Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTEK

LABOR MAINTENANCE

( GEOMETRI DAN LEVELLING)

Disusun Oleh :

Nama : SALSABILA NOVIASAFITRI

NIM : 2101012054

Jurusan : TEKNIK MESIN

Prodi : D3 TEKNIK MESIN

Kelas : 2D

Kelompok : III

Dosen pembimbing : RIVANOL CHADRY, S.T, M.T

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

POLITEKNIK NEGERI PADANG

SEMESTER GENAP 2022/2023


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua, penulis khususnya. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan praktek kerja ini dengan baik dan benar serta tepat pada
waktunya.

Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada orang tua, teman, dan juga kepada
instruktur yang senantiasa membantu penulis selama ini sehingga penulis mampu
menyelesaikan praktek kerja ini dengan baik dan juga laporan yang siap tepat pada waktunya.
Ucapan terimakasih tidak lupa pula penulis ucapkan kepada rekan-rekan dan pihak-pihak
yang senantiasa membantu penulis selama ini.

Penulis menyadari bahwa pada penulisan lapran ini masih terdapat banyak
kekurangan dan masih sangat jauh jika dikatakan sempurna. Untuk itu penulis dengan senang
hati sangat mengharapkan adanya kritik atau saran-saran yang mendukung tentunya demi
tercapainya kesempurnaan laporan ini. Dan semoga bisa berguna dimasa yang akan datang.

Padang, 27 Maret 2023

SALSABILA NOVIASAFITRI
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang Praktikum


I.2.Tujuan Praktikum

BAB II LANDASAN TEORI

II.1 Teori Dasar

BAB III PROSEDUR KERJA

BAB IV HASIL PRAKTIKUM

BAB V PEMBAHASAN

BAB VI PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

VI.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Praktikum

Dizaman era globalisasi ini persaingan didunia industri sangatlah ketat,


sehingga menuntut kita untuk menjadi individu yang berkompeten. Politeknik Negeri
Padang merupakan salah satu wadah yang memiliki tujuan untuk mendidik
mahasiswa menuju hal tersebut. Dalam prosesnya Politeknik menyediakan aplikasi
aplikasi yang membantu meningkatkan keterampilan para mahasiswa , salah satunya
adalah praktikum labor Maintenance.

Salah satu praktikum dilabor maintenance adalah Geometri. Didalam praktek


ini, mahasiswa dibimbing untuk melakukan pengujian maupun pengukuran pada
mesin bubut, mesin bor serta mesin milling. Praktek ini dilakukan untuk mengetahui
kelayakan suatu mesin untuk digunakan.

I.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan melaksanakan praktek ini adalah :
1. Mahasiswa mampu membuktikan tes kelayakan pada Mesin Bubut (turning
machine), Mesin Milling (frais), dan Mesin Bor (drilling).
2. Mahasiswa mampu memahami bagian kegiatan pemeliharaan
(Maintenance) pada mesin bubut (turning machine), Mesin Milling (frais), dan
Mesin Bor (drilling).
3. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil rekondisi (rehabilitas) pada Mesin
Bubut (turning machine), Mesin Milling (frais), dan Mesin Bor (drilling).
BAB II

LANDASAN TEORI

II.1.Teori Dasar
1.1 Pengertian Mesin Bubut (turning)
mesin perkakas yang memutar benda kerja pada sumbu rotasi untuk
melakukan berbagai proses seperti pemotongan, pengamplasan, knurling, pengeboran,
deformasi, pembubutan muka, dan pemutaran, dengan alat yang diterapkan pada benda kerja
untuk membuat objek dengan simetri terhadap sumbunya.
Bubut sendiri merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang sayatannya
dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan pada pahat yang
digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari
benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak
umpan. Dengan mengatur perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan kecepatan translasi
pahat maka akan diperoleh berbagai macam ulir dengan ukuran kisar yang berbeda. Hal ini
dapat dilakukan dengan jalan menukar roda gigi translasi yang menghubungkan poros spindel
dengan poros ulir.

1.2 Pengertian mesin milling ( frais)


Mesin milling adalah suatu mesin perkakas yang menghasilkan sebuah bidang
datar dimana pisau berputar dan benda bergerak melakukan langkah pemakanan. Sedangkan
proses milling adalah suatu proses permesinan yang pada umumnya menghasilkan bentuk
bidang datar karena pergerakan dari meja mesin, dimana proses pengurangan material benda
kerja terjadi karena adanya kontak antara alat potong (cutter) yang berputar pada poros
dengan benda kerja yang tercekam pada meja mesin.

