Di sebuah desa di Tiongkok, hiduplah seorang gadis yang cantik jelita bernama Mey-
mey. Mey-mey menjadi bunga desa. Semua pemuda di sana mengaguminya. Meskipun
ia sangat cantik, Mey-mey memiliki kebiasaan yang buruk. Ia suka mengerutkan
keningnya. Tapi, kebiasaan itu justru membuat para pemuda semakin tertarik
kepadanya.
"Mey-mey sungguh gadis yang sangat cantik, seperti titisan dewi," ucap salah satu
pemuda yang tengah duduk di sebuah warung. Pemuda yang lain setuju dengan
temannya itu.
Namun, gadis lain yang juga sedang berbelanja di warung itu, merasa heran. Mengapa
semua pemuda mengagumi Mey-mey? Padahal, menurutnya Mey-mey biasa saja.
Justru, menurutnya Mey-mey aneh, karena mempunyai kebiasaan mengerutkan kening.
Gadis itu pun pulang dari warung sambil terus berpikir. Ia juga ingin menjadi perhatian
para pemuda.
Sejak saat itu, si gadis mengikuti gaya Meymey yang suka mengerutkan kening.
Suatu hari, gadis itu hendak pergi ke warung. Di jalan, ia bertemu dengan seorang
pemuda. Dengan penuh percaya diri, ia mengerutkan kening, persis seperti Mey-mey.
Tapi, bukannya pemuda itu tertarik kepadanya, pemuda itu justru berbalik badan dan
bergegas meninggalkannya.
Sesampainya di warung, ada banyak pemuda di sana. Gadis itu pun kembali
mengerutkan keningnya. Tapi, para pemuda justru berlari tunggang-langgang. Olala,
mereka takut kena marah gadis itu. Melihat hal tersebut, pemilik warung menjadi marah.
Ia menganggap jika gadis itu telah membuat takut pembelinya.
Gadis itu pun menjadi sedih. Ia lalu pergi ke rumah temannya, dan menceritakan apa
yang baru dialaminya.
Mendengar cerita gadis itu, temannya justru tertawa terbahak-bahak. Ia pun memberi
penjelasan kepada gadis itu.
"Jadilah diri sendiri. Itu jauh lebih baik, daripada meniru orang lain. Lagi pula, Mey-mey
memang sangat cantik. Mau seperti apa pun dia, tetap saja ia sangat cantik," ucap
temannya.
Gadis itu pun sadar, memang lebih baik menjadi diri sendiri. Ia tak perlu repot-repot
menjadi orang lain, karena orang yang tulus akan menyukai diri kita yang
sesungguhnya.
Pesan moral yang dapat diambil dari Dongeng Cerita Pendek Bahasa Indonesia :
Jadi Diri Sendiri adalah jadilah diri sendiri. Orang yang tulus pasti akan
menerima kita apa adanya.
Dongeng Pendek Untuk Anak SD : Pilihan
Yang Bijak
Beberapa pedagang sudah bersiap-siap di pantai. Mereka akan menjual dagangan
mereka di pasar seberang laut.
Hanya di desa itulah, para pedagang bisa menjual barang dagangannya dengan harga
yang tinggi.
Para pedagang itu pun bergegas menaikkan barang-barang mereka ke atas perahu.
Tak butuh waktu lama, kapal itu pun tenggelam. Semua penumpang tampak panik.
"Kita tak mungkin bisa menyelamatkan barang dagangan kita. Tinggalkan saja. Kita
harus menyetamatkan diri kita!" teriak salah seorang pedagang kepada pedagang-
pedagang lainnya.
Para pedagang pun mengikuti perintah itu. Mereka berenang ke tepi laut terdekat.
Sayangnya, jarak ke tepi laut sangat jauh. Mereka harus berenang cukup lama.
"Kawan, kita tak boleh menyerah. Pasti kita bisa menyelamatkan diri!" seru salah
seorang pedagang, menyemangati teman-temannya.
Mereka terus berjuang tanpa mengenal lelah. Saat tepi laut mulai terlihat, mereka
semakin cepat berenang.
Namun, saat semua pedagang hampir sampai ke tepi laut, ada seorang pedagang
muda yang tertinggal jauh.
Sebenarnya, pedagang muda itu sangat pandai berenang. Ia berenang sangat lamban
karena ia membawa dua kantung dagangannya. Itulah kenapa ia kesulitan berenang.
"Kau harus berenang lebih cepat. Jika kau terus berenang lamban seperti itu, bisa-bisa
kau tertinggal!" seru salah satu pedagang.
"Lepaskan saja barang daganganmu. Jika kau terus mempertahankannya, bisa-bisa kau
tak selamat," saran pedagang lain.
Pedagang muda itu semakin jauh tertinggal di belakang. Olala, ia mulai kelelahan.
Berenangnya pun semakin lambat.
Pedagang muda itu berpikir sejenak. Ia lalu memutuskan untuk membuang semua
dagangannya.
etelah dagangannya dilepaskan, tubuh pedagang muda itu terasa lebih ringan. Ia pun
bisa berenang dengan lebih cepat.
Semua pedagang sudah tiba di tepi laut. Pedagang muda itu pun akhirnya berhasil
menyusul Ice tepi laut dan selamat. Jika
Andai saja tadi ia tak membuang dagangannya, mungkin ia sudah tenggelam di tengah
laut.
Pesan moral dari Dongeng Pendek Untuk Anak SD : Pilihan Yang Bijak adalah
belajarlah mengambil keputusan yang bijaksana. Utamakan yang terpenting, ya.
Dongeng Anak Pendek : Akibat suka
berebut
Ada dua bersaudara yang hobi memanah. Hari ini, mereka ingin berburu di padang
rumput dekat sungai.
Biasanya, di sana ada angsa yang melintas. Mereka berdua memang sangat suka
memakan daging angsa.
"Cepatlah, Dik. Aku sudah tak sabar ingin menangkap angsa untuk makan malam ini,"
ajak sang kakak. Si adik pun bergegas mengikuti kakaknya.
Begitu sampai, keduanya bersembunyi di balik semak-semak. Tentu saja, agar angsa
tidak mengetahui keberadaan mereka.
Setelah lama menunggu, akhirnya ada seekor angsa terbang melintasi sungai.
"Aku akan memanah angsa itu. Aku akan membuatnya menjadi angsa bakar," ucap
kakak.
"Tidak, Kakak. Biar aku saja yang menangkapnya. Aku ingin memakan angsa rebus,"
tolak adik.
"Tidak, adikku. Aku yang lebih dulu melihat angsa itu. Dan aku akan membakar daging
angsa itu," ujar sang kakak tak mau kalah.
"Tapi, aku lebih muda darimu. Harusnya kau mengalah dan membiarkanku merebus
angsa itu," seru adik.
Olala, kedua kakak beradik itu justru sibuk bertengkar. Mereka bahkan tidak menyadari
bahwa angsa buruan mereka sudah terbang menjauh.
"Lebih baik kita minta pendapat Kakek saja. Mungkin Kakek bisa memberi keputusan
yang adil untuk kita," usul sang kakak.
Sang adik pun setuju. Mereka pulang ke rumah untuk meminta saran kakek mereka.
Begitu sampai di rumah, sang kakak menceritakan apa yang terjadi. Olala, kakek justru
tertawa.
"Kenapa tidak kalian bagi dua saja angsa itu? Separuh bisa dibakar, dan separuhnya
lagi bisa direbus," saran kakek.
"Wah, benar juga kata Kakek. Mengapa aku tak berpikiran seperti itu?" Kakak setuju
dengan kakek, begitu pula dengan sang adik.
"Tunggu apa lagi, Kak? Ayo, kita kembali ke padang rumput untuk memanah angsa itu,"
ajak adik.
Mereka pun kembali ke padang rumput. Tapi terlambat, angsa sudah tak ada di sana.
"Ah, andai tadi kita tidak bertengkar, mungkin kita sudah bisa menangkap angsa itu.
Lihatlah sekarang. Angsa itu sudah pergi entah ke mana. Kita pun tak bisa makan
daging angsa malam ini," sesal sang kakak.
Pesan moral dari Dongeng Anak Pendek : Akibat suka berebut adalah kawan,
selalu berbagi dengan sesama, ya. Apalagi dengan saudara kita. Percayalah, tidak
ada ruginya jika kita mau berbagi.
Cerita Dongeng Anak Indonesia : Kulit Rubah
dan Daging Domba
Di sebuah desa, hidup seorang pemuda kaya.
Ia sangat gemar mengoleksi pakaian mewah dari kulit binatang, terutama binatang yang berbulu lebat.
Suatu hari, pemuda itu bercermin di kamar. Ia merasa bahwa semua pakaiannya sudah usang dan ia memerlukan pakaian baru.
“Sepertinya pakaianku sudah tak layak pakai. Aku harus memiliki pakaian baru,” ucap si pemuda.
“Aha! Aku menemui rubah saja, dan meminta kulitnya. Sepertinya kulit rubah sangat lembut. Aku juga akan meminta daging kepada
domba. Aku ingin makan daging domba malam ini,” pikir pemuda itu.
Ia pun bergegas ke padang rumput, tempat rubah dan domba biasa bermain. Rubah tampak sedang bermalas-malasan di bawah pohon.
Pemuda itu pun menghampiri rubah.
“Wahai, rubah. Aku ingin meminta tolong kepadamu,” pinta si pemuda dengan sopan.
“Aku ingin meminta kulitmu. Kulitmu akan kujadikan pakaian yang sangat bagus,” jawab si pemuda dengan mata berbinar.
Padahal, ia meminta dengan baik-baik kepada rubah. Mengapa rubah justru berlari meninggalkannya?
“Ah, daripada aku memikirkan rubah, lebih baik aku menghampiri domba. Siapa tahu, domba lebih sopan dari rubah,” gumam pemuda
itu.
Pemuda itu pun menghampiri domba yang sedang memakan rumput. Olala, pemuda itu kagum dengan bulu domba yang tebal.
