasar fokus aktivitas pengawasan, antara lain:

a. Pengawasan Pendahuluan (preliminary control).

b. Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control)

c. Pengawasan Feed Back (feed back control)

Penjelasan:
a. Pengawasan Pendahuluan (preliminary contro)

Prosedur-prosedur pengawasan pendahuluan mencakup semua upaya manajerial guna


memperbesar kemungkinan bahwa hasil-hasil aktual akan berdekatan hasilnya dibandingkan
dengan hasil-hasil yang direncanakan.

Dipandang dari sudut prespektif demikian, maka kebijaksanaankebijaksanaan


merupakan pedoman-pedoman untuk tindakan masa mendatang. Tetapi, walaupun demikian
penting untuk membedakan tindakan menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan
mengimplementasikannya.

Merumuskan kebijakan-kebijakan termasuk dalam fungsi perencanaan sedangkan


tndakan mengimplementasi kebijaksanaan merupakan bagian dari fungsi pengawasan.

Pengawasan pendahuluan meliputi:

1. Pengawasan pendahuluan sumber daya manusia.


2. Pengawasan pendahuluan bahan-bahan.
3. Pengawasan pendahuluan modal
4. Pengawasan pendahuluan sumber-sumber daya finansial

b. Pengawasan Pada Waktu Kerja Berlangsung (concurrent control)


Concurrent control terutama terdiri dari tindakan-tindakan para supervisor yang
mengarahkan pekerjaan para bawahan mereka.

Direction berhubungan dengan tindakan-tindakan para manajer sewaktu mereka


berupaya untuk:

1. Mengajarkan para bawahan mereka bagaimana cara penerapan metode-metode serta


prosedur-prsedur yang tepat.
2. Mengawasi pekerjaan mereka agar pekerjaan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Proses memberikan pengarahan bukan saja meliputi cara dengan apa petunjuk-
petunjuk dikomunikasikan tetapi ia meliputi juga sikap orang-orang yang memberikan
penyerahan.
c. Pengawasan Feed Back (feed back control)
Sifat khas dari metode-metode pengawasan feed back (umpan balik) adalah bahwa
dipusatkan perhatian pada hasil-hasil historikal, sebagai landasan untuk mengoreksi tindakan-
tindakan masa mendatang.

Adapun sejumlah metode pengawasan feed back yang banyak dilakukan yaitu:

1. Analysis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis)


2. Analisis Biaya Standar (Standard Cost Analysis).
3. Pengawasan Kualitas (Quality Control)
4. Evaluasi Hasil Pekerjaan Pekerja (Employee Performance Evaluation)

3.Metode Pengawasan
Secara garis besar pengawasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode pengawasan kualitatif
dan metode pengawasan kuantitatif. Pengawasan kualitatif dilakukan oleh manajer untuk
menjaga performance organisasi secara keseluruhan, sikap serta performance karyawan.
Metode pengawasan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan data, biasanya digunakan
untuk mengawasi kuantitas maupun kualitas produk. Ada beberapa cara yang biasa digunakan
untuk mengadakan pengawasan kuantitatif, antara lain: dengan menggunakan anggaran,
mengadakan auditing, analisis break even, analisis rasio dan sebagainya.

4.manajemen koperasi

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan,


usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi
lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Koperasi seperti halnya organisasi yang lain membutuhkan manajemen yang baik agar tujuan
koperasi tercapai dengan efisien.

Hal yang membedakan manajemen koperasi dengan manajemen umum adalah terletak pada
unsur-unsur manajemen koperasi yaitu rapat anggota, pengurus, dan pengawas. Adapun tugas
masing-masing dapat diperinci sebagai berikut : Rapat anggota bertugas untuk menetapkan
anggaran dasar, membuat kebijaksanaan umum, mengangkat/memberhentikan pengurus dan
pengawas. Pengurus koperasi bertugas memimpin koperasi dan usaha koperasi sedangkan
Pengawas tugasnya mengawasi jalannya koperasi.
Untuk koperasi yang unit usahanya banyak dan luas, pengurus dimungkinkan mengangkat
manajer dan karyawan. Manajer atau karyawan tidak harus anggota koperasi dan seyogyanya
memang diambil dari luar koperasi supaya pengawasannya lebih mudah. Mereka bekerja
karena ditugasi oleh pengurus, maka mereka juga bertanggung jawab kepada pengurus.

Proses Perencanaan
Perencanaan dalam Koperasi

1. Organisasi koperasi sama dengan organisasi yang lain, perlu dikelola dengan baik agar
dapat mencapai tujuan akhir seefektif mungkin.
2. Fungsi perencanaan merupakan fungsi manajemen yang sangat penting karena
merupakan dasar bagi fungsi manajemen yang lain. Agar tujuan akhir koperasi dapat
dicapai maka koperasi harus membuat rencana yang baik, dengan melalui beberapa
langkah dasar pembuatan rencana yaitu menentukan tujuan organisasi mengajukan
beberapa alternatif cara mencapai tujuan tersebut dan kemudian alternatif-alternatif
tersebut harus dikaji satu per satu baik buruknya sebelum diputuskan alternatif mana
yang dipilih
3. Tipe rencana yang dapat diambil dalam koperasi dapat bermacam-macam tergantung
pada jangka waktu dan jenjang atau tingkatan manajemen.