1.3 Pengertian mesin bor (drilling)


Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong
yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan).
Sedangkan Pengeboran adalah operasi menghasilkan lubang berbentuk bulat dalam
lembaran-kerja dengan menggunakan pemotong berputar yang disebut BOR.
Mesin Bor menggunakan sebuah pahat pemotong yang ujungnya berputar dan
memiliki satu atau beberapa sisi potong dan galur yang berhubungan continue disepanjang
badannya. Galur ini, yang dapat lurus atau helix,disediakan untuk memungkinkannya
lewatnya serpihan atau fluida(Coolant). Meskipun bor pada umumnya memiliki dua galur,
tetapi mungkin juga digunakan tiga atau empat galur, maka bor kemudian dikenal sebagai
pengBor inti. Bor semacam ini tidak dipakai untuk memulai sebuah lubang, melainkan untuk
meluaskan lubang atau menyesuaikan lubang.

.
 Standar Pengujian
Organisasi internasional untuk standarisasi telah menetapkan beberapa
rekomendasi yang berguna untuk prosedur pengujian mesin bubut. Dasar pengertian yang
tercakup dalam pengujian ketelitian geometris mesin perkakas tercantum dalam kode “tes
mesin perkakas R230”. Disamping itu ISO telah menetapkan rekomendasi 150-1708
untuk pengujian ketelitian mesin.

 Tahap Awal Pengujian


1) Penyelarasan
Sebelum tahap pengujian ketelitian dimulai maka perlu diperhatikan terlebih
dahulu penempatan mesin tersebut pada fondasinya. Penempatan mesin yang tidak
baik mengakibatkan beberapa hal seperti:
 Penempatan peralatan ukur maupun alat bantu pada bidang referensi tidak
bias diandalkan.
 Pembebasan statistic maupun dinamik yang tidak seimbang.
Untuk menghindari hal diatas mesin perlu diselaraskan. Bisa dengan
menggunakan water pass yang ditelakkan dibidang tertentu sesuai dengan refensi
mesin yang bersangkutan.

2) Pengkondisian temperature
Tujuannya adalah supaya temperature beberapa komponen mesin bubut yang
diuji mendekati keadaan normal di dalam pemakaian sehari-hari. Pengkondisia
temperature tersebut dikerjakan dengan menjalankan mesin bubut itu dalam
keadaan tanpa beban atau idle-running, begitu pula dengan mesin frais. Kecepatan
putar spindle utama dipilih yang termasuk kelompok putran yang tinggi dan untuk
selang waktu tertentu sehingga dicapai kedaan temperature yang mapan.
3) Uji lembar
Pabrik pembuatan mesin perkakas mencatumkan angka hasil pengetesan
ketelitian mesin perkakas pada lembar uji. Pemakai ataupun pembeli bias
mengetahui kualitas mesin dengan mengkaji data yang tercantum pada lembar uji
yang disertakan pada dokumen mesin yang bersangkutan.
Ketelitian benda kerja yang dihasilkan oleh proses pemotongan tersebut tidak semata
dipengaruhi oleh ketelitian geometric mesin saja, tetapu masih ada pengaruh dari factor lain,
seperti:
 Keadaan proses pemotongan
 Temperature lingkungan
 Keadaan pahat
 Pemasangan benda kerja pada pencekam.

Ketelitian geometric mesin perkakas yang langsung mempengaruhi kualitas benda


kerja adalah:

 Ketelitian gerak linear.


 Ketelitian putaran spindle.
 Ketelitian gerak pindah.
 Ketelitian permukaan referensi.

BAB III
PROSEDUR KERJA

A. Alat yang digunakan

Adapun peralatan yang digunakan adalah:

 Silinder referensi ( benda kerja )


 Dial indicator
 Spidol
 Mistar
 Mesin frais
 Mesin bubut
 Mesin Bor
 Mandrel
 Kunci-kunci

B. Langkah Kerja
1) Pengukuran Kelurusan dan Kesejajaran Mesin bubut
1) Persiapkan alat yang digunakan.
2) Tentukan bidang –bidang yang akan diukur.
3) Pasang silinder referensi pada tail stock untuk mesin bubut, lalu dibersihkan.
4) Pasangkan dial indicator dengan dudukannya pada bidang kaku.
5) Lakukan pengukuran sesuai standar yang digunakan.
Toleransi yang diizinkan untuk masing –masing pengukuran adalah sebagai berikut:

a) Kesejajaran gerak pindah tail stock relative terhadap gerak pindah carriage
toleransi maksimum 0,3 mm.
b) Kesejajaran gerak peluncur atas terhadap sumbu spindle utama toleransi
maksimum 0,04 mm/300 mm.