Ia tak lagi hanya menginginkan daging domba, namun juga kulitnya. Sepertinya bulu domba lebih hangat dari kulit rubah.
“Wahai, domba. Apakah aku bisa meminta tolong kepadamu?” ucap si pemuda dengan sangat sopan.
“Apa yang bisa kubantu, pemuda?” jawab domba dengan sangat sopan pula.
Si pemuda menjadi yakin, bahwa ia bisa mendapatkan daging dan kulit domba.
“Bisakah aku meminta daging dan kulitmu? Aku ingin makan dagingmu malam ini, dan aku ingin memakai pakaian baru dari kulitmu
yang hangat itu,” ujar si pemuda.
Melihat reaksi domba, pemuda itu menjadi sangat heran. Mengapa domba juga lari darinya?
“Rupanya, sangat sulit untuk mendapatkan apa yang aku inginkan. Perlu kerja keras untuk mencapai keinginanku,” ucap si pemuda.
Akhirnya, ia berjalan pulang tanpa membawa apa pun.
Pesan moral dari Cerita Dongeng Anak Indonesia : Kulit Rubah dan Daging
Domba adalah kita memang harus bekerja keras untuk mendapatkan apa yang
kita inginkan. Dengan bekerja keras, kita bisa menghargai apa yang sudah kita
miliki.
Cuaca hari ini sangat cerah, sangat cocok untuk beraktivitas di luar rumah.
Seluruh binatang keluar dari rumah mereka untuk menikmati cuaca yang sangat cerah, termasuk Kerang.
Ia keluar dari laut, dan membuka cangkangnya agar dapat merasakan sinar matahari.
Kerang tidak tahu bahwa ada seekor burung yang tengah mengincarnya.
Hap!
Burung itu menangkap Kerang. Paruhnya diarahkan ke daging kerang yang tampak lezat.
Ia mengaduh kesakitan.
“Lepaskan aku, Kerang! Atau kau akan man kumakan!” hardik Burung.
“Kau yang akan mati, Burung. Kau tak akan bisa mencari makanan dengan paruh yang kujepit,” balas Kerang.
Akhirnya, Burung membawa terbang Kerang. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, agar Kerang terlepas dari paruhnya. Namun
bukannya lepas, paruh Burung justru semakin kencang terjepit. Burung pun berhenti di sebuah karang.
Olala, mereka tak sadar bahwa ada seorang nelayan di dekat mereka yang sedang mencari ikan.
Hap!!!
“Sungguh beruntungnya diriku. Aku mendapat dua tangkapan sekaligus. Sepertinya malam ini aku bisa makan enak,” ucap nelayan.
Burung dan Kerang pun dibawa pulang. Sungguh, Kerang dan Burung sangat menyesal.
Akibatnya, keduanya bernasib malang. Sekarang, mereka hanya tinggal menunggu menjadi santapan si nelayan.
Pesan moral dari Dongeng Anak Indonesia Bergambar : Burung dan Kerang
adalah jangan suka bertengkar, ya. Bertengkar hanya akan merugikanmu dan
tidak membawa kebaikan sama sekali.
Tetapi, Jaja menjadi bingung. Tak mungkin ia mampu membawa semua hasil panennya
sendiri.
Jaja lalu duduk di sebuah batu besar. Tak lama kemudian, Gaga Gajah datang. Ia
melihat
"Hai Jaja, apa yang sedang kau lakukan? Kenapa kau malah berdiam diri dan tidak
segera membawa hasil panenmu ke rumah?" celetuk Gaga Gajah.
"Aku sedang memikirkan itu, teman. Bagaimana caranya membawa semua hasil
panenku ke rumah? Aku tak mungkin mampu membawa semua ini sendirian," ujar Jaja.
"Aha! Aku punya gerobak besar di rumah. Pasti bisa untuk mengangkut semua
jagungmu. Aku akan membantumu membawa jagung-jagungmu ke rumahmu," balas
Gaga.
Sungguh, Jaja merasa senang. Ia tak menyangka Gaga akan sebaik itu kepadanya.
Jaja dan Gaga pun saling membantu menaruh jagung-jagung itu ke dalam gerobak.
"Nah, sekarang kau naik ke atas gerobak. Biar aku yang menariknya," ujar Gaga Gajah.
"Ah, aku tak mau. Aku kan sudah merepotkanmu. Biar aku yang mendorong
gerobaknya," tolak Jaja.
"Tak perlu. Kau bernyanyi saja, agar membuatku bersemangat," cetus Gaga.
Jaja pun menyanyi dengan kokoknya yang merdu. Benar saja, hal itu membuat Gaga
bersemangat.
Sampailah mereka di rumah Jaja. Wah, Gaga juga membantu Jaja memasukkan
jagung-jagung itu ke rumah Jaja.
"Kau juga amat baik, Jaja. Tanpamu, aku tak mungkin bisa bangun pagi. Kaulah yang
selalu membangunkanku dengan kokokmu yang merdu," balas Gaga.
aja tertawa mendengar hal itu. Jaja lalu memberikan sekeranjang jagung kepada Gaga
Gajah.
Pesan moral dari Kumpulan Cerita Rakyat Dalam Bahasa Indonesia adalah
jadilah anak yang selalu bersemangat seperti Jaja Jago, dan suka membantu
seperti Gaga Gajah. Sehingga, hidupmu akan bermanfaat untuk orang lain. Yuk,
berlomba menjadi anak yang baik!
Mereka saling menyayangi. Setiap hari, induk buaya mencari makanan untuk anaknya
di tepi sungai.
Tapi, sudah beberapa hari induk buaya jatuh sakit.
Ia pun hanya bisa terbaring lemah dan tak bisa mencari makanan.
Karena anak buaya sangat menyayangi ibunya, ia akan melakukan apa pun yang
ibunya mau.
"Aku ingin makan hati monyet. Monyet itu tinggal di sebuah pohon di tepi sungai," jawab
induk buaya.
"Aku akan menangkap monyet itu untuk Ibu. Ibu istirahat saja di rumah," ucap anak
buaya.
Anak buaya pun langsung berenang ke tepi sungai. Sesampainya di dekat pohon, anak
buaya bingung.
Monyet selalu menghindari buaya, karena monyet takut dimangsa oleh buaya.
"Hei, monyet. Apa yang sedang kamu lakukan di sana?" teriak anak buaya kepada
monyet.
Ia merasa heran dengan buaya yang tiba-tiba menyapanya, tak seperti biasanya.
"Wah, kebetulan sekali. Di seberang sungai sang, ada buah yang sangat lezat. Buahnya
pun banyak. Tidak akan pernah habis walaupun terus dimakan." Anak buaya
membohongi monyet.
"Benarkah, buaya? Tapi, kamu tahu sendiri, aku tak bisa berenang. Bagaimana aku bisa
sampai ke seberang?" ucap monyet dengan sedih.
"Tenang saja. Kamu tak perlu menyeberang. Kamu cukup naik ke punggungku, dan aku
akan mengantarkanmu ke seberang sungai," bujuk buaya.
Karena tergiur dengan buah-buahan yang banyak, monyet langsung melompat ke
punggung buaya. Hap!
Di tengah sungai, tiba-tiba buaya menyelam menuju rumahnya. Seketika, monyet yang
tak bisa berenang langsung kembali ke permukaan.
"Kamu kan tahu aku tak bisa berenang. Mengapa kamu menenggelamkanku? Bukankah
kita akan mencari buah-buahan di seberang?" protes monyet.
"Aku berbohong. Tak ada buah-buahan di seberang. Ibuku ingin mengambil hatimu
untuk santapannya," ucap buaya sambil menyeringai.
Sebenarnya, monyet panik. Ia tak mau dimakan oleh buaya. Tapi, ia berusaha tenang
dan mencari ide agar bisa lepas dari buaya.
"Kenapa tak bilang jika ibumu ingin memakan hatiku? Kalau tadi kau bilang, aku akan
membawakannya untuk ibumu," kata monyet.
Monyet menggeleng.
"Lalu, di mana hatimu? Apakah tertinggal di rumah?" tanya buaya dengan polos.
Pesan moral dari dongeng bahasa Indonesia ini adalah jangan seperti buaya yang
suka berbohong, ya. Jika kamu berbohong, temanmu tidak akan percaya lagi
kepadamu, dan bisa saja kamu pun akan dibohongi oleh temanmu.
Cerita Bergambar Untuk Anak : Burung
Bangau Yang Licik (India)
“Aku harus mencari cara agar aku bisa memakan ikan-ikan itu tanpa harus
menangkapnya," ucap Bangau suatu hari.
Suatu ketika, Bangau menemukan sebuah cara untuk mendapatkan ikan-ikan, Ia pergi
ke sebuah danau dengan bepura-pura sedih.
"Aku sedih karena aku mendengar percakapan manusia. Beberapa hari lagi manusia
akan pergi ke sini dan akan menjaring semua ikan untuk dijadikan makanan," ucap
Bangau.
Ikan-ikan menjadi ketakutan. Mereka tak mau ditangkap oleh manusia. Sementara itu,
ada seekor kepiting yang cerdik di sana. Kepiting itu masih ragu dengan perkataan
Bangau.
"Jika kalian mau, aku tahu sebuah sungai yang aman dari ancaman pemburu. Sungai itu
tak jauh dari sini. Aku akan membawa kalian satu per satu ke sana.” ucap Bangau.
Ikan-ikan itu berebut untuk meminta bantuan bangau. Bangau lalu membawa ikan itu
satu per satu. Ikan-ikan itu sama sekali tak menaruh curiga kepada Bangau.
Bangau membawa para ikan dengan menggunakan paruhnya. Saat dalam perjalanan,
Bangau memakan ikan-ikan itu. Bangau hanya menyisakan tulang-tulang ikan tersebut.
Beberapa hari kemudian, Kepiting mulai curiga. Tak ada manusia yang datang ke danau
seperti yang diceritakan Bangau. "Jangan-jangan ini hanya siasat Bangau supaya bisa
mendapatkan makanan tanpa mau bersusah-payah," gumam Kepiting.
