PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1 | Page
1. Melakukan studi literatur mengenai run-out untuk mengetahui cara
pengurkuran run-out.
2. Untuk mengetahui besar run-out pada spindle dan kelurusan guideways
terhadap carriage mesin bubut.
3. Untuk mengetahui cara penggunaan dial indikator.
1.3 Manfaat
1. Dapat mengetahui cara pengukuran run-out.
2. Mempu membaca hasil pengukuran run-out dan penyimpangan
kelurusan menggunakan dial indikator
3. Dapat menggunakan dial indikator dengan benar pada pengukuran run-
out dan kelurusan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2 | Page
2.1.1 Metrologi
Metrologi adalah lmu yang mempelajari pengurkuran besaran teknik.
Sedangkan pengukuran adalah membandingkan suatu besaran yang belum
diketahui dengan suatu besaran yang standar. Besaran adalah standar yang
digunakan dalam pengukuran.
Besaran terdiri dari dua jenis, yaitu besaran pokok dan besaran turunan.
Besaran pokok adalah besaran yang sesuai dengan standar internasional, berdiri
sendiri, dan dapat dijadikan acuan. Sedangkan besaran turunan adalah
besaranyang diperoleh dari beberpa variabel dalam bentuk persamaan. Syarat-
syarat besaran adalah dapat didefinisikan secara fisik, dapat digunakan dimana
saja, dan tidak berubah terhadap waktu.
Dalam suatu industri, karakteristik suatu produk perlu diukur untuk
mengetahui apakah produk tersebut memehuhi spesifikasi atau tidak. Ilmu yang
mempelajari hal tersebut adalah metrologi industri. Kata industri menunjukkan
dimana ilmu tersebut sering dipakai seperti industri mesin dan pabrik.
Seperti halnya ilmu-ilmu lain, metrologi juga mempunyai standar yang
telah disepakati baik secara lokal mupun internasional. Banyak standar yang
telah disepakti secara lokal, seprti ANSI (Amerika), JIS (Jepang), dan DIN
(Jerman) serta Internasional disebut ISO.
Pengukuran run-out dan kelurusan mempunya toleransi yang harus
dipatuhi. Menurut ISO toleransi run-out dan kelurusan dapat dilihat pada Tabel
2.1.
G2 menunjukkan skema pengujian kelurusan gerakan carriage dalam
bidang horizontal. Pengujian menggunakan dial indikator dengan referensi
silinder. Penyimpangan yang diizinkan adalah 0.02 mm per 300 meter.
G6 menunjukkan skema pengujian run-out pada sumbu konis spindle
dengan referensi ujung silinder jarak 300 mm. pengukuran menggunakan alat
ukur dial indikator. Penyimpangan yang diizinkan adalah 0.01 mm dan 0.02 mm
per 300 mm.
3 | Page
Pengujian terhadap
1.Silinder–
kelurusan dari pada
referens 0.02 mm per
G2 gerakan carriage dalam
2.Dial– 300 meter
bidang horizontal
indikator
Selain itu ada juga karakteristik geometrik yang dikontrol oleh toleransi
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel tersebut memaparkan
karakteristik yang dikontrol oleh toleransi beserta simbol yang digunakan pada
gambar teknik.
Dari Tabel 2.2 diatas, tentang karakter yang dikontrol oleh toleransi
menyebabkan beberapa garis-garis besar bentuk-bentuk suatu elemen orientasi
dan posisi yang dibentuk dan disertai oleh simbol-simbol penulisan yang
digunakan dalam gambar teknik.
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Run-Out
Run-out adalah penyimpangan suatu benda yang berputar terhadapa
sumbu putarnya. Run-out juga bisa didefinisikan sebagai ketidakakuratan benda
4 | Page
yang berputar pada sistem mekanika dan tidak berputar terhadap sumbu
putarnya. Artinya selain sumbu putar utama, juga terdapat sumbu putar kedua.