2) Pengukuran Rotasi Spindel Pada Mesin Bubut


a. Persiapkan alat yang digunakan.
b. Tentukan bidang –bidang yang akan diukur.
c. Bersihkan spindel nose dan penyenter
d. Pasangkan dial indicator dengan dudukannya pada bidang kaku.
e. Lakukan pengukuran sesuai standar yang digunakan.
Toleransi yang diizinkan untuk masing –masing pengukuran adalah sebagai berikut:

a) Simpang putar penyenter toleransi maksimum 0.01 mm.


b) Keming pada lead screw toleransi maksimumnya 0.02 mm.
BAB IV

DATA HASIL PRAKTIKUM

A. Mesin Bubut
1. Pengukuran Kelurusan dan Kesejajaran Pada Mesin Bubut tanpa Center Drill

param paramet Parame Paramet paramet paramet parame paramet Paramet


no eter er ter er er er ter er er
titik 23,1 paramet
3,3 cm 6,6 cm 9,9 cm 13,2 cm 16,5 cm 19,8 cm cm 26,4 cm 29,7 cm er 33cm

1 -0,05 -0,1 -0,14 -0,19 -0,22 -0,28 -0,31 -0,35 -0,4 -0,44

2 -0,03 -0,05 -0,07 -0,1 -0,12 -0,14 -0,17 -0,19 -0,23 -0,25

3 -0,02 -0,02 -0,02 -0,03 -0,03 -0,03 -0,03 -0,03 -0,05 -0,06

4 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,03 -0,05 -0,06

5 -0,02 -0,04 -0,06 -0,06 -0,08 -0,11 -0,13 -0,15 -0,18 -0,19

6 -0,01 -0,1 -0,13 -0,16 -0,21 -0,26 -0,3 -0,35 -0,39 -0,41

7 -0,07 -0,13 -0,18 0,24 -0,3 -0,35 -0,42 -0,48 -0,53 -0,58

8 -0,01 -0,11 -0,16 -0,22 -0,28 -0,33 -0,38 -0,43 -0,48 -0,52
2. Pengukuran Kelurusan dan Kesejajaran Pada Mesin Bubut menggunakan Center Dril

no paramet paramet paramet paramet paramet paramet paramet paramet paramet paramet
titi er 3,3 er 6,6 er 9,9 er 13,2 er 16,5 er 19,8 er 23,1 er 26,4 er 29,7 er 33
k cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm

1 -0,09 -0,13 -0,17 -0,23 -0,27 -0,31 -0,34 -0,38 -0,42 -0,45

2 -0,03 -0,08 -0,1 -0,12 -0,16 -0,17 -0,2 -0,22 -0,26 -0,29

3 0,01 0 -0,02 -0,03 -0,02 -0,02 -0,04 -0,05 -0,07 -0,08

4 0,02 0,03 0,04 0,005 0,07 0,08 0,09 0,09 0,1 0,11

5 -0,01 -0,01 -0,01 0,01 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03

6 -0,06 -0,07 -0,08 -0,09 -0,1 0,012 -0,12 -0,14 -0,15 -0,15

7 -0,12 -0,17 -0,21 -0,24 -0,3 -0,34 -0,34 -0,38 -0,42 -0,45

8 -0,11 -0,17 -0,22 -0,27 -0,32 -0,36 -0,41 -0,46 -0,5 -0,53
3. Pengukuran Rotasi Spindel bagian dalam pada mesin bubut

titik pengukuran dial

1 0

2 0

3 0

4 0

5 0

6 0

7 0,01

8 0,01

4. Pengukuran Rotasi Spindel bagian luar pada mesin bubut

titik pengukuran dial

1 0,03

2 0,02
3 0

4 0

5 0

6 0,02

7 0,03

8 0,03

5. Pengukuran Ketegaklurusan Rumah Pahat pada Mesin Bubut ( 15 cm)

pengukuran
no parameter
dial

1 1,5 0,32

2 3 0,66

3 4,5 1,06

4 6 1,52

5 7,5 1,83

6 9 2,24

7 10,5 2,26
8 12 2,98

9 13,5 3,36

10 15 4,29

6. Pengukuran Ketegaklurusan Rumah Pahat pada Mesin Bubut ( 30 cm)

pengukuran
no parameter
dial

1 3 0,73

2 6 1,36

3 9 1,09

4 12 1,09

5 15 1,19

6 18 1,34

7 21 1,54

8 24 1,22

9 27 0,71

10 30 0,36
B. Mesin Milling ( Frais)

