Anda di halaman 1dari 2

Renungan :

JIKA MASIH DIBERI WAKTU


Lukas 13 : 8 – 8

Perumpamaan tentang poho ara yang tidak berbuah ini, memiliki


penekanan tersendiri pada ayat 8 da 9. Sebab dalam perumpamaan
ini, ketika sang pemilik kebun sudah tiba pada keputusan untuk
menebang pohon ara itu, sang penjaga kebun justru berpikir untuk
memberi kesempatan lagi bagi pohon ara ini, bahkan ia rela untuk
bekerja ekstra memupuk dan mencangkul tanah disekeliling pohon
tersebut.

Memang dalam pembacaan ini tidak dijelaskan lebih lanjut, apa


reaksi sang pemilik kebun, atau bahkan Tuhan Yesus tidak
melanjutkan perumpamaannya untuk menjelaskan akhir dari kisah
sang pohon ara yang tidak berbuah itu. Namun demikian, inilah
maksud dari sebuah perumpamaan, bahwa detail cerita tidaklah
begitu penting sebab pesan dari perumpamaan itulah yang menjadi
fokus cerita.

Ayat 8 dan 9 dari pembacaan ini dapat dipandang sebagai pusat


cerita dari perumpamaan tersebut, mengapa demikian ? Sebab ada
perubahan sikap dan tanggapan terhadap pohon ara yang tidak
berbuah itu dari seorang penjaga kebun. Sikap dan tanggapan itu
ialah :

Pertama, penjaga kebun anggur menawarkan suatu perubahan


perlakuan, suatu tindakan untuk mengusahakan agar pohon ara itu
berbuah, dari pada ditebang lebih baik dirawat dan dipupuk agar
bisa berbuah.

Kedua, namun demikian, sang penjaga kebun tidak melampaui


wewenang dari pemilik kebun. Jika memang tidak berbuah sampai
tahun depan, maka pohon itu akan ditebang juga.
Dari sikap ini, kita pastinya tersentuh dan memahami bahwa, lewat
perumpamaan ini, Tuhan Yesus mengajarkan: Selalu ada
kesempatan bagi mereka yang mau berubah dan diubahkan. Selalu
ada kesempatan kedua untuk memperbaiki diri. Selalu disediakan
ruang “Pengampunan”, bagi mereka yang datang dengan
kerendahan hati dan sikap terbuka mengakui kesalahan.

Posisi sang penjaga kebun dapat dilihat melalui karya Yesus Kristus.
Ia bersedia memulihkan hubungan manusia dengan Allah melalui
pengorbanan diri-Nya, bahkan tidak itu saja, penebusan-Nya berlaku
kekal selama-lamanya.

Namun demikian, hukuman Tuhan tetap berlaku bagi yang tidak


menyadari kesalahannya. Dalam injil Matius, Tuhan Yesus
mengutuk pohon ara yang tidak berbuah, hingga kering dan mati.
Pengampunan memang tersedia, namun untuk menggapainya
diperlukan juga kerendahan hati dan sikap yang mau berubah, mau
bertobat dan sudi membaharui diri.

Minggu – minggu sengsara adalah saat dan waktu yang tepat, untuk
merenungkan totalitas kehidupan kita! Benar memang kita masih
hidup didalam dunia, namun kita perlu terus mengingat siapa kita,
apa panggilan kita. Kita adalah pribadi – pribadi yang mengaku
percaya kepada Kristus. Kita adalah orang – orang percaya telah
ditebus oleh-Nya, maka kita terpanggil untuk hidup dalam ketaatan
kepada-Nya serta memelihara kekudusan hidup. Selagi masih ada
waktu dan kesempatan mari kita berubah dan bertobat. AMIN.

Anda mungkin juga menyukai