Struktur Organisasi dalam Koperasi


Sebagai pengelola koperasi, pengurus menghadapi berbagai macam masalah yang harus
diselesaikan. Masalah yang paling sulit adalah masalah yang timbul dari dalam dirinya sendiri,
yaitu berupa keterbatasan. Keterbatasan dalam hal pengetahuan paling sering terjadi, sebab
seorang pengurus harus diangkat oleh, dan dari anggota, sehingga belum tentu dia merupakan
orang yang profesional di bidang perusahaan. Dengan kemampuannya yang terbatas, serta
tingkat pendidikan yang terbatas pula, pengurus perlu mengangkat karyawan yang bertugas
membantunya dalam mengelola koperasi agar pekerjaan koperasi dapat diselesaikan dengan
baik.

Dengan masuknya berbagai pihak yang ikut membantu pengurus mengelola usaha koperasi,
semakin kompleks pula struktur organisasi koperasi tersebut. Pemilihan bentuk struktur
organisasi koperasi harus disesuaikan dengan macam usaha, volume usaha, maupun luas
pasar dari produk yang dihasilkan. Pada prinsipnya semua bentuk organisasi baik, walaupun
masing-masing mempunyai kelemahan.

Pengarahan

Pengarahan merupakan fungsi manajemen yang sangat penting. Sebab masing-masing orang
yang bekerja di dalam suatu organisasi mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Supaya
kepentingan yang berbeda-beda tersebut tidak saling bertabrakan satu sama lain, maka
pimpinan perusahaan harus dapat mengarahkannya untuk mencapai tujuan perusahaan.

Seorang karyawan dapat mempunyai prestasi kerja yang baik, apabila mempunyai motivasi.
Maka dari itu, tugas pimpinan perusahaan adalah memotivasi karyawannya agar mereka
menggunakan seluruh potensi yang ada dalam dirinya untuk mencapai hasil yang sebaik-
baiknya. Supaya manajer atau pimpinan perusahan dapat memberikan pengarahan yang baik,
pertama-tama ia harus mempunyai kemampuan untuk memimpin perusahaan dan harus pandai
mengadakan komunikasi secara vertikal.

Manajemen Kepegawaian

Seorang manajer kepegawaian adalah pembantu pengurus yang diserahi tugas mengurus
administrasi kepegawaian, yang mencakup:

1. mendapatkan pegawai yang mau bekerja dalam koperasi,


2. meningkatkan kemampuan kerja pegawai,
3. menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik sehingga para karyawan tersebut
tidak bosan bekerja bahkan dapat meningkatkan prestasinya,
4. melaksanakan kebijaksanaan yang dibuat pengurus, mengawasi pelaksanaannya dan
menyampaikan informasi maupun laporan kepada pengurus secara teratur,
5. memberikan saran-saran/usul-usul perbaikan.

Pengertian dan Tujuan Pengawasan


Pengawasan adalah suatu usaha sistematik untuk membuat semua kegiatan perusahaan
sesuai dengan rencana. Proses pengawasan dapat dilakukan dengan melalui beberapa tahap,
yaitu menetapkan standar, membandingkan kegiatan yang dilaksanakan dengan standar yang
sudah ditetapkan, mengukur penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, kemudian mengambil
tindakan koreksi apabila diperlukan. Setiap perusahaan mengadakan pengawasan dengan
tujuan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan.
Hubungan Kerja antara Manajer dengan Pengurus dan Pihak Lain

Dewasa ini semakin banyak koperasi yang mengangkat manajer untuk menangani usaha
koperasi dengan berbagai macam alasan. Alasan yang biasa dikemukakan adalah yang
menyangkut kemampuan pengurus. Pengurus diangkat dari anggota koperasi yang mempunyai
kemampuan terbatas di bidang manajemen perusahaan. Selain itu pengurus mempunyai tugas
yang lebih luas, yaitu memimpin koperasi secara keseluruhan, sehingga hal-hal yang bersifat
operasional dapat diserahkan kepada manajer. Dari segi waktu, pengurus dipilih hanya untuk
jangka waktu tertentu untuk mengurus usaha koperasi, sebab biasanya pengurus mempunyai
pekerjaan sendiri selain menjadi pengurus koperasi. Sedangkan menjalankan usaha koperasi
tidak dapat dilakukan sambil lalu, tetapi harus dikerjakan penuh ketekunan.

Seorang manajer koperasi diangkat pengurus untuk membantu menjalankan usaha koperasi,
oleh karena itu manajer harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada pengurus,
bukan kepada orang lain. Manajer hanya boleh mengerjakan sesuatu kalau diberi kewenangan
atau kekuasaan oleh pengurus, misalnya dalam berhubungan dengan bank, manajer hanya
boleh mengadakan kontak dengan bank untuk hal-hal yang diizinkan oleh pengurus. Di luar hal-
hal yang diizinkan tersebut, manajer tidak boleh mengadakan hubungan dengan bank,
melainkan pengurus sendiri yang akan melakukannya.
Administrasi Koperasi

Penyelenggaraan administrasi yang baik mempunyai suatu tujuan yaitu efisiensi. Efisiensi di
sini menggambarkan adanya perbandingan yang paling baik antara suatu usaha dengan hasil
yang dicapai dari usaha tersebut. Dilihat dari hasilnya, suatu usaha dikatakan efisien bila usaha
tersebut memberikan hasil yang terbaik. Sebaliknya dilihat dari segi usaha, suatu usaha dapat
dikatakan efisien apabila hasil yang ditentukan dapat dicapai dengan usaha yang paling ringan.
Sumber Keuangan dan Penggunaan Dana Koperasi

Sebagai suatu perusahaan yang bergerak di bidang ekonomi, koperasi membutuhkan modal
untuk menjalankan usahanya. Ada empat macam modal koperasi menurut penggunaannya,
yaitu (1) modal untuk organisasi, (2) modal untuk alat perlengkapan, (3) modal kerja atau modal
lancar dan (4) modal untuk uang muka.
Untuk memenuhi kebutuhannya akan modal, koperasi memiliki beberapa sumber modal, antara
lain: dari anggota, berupa simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela; dari Sisa
Hasil Usaha dan dari luar koperasi, yang dapat berupa pinjaman dari bank maupun dari
penanam modal.