1. Pengukuran Ketegaklurusan sumbu X terhadap sumbu Y

Awal Akhir
0 +0,13

2. Pengukuran Ketegaklurusan sumbu Y terhadap sumbu Z

Awal Akhir
0 +0,04

3. Pengukuran Kerataan dumbu X terhadap sumbu Y

no pengukuran dial

1 0

2 -0,01

3 -0,02

4 -0,03

5 -0,04

6 -0,05

7 -0,05
8 -0,05

9 -0,05

10 -0,05

4. Kerataan sumbu Y terhadap sumbu Z

parameter pengukuran dial

1 0,06

2 0,07

3 0,14

4 0,19

5 0,23

6 0,27

7 0,31

8 0,37

9 0,38

10 0,44
C. Mesin Bor ( Drilling )
1. Ketegaklurusan Mata Bor terhadap Meja

Divisi Pengukuran dial

1 0.02

2 0.02

3 0.02

4 0.02

5 0.01

6 0

7 0

8 0

9 0

10 0
2. Pengukuran Rotasi Pada Chuck Bor

pengukuran
parameter
dial

1 -0,03

2 -0,05

3 -0,14

4 -0,12

5 -0,16

6 -0,06

7 -0,01

8 -0,02

9 -0,04

10 -0,16
BAB V

PEMBAHASAN

Dari hasil data yang diperoleh pada praktikum yang telah dilakukan, dengan
menggunakan alat dial gauge. Yang pertama mesin frais, untuk pengukuran ketegaklurusan
dan kerataan pada mesin frais sudah melewati batas toleransi yang ditetapkan, sehingga
mesin tersebut harus diperbaiki kembali, atau diganti dengan yang baru.

Yang kedua mesin bubut, alat ukur yang digunakan yaitu dial gauge. Untuk
Kesejajaran Mesin bubut baik menggunakan center drill ataupun tidak, hasilnya adalah
negatif dan melewati batas toleransi, sedangkan batas toleransinya adalah 0.03 mm, Untuk
Rotasi spindel bagian dalam hasilnya tidak melewati batas toleransi, sementara spindel
bagian luar telah melewati batas toleransi.Dan dapat disimpulkan bahwa, mesin bubut ini
sudah tidak layak pakai.

Yang ketiga mesin bor, alat ukur yang digunakan yaitu dial gauge. Pada pengukuran
ketegaklurusan mata bor terhadap meja, sudah melewati batas toleransi yang ditetapkan. Pada
pengukuran rotasi chuck bor juga sudah melewati batas toleransi yang ditetapkan. Dan dapat
disimpulkan bahwa, mesin bor ini sudah tidak layak pakai.

Jadi, pada Mesin bubut (turning), mesin milling (frais), dan mesin bor (drilling), dapat
disimpulkan sudah tidak layak pakai, karena sudah dilakukan pengukuran dan hasilnya
melewati batas toleransi.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan pengukuran dapat disimpulkan berdasarkan hasil pengukuran berikut:

1. Mesin bubut (turning)


 Pondasi dari mesin bubut tidak datar.
 Rangka mesin bubut tidak kokoh.
 Antara center dan chuck tidak lurus.
 Kedudukan rumah pahat dengan eretan kurang tepat.
 Mesin tidak layak pakai.
2. Mesin milling ( frais )
 Pondasi mesin miling tidak datar.
 Posisi mesin agak miring.
 Putaran mesin sudah kurang stabil.
 Mesin milling masih tidak layak pakai.
3. Mesin bor ( drilling )
 Pondasi dari mesin bor tidak datar.
 Rangka mesin bor tidak kokoh.
 Chuck bor telah mengalami kekocakan.

B. Saran
1. Jangan bermain-main pada saat melakukan praktek.
2. Catat semua hasil pengukuran sebagai laporan praktek.
3. Selalu gunakan alat pelindung diri untuk menghindari kecelakaan kerja.
4. Pastikan lingkungan tempat kerja aman.
5. Gunakan alat sesuai prosedur yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

GEORG SCHLEISINGER, TESTING MACHINE TOOLS. Eghth edition. New York, 1978

KOMANG BAGIASNA, PEDOMAN PENGANTAR PENGUJIAN MESIN PERKAKAS.


DIKTAT, BANDUNG,1996

TAUFIQ ROHIM, PROSES PEMESINAN. Erlangga, Jakarta, 1995

Joob sheet praktek bengkel maintenance.Politeknik negeri Padang. Jurusan Teknik Mesin
LAMPIRAN

A. Mesin bubut

B. Mesin Milling
C. Mesin Bor

Anda mungkin juga menyukai