Olala... saat Bangau membawa Kepiting terbang, Kepiting melihat tulang-tulang ikan
yang berserakan. Kepiting pun tahu bahwa itu adalah ulah Bangau. Selama ini tak ada
ikan-ikan yang berpindah ke sungai. Tetapi, ikan-ikan itu dimakan oleh Bangau. Juga,
tak ada manusia yang akan menangkap ikan di danau.
Kepiting sangat marah. Kemudian ia mencapit leher Bangau hingga Bangau terjatuh
dan mati. Kepiting lalu pulang ke danau. Ia menceritakan apa yang telah terjadi. Ikan-
ikan itu sungguh sedih. Mereka harus kehilangan saudara-saudaranya. Tetapi, mereka
juga bersyukur karena selamat dari tipu daya Bangau.
Pesan moral dari Cerita Bergambar Untuk Anak : Burung Bangau adalah
membohongi teman adalah hal yang tak terpuji. Kebohongan, cepat atau lambat
pasti akan ketahuan.
Tikus-tikus itu lari kalang kabut. Akhirnya mereka pun bisa menyelamatkan diri. Namun,
rumah mereka sudah rusak terinjak gajah.
"Gajah-gajah itu pasti akan kembali lagi. Mereka pasti akan melewati rumah kita lagi.
Hancurlah sudah apa yang kita miliki," isak salah satu tikus.
"Kalian tenang saja. Aku akan menemui pemimpin gajah itu. Aku akan memintanya agar
mereka tak melewati jalan ini lagi," ujar pemimpin tikus.
Pemimpin tikus lalu berlari ke arah gajah-gajah tersebut. Ia menemui pemimpin gajah
untuk berembuk. Pemimpin tikus lalu menceritakan semuanya. Gajah-gajah telah
merusak tempat tinggal tikus yang sudah susah payah dibangun.
"Sungguh kami tak tahu bahwa kami telah merusak rumah kalian. Baiklah, nanti saat
pulang, kami tidak akan melewati jalan itu lagi," ucap pemimpin gajah. "Aku minta maaf
atas perbuatan teman-temanku," Ianjutnya.
Pemimpin tikus memaafkan mereka dan berterima kasih kepada pemimpin gajah.
Pemimpin tikus lalu menemui teman-temannya. Mendengar kabar baik yang dibawa
pemimpinnya, tikus-tikus itu sangat senang. Mereka lalu kembali merapikan rumah.
Beberapa hari kemudian, ada pemburu yang datang ke hutan. Pemburu itu menangkap
beberapa ekor gajah. Gajah-gajah itu masuk ke jaring pemburu.Tentu saja para gajah
menjadi cemas. Mereka tak mungkin bisa menyelamatkan teman-temannya.Tubuh
mereka terlalu besar, pasti pemburu itu malah akan menangkapnya.
Pemimpin gajah pun menemui tikus. Dengan senang hati, tikus-tikus itu mau membantu
gajah. Mereka akan mengerat jaring para pemburu supaya gajah-gajah itu bisa lepas.
Malam harinya, tikus-tikus mulai bekerja. Pemburu sedang terlelap tidur. Segera tikus-
tikus menggigit jaring yang melingkar di tubuh gajah. Mereka lalu diam-diam pergi
menjauh dari sang.
Tikus berhasil menyelamatkan gajah. Gajah sangat berterima kasih kepada tikus. Sejak
saat itu, mereka berteman baik. Saling membantu ketika ada kesulitan.
Pesan moral dari Dongeng Fabel Anak : Tikus Dan Gajah (India) adalah teman
yang baik adalah teman yang saling menolong.
Di sungai itu, ada sebuah jembatan yang terbuat dari sebatang pohon.
Anjing pun menyeberangi sungai itu.
Tiba-tiba, tak sengaja ia melihat air sungai yang mengalir di bawah jembatan.
"Sepertinya anjing itu membawa daging yang lebih besar dari milikku, pikir" Anjing.
Awalnya, ia tak peduli. Namun saat ia berjalan maju, anjing di air itu ikut maju. Ia
berbalik arah dan berjalan mundur, anjing itu pun tampat mengikutinya.
"Jangan-jangan anjing itu akan mencuri dagingku, sehingga ia mengikuti ke mana pun
aku pergi." pikir Anjing.
"Pergi sana! Jangan ikuti aku!" gertak Anjing, mengusir anjing di dalam air.
Anjing lalu melihat daging yang digigit oleh anjing di dalam air.
"Jika aku bisa merebut daging itu darinya, aku bisa makan dua potong daging sekaligus.
Wah, aku akan kenyang!" pikir Anjing.
Anjing pun mencari cara untuk mengambil daging itu dari anjing di dalam air.
"Tubuh anjing itu kurus, dan tampak tak berdaya. Aku bisa dengan mudah merebut
daging itu."
Byurr!!
Anjing sudah masuk ke sungai, tapi tak ada siapa-siapa di dalam sana. Karena Anjing
tak bisa berenang, ia sibuk bernapas.
Alhasil, daging di mulutnya pun lepas dan terbawa hanyut air sungai.
Saat itulah, Anjing baru sadar bahwa anjing di dalam air tadi adalah bayangannya.
Tapi, sudah terlambat.
Andai Anjing puas dengan apa yang dimiliki, mungkin sekarang ia bisa menikmati
dagingnya.
Pesan moral dari Cerita Dongeng Pengantar Tidur : Anjing yang Serakah adalah
syukuri apa yang sudah kalian miliki, kawan. Jangan bersikap serakah.
Ia ingin membelikan sesuatu untuk ibunya. Mungkin buah kesukaan ibunya, atau
mungkin selimut baru agar ibunya tidak kedinginan.
Tapi, gadis kecil itu tidak memiliki uang. Ia bingung harus berbuat apa.
"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Andai aku bisa membelikan buah kesukaan
Ibu, pasti Ibu akan sangat senang," doa gadis kecil itu sambil berurai air mata.
Gadis kecil itu berpikir. Jika ia terus berada di rumah, ia tak akan punya uang.
Sayangnya, tidak ada orang yang mau memberikan pekerjaan kepada anak-anak.
Tiba-tiba, matanya tertuju pada sebuah dompet yang tergeletak di tengah jalan.
Gadis kecil itu memungut dompet tersebut, lalu membukanya.
"Wah, banyak sekali uangnya. Pasti bisa untuk membeli buah dan selimut untuk Ibu.
Tapi, Ibu pasti sedih, karena aku membelinya bukan dengan uangku sendiri," ucap
gadis kecil itu.
Saat membuka-buka dompet, gadis kecil itu menemukan identitas si pemilik dompet.
Pemilik dompet pun sangat senang, dan berterima kasih kepada gadis kecil itu.
Saat gadis kecil itu berpamitan pulang, pemilik dompet segera mengambil beberapa
lembar uang dari dalam dompet.
Ia pun bergegas pergi ke toko buah untuk membeli buah kesukaan ibunya.
Sang ibu sangat senang ketika gadis kecilnya pulang membawa buah.
Tapi, ia lebih senang dan bangga, karena gadis kecilnya telah bersikap jujur.
Hikmah yang dapat diambil dari dongeng panjang sebelum tidur adalah kejujuran
selalu membawa kebaikan. Jadi kawan, ayo bersikap jujur!
Sayangnya, di antara gagak-gagak itu, ada satu gagak yang tidak pernah bersyukur Ia
selalu mengetuh.
"Alangkah senangnya menjadi burung bangau, memiliki bulu berwarna putih dan cantik.
Tidak seperti kawananku, semuanya berwarna hitam," ketuh gagak.
Kenapa harus merasa tak beruntung? Tuhan telah menciptakan makhtuk-Nya dengan
kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Meski kawanan gagak berwarna hitam, tapi kawanan gagak sangat bersahabat dan
gemar tolong-menolong.
Itulah keistimewaan gagak. Memang, ketika tidak pandai bersyukur, apa yang dimiliki
akan selalu dianggap kurang dan tidak sebaik milik orang lain.
"Lebih baik aku ikut bersama kawanan bangau. Mungkin mereka mau memberi tahuku
rahasia agar butuku bisa secantik butu mereka," ucap gagak.
Sayangnya, tak ada satu pun bangau yang bersedia memberikan rahasia.
"Lihatlah! Buluku sekarang sudah cantik, bukan? Putih dan bersih. Tidak seperti kalian,
hitam," ujar gagak dengan congkaknya.
"Sudahlah. Aku akan bergabung dengan kawanan bangau saja. Lagi pula, kecantikanku
sudah sama dengan mereka," pikir gagak.
Gagak pun terbang, lalu bergabung dengan kawanan bangau.
"Hai, bangau. Lihatlah! Buluku sama cantiknya dengan bulu kalian, bukan?" ujar gagak,
sambil mengembangkan sayapnya. Ia berharap, bangau akan terkesan kepadanya.
Tapi, apa yang terjadi?
"Kamu bukan kawanan kami. Pergilah, jangan ganggu kami!" gertak salah satu bangau.
"Ah, aku kembali saja ke kawananku. Pasti mereka masih menerimaku. Dan aku akan
menjadi gagak paling cantik disana." pikir gagak sambil terbang ke kawanannya.
Sayang seribu sayang, kawanan gagak pun sudah tak peduli kepadanya. Mereka tidak
mau menerima gagak yang tidak bersykur kembali. Gagak tersebut sungguh sangat
sedih, itulah akibatnya kalau tidak mau bersyukur.
Pesan moral dari adalah bersyukurlah dengan apa yang kita miliki. Setiap orang
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Suatu ketika, kuda jantan itu tiba-tiba hilang. Hal itu membuat si anak laki-laki menjadi
sangat sedih.
Anak laki-laki itu sudah mencari ke mana-mana, tapi kudanya tak juga ditemukan.
Berhari-hari, anak laki-laki hanya melamun. Ia tidak bersemangat untuk bekerja.
Bahkan, makan pun terasa malas.
"Sudahlah, Nak. Ikhlaskan kuda kita yang telah hilang," bujuk Ayah kepada anak laki-
lakinya. Namun, anak laki-laki itu tak bisa begitu saja mengikhlaskan kudanya.
