Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
4. Klas Kristal dan Susunan Atom-Atom Pada Kristal Logam dalam SPU ......... 8
5. Unit sel, Kisi Kristal dan Pengindeksan Bidang Kristal dengan Indeks hkl .. 20
ii
6. Faktor Tumpukan dan Perhitungan Geometri Pengemasan Kristal ................ 26
DAFTAR PUSTAKA
iii
1. Jenis-Jenis Padatan
1
Susunan Bujursangkar Susunan Heksagonal
2
Atom-atom logam yang berada tepat di atas atom logam di lapisan A
membentuk lapisan A kembali yang ditunjukan dengan lapisan berwarna
hijau (warna hijau digunakan sebagai pembeda antara lapisan A dengan
lapisan A lainnya).
Lapisan A
Lapisan A
Gambar a Gambar b
3
Untuk kemasan tidak rapat heksagonal susunannya sama hal nya dengan
kemasan tidak rapat kubus. Pada kemasan tidak rapat heksagonal setiap
atom logam bersinggungan dengan enam atom logam lainnya pada
lapisan yang sama, dan sebuah atom logam lain dilapisan atas dan
sebuah atom logam lain di lapisan bawahnya.
Pada kemasan tidak rapat kubus dan kemasan tidak rapat heksagonal
terdapat selitan yang terbuka. Selitan tersebut memiliki rongga sebagai
titik pusat bangun oktahedron. Jadi selitan pada kemasan tidak rapat
heksagonal dan kemasan tidak rapat kubus adalah selitan oktahedral.
4
B. Kemasan Rapat Heksagonal Dan Selitan / Intersisinya
5
Gambar di atas menunjukkan pembentukan susunan rapat heksagonal
dari lapisan A dan B. Pada gambar kiri lapisan-lapisan A dan B
dipisahkan untuk mempermudah dalam melihat tempat-tempat selitan
yang ditempati oleh atom-atom sejenis. Dalam susunan rapat heksagonal
setiap atom logam bersinggungan dengan enam atom sejenis pada
lapisan yang sama, tiga atom sejenis pada lapisan diatasnya dan tiga
atom sejenis pda lapisan dibawahnya.
6
Tempat selitan oktahedral terbentuk dari tiga atom pada lapisan A dan
tiga atom pada lapisan B seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Volume tempat selitan oktahedral adalah lebih besar dibandingkan
dengan volume tempat selitan tetrahedral.
7
Susunan berulang tersebut disebut susunan rapat kubus (cubic closest
packing = ccp). Seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini.
4. Klas Kristal dan Susunan Atom-Atom Pada Kristal Logam dalam SPU
A. Klas Kristal
Mineral yang terdapat di alammemiliki beragam ciri dan karakteristik,
perbedaan ini dapat tampak secara langsung ataupun tidak langsung,
8
namun bentuk dari kristal-kristal mineral kadamg memperlihatkan
kesamaan pada berbagai mineral, sehingga muncul klasifikasi umum
dari sistem kristal, yang saat ini mempunyai 7 sistem utama dan dari
tiap sistem di bagi lagi menjadi beberapa kelas. Pembagian sistem ini
di dasarkan kepada pembagian dari ruang kosong yang berdasarkan
simetri dari struktur dalam bentuk tiga dimensi dengan simetri translasi
di tiga arah, mempunyai ciri-ciri tersendiri pada setiap kelas. Sistem
kristal terbagi menjadi 7 sistem kristal :
1. Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula
dengan sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya
ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan
perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.
9
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial
ratio (perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a
sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada
sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu
sama lain (90˚).
10
2. Sistem Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3
sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan
b mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan,
dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih
panjang. Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang artinya panjang sumbu a
sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada
sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus
satu sama lain (90˚).
11
Piramid
Bipiramid
Bisfenoid
Trapezohedral
Ditetragonal Piramid
Skalenohedral
Ditetragonal Bipiramid
Contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah autunite
dan pyrolusite
3. Sistem Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus
terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing
membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d
memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih
panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
12
Gambar 3 Sistem Hexagonal
13
4. Sistem Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai
nama lain yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli
memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal.