Sebgai contoh ketika membuat lubang menggunakan mesin drilling, run-out
pada pahat terhdap spindle akan menghasilkan lubang yang lebih besar daripada
lubang yang diinginkan (lubang nominal). Pada kasus bantalan, run-out akan
menyebabkan getaran pada mesin dan menambah pembebanan pada bearing
yang dapat menyebabkan bearing cepat rusak.
Run-out bersifat dinamis dan tidak boleh diabaikan. Sebuah komponen
berputar, pada mesin bubut misalnya, jika chuck tidak mencekam komponen
pada centernya, maka ketika berputar, komponen tersebut akan membentuk axis
kedua yang menyebabkan unbalance pada putarannya.
Pengertian run-out lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Pada bearing, run-out dapat digambarkan seperti terlihat pada Gambar 2.2.
5 | Page
Gambar 2.3 Total run-out
2. Sirkular Run-out
Tidak seperti total run-out, sirkular run-out adalah run-out yang terjadi
hanya pada 1 titi sirkular terhadap aksis utama. Dapat dilihat pada Gambar 2.4
2.2.2 Kelurusan
Suatu permukaan benda dikatakan lurus bila bidang permukaan tersebut
berbentuk garis lurus seandainya digambarkan dalam bentuk garis. Artinya,
benda diukur kelurusan permukaannya dalam panjang tertentu tidak ditemukan
penyimpangan baik arah vertikal mupun arah horizontal, berarti permukaan
benda tersebut bisa dikatakan lurus. Kalu digambarkan secara grafis maka akan
diperoleh garis lurus.
Kelurusan dari permukaan suaru komponen sangat penting peranannya
dalam proses pemesinan. Meja mesin bubut, mesin skrap, mesin freis dan mesin
gerinda bekerja memerlukan tingkat kelurusan yang sangat teliti. Keterampilan
untuk membuat permukaan benda kerja betul-betul lurus juga sangat diperlukan,
termasuk bagaimana memeriksa kelurusan tersebut.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengukur kelurusan suatu
benda berdasarkan alat ukurnya, yaitu dengan mistar baja, dial indikator dan
autokolimotor.
1. Pengukuran Kelurusan dengan Mistar Baja
6 | Page
Tidak untuk mencari berapa besar ketidaklurusan suatu permkaan benda,
melainkan hanya untuk melihat apakah permukaan benda tersebut mempunyai
penyimpangan pada dimensi kelurusannya atau tidak. Dalam pemeriksaannya
tidak diperlukan skala ukur. Sebagai contoh, misal akan memeriksa kelurusan
benda kerja berbentuk balok seperti pada Gambar 2.5.
7 | Page
tersebut dibagi dalam beberapa bagian yang besarnya jarak tiap-tiap bagian
tergantung pada pertimbangan si pengukur sendiri. Antara bagian satu dengan
yang lain diberi tanda titik atau garis pendek/strip. Pada masing-masing titik
inilah nantinya dapat digambarkan besarnya penyimpangan dari kelurusan muka
ukur. Dengan demikian dapat diketahui bagian-bagian mana dari muka ukur
yang tidak lurus. Sebagai contoh dapat dilihat Gambar 2.6a. dan 2.6b. berikut
ini.
(a) (b)
Gambar 2.6 (a) Pengukuran kelurusan arah horizontal (b) pengukuran kelurusan
arah vertical
8 | Page
tidak baik atau rendah, tanpa memperhatikan apakah penyimpangannya ke arah
yang bertanda plus (positif) atau ke arah yang bertanda minus (negatif). Secara
grafis dapat dilihat sebuah contoh hasil pemeriksaan kelurusan yang sudah
dinyatakan dalam bentuk garis pada Gambar 2.7.
Dari Gambar 2.7, panjang muka ukur diambil misalnya 150 milimeter
yang dibagi menjadi 15 bagian yang sama dengan panjang masing-masing
bagian 10 milimeter. Dengan demikian ada 15 titik pemeriksaan yang pada tiap-
tiap itulah dicantumkan harga pengukurannya. Dari harga-harga ini lalu dapat
dibuat semacam grafik seperti tampak pada Gambar 2.7 tersebut.