Esok harinya, anak laki-laki itu melihat kuda jantannya sudah berada di depan rumah.
Olala, kuda jantan itu tidak sendirian. Ia membawa pulang kuda betina.
Alangkah senangnya anak laki-laki itu, karena ia kini mempunyai kuda baru.
"Kamu sungguh beruntung. Kudamu yang hilang, ternyata pulang membawa kuda baru.
Sekarang kamu memiliki dua kuda," ucap salah satu tetangga yang melihat kedatangan
kuda.
Saking senangnya, anak laki-laki itu jadi ingin menaiki kuda betina tersebut. Ketika ia
berusaha menaiki punggung kuda betina, tiba-tiba...
Brukk!!
Olala, kuda betina mengamuk. Kuda betina itu memang masih liar, tidak seperti kuda
jantan yang sudah jinak.
Anak laki-laki itu pun terkena tendangan kuda betina dan jatuh tersungkur.
"Kuda betina itu tampaknya masih liar. Tidakkah kamu berhati-hati, Nak?" tanya Ayah.
"Aku hanya terlalu senang, Ayah. Maafkan aku," kata anak laki-laki itu.
Suatu hari, para prajurit dari kerajaan datang ke rumah-rumah penduduk. Rumah yang
didatangi hanya rumah keluarga yang memiliki anak laki-laki.
Rupanya, kerajaan hendak mengajak seluruh anak laki-laki di desa itu untuk berperang.
Beruntunglah anak laki-laki yang terluka itu. Karena sedang sakit, anak laki-laki itu tidak
dipilih untuk berperang.
"Kita sungguh beruntung. Karena kamu sedang sakit, kamu tidak perlu ikut berperang.
Ayah tidak bisa membayangkan jika kamu harus berperang. Banyak prajurit yang
meninggal dalam peperangan," ujar Ayah, merasa senang.
"Mungkin ini hikmah dari Tuhan, Ayah," sahut anak laki-laki, tak kalah senangnya.
Sungguh, mereka tak pernah merasa seberuntung ini. Sejak saat itu, keluarga itu selalu
bersyukur atas apa yang diberikan Tuhan. Mereka pun yakin bahwa setiap musibah
yang datang, selalu ada hikmah di baliknya.
Pesan moral dari Cerita Dongeng Anak : Hikmah di Balik Musibah (Tiongkok)
adalah selalu ada hikmah di balik setiap peristiwa. Apa pun yang kita alami,
terimalah dengan lapang dada dan tetap bersyukur.
Saat burung lain terbang mencari makan, burung yang berbeda itu hanya bisa berdiam
di sangkar.
Pada suatu hari, burung berbeda itu mencari makan. Ia menggunakan paruhnya untuk
menaiki dan menuruni pohon. Tiba-tiba di tengah jalan, ia menemukan sebutir telur.
"Tenanglah, telur. Aku akan membawamu pulang. Kamu tak akan kesepian lagi," ujar
burung itu kepada telur.
Induk burung pun merawat anak burung elang itu dengan penuh kasih sayang.
Beberapa bulan kemudian, ketika anak burung elang sedang di sarang, ia melihat
beberapa burung terbang di langit.
"Maaf, anakku. Bukannya aku tak mau mengajarimu terbang, tapi aku sendiri tak bisa
terbang. Aku tidak dapat mengajarimu," jawab induk burung.
"Lalu, bagaimana aku bisa terbang, Bu?" tanya anak burung elang itu.
Anak burung elang itu pun belajar terbang sendiri. Bukan hal yang mudah memang.
Berkali-kali anak burung elang itu terjatuh. Tapi, ia tak menyerah. Ia terus berusaha,
hingga akhirnya ia bisa terbang.
Anak burung elang itu sangat senang. Namun, induk burung menjadi sedih. Jika anak
burung elang bisa terbang, pasti induk burung akan ditinggalkan sehingga akan
kesepian lagi.
"Kamu sudah bisa terbang, Nak. Pasti kamu akan meninggalkanku," jawab induk burung
dengan sedih.
"Tenanglah, Ibu. Aku tak akan meninggalkanmu. Jangan takut, aku akan tetap
menemanimu di sini," ujar anak burung elang, meyakinkan induk burung.
Seketika, induk burung berubah menjadi amat senang. Ia memeluk anaknya dengan
erat. Itulah kasih sayang antara induk burung dan anak burung elang. Meski mereka
berbeda, tapi mereka saling mengasihi.
Aha! Kancil ingat. Di seberang sungai, ada padang rumput. Di sana, pasti ada banyak
makanan.
Apalagi, di sungai itu ada sepuluh buaya yang sudah lama mengincarnya.
"Kebetulan kamu datang, Kancil. Aku sudah sangat lapar, ingin segera memakanmu,"
celetuk Buaya yang tiba-tiba muncul dari dalam air.
"Tunggu, Buaya!"
"Tunggu apa? Aku sudah sangat lapar!" seru Buaya, tidak sabar.
"Raja hendak mengadakan pesta di istana. Semua hewan di hutan diundang, termasuk
kamu, Buaya," jelas Kancil.
"Iya, benar. Aku disuruh sang raja untuk menghitung buaya di sungai, agar setiap buaya
mendapat bagian makanan di pesta," kata Kancll.
"Baiklah. Buaya-buaya! Berbaris!" panggil Buaya itu kepada kawanannya. Olala, dalam
sekejap, sepuluh buaya itu langsung berbaris rapi.
"Terima kasih Buaya, karena kau telah menolongku," kata Kancil sambil berlalu
meninggalkan para Buaya.
Saat itulah, Buaya baru sadar jika Kancil telah mengelabui mereka.
Para buaya pun marah dan ingin mengejar Kancil. Tapi apa daya, Kancil sudah berlari
jauh ke padang rumput.
Pesan moral dari Cerita Dongeng Anak Kancil dan Buaya adalah jika mau
berpikir, pasti akan ada solusi di setiap masalah. Tapi, jangan seperti Kancil, ya.
Berbohong untuk menyelesaikan masalah itu tidak baik.
Terlihat sebuah cangkul di pundak pemuda itu, dan sepasang sandal di tangan kirinya.
Sebenarnya, pemuda itu sudah sejak lama ingin membeli sandal. Tapi, pemuda itu tak
memiliki uang.
Ia harus menabung terlebih dahulu, dan hari ini, uang tabungannya baru cukup untuk
membeli sandal.
Setelah selesai menggambar kakinya dan menyiapkan uang, pemuda itu langsung pergi
ke pasar.
"Bagaimana aku akan mendapatkan sandal dengan ukuran yang pas, jika gambar
kakiku tertinggal di rumah?" keluh pemuda itu.
Sungguh, pemuda itu bingung. Jika tidak ada gambar kakinya, ia tak bisa mendapatkan
sandal yang sesuai ukuran kakinya.
Tapi, jika ia pulang untuk mengambil gambar kakinya, bisa-bisa toko sandal di pasar
sudah tutup.
Olala, ternyata ketakutannya benar. Ketika, ia sampai di pasar, pasar sudah sepi.
Pemuda itu menjadi kesal. Sambil mengacak-acak rambutnya, ia berkata, "Kenapa aku
bisa seceroboh ini?"
"Kamu kenapa? Tampaknya kesal sekali?" tanya laki-laki itu kepada si pemuda.
"Aku hendak membeli sandal, tapi gambar kakiku tertinggal di rumah. Jadi, aku harus
pulang terlebih dahulu. Ketika aku kembali ke pasar, pasar sudah sepi. Toko sandal pun
sudah tutup," jelas si pemuda.
"Memangnya kamu hendak membeli sandal untuk siapa?" tanya laki-laki itu, penasaran.
Hikmah dari cerita dongeng bergambar dari Cina ini adalah rajinlah belajar,
agar kelak menjadi anak yang pintar.
"Wah, kebetulan sekali. Ayo, kita ke sana bersama-sama," ajak Katak. Tikus pun
menyetujuinya.
Katak melompat sangat cepat, sedangkan Tikus berjalan dengan lamban. Lama-
kelamaan, Katak menjadi tak sabar, karena harus menunggu Tikus.
"Tikus, aku ikat kakimu dengan kakiku, ya. Dengan begitu, kita bisa melompat bersama-
sama. Pasti lebih cepat pula kita sampai di ladang gandum," ujar Katak.
Tanpa meminta persetujuan Tikus, Katak langsung mengikatkan tali ke kakinya dan kaki
Tikus. Ketika Katak melompat, Tikus terhuyung.
Ia tak bisa menyamai lompatan Katak. Beberapa kali ia terjatuh karena mengikuti
lompatan Katak.
Akhirnya, mereka sampai di ladang gandum.
Tikus memakan gandum, sedangkan Katak mencari serangga. Kaki mereka juga masih
terikat. Tapi,Tikus tidak protes.
Ia hanya diam.
Setelah kenyang makan, Katak mengajak Tikus pergi ke sungai. Udara sangat panas,
paling enak jika berenang di sungai.
"Katak, aku tak bisa berenang," ucap Tikus. Mendengar pengakuan itu, senyum jahil
muncul di wajah Katak.
"Tenang saja. Nanti aku akan membantumu berenang. Lagi pula, kamu tak pernah
mandi, bukan? Badanmu bau," ujar Katak.
Hap!!!
Tanpa diduga, seekor burung elang datang menyambar Tikus. Karena kaki Tikus dan
Katak masih saling terikat, Katak pun ikut terbawa.
Pesan moral dari Kumpulan Dongeng Pendek : Kenakalan Si Katak adalah nakal
adalah perbuatan yang tidak baik. Perbuatan yang tidak baik pasti akan
mendatangkan hal yang tidak baik pula.
"Katak anakku, carilah makanan di tepi sungai. Di sana ada banyak nyamuk yang lezat,"
perintah ibu Katak pada suatu pagi.