Auditing Koperasi

Koperasi supaya dapat bersaing dengan perusahaan lain harus dalam kondisi sehat, baik dari
sudut organisasi maupun keuangannya. Untuk keperluan tersebut, koperasi harus menjalani
pemeriksaan secara periodik. Pemeriksaan dapat dilakukan oleh pihak intern koperasi, yaitu
oleh pengawas. Salah satu tugas pengawas adalah memeriksa jalannya koperasi, baik dari
aspek organisasi, manajemen maupun keuangan. Pemeriksaan oleh pihak intern sering kurang
objektif, karena dalam kenyataan memang sulit memeriksa diri sendiri dan mencari kesalahan
sendiri. Selain itu ada kemungkinan anggota pengawas tidak mempunyai bekal pengetahuan
tentang akuntansi.

pengawasan koperasi

Pengawasan Koperasi

1. PENGAWASAN DALAM ORGANISASI KOPERASI

2. Pengertian Pengawasan

Perangkat organisasi koperasi terdiri dari Rapat Anggota, Pengurus dan Pengawas. Berdiri sejajar dengan pengurus,
pengawas dipilih oleh anggota melalui Rapat Anggota (Pasal 38 ayat 1 Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian) yang memperoleh pelimpahan wewenang dari para anggota, oleh karenanya Pengawas bertanggung
jawab kepada Rapat Anggota (Pasal 38 ayat 2 Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian).
Pengertian pengawas dan pengurus mempunyai kedudukan yang sejajar dalam koperasi, dalam hal ini tidak ada
yang lebih atas dan tidak saling membawahi diantara kedua perangkat organisasi koperasi tersebut.
Disebut mempunyai kedudukan sejajar karena pada hakekatnya kedua-duanya melaksanakan amanat rapat anggota
di dalam mengelola kegiatan koperasi sehari-hari meskipun dalam fungsi yang berbeda. Oleh karenanya dalam
kegiatan sehari-hari antara pengurus dengan pengawas harus sinergi dalam arti saling menunjang kesuksesan
pelaksanaan tugas masing-masing.

Pengurus harus dapat memberi kesempatan dan bantuan yang seluas-luasnya bagi pengawas dalam menjalankan
tugasnya. Sebaliknya pengawas harus mampu menunjukkan hal-hal yang dirasa kurang tepat atau bertentangan
dengan keputusan rapat anggota dengan memberikan jalan keluar kepada pengurus agar secepatnya dapat diambil
langkah-langkah perbaikan oleh pengurus. Pengawas harus juga secara aktif memberikan masukan dan saran
kepada Pengurus baik diminta maupun tidak. Jadi pengawas adalah mitra/partner di dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari.
Sudah barang tentu hubungan kemitraan (partnership) ini bukan dimaksud dalam arti yang tidak baik atau negatif.
Partnership disini lebih ditekankan agar proses kerja ketiga perangkat organisasi koperasi tersebut dapat berfungsi
secara efektif sehingga perwujudan prinsip dari, untuk dan oleh anggota benar-benar nyata.

Pengawasan dapat diartikan sebagai proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang akan dilaksanakan, menilainya
dan mengoreksinya dengan tujuan agar pelaksanaan pekerjaan itu sesuai dengan rencana.

Menurut undang – undang koperasi pasal 26 tahun 1992 adalah :

1. Pengawas dipilih dari dan oleh anggota dalam Rapat Anggota.

2. Yang dapat dipilih menjadi Pengawas adalah anggota yang memenuhi syarat sebagai berikut :

1. mempunyai pengetahuan tentang perkoperasian pengawasan dan akuntansi, jujur dan

berdedikasiterhadap Koperasi;

2. memiliki kemampuan keterampilan kerja dan wawasan di bidang pengawasan;

3. sudah menjadi anggota sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun, kecuali pada saat pendirian koperasi.

3. Pengawas dipilih untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun.

4. Pengawas terdiri terdiri dari sedikit-dikitnya 3 (tiga) orang dan sebanyak-banyaknya sesuai Keputusan

Rapat Anggota.

5. Sebelum melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Pengawas, harus terlebih dahulu mengucap sumpah

atau janji didepan Rapat Anggota.

6. Tata cara pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian Pengawas diatur dan sumpah Pengawas

ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga

1. Prinsip – pridnsip Pengawasan

Prinsip utama pengawasan agar dapat dijalankan adalah apabila :

1. Ada rencana tertentu.

2. Ada instruksi (perintah) untuk mengerjakan.

3. Ada wewenang kepada orang lain (bawahan).

4. Dapat merefleksikan berbagai sifat dan kebutuhan dari berbagai kegiatan yang diawasi

5. Pengawasan harus bersifat fleksibel;


6. Dapat merefleksikan pola organisasi

Selain prinsip utama diatas, ada beberapa prinsip-prinsip pendukung yang harus dijalankan, yaitu :

1. Pengawasan harus ekonimis,

2. Pengawasan harus fleksibel dan mudah dimengerti,

3. Pengawasan harus dapat menjamindiadakannya tindakan korektif, sehingga meluruskan jalannya

organisasi,

4. Pengawasan harus dapat melaporkan penyimpangan yang mungkin ada dan usaha perbaikannya,

5. Pengawasan harus mengetahui dengan pasti tentang sifat dan kebutuhan dari kegiatan yang harus diawasi,

sehingga secara preventif dapat mencegah adanya penyimpangan.