Dengan cara di atas nampaknya hanya cocok untuk pemeriksaan sisi muka
ukur yang relatif sempit tanpa arahnya memanjang (bagian sisi tebal benda
ukur). Seandainya muka ukur cukup lebar pada arahnya memanjangnya maka
pemeriksaan kelurusan dapat dilakukan beberapa kali pada posisi yang berbeda-
beda menurut pertimbangan yang lebih menguntungkan dalam proses
pengukuran. Jadi, pemeriksaannya tidak hanya pada satu garis, melainkan bisa
lebih dari satu garis.
9 | Page
Gambar 2.8 Pemeriksaan kelurusan dengan dial indikator pada benda ukur
berbentuk silinder
10 | P a g e
Gambar 2.9 Cara pemeriksaan kelurusan meja mesin bubut
Apabila arah pemindahan ini tidak pada satu garis lurus maka hasil
pengukurannya sudah tentu banyak penyimpangan, khususnya penyimpangan
dari kelurusan. Landasan dari cermin pantul biasanya mempunyai panjang
tertentu yang besarnya panjang ini digunakan sebagai dasar untuk perhitungan
hasil pengukuran. Biasanya landasan tersebut mempunyai panjang 103.5 mm.
Hal ini berarti jarak selang pemindahan cermin pantul juga 103.5 mm.
2π
1 menit dari arc sudut= radian , Sehingga untuk panjang
360 x 60
2π
1 menitnyakira−kira= ∙103.5 mm=0.03 mm . Dengan kata lain
360 ∙60
adalah setiap perubahan kemiringan 1 menit dari cermin pantul berarti terjadi
penyimpangan dari kelurusan (niak turunnya permukaan meja mesin bubut)
sebesar 0.03 mm. jadi, setiap harga yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk
mikrometer dari autokolimator harus dikalikan 0.03 mm untuk menentukan
besarnya harga penyimpangan.
Seperti halnya pada pemeriksaan dengan jam ukur, setiap titik ujung dari
landasan cermin pantul yang terletak di atas meja harus diberi tanda agar
pemindahan cermin pantul tersebut ditunjukkan oleh A – B, B – C, C – D, D –
E, dan seterusnya sampai panjang muka ukur selesai diperiksa. Dengan
mencatat setiap harga yang ditunjukkan oleh mikrometer pada setiap kali
perpindahan cermin pantul maka dapat dibuat tabulasi data hasil pengukuran
seperti tampak pada Tabel 2.3.
11 | P a g e
Tabel 2.3 Tabulasi hasil pemeriksaan kelurusan dengan autokolimator
1
berarti 1 detik= 60 ∙ 0.03 mm=0.0005 mm. Kolom 5 menunjukkan harga naik
turunnya muka ukur secara kumulatif. Jumlah total harga naik turum secara
kumulatif adalah 24 mm. Berarti, untuk 12 kali pemeriksaan maka proporsi tiap
24
pemeriksaan mempunyai perbedaan (increment) kenaikan sebesar =2 mm
12
12 | P a g e
ditarik dari kedua ujung pemeriksaan. Garis lurus ini menunjukkan garis bidang
ukur dari meja mesin bubut yang diperiksa kelurusannya. Lihat Gambar 2.10
13 | P a g e
Gambar 2.11 Cara penggunaan dial indikator
Pada dial indikator terdapat 2 skala. Yang pertama skala yang besar
(terdiri dari 100 strip) dan skala yang lebih kecil. Pada skala yang besar tiap
stripnya bernilai 0,01 mm. Jadi ketika jarum panjang berputar 1 kali penuh
maka menunjukkan pengukuran tersebut sejauh 1 mm. Sedangkan skala yang
kecil merupakan penghitung putaran dari jarum panjang pada skala yang besar.
penunjuk
sensor
Sebagai contoh, jika jarum panjang pada skala besar bergerak sejauh 6
strip dan jarum pendek bergerak pada skala 3 maka artinya hasil pengukurannya
adalah3,06 mm. Pengukuran ini diperoleh dari :
14 | P a g e
Skala dan ring dial indikator dapat berputar ke angka 0 agar lurus dengan
penunjuk. Penghitung putaran ukur jam berfungsi menghitung jumlah putaran
penunjuk. Yang perlu diperhatikan dalam menggunakan dial indicator adalah
keadaan permukaan benda yang akan diukur harus bersih, posisi spindel dial
(ujung peraba) tegak lurus pada permukaan komponen yang diperiksa, dan
metode pengukuran yang digunakan.