Tapi, bukannya mematuhi perintah ibunya untuk mencari makan di tepi sungai, Katak
justru mencari makan di atas bukit. Begitu seterusnya. Bila ibu menyuruhnya mencari
makan di bukit, Katak justru mencari makan di sungai. Kebiasaan Katak sungguh
membuat ibu Katak kesal.
Malam harinya sebelum tidur, ibu Katak masuk ke kamar Katak. Rupanya, Katak belum
tidur.
"Katak anakku, besok bantu ibu bekerja, ya. Bangunlah lebih pagi," pinta ibu Katak
sambil mengelus kening Katak.
Tapi, seperti kebiasaannya, jika ia disuruh bangun pagi, maka ia akan bangun siang.
Kebiasaan itu berlangsung setiap hari. Karena terus bekerja sendiri, ibu Katak kelelahan
dan jatuh sakit. Apalagi, ia juga pusing memikirkan sifat anaknya yang nakal. Ibu Katak
sudah tak tahu lagi, bagaimana membuat anaknya menjadi anak yang baik dan patuh
kepada orang tua.
Semakin hari, sakit ibu Katak semakin pa-rah. Ia tak bisa turun dari tempat tidur.
Berkalikali ibu Katak menyuruh Katak bekerja, tapi Katak justru terus bermain. Ibu Katak
menjadi semakin bingung.
Ibu Katak merasa tubuhnya semakin lemah. Mungkin hidupnya tinggal sebentar lagi.
Ibu Katak mempunyai keinginan terakhir, yaitu jika ia meninggal, ia ingin dimakamkan di
bukit.
Tapi, anaknya nakal dan pasti akan melakukan sebaliknya. Jika ia menyuruh Katak
menguburkannya di bukit, pasti anaknya itu akan menguburkannya di tepi sungai.
Ibu Katak sengaja berpesan seperti itu. Karena ia tahu, jika ia meminta Katak
menguburkannya di tepi sungai, maka Katak akan menguburkannya di bukit.
Hari demi hari berlalu. Ibu Katak pun meninggal dunia. Katak sangat sedih. Ia hanya
bisa menangis. Tapi, Katak ingat pesan terakhir ibunya, yaitu ingin dimakamkan di tepi
sungai.
"Mungkin itu keinginan terakhir Ibu. Aku akan mewujudkannya," ucap Katak. Ia pun
memakamkan ibunya di tepi sungai.
Olala, saat hujan turun, air meluap. Katak pun harus menjaga makam ibunya, agar
makam ibunya tetap aman. Akibat kenakalannya dan ketidak patuhannya terhadap
orang tua, Katak menjadi repot sendiri.
Pesan moral dari dongeng hewan bergambar ini adalah membuat orang tua
bahagia adalah ibadah. Jadi teman, patuhilah orang tuamu, agar orang tuamu
selalu bahagia.
"Anak-anakku sayang, Ibu akan pergi mencari makan. Jangan sekalipun kalian
membuka pintu dan jendela," pesan induk Kambing.
Ia sangat cemas, karena akhir-akhir ini Serigala sering menculik anak-anak kambing
yang ditinggal induknya.
"Bagaimana kami tahu jika Ibu yang pulang?" tanya salah satu anak kambing.
"Ini aku, ibumu, Nak. Aku bawakan makanan kesukaanmu," ucap induk Kambing.
Ia pun tahu kata sandi yang diberikan Induk Kambing. Dengan menyeringai, Serigala
mengetuk pintu rumah kambing.
Terdengar suara pintu diketuk. Tiga anak kambing itu teringat pada pesan induk
mereka. Mereka pun tidak mau membuka pintu.
"Ini aku, ibumu, Nak. Aku bawakan makanan kesukaanmu," ucap Serigala dari luar.
Wah, ibu sudah pulang. Anak-anak kambing bergegas membuka pintu. Alangkah
terkejutnya mereka ketika membuka pintu. Bukannya ibu mereka yang mereka temui,
malah Serigala yang berada di hadapan mereka.
Beberapa saat kemudian, Induk Kambing pulang. Anak kambing yang lolos, melihat
kepulangan ibunya. Ia segera menghampiri Induk Kambing dan menceritakan
semuanya.
Begitu sampai di rumah Serigala, Serigala tampak sedang tertidur pulas. Sementara
anak-anak kambing dikurung dalam kandang. Sebenarnya, Induk Kambing takut
menghadapi Serigala. Tapi demi anak-anaknya, ia harus berani.
Induk Kambing mendekati Serigala, lalu berteriak kencang di telinga Serigala. Serigala
yang tidur, seketika kaget dan terbangun. Ia pun berlari tunggang-langgang
meninggalkan rumah.
Setelah Serigala lari keluar rumah, Induk Kambing bergegas membebaskan anak-
anaknya. Anak-anak kambing pun berhasil keluar dari kandang. Mereka semua lalu
pulang ke rumah dengan senang. Sungguh, anak-anak kambing sangat bangga
terhadap ibu mereka yang pemberani.
Pesan moral dari Cerita Dongeng Binatang Terpopuler dari Rusia adalah tidak
ada yang dapat menandingi rasa sayang seorang ibu terhadap anak-anaknya.
Oleh karena itu, berbuat baiklah terhadap ibumu dan sayangi ibu dengan
mengikuti nasihatnya.
Hidupnya sangat makmur. Itu karena petani sayuran merawatnya dengan baik. Keledai
tak pernah kekurangan makanan. Bahkan, hampir setiap hari ia dimandikan.
Jika musim panen sayur tiba, Keledai selalu diperintah si petani untuk mengangkut
sayuran ke pasar.
"Huh! Kalau begini terus, tubuhku bisa jadi kurus. Andai aku bekerja dengan majikan
baru, mungkin hidupku akan lebih makmur. Tubuhku juga pasti semakin gemuk," keluh
Keledai ketika sedang mengantarkan sayuran ke pasar.
"Wah, majikanku yang sekarang jauh lebih kaya dari petani sayuran. Pasti hidupku lebih
enak," pikir Keledai.
Tapi, Keledai salah. Justru, hampir setiap hari Keledai ke pasar untuk mengantar
daging.
"Ternyata lebih enak bekerja dengan petani sayuran. Aku tidak perlu setiap hari
mengantar dagangan ke pasar. Andai aku memiliki majikan baru, mungkin aku akan
lebih bahagia," keluh Keledai.
Keledai pun mempunyai ide untuk mendapatkan majikan baru. Ia akan bermalas-
malasan. Dengan begitu, pasti majikannya akan menjualnya.
Benar saja. Karena Keledai terus bermalas-malasan, pedagang daging merasa bahwa
Keledai sudah tidak bisa diandalkan. Ia pun menjual Keledai.
Huh! Kenapa pekerjaan ini berat sekali? Aku harus mengantar baru setiap hari. Sudah
berat, membuat tubuhku pegal-pegal pula. Ternyata lebih enak bekerja dengan
majikanku yang dulu, petani sayuran dan pedagang daging," sesal Keledai.
Ah, memang Keledai tak pandai bersyukur, Ia mengeluhkan pekerjaannya setiap hari.
Padahal, jika pekerjaan dilakukan dengan senang hati dan tanpa mengeluh, pekerjaan
itu akan menjadi ringan. Keledai pun akan lebih menikmati hidup, dan majikannya akan
menyayanginya.
Pesan moral dari Kumpulan Cerita Anak Indonesia adalah orang yang mengeluh,
tidak akan bisa menikmati hidupnya. Berbeda dengan yang pandai bersyukur,
pasti hidupnya akan bahagia dan makmur.
Ia sangat kehausan.
Karena sudah sangat lelah, Gagak memutuskan untuk hinggap di sebuah dahan pohon.
Saat hinggap di dahan pohon, ia melihat sebuah botol di bawah pohon tersebut.
Botol itu terbuat dari kaca, sehingga Gagak bisa melihat isi di dalamnya. Olala, ternyata
ada air dalam botol itu.
Gagak pun turun mendekati botol tersebut. Sayang, botol itu hanya terisi setengahnya,
dan bagian atas botol itu sempit. Berkali-Kali Gagak mencoba memasukkan paruhnya,
tapi ia tidak bisa mencapai air itu. Paruhnya justru malah terjepit.
Gagak sempat berpikir untuk menuangkan air di botol itu ke tanah, agar ia bisa
meminumnya. Tapi, tanah sedang tandus. Bisa-bisa, air malah habis diserap tanah.
"Aduh, bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?" ucap Gagak sambil menurunkan
sayapnya ke tanah. Tiba-tiba, sayapnya mengenai batu kecil.
Aha! Gagak punya ide. Ia mengambil batu kecil itu, dan memasukkannya ke dalam
botol. Olala, seketika air di dalam botol naik.
Melihat itu, Gagak bergegas mencari batu kecil lain. Ia memasukkan satu per satu batu
ke dalam botol. Perlahan, air itu pun semakin naik. Usaha Gagak tidak sia-sia. Air itu
sekarang sudah sampai di bibir botol. Dengan menggunakan paruhnya, akhirnya Gagak
bisa menggapai air di dalam botol.
"Ah, segar sekali air ini. Memang, sesuatu yang didapat dengan bekerja keras, akan
terasa sangat nikmat," ucap Gagak sambil terus meminum air di dalam botol.
Pesan moral dari cerita anak pendek ini adalah tidak ada kerja keras yang sia-sia.
Setiap kerja keras pasti akan membuahkan hasil yang setimpal.
Suaranya pun sangat kencang. Hal ini membuat para kepiting yang hidup di tepi pantai
merasa terganggu.
"Sungguh, ombak membuatku kesal. Suara gemuruhnya membuatku tak bisa tidur
beberapa hari ini. Baru bisa memejamkan mata, gemuruh ombak malah datang dan
menghancurkan semuanya," keluh salah satu kepiting dengan marah.
"Benar sekali, teman. Gara-gara ombak, pekerjaanku menjadi berantakan," sahut
kepiting lain.
Sama seperti kepiting pertama, kepiting ini pun tak kalah marahnya.
Semua kepiting menyalahkan ombak. Mereka tak suka jika ombak terlalu besar dan
bersuara keras.