6. Fungsi pengawas

Fungsi pengawasan lainnya adalah untuk mengatur apakah kegiatan sesuai dengan persyaratan yang telah
ditetapkan dalam rencana. Yang harus dilakukan pemimpin agar apa yang telah direncanakan dapat tercapai
adalah dengan melakukan hal-hal berikut :

 Memiliki standar sebagai pedoman (alat ukur), jika seorang pimpinan ingin menilai sesuatu, maka ia harus

memiliki alat ukur yang cocok untuk digunakan. Alat ukur tersebut biasanya ditetapkan terlebih dahulu

sebelum kegiatan dimulai. Demikian pula bagian atau personil yang akan dinilai juga harus mengetahui

alat yang akan digunakan. Standar yang dimiliki dapat berwujud ukuran fisik, misalnya ukuran kualitas

atau ukuran waktu kerja dan standar keuangan (ukuran besarnya biaya pendapatan).

 Mengadakan supervise kegiatan, yakni memberikan petunjuk dan saran atau informasi yang terkait dengan

pelaksanaan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Kegiatan supervisi ini harus dilakukan, jangan sampai

ada kesalahan karena kegiatan ini bersifat prefentif.

 Membandingkan hasil-hasil dengan standarnya (mengevaluasi), setelah tugas selesai dikerjakan, hasil

pekerjaan baik dalam bentuk laporan tertulis maupun peninjauan langsung, lalu dibandingkan dengan alat

yang telah ditetapkan. Dari perbandingan tersebut dapat dinilai apakah pelaksanaan tugas itu baik atau

kurang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.


 Melakukan kegiatan perbaikan. Pemimpin harus berani mengambil tindakan perbaikan jika pada hasil

pekerjaan terdapat hal-hal yang menyimpang atau tudak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

1. Peranan Pengawasan

Melihat dari sasaran pengawasan, maka fungsi pengawasan adalah :

1. Mencegah terjadinya berbagai penyimpangan atau kesalahan.

Dalam kegiatan pengawsan, seorang pengawas memiliki fungsi untuk mencegah adanya penyimpangan ataupun
kesalahan yang ada di dalam koperasi tersebut.

1. Memperbaiki berbagai penyimpangan atau kesalahan yang terjadi;

Pengawas memiliki fungsi kedua yaitu memeperbaiki berbagai penyimpangan atau kesalahan dengan mengadakan
rapat anggota, sehinga permasalahan dan penyimpangan itu dipecahkan bersama – sama.

1. Untuk mendinamisir organisasi/koperasi serta segenap kegiatan manajemen lainnya;

Dalam kegiatannya pengawas mendinamisir organisasi dan mampu memanaj kegiatan koperasi yang dijalankan oleh
anggota dan pengurus.

1. Untuk mempertebal rasa tanggung jawab;

Pengawas memiliki tugas yang berat sebagai penganat kegiatan koperasi dan usahanya, sehinga pengawas memiliki
fungsi mempertebal rasa tanggung jawab.

1. Kinerja pengawas dalam kegiatan sehari – hari

1. Personalia Pengawasan Dalam Perkoperasian

Personalia yang bertugas melaksanakan pengawasan antara lain adalah pengawas, departemen koperasi, dekopin
dan pusat koperasi, badan penasihat dan dewan Pembina, manajer, anggota, dan akuntan public.
Dalam pasal 27 dijelaskan :

1. Dalam hal koperasi telah mampu mengangkat manajer yang professional, maka pengawasan dapat

diadakan secara tetapatau diadakan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan dan -ditentukan dengan

Keputusan Rapat Anggota.

1. Pembagian tugas dan kewajiban dalam perkoperasian :


2. Pengawas

2. Dalam hal koperasi tidak mengangkat Pengawas, maka

1. pengangkatan manajer tersebut harus langsung ditetapkan oleh Rapat Anggota;

2. fungsi dan tugas Pengawas menjadi tugas dan tanggung jawab Pengurus dan Pengurus tidak turut

campur tangan dalam pengelolaan kegiatan usaha, keuangan

yang dijalankan oleh koperasi.

3. Audit keuangan harus dilakukan oleh Akuntan Publik dan audit non keuangan oleh tenaga ahli di bidangnya

atas permintaan Pengurus.

4. Pengaturan selanjutnya diatur didalam Anggaran Rumah Tangga.

Pengawasan dari pengawas (UU No 12 Th 1967 disebut sebagai badan pemeriksa), sering juga disebut sebagai
waskat atau pengawasan melekat (instruksi presiden no 1 th 1989) tentang pedoman pelaksanaan pengawasan
melekat bagi koperasi. Dalam system manajemen koperasi Indonesia, fungsi pengawasan berada ditangan
pengawas yang bertindak untuk dan/ atas nama anggota.
Secara periodic pengawas mengadakan pertemuan untuk membicarakan tata cara pelaksanaan kerja pengurus
dalam menjalankan amanat para anggota agar dapat mencegah tindakan penyelewengan oleh para pengurus.
Dalam rapat anggota, pengawas juga bertanggungjawab kepada anggota atas hasil pengawasannya, terutama
terhadap keuangan.

Dari segi manajemen dan organisasinya, pengawas harus melakukan pengawasan yang intensif dan rutin. Dengan
semakin profesionalnya pelaksanan usaha, dibutuhkan seorang penasehat (pengawas) khusus bidang manajemen,
yang didalam koperasi dikenal sebagai Koperasi Jasa Manajemen (KJM).

