Pemuda itu tak lagi kekurangan makanan, bajunya pun sudah bagus. Ia bahkan tak tampak
seperti pembantu.
Ia ingin tampil dengan pakaian baru. Si saudagar pun menyuruh si pemuda untuk memintal
kapas.
"Pintal kapas ini menjadi kain. Aku akan menggunakan baju dari kapas untuk jamuan di
kerajaan," pinta si saudagar.
Saat si saudagar pergi bekerja, pemuda itu justru bermalas-malasan di rumah. Alhasil,
pekerjaannya tak kunjung selesai.
Alangkah kagetnya saudagar begitu pulang dan melihat kapas-kapasnya masih utuh.
"Kau harus bekerja lebih giat lagi, agar pekerjaanmu cepat selesai. Aku akan menggunakan
pakaian dari kapas ini pada hari Minggu besok," perintah si saudagar.
"Aha! Pakaian dari kulit pohon tak kalah bagus dengan pakaian dari kapas. Bahkan, jauh
lebih kuat. Aku akan membuatkan saudagar pakaian dari kulit pohon saja.” pikir si pemuda.
Pakaian dari kulit pohon memang kuat dan mudah dibuat. Tidak perlu waktu lama, ia sudah
selesai membuat pakaian dari kulit pohon.
"Kau sungguh tak menghargaiku! Aku menginginkan baju dari kapas, bukan kulit pohon!"
ucap si saudagar dengan marah.
"Bukankah baju dari kulit pohon jauh lebih kuat,Tuan?" bela si pemuda.
"Kalau begitu, pakailah pakaian itu dan pergi dari sini!" usir si saudagar.
Si pemuda pun memakai baju dari kulit pohon itu, kemudian pergi dari rumah si saudagar.
Pakaian dari kulit potion memang kuat, namun tidak senyaman pakaian dari kapas.
Seketika, si pemuda menyadari kesalahannya. Saudagar ingin merasa nyaman saat
jamuan kerajaan itu, makanya saudagar menginginkan pakaian dari kapas.
Pemuda itu pun menyesali perbuatannya. Ah, akibat kemalasannya, sekarang ia kembali
tidak memiliki pekerjaan.
Pesan moral dari cerita pendek untuk anak ini adalah jangan menjadi orang yang malas.
Percayalah, kemalasan hanya akan membuatmu rugi.