"Lalu, apa yang bisa kita lakukan?" tanya salah satu kepiting.
Tampak kepiting yang paling pandai mulai menghitung, lalu menjawab,"Sekitar seratus,
kawan. Jika ditambah dengan anak dan istri kita, mungkin dua ratusan."
"Jumlah kita lumayan banyak, pasti kita bisa menghadang ombak di pantai. Kita harus
melakukannya, agar ombak itu tidak terus-menerus mengganggu kita," usul kepiting
lain.
Para kepiting pun setuju. Memang harus ada yang mengadang ombak, agar ombak
tidak sesuka hatinya sendiri.
"Baiklah. Jika kalian semua setuju, besok pagi kita semua berkumpul di pantai. Bawa
serta anak dan istri untuk menghadapi ombak bersama-sama," ujar ketua kawanan
kepiting.
Pagi-pagi sekali, semua kepiting berkumpul di pantai. Mereka membawa anak dan istri
mereka. Mereka semua siap melawan ombak.
"Hei, para kepiting. Apa yang kalian lakukan di sini? Ombak besar bisa kapan saja
datang," tanya udang.
"Justru itu, kami di sini untuk melawan ombak," jawab salah satu kepiting dengan
mantap.
"Ombak telah membuat hidup kami tak tenang," imbuh kepiting lain.
"Awas! Ombak besar datang!" Udang memperingatkan kepiting sambil berlari menjauh
dari pantai.
Hingga...
Byur!!!
Ombak besar menyapu apa saja yang ada di sana, termasuk juga kepiting. Para
kepiting kewalahan melawan ombak besar. Tubuh mereka pun terpelanting. Ada yang
menghantam karang dan mati, ada yang terseret ombak masuk kedalam laut, namun
tidak sedikit juga yang selamat meskipun mengalami luka-luka.
Pesan moral dari Contoh Dongeng Fabel adalah dari adalah kita harus menyadarl
kemampuan diri sendlri. Jangan melakukan hal bodoh dan melawan sesuatu yang dl
luar kemampuan kita.
Raja India pun sengaja bertandang ke istana Kaisar Tiongkok. Ia memberikan hadiah
kepada Kaisar Tiongkok, yaitu seekor gajah.
"Berapa kira-kira berat gajah itu, Raja?" tanya Kaisar Tiongkok kepada Raja India ketika
jamuan makan malam tengah berlangsung.
"Aku pun tak tahu, Kaisar. Akan lebih mudah bila kita langsung menimbangnya," saran
Raja India.
Kaisar Tiongkok langsung menyuruh perdana menteri untuk menimbang gajah tersebut.
"Maafkan hamba, Kaisar. Hamba tidak bisa mengukur berat gajah itu," ujar perdana
menteri kepada Kaisar Tiongkok.
"Bagaimana ini? Padahal, aku ingin sekali tahu berat gajah itu," gerutu kaisar.
Tiba-tiba, anak kaisar yang baru berusia delapan tahun, mendekati kaisar.
"Aku tahu bagaimana cara menimbang berat gajah itu," ucap anak kaisar.
Semua yang ada di sana penasaran, termasuk perdana menteri. Ia saja yang sudah
dewasa tidak tahu cara menimbang berat gajah, bagaimana anak sekecil itu bisa.
Semua suruhan kaisar mengikuti perintah anak kaisar. Mereka memasukkan perahu
yang dinaiki gajah ke atas danau. Lalu, anak kaisar menyuruh mereka untuk menandai
naiknya air danau dengan memberi garis di badan perahu. Kemudian, gajah itu
diturunkan. Semua orang memperhatikan dengan saksama.
"Naikkan batu ke atas perahu, sampai perahu menyentuh garis itu," perintah anak kaisar
sambil menunjuk garis di badan perahu.
Semua pesuruh menaikkan batu ke atas perahu, hingga air mencapai garis.
"Berat gajah sama dengan berat batu itu," ucap anak kaisar.
Perdana menteri pun menimbang batu yang ada di perahu. Akhirnya, mereka semua
mengetahui berat gajah. Semua orang merasa takjub dengan kecerdasan anak kaisar.
"Kamu sangat pandai, anakku. Kamu memang pantas menjadi penerusku," ujar kaisar
kepada anaknya.
Pembeli sibuk mencari barang yang dicari, dan pedagang sibuk menjajakan dagangan
mereka.
Beragam cara dilakukan pedagang, agar pembeli tertarik membeli dagangan mereka.
Di antara para pedagang itu, ada seorang pedagang yang dikerumuni pembeli.
"Saudara-saudara, lihatlah perisai yang aku jual. Perisai ini adalah perisai terkuat di
dunia. Tidak ada satu pun senjata yang mampu menembus perisai ini," teriak pedagang
senjata itu sambil mengangkat sebuah perisai.
"Lihatlah tombak yang saya jual ini. Saya jamin, ini tombak yang paling sakti. Tak ada
Benda yang tak dapat ditembus olehnya," lanjut pedagang senjata itu.
"Wah, hebat sekali senjata-senjata itu," ucap para pembeli. Mereka tampak tertarik.
Mereka saling berbisik memuji kehebatan senjata yang dijual. Bahkan, beberapa orang
berniat untuk membelinya.
"Apakah benar tombak dan perisai itu adalah senjata paling sakti?" tanya orang itu.
Pedagang senjata langsung naik darah. Ia merasa diremehkan oleh orang itu.
"Jelas, ini adalah senjata paling sakti. Apa kamu tak percaya kepadaku?"
"Perisai itu paling kuat, sehingga tak bisa ditembus oleh senjata apa pun. Sedangkan
tombak itu paling sakti, sehingga mampu menembus apa pun. Aku ingin melihat kedua
senjata itu diadu. Dari kedua senjata itu, manakah yang paling kuat," tantang orang itu
kepada si pedagang.
Semua orang kaget dengan tantangan orang itu. Demikian pula dengan pedagang
senjata. Ia tampak gugup. Satu per satu pembeli pergi meninggalkan pedagang.
Pesan moral dari dongeng anak sebelum tidur ini adalah berkata jujurlah dan
jangan terlalu berlebihan, apalagi sampai berbohong. Jika berbohong, kita
sendirilah yang akan menuai akibat kebohongan itu.
Petani itu memiliki tujuh anak laki-laki. Di rumah petani itu, suasana tak pernah bisa
tenang.
Petani tak tahu harus berbuat apa agar ketujuh anaknya mau rukun.
Ketika melintas tepat di depan rumah si petani, ikatan kayu bakar kakek itu terlepas.
Melihat itu, petani mempunyai ide. Ia yakin, ide itu bisa membuat anak-anaknya bersatu.
"Anak-anakku, kemarilah. Ada yang ingin aku perlihatkan kepada kalian," panggil petani
kepada anak-anaknya.
"Bapak punya tujuh ranting yang sudah diikat menjadi satu," kata petani sambil
menunjukkan ranting itu.
Kreek!
Dengan mudah, ketujuh anak itu berhasil mematahkan ranting di tangan mereka. Tapi,
mereka masih bingung.
"Anak-anakku, lihatlah! Jika ranting itu disatukan, maka akan sulit dipatahkan. Tapi jika
dipisahkan, akan sangat mudah dipatahkan. Sama seperti kalian. Jika kalian bertengkar
setiap hart, maka kalian akan mudah dikalahkan. Tapi jika kalian bersatu, apa yang
akan terjadi?" tanya petani kepada anak-anaknya.
Pesan moral dari Dongeng Anak Pendek Penuh Hikmah ini adalah rukunlah
dengan saudara dan temanmu. Itu akan membuat kalian tidak mudah dikalahkan.
Kepandaiannya terkenal di mana-mana. Setiap hari, guru bahasa itu mengajar anak-
anak di desanya.
Guru bahasa pun setuju. Ia langsung mengatur jadwal mengajarnya, agar dua desa itu
tetap bisa diajarnya.
Hari ini adalah hari pertama guru bahasa mengajar di desa tetangga. Ia harus
menyeberangi lautan untuk sampai ke desa tetangga.
Beruntung, ada nelayan di sana. Dengan senang hati, nelayan itu memberikan
tumpangan kepada guru bahasa.
Sambil menyeberangi lautan, mereka bercerita banyak. Mulai dari pekerjaan, sampai
keluarga. Namun, berbkara dengan nelayan membuat guru bahasa prihatin.
"Wahai, nelayan. Menurutmu, bagaimana cuaca hari ini?" tanya guru bahasa.
"Hari ini tampaknya nanti cuaca hujan akan turun," jawab nelayan.
"Nelayan, dari tadi engkau selalu menggunakan bahasa yang rancu. Harusnya engkau
belajar bahasa seperti anak-anak di desa. Belajar bahasa amat penting," ucap guru
bahasa.
"Aku tidak peduli dengan bahasa yang kugunakan. Coba aku tanya. Semenjak tadi
engkau bicara padaku, apakah kamu mengerti maksudku?" tanya nelayan.
"Tapi, engkau akan rugi bila tak belajar bahasa." Guru bahasa tetap dengan
pendiriannya.
Mendengar ucapan guru bahasa, nelayan tersinggung. Nelayan merasa jika ia telah
dipermalukan. Bagimana ia belajar bahasa, sementara sepanjang hari ia harus bekerja
di laut. Bila ia tak melaut, mau makan apa anak dan istrinya.
Tak lama setelah itu, hujan turun. Munculah ide di benak nelayan.
"Apa untungnya belajar berenang bagiku?" jawab guru bahasa, tak peduli.
"Jika engkau tidak bisa berenang, maka engkau akan rugi. Hujan turun lebat, dan
sebentar lagi air naik. Bila air naik, kapal akan tenggelam. Apa yang akan terjadi
kepadamu jika kapal tenggelam?" Nelayan kembali bertanya.
Mendengar penjelasan dari nelayan, guru bahasa menjadi panik. Ia tak bisa berenang.
Jika benar kapal tenggelam, maka ia akan ikut tenggelam. Saat itulah, guru bahasa
menyadari, bahwa semua pelajaran sama pentingnya.