1. Departemen koperasi, Dekopin dan Pusat kopersi

Pengawas ini merupakam pengawas eksternal karena berasal dari liar koperasi. Pengawas eksternal adalah
pengawas yang berasal dari luar organisasi yang bersangkutan, baik dari organ pengawasan fungsional maupun
nonfungsional. Pelaksanaan pengawasan eksternal pada koperasi adlah sebagai berikut :

1. Pusat koperasi atau koperasi sekunder secara terus-menerus mengadakan peninjauan yang bersifat

pembinaan dan pengawasan (pengawasan fungsional)

2. DEKOPINDA/DEKOPINWIL, yang berorientasi tidak hanya pendidikan dan pembinaan unsur gerakannya

saja, namun mereka secara moral juga bertugas sebagai pengawasatas jalannya koperasi (pengawasan

nonfungsional)

3. Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil setempat, secara aktif mengadakan peninjauan kemasing-

masing koperasi dalam rangka pembinaandan memberikan informasi rutin dari pemerintah.
1. Badan penasihat dan Dewan Pembina

Dewan Pembina dan penasehat sesuai dengan fungsinya hanya memberikan pembinaan serta nasehat kepada para
pengurus dan pengawas. Merekan biasanya adalah sosok yang dituakan atau secara structural lebih dihormati
sehingga tepat untuk dimintai saran, nasehat dan petunjuk.

1. Manajer

2. Anggota koperasi

3. KJA atau Akuntan public

Seorang pengawas memiliki tugas yang harus dilaksanakan yaitu :

1. Pengawas koperasi berwenang dan bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan

pengelolaan organisasi.

2. pengawas wajib membuat laporan tentang hasil kepengawasanya dan merahasiakan hasil laporanya

kepada pihak ketiga.

3. Pengawas koperasi meneliti catatan dan fisik yang ada dikoperasi dan mendapatkan keterangan yang

diperlukan.

4. Pelaksanaan pengawasan dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali melalui pemeriksaan.

5. Memberikan koreksi, saran, teguran dan peringatan kepada pengurus

6. Hak Dan Kewajiban pengawas

Hak dan kewajiban pengawas menurut pasal 28 dan pasal 29 adalah :


Pasal 28

Hak dan kewajiban Pengawas adalah :

1. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi;

2. Meneliti catatan dan pembukuan yang ada pada koperasi;

3. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan;

4. Memberikan koreksi, saran teguran dan peringatan kepada Pengurus;

5. Merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga;

6. Membuat laporan tertulis tentang hasil pelaksanaan tugas pengawasan kepada Rapat Anggota.
Pasal 29
Pengawas berhak menerima imbalan jasa sesuai Keputusan Rapat -Anggota.

Dalam aplikasinya pemeriksaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pengawas meliputi : meneliti kecermatan
kebenaran data-data akuntansi dan kelayakan laporan keuangan, mengevaluasi efektifitas dan efisiensi
pelaksanaan tugas pengurus dalam menjalankan organisasi dan usaha yang dituangkan dalam rencana kerja dan
anggaran belanja, menilai dan mengevaluasi hasil-hasil yang diperoleh dikaitkan dengan pencapaian tujuan
koperasi., untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada/terjadi di koperasi, untuk menyelamatkan
kepentingan koperasi itu sendiri, anggota maupun pihak lain yang berkepentingan (pengamanan),
menilai/mengevaluasi kebijaksanaan-kebijaksanaan pengurus.

Apabila koperasi sudah tumbuh menjadi koperasi besar dengan banyak anggota dan berbagai bidang usaha maka
pelaksanaan kepengawasan melalui pemeriksaan tidak bisa lagi hanya dilakukan 3 (tiga) bulan sekali. Untuk kondisi
koperasi yang seperti ini kehadiran Pengawas menjadi hal penting. Betapapun hebatnya suatu koperasi jika tidak
diimbangi dengan fungsi kepengawasan yang baik, maka apa yang menjadi tujuan koperasi yaitu meningkatkan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya akan sulit diwujudkan. (Sumber: Materi
diklat pengawasan, UU No. 25/1992, AD KKC).

1. Macam-macam Pengawasan;

Pengawasan dapat dibedakan dari berbagai sudut pandang, antara lain:

1. 1. Dari subyek yang mengawasi :

 Pengawasan internal dan eksternal;

 Pengawasan langsung dan tidak langsung

 Pengawasan formal dan informal;

 Pengawasan manajerial dan staf

1. 2. Dari sudut obyek yang diawasi :

 Keuangan dan biaya, yang sasarannya:

a) Anggaran dan pelaksanaannya


b) Biaya-biaya yang dikeluarkannya

c) Pendapatan/penerimaan dalam bentuk uang

 Waktu/time, sasarannya adalah :

a) Penggunaan waktu
b) Pemberian waktu/timing

c) Kecepatan atau speed


 Personalian, sasarannya :

a) Tingkat kejujuran
b) Kesetiaan/loyalitas

c) Kerajinan dengan absensi

d) Tingkah laku dan kesetiakawanan

1. Waktu Pengawasan :

1. Pengawasan preventif, dilakukan sebelum terjadinya penyimpangan

2. Pengawasan represif, dilakukan setelah terjadinya penyimpangan

1. Sifat Pengawasan :

1. Inspektif, yaitu melakukan pemeriksaan setempat (on the spot), untuk mengetahui sendiri keadaan

yang sebenarnya

2. Komporatif, yaitu membandingkan antara hasil dengan rencana yang ada.

3. Verifikatif, yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh staf, terutama pada bidang keuangan dan atau

material.

4. Investigatif, yaitu melakukan penyelidikan untuk mengetahui terjadinya penyelewengan yang

tersembunyi.