Dial indikator memiliki sensor yang berbentuk jarum (lihat Gambar 2.12).
Sensor terhubung ke batang bergerigi. Ketika sensor mendapatkan tekanan dari
perkmukaan benda ukur, batang bergerigi bergerak dan memutar dan memutar
roda gigi kecil 1 (lihat Gambar 2.13). Ketika roda gigi kecil 1 berputar, dia juga
memutar roda gigi besar yang terhubung dengannya. Roda gigi besar juga
terhubung dengan roda gigi kecil 2. Roda gigi kecil 2 berputar sehingga
menggerakkan penunjuk dial indikator. Penunjuk menunjukkan harga dari
pengukuran.
Jika ditinjau dari perinsip kerja dial indikator, dapat disimpulkan bahwa
pengubahnya adalah jenis pengubah mekanik, yaitu memanfaatkan gerakan dari
roda gigi. Pegas spiral berfungsi untuk mengembalikan sensor di keadaan
normal saat tidak bersentuhan dengan benda ukur. Sedangkan pegas yang
15 | P a g e
lainnya berfungsi untuk mengembalikan jarum penunjuk ke keadaan normal saat
tidak dilakukan proses pengukuran.
Selain jenis pengubah diatas, ada juga pengubah yang menerapkan prinsip
pneumatik dan mekanik dimanan pengubah jenis ini lebih cermat karena tidak
tergantung pada ukuran roda gigi. Pengubah dengan prinsip elektrik tentu lebih
cermat lagi karena memanfaatkan sinyal-sinyal yang diberikan dari sensor
tersebut. Sinyal tersebut dalam bentuk gelombang sehingga sentuhan sekecil
apapun dapat dideteksi.
16 | P a g e
BAB III
METODOLOGI
Studi Literatur
Proses Pengukuran
Kesimpulan
Studi literatur dilakukan untuk mencari acuan teori mengenai run-out dan
kelurusan serta cara-cara menggunakan alat ukur. Setelah itu dilakukan proses
pengukuran berdasarkan referensi. Hasil pengukuran diplotkan dalam grafik.
Berdasarkan grafik dan tabel hasil pengukuran dilakukan analisa. Beri
kesimpulan berdasarkan analisa tersebut
17 | P a g e
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Dial Indikator
Dial Indikator merupakan alat ukur utama untuk mengurus run-out dan
kelurusan. Memiliki kecermatan 0.01 mm. Sensor diletakkan diatas permukaan
benda ukur.
2. Stand Magnetik
Digunakan sebagai alat ukur bantu. Membantu memegang dial indikator
dan agar mudah mengatur posisi dial indikator.
3. Mistar Ukur
Digunakan untuk mengukur jarak antar titik yang akan diukur.
18 | P a g e
Gambar 3.4 Mistar Ukur
4. Spidol
Digunakan untuk menandai jarak titik pengukuran yang diukur
menggunakan mistar.
3.2.2 Bahan
1. Guideways mesin bubut
Diukur sepanjang 150 mm kelurusannya. Daerah pengukuran berada di
tengah.
19 | P a g e
Gambar 3.5 Guideways mesin bubut
20 | P a g e
2. Bersihkan permukaan spindle mesin bubut yang akan menjadi benda
ukur.
3. Kalibrasi alat ukur dan tentukan titik 0 pada spindle
4. Ukur run-out pada spindle sudut 00 - 1800
5. Catat hasil pengukuran pada tabel berikut:
10
11
12
13
21 | P a g e
3. Lakukan kalibrasi alat ukur
4. Ukur kelurusan guideways mesin bubut
5. Catat hasil pengukuran pada tabel berikut:
22 | P a g e
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengukuran dilakukan untuk run-out pada sudut 00-900 dan 900-1800
spindle mesin bubut. Sedangkan kelurusan pada carriage terhadap guideways
dengan 15 titik dengan jarak 10 mm antar titik. Hasil pengukuran dapat dilihat
pada Tabel 4.1, Tabel 4.2 dan Tabel 4.3.