Pesan yang dapat dipetik dari Dongeng Cerita Anak : Nelayan dan Guru Bahasa
adalah kepandaian bukan untuk disombongkan. Justru, kita harus berbagi ilmu
kita dengan orang lain.
Cerita Rakyat Pendek : Nenek dan Mangkuk Emas
(India)
Pasar terlihat cukup ramai. Banyak pembeli yang ingin membeli kebutuhannya.
Dalam keramaian pasar, terlihat seorang nenek yang membawa mangkuk emas. Meski
mangkuk emas itu milik si nenek, tapi sepertinya ia tak tahu jika mangkuk di tangannya
adalah mangkuk emas.
"Saya ingin menjual mangkuk. Bisakah kau membelinya?" ucap si nenek, menawarkan
mangkuknya.
Si pedagang terbelalak melihat mangkuk emas yang dijual si nenek. Sepertinya si nenek
tak tahu bahwa itu mangkuk emas, pikir si pedagang.
"Aku hanya bisa menukar mangkukmu dengan sendok dan garpu," kata pedagang.
"Mangkukmu itu jelek. Hanya itu yang mampu aku tukar dengan mangkukmu," ujar si
pedagang, berusaha meyakinkan.
Tapi, nenek itu membutuhkan lebih dari sendok dan garpu. Ia pun pergi meninggalkan
pedagang tamak.
Pedagang berpikir, nenek itu akan kembali lagi dan bersedia menukar mangkuk
emasnya.
Ternyata, perkiraan si pedagang tamak salah. Nenek itu justru menawarkan mangkuk
emasnya ke pedagang lain yang baik hati.
"Mohon maaf, Nek. Bukannya aku tidak mau membelinya, tapi uangku tak cukup untuk
membeli mangkukmu. Bahkan, seluruh daganganku pun tak cukup untuk
membayarnya," tolak pedagang itu dengan sopan.
Pedagang tamak itu merasa amat menyesal. Andai ia menawar dengan harga yang
pantas, mungkin mangkuk emas itu sudah menjadi miliknya. Tapi, nasi sudah menjadi
bubur. Ia pun hanya bisa kecewa.
Pesan moral dari cerita dongeng pendek adalah sifat serakah atau tamak hanya
akan merugikanmu. Oleh karena itu, jangan serakah, ya!
Ia tampak bahagia, karena hasil petikan kelapanya hari ini lebih banyak dari hari-hari
biasanya.
etani Kelapa berpikir sejenak. Hari sudah beranjak petang. Tidak mungkin ia membawa
kelapa-kelapa itu ke pasar.
Hasil petikan kelapa hari ini sangat banyak, tak bisa dibawa semua dalam sekali angkut.
Tapi, Petani Kelapa tak mau repot. Ia memasukkan semua kelapa petikannya ke
gerobak.
Gerobak pun terisi penuh. Bahkan, ada beberapa kelapa yang hampir tidak
mendapatkan tempat.
Setelah yakin semua kelapanya sudah di dalam gerobak, Petani Kelapa mulai memacu
kerbaunya. Sepanjang perjalanan, Petani Kelapa bersenandung riang.
"Hei, pemuda. Menurutmu, apakah aku bisa sampai rumah tepat waktu dengan kelapa
sebanyak ini?" tanya Petani Kelapa sambil memamerkan kelapa-kelapanya.
"Engkau akan sampai di rumah tepat waktu, jika engkau memacu gerobak kerbaumu
secara pelan. Tapi, engkau akan terlambat sampai ke rumah, jika engkau memacu
gerobak kerbaumu secara cepat," ucap si pemuda.
Bukankah itu terbalik? Mana mungkin memacu dengan pelan akan sampai di rumah
tepat waktu, pikir Petani Kelapa. Ia pun tak menghiraukan ucapan si pemuda.
Petani Kelapa lalu memacu gerobak kerbaunya dengan cepat. Tapi, apa yang terjadi?
Olala, satu per satu kelapa berjatuhan dari gerobak. Akibatnya, Petani Kelapa sibuk
memunguti kelapa-kelapa yang berjatuhan.
ernyata benar kata si pemuda. Petani Kelapa terlambat sampai ke rumah, karena
memacu gerobak kerbaunya dengan cepat. Ah, andai ia menuruti perkataan si pemuda,
mungkin ia akan sampai di rumah tepat waktu dan tidak harus memunguti kelapa yang
berjatuhan.
Hikmah yang dapat dipetik dari dongeng pendek ini adalah segala sesuatu yang
dilakukan secara terburu-buru, tidak akan mendapat hasil yang maksimal. Justru,
hanya akan membuang waktu. Lakukan pekerjaan dengan perlahan, tapi pasti.
Pedagang gula pun kewalahan memenuhi pesanan itu. Pedagang gula lalu
memutuskan untuk membeli keledai.
Keledai yang ia beli adalah keledai yang malas. Baru sebentar bekerja dengan
pedagang gula, keledai itu sudah mengeluh. Tapi, keledai selalu meminta makanan
yang enak dan tempat tinggal yang nyaman.
"Ayo, keledai! Sudah waktunya mengantar gula ke pasar," perintah pedagang gula.
Keledai pun berjalan malas di belakang pedagang gula. Untuk sampai ke pasar, mereka
harus melewati sungai. Di sungai itu terdapat jembatan kayu kecil, yang memang
digunakan untuk menyeberang.
Melihat jembatan itu, munculah ide licik di otak keledai. Saat keledai di tengah jembatan,
ia berpura-pura terpeleset, hingga tubuhnya jatuh ke sungai.
Ia tahu, jika gula terkena air, maka gula itu akan larut dan berkurang beratnya. Keledai
sangat senang begitu melihat wajah pedagang gula yang kaget.
Awalnya, pedagang gula mengira itu adalah kecelakaan. Pedagang gula kemudian
pulang untuk mengambil gula yang lain.
Namun anehnya, keledai selalu terpeleset ketika melewati jembatan itu. Yang membuat
curiga si pedagang, keledai tidak terlihat kesakitan. Padahal, jika terjatuh, harusnya ia
merasa sakit.
Pedagang gula pun sadar bahwa keledai sedang mengelabuinya.
Keledai terjatuh lagi ke sungai. Pedagang gula harus kembali pulang ke rumah untuk
mengambil gula yang baru. Sembari berjalan pulang, ia memikirkan cara agar keledai itu
jera.
Aha! Di rumah, ada sekarung besar kapas. Jika kapas itu terkena air, maka beratnya
akan bertambah. Pedagang gula pun mengangkat karung kapas itu untuk dibawa
keledai.
Lagi-lagi, keledai berpura-pura terpeleset. Olala, ketika ia tercebur air, tiba-tiba kapas
yang tadinya ringan, menjadi berat. Tidak seperti gula yang larut ketika terkena air.
Karena keledai tak bisa menahan berat kapas tersebut, ia pun terbawa aliran sungai
bersama dengan karung kapas itu.
Pak Tani dan Bu Tani pun merasa senang. Untuk merayakan hasil panen, mereka
mengundang para tetangga untuk berpesta.
Warga dengan senang hati memenuhi undangan Pak Tani dan Bu Tani.
"Besok aku akan memanen jagung. Pasti hasilnya sangat banyak. Setiap pagi, aku
selalu menjaga ladangku agar tidak dirusak oleh kawanan gagak," ucap Pak Tani
dengan bangga di tengah pesta.
Sementara itu, di ladang jagung Pak Tani, kawanan gagak mulai berdatangan.
"Sepertinya Pak Tani belum datang. Ayo, kita makan jagung sepuasnya!" perintah ketua
kawanan gagak.
Saat matahari sudah tinggi, Pak Tani dan Bu Tani baru bangun.
"Ini karena kita bangun kesiangan. Coba jika kita bangun pagi, pasti gagak tidak akan
menghabiskan jagung kita," sesal Bu Tani.
Pesan moral dari Kumpulan Cerita Pendek Anak adalah jangan melalaikan
kewajibanmu, ya. Utamakan yang penting, agar kau tidak menyesal nantinya.
"Lebih baik aku mencari penginapan, agar tidak bermalam di jalan," ucapnya.
"Di pohon itu. Aku yakin, aku sudah mengikatnya dengan sangat kuat," kata Si pemilik
kuda sambil menunjuk sebuah pohon besar.
"Ah, pasti kudamu sudah dimakan oleh pohon itu," ucap Si pencuri.
Tentu saja si pemilik kuda tak percaya. Mana mungkin ada pohon makan kuda.
Kakek tua menganggukkan kepala, lalu berkata, "Aku sering mendengar hal mustahil
seperti itu. Bahkan, tempo hari ada yang berkata bahwa lautan terbakar. Mereka
memintaku memadamkan api dengan jerami."
Mana mungkin laut kebakaran dan jerami bisa memadamkan api? Itu mustahil. Kamu
telah berbohong, kakek tua!" hardik Si pencuri.
"Sama mustahilnya dengan kuda dimakan pohon. Kamu juga berbohong. Kembalikan
kuda laki-laki itu!" gertak si kakek tua
Betapa malunya si pencuri, karena kebohongannya terbongkar. Mau tak mau, si pencuri
pun mengembalikan kuda yang telah ia curi kepada pemiliknya.
Amanat moral yang dapat dipetik dari contoh cerita anak sd adalah berbohong itu
tidak baik, kawan. Serapat apa pun kamu menutupinya, pasti akan ketahuan juga.
Seluruh penghuni hutan membencinya. Mereka takut jika Harimau akan memangsa
mereka.
"Jika Harimau tetap tinggal di hutan ini, kita tak bisa hidup tenang. Apakah sudah
menjadi nasib kita dan anak-anak kita untuk selalu diburunya?" ucap Rusa.
Ia tampak sangat sedih, karena salah satu anaknya pernah menjadi korban kekejaman
Harimau.
"Lalu, bagaimana? Harimau bukan tandingan kita. Ia terlalu kuat untuk kita kalahkan,"
sahut Kerbau.