1. Prosedur Pengawasan :

Langkah-langkah yang ditempuh meliputi :

1. Menetapkan rencana pengawasan;

2. Melaksanakan pengawasan;

3. Melakukan penilaian/evaluasi

1. Teknik-teknik Pengawasan :

Agar dapat melakukan pengawasan efektif dan efisien, perlu teknik pengawasan sebagai berikut :
1. Pengawasan yang menitik beratkan pada hal-hal yang menyolok (control by exeption)

2. Pengawasan yang menitik beratkan pada pengeluaran

3. Pengawasan yang menitik beratkan pada orang-orang yang dipercaya (control through key person)

4. Pengawasan dengan menjalankan suatu rangkaian pemeriksaan/verifikasi/audit secara sistematis

(control through audits)

Jangan Jadi Pengawas Koperasi yang Ecek-Ecek


Rabu, 30 September 2015

Fungsi pengawas dalam koperasi merupakan salah satu fungsi penting di koperasi, sampai harus
dicantumkan dalam undang-undang perkoperasian. Sayangnya fungsi pengawas di banyak koperasi
belum terlalu optimal, bahkan ada yang tidak berjalan sama sekali.

Mengawasi koperasi bukan hanya mengawasi hasil pengelolaan koperasi di akhir tahun. Mengawasi
koperasi berarti mengawasi proses (bukan sekedar hasil) pengeloaan koperasi sepanjang tahun.
Anggapan yang salah jika pengawas menemukan banyak temuan di akhhir tahun maka pengawas telah
melakkan pekerjaannya dengan baik. Justru sebaliknya, pengawas yang seperti itu tidak lain seperti
oknum polisi yang bersembunyi menunggu pelanggar lalu lintas. Pengawas yang baik adalah pengawas
yang dapat mengantisipasi penyelewengan, penyalahgunaan di koperasi jauh-jauh hari sebelum
penyelewengan itu terjadi.

Seringkali pengawas bukanlah orang yang mempunyai keahlian untuk mengawasi, tidak punya keahlian
auditing. Kurang bisa memprediksi dan membaca kejanggalan yang ada di organisasi. Mungkin
pengawas dipilih karena kejujuran dan integritasnya, namun itu saja tidak cukup. Perlu dibarengi dengan
kemampuan. Karenanya tidak mengapa jika pengawas mempekerjakan tenaga ahli di bidang
pemeriksaan dan auditing untuk mengawasi koperasi. Tenaga ahli yang dipekerjakan bisa bersifat
sewaktu-waktu, setiap beberapa bulan sekali. Dan bisa menggunakan jasa auditor atau konsultan. Atau
mengangkat staf khusus dewan pengawas yang ditugaskan memonitor jalannya koperasi, day by day.
Struktur koperasi disusun sedemikian rupa, ada pengurus dan pengawas. Dua komponen ini yang satu
sebagai pelaksana, dependent, berpikir in the box. Yang satu sebagai pengawas, independen, berpikir
out of the box. Dengan adanya dua komponen ini yang bekerja optimal dan saling berkolaborasi, maka
saya optimis koperasi berpeluang sangat besar untuk maju. Justru ide-ide bisa datang lebih banyak dari
pengawas daripada pengurus atau pengelola. Mengapa? Karena pengurus dan pengelola sehari-hari
sudah sibuk menghadapi rutinitas dan tantangan yang ada di dalam koperasi, tidak punya banyak waktu
untuk mencari ide segar atau memandang dari perspektif berbeda. Sedangkan pengawas tidak punya
beban tanggung jawab untuk melaksanakan, sehingga lebih punya keleluasaan dalam memandang
koperasi dari berbagai perspektif. Boleh dikata pengawas bisa berperan sebagai bagian R&D (Research
and Development) dari suatu koperasi.

Kapan pengawas harusnya mengawasi koperasi? Akhir tahun? Sudah tidak zaman. Mana bisa koperasi
maju dan berkembang jika pengawasnya seperti itu. Sebaiknya pengawas yang seperti itu, yang aktif
ketika akhir tahun saja, segera diganti tanpa menunggu masa jabatannya selesai. Koperasi perlu
pengawas yang aktif, yang mengawasi koperasi secara rutin. Setiap bulan, setiap hari jika perlu.
Sehingga penyimpangan-penyimpangan, bahkan baru indikasi dan gejala penyimpangan pun bisa
diketahui tanpa harus menunggu koperasi mengalami kerugian. Tidak ada salahnya kan pengawas punya
staf khusus yang bekerja satu kantor dengan pengurus dan pengelola koperasi. Staf tersebut berada
langsung dibawah koordinasi dewan pengawas dan diberi delegasi serta wewenang untuk memeriksa
hal-hal yang perlu dijaga.

Peran pengawas itu ibarat wasit dalam pertandingan sepak bola. Pengawas bukan penonton yang
melihat pertandingan sepak bola dari bangku stadion. Pengawas adalah wasit yang berada di tengah
lapangan, melihat secara dekat bagaimana permainan dijalankan. Mengikuti kemanapun bola
menggelinding, berlari mengikuti bola. Lelah? Ya pasti, tapi memang itu tugasnya wasit, berlari kesana
kemari, jangan jadi wasit jika malas berlari. Begitupun pengawas, harus aktif, mengikuti setiap kebijakan
pengurus, mengawal setiap target yang ditentukan. Cape? Ya pasti, tapi memang itu tugasnya
pengawas, matanya harus tajam, otaknya harus berputar, jangan jadi pengawas jika malas memutar
otak.