Demikian pula cara penggambarannya juga sama.
Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang
dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan
menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Sistem Trigonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a
sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama
dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ;
γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak
lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
14
Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:
Trigonal piramid
Trigonal Trapezohedral
Ditrigonal Piramid
Ditrigonal Skalenohedral
Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini
adalah tourmaline dan cinabar.
5. Sistem Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu
simetri kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda.
15
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal,
sistem Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c =
sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran
panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar
sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ. Sistem ini dibagi menjadi 3
kelas:
Bisfenoid
Piramid
Bipiramid
Contuh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah
belerang, aragonite dan witherite.
6. Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari
tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu
n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus
terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang
tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b
paling pendek.
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-
sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain.
Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini
berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚),
sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).
16
Gambar 6 Sistem Monoklin
7. Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang
lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-
masing sumbu tidak sama.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-
sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain.
17
Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini
berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus
satu dengan yang lainnya.
18
Gambar Pola Susunan Atom-Atom Pada Kristal Logam dalam SPU
19
Sekitar 70% logam mengkristal dalam susunan rapat hcp atau ccp , sekitar
25% mengkristal dalam susunan bcc dan sekitar 5% sisanya mengkristal
dalam susunan yang lain seperti rhombohedral,susunan kubus sederhana,
susunan seperti struktur kristal dan susunan yang lainnya.
Pola susunan atom – atom pada setiap logam akan berpengaruh pada sifat
logam yang mudah ditempa. Pada logam yang memiliki pola susunan
atom – atom yang beragam akan mudah di tempa, karena saat dipanaskan
bentuk pola susunan atom – atomnya akan berubah. Sedangkan logam
yang hanya mempunyai satu pola susunan atom – atom dalam Kristal. Jika
ditempa akan langsung menjadi hancur.
5. Unit sel, Kisi Kristal dan Pengindeksan Bidang Kristal dengan Indeks hkl
A. Unit Sel
Unit sel adalah tatanan bola-bola paling sederhana yang apabila pada
pengulangan diperoleh seluruh bangun kristal. Unit sel yang paling mudah
dilihat adalah kubus sederhana yang dibangun oleh delapan bola yang
menempati kedelapan titik sudut kubus. Berikut ini adalah gambar satuan
sel sistem kristal :
Penetapan suatu titik tempat unit sel dapat dilakukan secara sembarang,
namun sekali ditentukan harus konsisten diterapkan pada seluruh kristal.
Berdasarkan sifat simetrinya menurut arah dua dimensi, ada tiga
kemungkinan unit sel pada suatu kristal yang dibentuk.
20
Untuk unit sel A, titik-titik kisi terletak pada atom atau ion yang
bersangkutan. Satu unit sel tersusun oleh dua lingkaran besar dan dua
lingkaran kecil.
Unit sel B adalah titik-titik kisi terletak diantara atom-atom atau ion-
ion. Sama halnya dengan unit sel A, satu unit sel tersusun oleh dua
lingkaran besar dan dua lingkaran kecil.
Kemungkinan unit sel C, letak titik-titik kisinya sama seperti unit sel B.
Namun, unit selnya tersusun oleh masing-masing hanya satu lingkaran
besar dan satu lingkaran kecil.
Dengan demikian, ukuran unit sel A dan B adalah sama dan lebih besar dari
unit sel C. Dari ketiganya, kemungkinan unit sel A mempunyai sifat simetri
paling tinggi atau paling simetri karena ia mempunyai (jumlah dan atau
jenis) unsur-unsur simetri maksimum, dan dalam hal ini unit sel dipilih bagi
sel yang me sebagimpunyai sifat simetri tertinggi.
Dengan cara yang sama, unit sel dalam arah tiga dimensi dapat ditentukan.