1 10 mm 0.0025
2 20 mm -0.0025
3 30 mm 0.0025
4 40 mm 0
5 50 mm 0
6 60 mm 0.0025
7 70 mm 0.0075
8 80 mm -0.0075
9 90 mm 0.01
10 100 mm -0.0025
11 110 mm 0.0025
12 120 mm 0
13 130 mm 0
Tabel 4.2 Hasil pengukuran run-out spindle mesin bubut sudut 900- 1800
23 | P a g e
No Jarak 900-1800 Run-out
. (mm) (mm)
1 10 mm 0.005
2 20 mm 0.0025
3 30 mm 0.0025
4 40 mm 0.0025
5 50 mm 0
6 60 mm -0.0025
7 70 mm 0
8 80 mm 0.0025
9 90 mm 0.01
10 100 mm 0.0025
11 110 mm 0
12 120 mm 0
13 130 mm -0.005
No Penyimpangan
. Jarak (mm) (mm)
1 10 mm 0.03
2 20 mm 0
3 30 mm -0.03
4 40 mm 0
5 50 mm -0.034
6 60 mm 0.02
7 70 mm 0
8 80 mm 0
9 90 mm 0.05
10 100 mm 0
11 110 mm 0
12 120 mm 0.01
13 130 mm 0
14 140 mm 0.05
15 150 mm 0
Penyimpangan terbesar terjadi pada titik 50 mm yaitu sebesar -0.034 mm
dan penyimpangan terkecil yaitu 0.05 mm terjadi pada beberapa titik.
Penyimpangan tidak terjadi (=0) pada 8 titik.
24 | P a g e
4.2 Perhitungan
Rata-rata run-out spindle sudut 00-900
0.0025+ (−0.0025 )+ 0.0025+0+0+ 0.0025+0.0075+ (−0.0075 ) +0.01+ (−0.0025 ) +0.002
x́=
13
Rata-rata
0.005+0.0025+0.0025+0.0025+ 0+(−0.0025)+0.0075+0+0.0025+ 0.01+ 0.0025+0+(
x́=
13
Rata-rata
0.03+0+ (−0.03 ) +0+ (−0.03 ) +0.02+ 0+0+0.005+0+ 0+0.01+0+ 0.005+ 0
x́=
15
4.3 Grafik
Hasil pengukuran diplotkan dalam grafik agar lebih mudah untuk dianalisa.
4.3.1 Grafik hasil pengukuran run-out spindle mesin bubut daerah sudut 00-900.
Grafik hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Grafik run-out pda spinle mesin bubut daerah sudut 00-900
Run-out terbesar yaitu 0.01 mm terjadi pada titik 90 mm dan pada titik
yang berdekatan tersebut dengan nilai run-out hampir sama yaitu 0.0075 dan
-0.0075 terjadi pada titik 80 dan 70 mm. Jika ditinjau dari letakknya titik
tersebut berdekatan dengan lubang yang digunakan untuk mengunci chuck.
Karena lubang tersebut, menyebabkan perubahan bentuk pada permukaan
25 | P a g e
spindle, sehingga mempengaruhi kerataanya. Penyebab lainnya adalah karena
ketidakcenteran spindle terhadap sumbu gear di dalam gearbox. Pada titik yang
lain run-out yang terjadi tidak terlalu besar.
4.3.2 Grafik hasil pengukuran run-out spindle mesin bubut sudut 900-1800
Nilai run-out tertinggi didapat pada jarak 90 mm dari titik 900, yaitu 0.01
mm. Kemungkinan terjadi karena ketidakcenteran spindle terhadap sumbu gear
pada gearbox. Ketidakcenteran tersebut terjadi karena pembebanan oleh pahat
kepada spindle saat proses pemotongan yang dilakukan terus menerus sehingga
menyebabkan spindle bergeser dari sumbunya. Selain itu bisa juga karena
permukaan spindle yang tidak rata akibat adanya lubang untuk mengunci chuck.