Dan seperti wasit, meskipun berada di tengah lapangan, di tengah permainan. Keberadaannya tidak
mengganggu permainan itu sendiri, tidak menghalangi kemana jatuhnya bola, tidak mengintervensi
permainan selama dalam batas-batas aturan. Seperti itu juga pengawas, meskipun tugasnya mengawasi,
jangan sampai mengganggu jalannya kerja pengurus, apalagi mengintervensi yang tidak perlu. Pengawas
pun harus tahu batas-batasnya, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Oleh karena itu pengawas
pun harus mengerti manajemen, keuangan, akuntansi. Jangan sampai ada pengawas yang bertanya
seperti ini. 'Itu kok akumulasi penyusutan aktiva nilainya negatif?'. Pengurus yang tidak paham
manajemen, keuangan, apalagi akuntansi itu sama saja seperti wasit yang tidak mengerti peraturan
sepak bola. Tidak usah menjadi wasit, jadi penonton saja.

Koordinasi antara pengawas dan pengurus juga vital untuk dilakukan. Perlu ada rapat rutin antara
pengurus dan pengawas. Bukan rutin setahun sekali, minimal rutin setiap tiga bulan sekali. Berkaitan
dengan rapat pengawas dan pengurus. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan :

1. Sebelum rapat, pengawas harus mempelajari materi rapat yang akan dibahas. Pelajari laporan
keuangan, laporan realisasi kerja, laporan temuan. Sehingga waktu rapat yang terbatas dapat
digunakan seefektif mungkin.
2. Buat prioritas pembahasan. Mana pembahasan yang paling penting untuk dibahas atau
ditanyakan ke pengurus, mana yang masih bisa dibelakangkan. Fokus pada materi-materi yang
menjadi menjadi prioritas. Jangan buang waktu untuk membahas hal-hal yang tidak prinsipil,
seperti redaksi bahasa.
3. Sediakan waktu yang cukup. Jika materi pembahasannya banyak, alokasikan waktu satu hari
penuh atau kalau perlu dua hari penuh. Target rapat adalah agar materi pembahasan selesai
dibahas semuanya, bukan target 'jam sekian rapat harus selesai'. Ketika pertama kali dilantik
menjadi pengawas, saat itu juga harus disadari bahwa perlu ada pengorbanan waktu yang tidak
sedikit.
4. Setiap rapat harus menghasilkan tindak lanjut atau action plan yang jelas. Jangan ada rapat yang
isinya hanya pembahasan dan pembicaraan lantas setelahnya tidak jelas apa yang mesti
dilakukan. Rapat adalah sebuah proses dan hasilnya adalah action plan, rencana tindakan. Rapat
tanpa rencana tindakan sama saja dengan proses tanpa hasil.

Audit rutin pun perlu dilakukan minimal setiap tiga bulan sekali. Ada audit intern oleh pengawas, setiap
tiga bulan atau satu bulan sekali. Dan ada audit extern oleh auditor external setiap satu tahun sekali.
Yang di audit pun tidak melulu tentang keuangan. Pengawas perlu belajar melihat performa organisasi
bukan hanya dari segi keuangan, ada sisi lain yang perlu dilihat. Jika mengacu pada teori Balanced Score
Card, ada tiga perspektif lain yang juga perlu diperhatikan dan diaudit, selain persepektif keuangan.
Yaitu persepektif customer, internal process, dan learning & growth. Sebaik apa koperasi melayani
pelanggannya, itu perlu diaudit. Seberapa efisien proses bisnisnya, itu juga perlu diaudit. Terakhir,
apakah ada aktivitas pembelajaran dan pertumbuhan dalam koperasi, itu juga perlu di audit.

Tentunya jarang sekali ditemukan pengawas yang memiliki keahlian di bidang akuntansi, auditing, atau
teknik pengawasan. Oleh karena itu pengawas jangan malas-malas belajar. Tugas pertama ketika
diangkat menjadi pengawas bukan langsung mengawasi, pertama kali yang dilakukan adalah belajar
bagaimana mengawasi. Belajar apa-apa yang belum diketahui. Kalau belum bisa baca laporan keuangan,
belajar baca laporan keuangan. Jangan gengsi untuk belajar, kalau tidak tahu bilang tidak tahu, kalau
tidak bisa bilang tidak bisa, kalau tidak mampu bilang tidak mampu. Jangan karena gengsi saudara,
koperasi justru yang jadi korbannya. Punya pengawas yang tidak kompeten.

Hubungan antara pengurus dan pengawas adalah orang yang tidak terikat kepentingan (utang budi)
terhadap pengurus. Jangan sampai pengawas tersandera oleh pengurus sehingga keobjektifan penilaian
dan pengawasan menjadi tidak ada lagi. Integritas pengawas harus dijaga, pengawas adalah KPK bagi
pengurus. Jangan sampai KPK nya pun ikut korupsi, kolusi dan nepotisme. Integritas dan objektivitas itu
harus benar-benar dijaga.
Apa filosofi, tujuan, fungsi dan prinsip koperasi, pengawas juga harus tahu. Sebagai komponen koperasi
yang namanya tercantum dalam struktur organisasi koperasi, akan sangat disayangkan jika tidak
mengerti seluk beluk organisasi dimana ia berada. Akan memalukan sekali jika pengawas tidak tahu
prinsip koperasi apa saja. Akan terlihat bodoh sekali jika pengawas tidak tahu isi anggaran dasar
koperasi. Koperasi is not just usual business, it's a business and it's social. Jangan hanya tahu segi
bisnisnya lantas mengapaikan sisi sosialnya. Pengawas adalah perpanjangan tangan Bung Hatta, Bapak
Koperasi Indonesia, tugas pengawas adalah memastikan bahwa visi Bung Hatta yang besar itu
diterapkan di koperasi saudara-saudara sekalian.