Pada kubus sederhana, unit sel dibangun oleh delapan bola yang
menempati kedelapan titik sudut kubus. Namun, apabila bangun kubus
diulang ke arah tiga dimensi, maka setiap bola sesungguhnya merupakan
titik sudut persekutuan dari delapan kubus. Dengan kata lain, tiap bola
hanya memberikan kontribusi 1/8 bagian saja pada tiap unit sel. Jadi,
satu unit sel kubus dibangun dari satu atom saja (1/8 x 8).
21
Untuk kubus pusat badan terdapat satu bola (atom) interior tambahan
yaitu sebagai pusat bangun kubus, sehingga dalam satu unit sel terdapat
1 + [8(1/8)] = 2 atom.
Untuk bangun kubus pusat muka terdapat enam atom tambahan yang
menempati keenam muka kubus, sehingga tiap unit sel kubus pusat
muka terdapat 6(1/2) + [8(1/8)] = 4 atom.
Jumlah atom dalam sel satuan heksagonal = 1/6 x jumlah atom di pojok
pojok sel satuan + ½ x jumlah atom di puat muka + jumlah atom di
dalam sel satuan = 1/6 x 12 + ½ x 2 +3 = 6
Heksagonal
B. Kisi kristal
Konsep kemasan krital mengasumsikan bahwa atom-atom berupa bola
keras dan tentunya mempunyai ukuran yang sama untuk atom yang sama.
Dalam suatu kristal logam, atom-atom tertata dalam rangkaian terulang,
yang disebut kisi kristal. Kisi kristal juga merupakan kumpulan dari sel
satuan yang teratur. Parameter dari sel satuan dapat dinyatakan oleh sisi
sel satuan (a,b,dan c) dan sudut diantaranya (α, β, dan γ)
22
Gambar sumbu dan sudut dalam suatu bangun kristal
Dalam beberapa hal sumbu c diarahkan sejajar dengan arah unit kristal
yang bersangkutan, misalnya arah memanjang atau memendek. Sumbu-
sumbu a dan b yang keduanya tidak sebidang dengan sumbu c mewakili
arah terpilih kristal yang bersangkutan. Bidang-bidang kristal dilukis
menurut perpotongannya dengan sumbu-sumbu tersebut.
Struktur kristal dapat dibedakan berdasarkan tipe kisi Bravais atau kisi
ruang yang dibangun berdasarkan pada sifat simetri unit sel dalam
translasi yang diperlukan dalam memperoleh titik-titik ekuivalen di dalam
unit sel yang bersangkutan. Hasilnya adalah 14 macam bangun geometri
kisi Bravis sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut.
7 Sistem Kristal dan 14 Kisi Bravais Kristal
23
C. Pengindeksan Bidang Kristal dengan Indeks hkl
Indeks Miller Dalam sistem tiga dimensi, kisi kristal akan membentuk
pasangan bidang-bidang sejajar dan berjarak sama yang disebut bidang-
bidang kisi. Bidang-bidang kisi inilah yang akan menentukan arah
24
permukaan dari suatu kristal. Bidang-bidang kisi pada kristal sangat
mempengaruhi perilaku dan sifat bahan. Bidang-bidang yang paling
mudah digambarkan adalah bidang yang membatasi sel satuan dengan
bidang lainnya. Arah suatu bidang dapat dinyatakan dengan parameter
numeriknya, yang selanjutnya dibuat menjadi bilangan bulat terkecil.
Bilangan ini disebut indek Miller, yang biasanya dinyatakan dengan
simbol (h k l). Untuk arah bidang digunakan simbol atau lambang [h k l]
dan untuk bidang kristal digunakan lambang (h k l). Sebagai contoh
penentuan suatu bidang dengan indeks Miller (332) seperti langkah-
langkah berikut ini (Wiendartun, 2012: 7)
25
6. Faktor Tumpukan dan Perhitungan Geometri Pengemasan Kristal
Faktor tumpukan atau efisiensi kemasan menyatakan fraksi dari volume sel
satuan yang ditempati oleh atom-atom logam. Didalam menghitung besarnya
faktor tumpukan, atom-atom logam dianggap sebagai bola-bola keras. Untuk
struktur logam dapat diterapkan konsep tumpukan atom atau faktor
tumpukan, yaitu:
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑡𝑜𝑚
Faktor tumpukan = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑙 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
Dimana :
Volume atom = jumlah atom dalam satu unit sel x volume bola
Volume atom sel satuan = volume kubus
Apabila a adalah sisi kubus dan R adalah jari-jari atom logam, maka
1
a = 2R atau R = 2 𝑎.