4.3.3 Grafik hasil pengukuran kelurusan guideways terhadap carriage mesin
bubut
Setelah pengukuran kelurusan dilakukan dan telah didapat hasilnya seperti
terlihat pada Tabel 4.3, hasil pengukuran kelurusan guideways terhadap carriage
tersebut kemudian diplotkan dalam grafik pada Gambar 4.3. Hal ini dilakukan
untuk mempermudah analisis data.
26 | P a g e
Grafik Kelurusan Permukaan Guide Ways Terhadap Carriage
Nilai Kelurusan
27 | P a g e
berhubungan langsung dengan spindle yang berlangsung terus menerus.
Sehingga menyebabkan pergeseran atau kelonggaran antara spindle dan sumbu
yang terhubung dengan gear dan motor. Pergeseran atau kelonggaran tersebut
menyebabkan terjadinya run-out. Run-out terbesar yaitu 0.01 mm terjadi pada
jarak 90 mm dari titik 00 dan pada jarak 90 mm dari titik 900. Meskipun
demikian, run-out yang terjadi tidak melebihi toleransi yang ditetapkan ISO
yaitu 0.01 mm.
Permukaan spindle yang tidak rata diperkirakan juga menjadi penyebab
adanya run-out. Ketidakrataan tersebut kemungkinan terjadi karena korosi atau
pemukulan pada spindle yang dilakukan oleh operator saat pencenteran benda
kerja sebelum melakukan proses bubut.
Untuk guideways, seperti terlihat di grafik pada Gambar 4.3, terlihat
bahwa permukaan guideways tidak lurus atau terjadi penyimpangan terhadap
carriage mesin bubut. Penyimpangan terbesar yaitu -0.034 mm terjadi pada titik
berjarak 50 mm dari titik awal pengukuran dan penyimpangan semakin kecil
dan stabil pada rentang jarak 70-150 mm. Penyimpangan terjadi kemungkinan
dikarenakan adanya pembeban oleh pahat kepada carriage saat proses
pemotongan terjadi. Carriage yang terbebani akan memberikan beban juga
kepada guideways. Sehingga saat carriage dijalankan, akan terjadi gesekan yang
kuat antara carriage dan permukaan guideways. Gesekan ini menyebabkan
sebagian permukaan guideways terkikis sehingga guideways menjadi tidak lurus
terhadap carriage.
28 | P a g e
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Terjadi run-out pada spindle mesin bubut (spindle mempunyai dua
sumbu putar saat berputar).
2. Nilai run-out terbesar adalah 0.01 mm terjadi pada jarak 90 mm dari
titik 00 dan pada jarak 90 mm dari titik 900.
3. Nilai run-out masil dalam batas toleransi yang ditentukan oleh ISO
yaitu 0.01 mm.
4. Dua kemungkinan penyebab terjadi run-out, yaitu:
(a) Spindle tidak center terhadap sumbu yang menghubungkan spindle
dan motor
(b) Permukaan spindle tidak rata
5. Permukaan guideways mesin bubut tidak lurus.
6. Penyebab ketidaklurusan kemungkinan karena adanya pembebanan oleh
pahat yang dapat menimbulkan gesekan antara carriage dan guideways
sehingga terjadi deformasi pada permukaan guideways
7. Penyimpangan kelurusan terbesar terjadi di titik 50 mm dari titik awal
pengukuran dengan nilai penyimpangan 0,034 arah penyimpangan
negatif (ke bawah)
5.2 Saran
1. Gunakan alat ukur digital dengan kecermatan yang lebih tinggi untuk
hasil yang akurat
2. Gunakan stand magnetik yang lebih tinggi agar lebih mudah menyetting
dial indikator terhadap benda ukur.
3. Sebaiknya, permukaan benda yang akan diukur dibersihkan terlebih
dahulu baik dari kotoran/debu maupun dari korosi agar tidak
mempengaruhi hasil pengukuran.
29 | P a g e
Daftar Pustaka
30 | P a g e