Pengawas harus satu visi dengan pengurus. Ada tujuan bersama yang hendak dicapai. Ketika pertama
kali pengawas dan pengurus dilantik, tugas yang tak kalah pentingnya adalah menyamakan visi,
menyamakan persepsi akan dibawa kemana koperasi ini. Melalui jalan apa kita akan mencapai tujuan
tersebut. Itu harus sudah dibahas dan dipertemukan di awal masa jabatan. Janganlah ketika ditengah
masa jabatan baru ada perseteruan mengenai arah, tujuan dan jalan yang dilalui koperasi. Jika koperasi
adalah balap rally, pengurus adalah pengemudinya, pengawas adalah navigatornya. Sudut pandangnya
memang berbeda, dan pasti berbeda. Tapi kemana akan menuju, melalui jalan apa, harus ada kesatuan
pendapat. Tugas navigator salah satunya adalah mengingatkan pengemudi jika ia salah jalan.

Masukan, saran, pertanyaan, dan kritik dari pengawas ke pengurus haruslah yang bersifat membangun,
bukan bertujuan menjatuhkan. Dari niat sudah benar-benar dijaga, niatnya adalah mengawasi jalannya
koperasi, bukan mencari kesalahan pengurus koperasi. Mencari kesalahan itu mudah, ikut membantu
mencari solusi itu yang sulit. Yang tidak semua orang bisa dan mau. Niat ini memang tidak bisa dilihat,
tapi indikatornya bisa dilihat. Bila pengawas hanya memberikan pertanyaan, kritik, menunjukkan
kesalahan-kesalahan, saran, dan sebagainya, tanpa ada upaya untuk ikut serta memberi solusi atau
membantu, maka bisa dipastikan niatnya kurang lurus. Niat yang baik tercermin dari kesediaan
berkorban, memberikan waktu, energi, tenaga, dan pemikiran. Jika yang berani dikorbankan cuma kata-
kata, atau modal omongan. Motivasi pengawas koperasi seperti ini perlu dipertanyakan.

Mekanisme Kerja Pengurus Dan Pengawas

Pertanyaan :

Apakah dibolehkan pengurus koperasi melakukan transaksi atau mengeluarkan dana koperasi
tanpa persetujuan atau diketahui oleh badan pengawas ?

Apakah bisa pengurus koperasi menjalankan kegiatan koperasi tanpa didampingi oleh badan
pengawas ?

Jawaban:

Menilik kedudukan pengurus pengawas dalam undang undang koperasi 1992 maka pengurus dan
pengawas adalah mandataris RAT memiliki tugas dan kewajiban yang sudah diatur sedemikian
rupa. Dalam UU th 2012 kedudukan pengawas berubah menjadi semacam komisaris yang berada
diatas pengurus tetapi setelah uu tersebut di batalkan MK maka posisi pengawas kembali seperti
yang termaktup dalam UU No.25 / 1992.

Dalam pelaksanaanya pengurus dan pengawas harus memiliki mekanisme kerja pengurus dan
pengawas. Teknisnya pengurus dan pengawas sesaat setelah dilantik harus segera menyepakati
draf mekanisme kerja pengurus pengawas didalamnya akan diatur tentang tata cara pengawasn
dan juga hubungan kerja antar perangkat organiasi koperasi.

Terkait dengan pertanyaan diatas, terdapat satu prinsip yang tidak boleh dilanggar oleh pengurus
dan pengawas. Pengurus dan pengawas menjalankan perintah RAT termasuk didalamnya dalam
membelanjakan dana koperasi tidak boleh diluar APBK yang di ketok di RAT. Prinsip
berikutnya setiap pegeluaran dalm jumlah tertentu misalnya diatas 10 juta harus sepersetujuan
pengawas, tidak boleh hanya di keluarkan oleh pengurus saja dan ini harus dituangkan dalam
mekanisme kerja pengurus dan pengawas.

Jika dual hal tersebul dilanggar maka pengawas bisa meminta dokumen dan laporan detail terkait
pengeluaran tersebut atau bahkan menginisiasi rapat anggota luar biasa yang bertujuan meminta
pertanggungjawaban pengurus hingga melaporkan hal tersebut kepada pihak yang berwajib.

Pengurus tidak boleh menolak memberikan laporan tertulis kepada pengawas karena hak tersebut
termaktub dalam undang undang. Meskipun demikian, langkah persuasi tetap harus dilakukan
terlebih dahulu. Pengawas meminta laporan kepada pengurus dan meneliti apakah pengeluaran
tersebut sudah sesuai dengan APBK, jika tidak sesuai maka pilihanya adalah pengurus diminta
mengembalikan ke kas koperasi atau menginisiasi RAT luar biasa atau melaporkan pelanggaran
tersebut kepada pihak berwajib.

Yang perlu diingat adalah, selama pengeluaran pengurus sesuai dengan amanat RAT maka
pengawas tidak bisa mempermasalahkanya lebih jauh apalagi jika tidak ada klausul keharusan
pengurus meminta persetujuan pengawas dalam ART koperasi.

Langkah2 yang perlu di lakukan apabila pengurtus mengeluarkan dana tanpa sepengetahuan
pengawas adalah.

 Pengawas minta laporan tertulis


 Dilakukan pengechekan apakah sudah sesuai dengan amanat RAT / APBK koperasi
 Jika sudah sesuai hal tersebut bisa di maklumi, kecuali terdapat pasat khusus di RAT yang
mengatur hal tersebut.
 Jika terdapat pelanggaran maka pengawas diharuskan melanjutkan proses seperti yang sudah
diatur dalam AD/ART koperasi masing masing

Anda mungkin juga menyukai