Dimana :
Jumlah atom dalam sel satuan kubus sederhana = 1/8 x jumlah atom
dipojok-pojok sel satuan = 1/8 x 8 = 1
Volume atom = 1 atom dalam unit sel kubus sederhana x volume bola
4
(3 𝜋𝑟 3 )
Volume kubus = a3
Jadi, faktor tumpukan dari kubus sederhana dapat dihitung sebagai berikut:
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑡𝑜𝑚
Faktor tumpukan (APF) = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑙 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
26
1 4
( 𝑥8) 𝑥 𝜋𝑟 3
8 3
= 𝑎3
4 1
1𝑥 𝜋( 𝑎)3
3 2
= 𝑎3
= 0.523
Jadi, faktor tumpukan untuk kubus sederhana adalah 0.523 atau 52,3%.
R a
Pada kubus pusat badan, dimisalkan juga sisi kubus dengan a dan jari-jari
r. Dalam kubus pusat badan, kubus disusun oleh dua buah atom yang
terdiri dari satu atom di tengah berbentuk bola utuh dan satu atom sudut
yang terbagi menjadi delapan dan terletak di masing-masing sudut.
Permukaan bola atom pusat dan sudut bersinggungan pada satu titik
sehingga panjang diagonal ruang sama dengan empat kali jari-jari bola,
dengan panjang diagonal ruang sebagai berikut
Panjang diagonal ruang = √(𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑔𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑠𝑖𝑠𝑖)2 + (𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑖𝑠𝑖)2
= √𝑎2 + 𝑎2
= √2𝑎2 = 𝑎√2
2
= √(𝑎√2) + 𝑎2
27
= √2𝑎2 + 𝑎2
= √3𝑎2
= 𝑎√3
1 4 𝑎√3 3
[( 𝑥8)+1]𝑥 𝜋( )
8 3 4
Jadi, faktor tumpukan bcc = = 0.68 = 68%
𝑎3
2
a
Sama seperti perhitungan sebelumnya, sisi kubus dimisalkan dengan a,
dan jari-jari r. FCC tersusun juga oleh empat buah atom (berbentuk bola)
yang terdiri dari enam bentuk setengah bola di dinding kubus, dan delapan
bentuk seperdelapan bola di sudut kubus. Permukaan seperdelapan bola di
sudut bersinggungan dengan permukaan setengah bola di dinding kubus
sehingga panjang diagonal sisi kubus sama dengan empat kali jari-jari
bola.
28
Karena 4r = 𝑎√2, maka setelah mengetahui hubungan r dan a, maka:r =
𝑎√2
4
1 1 4 𝑎√2 3
[( 𝑥8)+( 𝑥 6)]𝑥 𝜋( )
8 2 3 4
Jadi, faktor tumpukan bcc = = 0.74 = 74%
𝑎3
Jumlah atom dalam sel satuan heksagonal = (1/6 x jumlah atom di pojok
pojok sel satuan + ½ x jumlah atom di pusat muka + jumlah atom di
dalam sel satuan) = 1/6 x 12 + ½ x 2 +3 = 6
= 6 (r x r √3) x c
= 6 (r x r √3x 1,633 a
= 12 x r x r √3 x 1,633 r
= 33,94 r3
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑡𝑜𝑚
Faktor tumpukan (APF) =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑙 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
29
4
6 𝑥 3𝜋𝑟 3
=
33,94𝑟 3
= 0,7405 = 74.05%
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, M., Nina Kadaritna dan Noor Fadiawati. 2018. Penuntun Praktikum Kimia
Unsur Non Logam. Lampung : Universitas Lampung.
Miessler, G.L. and Tarr, D.A. 1991. Inorganic Chemistry. London. Prentice-Hall.
30