Bahkan, Kerbau yang memiliki tubuh besar pun tak berani melawan Harimau.
"Aku memiliki cara untuk mengusir Harimau dari hutan ini," celetuk Rubah yang keluar
dari semak belukar.
"Tunggu dulu! Jika kamu ingin memangsaku, kamu harus mengalahkanku dulu dalam
lomba lari," ucap Rubah.
"Wah, ide yang bagus! Aku memang sudah sangat lapar dan ingin memangsamu," ujar
Harimau dengan menyeringai.
"Baiklah, tunggu apa lagi? Siapa yang lebih dulu sampai ke atas tebing, dialah
pemenangnya," kata Rubah, memberikan aturan perlombaan.
"Jika aku menang, maka kamu yang menjadi mangsaku," ucap Harimau.
"Tapi jika kamu kalah, maka kamu harus meninggalkan hutan," sahut semua penghuni
hutan.
Perlombaan pun dimulai. Harimau berlari dengan sangat kencang, membuat Rubah
tertinggal sangat jauh.
Saat itulah, Rubah langsung melompat melewati tubuh dan kepala Harimau.
Pesan moral dari Cerita Fabel Pendek Lomba Lari Harimau dan Rubah adalah
jangan menjadi anak nakal, supaya tidak memiliki musuh. Jadilah anak yang baik,
agar memiliki banyak teman.
Fabel Cerita Anak dari Amerika Serikat : Pertandingan
Kelinci dan Kura-kura
Terlihat sekelompok binatang sedang berkumpul di padang rumput.
Mereka tampak asyik bercerita. Ada kelinci, ayam, kucing, dan lain-lain.
"Lihatlah, teman-teman. Kakiku panjang, buluku putih dan bersih. Lariku paling cepat di
antara
Semua binatang pun merasa kesal. Kelinci memang suka menyombongkan diri.
"Aku menantangmu untuk lomba lari besok. Akan aku buktikan, bahwa aku lebih cepat
darimu," tantang Kura-kura.
"Apa? Aku takut? Tidak ada kata takut untuk Kelinci. Baiklah, besok pagi kita lomba di
sini," ujar Kelinci.
Esok harinya, Kura-kura, Kelinci, dan hewan lain berkumpul di padang rumput.
"Kita berlari mengelilingi hutan ini. Siapa yang sampai di garis finis terlebih dahulu,
dialah pemenangnya. Ayam yang menjadi juri," ujar Kelinci, menjelaskan aturan
perlombaan.
Tibalah Kelinci di sebuah ladang. Wah, ada banyak tanaman wortel di sana.
"Aku makan wortel saja dulu. Toh, Kura kura yang lamban tidak akan bisa mengejarku,"
gumam Kelinci. Ia pun memakan wortel-wortel tersebut.
Hmm, wortel itu sangat enak. Tanpa disadari, Kelinci memakan banyak wortel sampai ia
kekenyangan. Karena kenyang, Kelinci pun mengantuk.
"Tidur sebentar mungkin tidak apa. Kura-kura juga pasti masih tertinggal jauh," ucap
Kelinci.
Sore hari, barulah Kelinci terbangun. Ia berpikir bahwa Kura-kura belum menyusulnya.
Ia pun kembali berlari. Tapi, apa yang terjadi?
Olala, Kelinci kaget bukan kepalang ketika melihat Kura-kura sudah hampir menginjak
garis finis.
Kelinci pun mempercepat larinya. Tapi, terlambat. Kura-kura sudah menginjak garis
finis.
Ya! Rahasianya adalah kerja keras, pantang menyerah, dan tidak mudah putus asa.
Hikmah dari Fabel Cerita Anak dari Amerika Serikat adalah sikap sombong itu
tidak baik, karena bisa membuat kita lupa diri. Bahkan, sombong akan membuat
kita dibenci teman
Cerita Rakyat Pendek Kanada : Rusa dan Monyet
Pemberani
Monyet terlihat sangat ketakutan. Wah, ia sedang digenggam erat oleh Singa.
"Ah, aku tak peduli. Perutku sudah sangat lapar!" seru Singa itu dengan sangat garang.
"Jika kamu benar-benar lapar, aku bisa mengantarkanmu ke suatu tempat. Di sana,
hewan-hewan sangat makmur. Daging mereka pun besar-besar, pasti membuatmu
kenyang. Sedangkan aku? Tubuhku kurus, hanya tinggal tulang dan kulit. Kamu tidak
akan kenyang memakanku," bujuk Monyet.
"Hmm, daging yang besar. Memikirkannya saja sudah membuat kenyang," pikir Singa.
Mereka berdua pun berjalan beriringan. Tibalah mereka di tepi sungai. Sungai itu besar
dan dalam.
"Lihatlah seberang sana," ucap Monyet sambil menunjuk seekor rusa di seberang
sungai.
Wah, tubuh rusa terlihat gempal. Dagingnya pasti sangat banyak, pikir Singa.
Singa sudah tak sabar ingin ke seberang. Tapi, bagaimana caranya menyeberang jika
tidak ada jembatan?
"Monyet, kenapa kamu hanya membawa satu singa? Padahal, kamu telah berjanji akan
membawa tiga kulit singa untukku!" seru Rusa.
Ia berjalan mundur dengan perlahan. Olala, kakinya terpeleset. Ia pun jatuh ke sungai.
Sementara di tepi sungai, Monyet dan Rusa saling tertawa merayakan kemenangan
mereka.
Rupanya Rusa tadi hanya berpura-pura menakuti Singa agar Singa ketakutan.
Hikmah yang dapat dipetik dari kumpulan dongeng anak Kanada adalah jadilah
anak yang berani, karena keberanion akan menyelamatkan Tapi ingot kawan,
berani dalam hal yang benar, ya!
Ia merasa sedih.
Saat ia dan anak-anaknya mencari makan di padang rumput, salah satu anaknya
ditangkap oleh serigala.
Sebenarnya, induk kambing sudah berkali-kali berganti tempat untuk mencari makan.
"Mau pindah ke mana? Selama kita masih di daratan ini, serigala akan tetap berhasil
memburu kita," sahut kambing yang lain.
"Bagaimana jika kita hidup di atas tebing itu? Meskipun tidak ada rumput, tapi masih ada
lumut di sana. Kita bisa makan lumut," usul induk kambing.
"Tebing itu kan sangat tinggi. Bagaimana kita bisa sampai ke sana?" tanya kambing lain.
Tapi, gagal. Induk kambing terjatuh. Namun, induk kambing tak menyerah.
Akhirnya, berkat usahanya yang gigih, induk kambing mempunyai cara untuk naik ke
puncak tebing.
Ternyata, pemandangan di atas tebing sangat indah. Mereka bisa melihat apa pun yang
ada di bawah, termasuk padang rumput tempat mereka biasa makan.
Serigala tahu, jika sore tiba, ada banyak kambing di sana. Tapi, begitu ia sampai ke
padang rumput, tidak ada siapa-siapa.
"Hei, serigala! Kami di atas sini!" teriak induk kambing, memanggil serigala yang berada
di padang rumput.
"Jika kamu ingin memakan kami, naiklah ke atas tebing ini!" teriak kambing yang lain.
Hikmah yang dapat dipetik dari cerita anak indonesia ini adalah dengan bekerja
keras dan pantang menyerah, pasti impian bisa diraih. Sebaliknya, jika putus asa,
pasti tidak akan mendapatkan apa-apa
Semut Merah berjalan dengan riang. Ia lalu melihat makanan melimpah di atas pohon.
"Kasihan sekali kamu, Kepompong. Tidak bisa ke mana-mana. Lihatlah. Aku bisa pergi
ke mana pun aku mau," ejek Semut Merah, sambil menunjukkan keenam kakinya.
Suatu hari, Semut Merah hendak mencari makanan. Wajahnya terlihat sedikit murung.
Rupanya hujan turun semalaman. Pasti ia akan kesulitan mencari makan.
Tapi, begitu ingat dengan kepompong yang bisa diejeknya, ia berubah menjadi senang.
Semut Merah pun melanjutkan perjalanannya mencari makanan. Olala, tiba-tiba ada
angin berhembus. Semut Merah yang belum sempat berpegangan, seketika terbawa
oleh angin. Ia lalu terjatuh di genangan lumpur.
Sesampainya di tempat kering, Semut Merah pun bertanya, "Engkau siapa, makhluk
cantik? Tampaknya aku baru melihat engkau di hutan ini."
"Apakah kamu lupa denganku, Semut Merah? Aku adalah kepompong yang setiap hari
kamu ejek. Lihatlah, sekarang aku sama sepertimu. Bisa pergi ke mana pun aku mau.
Bedanya, aku memiliki sayap. Indah, bukan?" jelas Kupu-kupu.
Sejak saat itu, Semut Merah bertekad tidak akan mengejek siapa pun lagi.
Hikmah yang dapat diambil dari kumpulan cerita dongeng ini adalah tiru sifat
kupu-kupu, ya. Cantik hatinya, tak menyimpan dendam, dan suka menolong.
Cerita Pendek Untuk Anak : Singa dan
Beruang Tidak Mau Berbagi
Pagi ini terlihat sangat cerah. Singa dan Beruang tampak sedang duduk di bawah
pohon.
"Ayo Beruang, kita cari makanan. Biasanya, di padang rumput ada banyak anak rusa
yang sedang bermain," ajak Singa.
Mereka mengintai, siapa tahu ada anak rusa yang sedang bermain.
Benar saja. Ada seekor anak rusa sedang bermain dan berlari mengejar kupu-kupu.
Begitu pula dengan Beruang. Secara bersamaan, mereka menangkap anak rusa itu.
"Lepaskan! Anak rusa ini milikku! Aku sudah mencengkeramnya dengan kuku-kukuku
yang tajam!" seru Beruang, mempertahankan buruannya.
"Tidak! Anak rusa ini milikku. Aku menggigitnya dengan gigiku yang tajam!" seru Singa,
tak mau kalah.
Dengan cepat, Serigala merebut anak rusa itu, lalu berlari kencang.
"Andai saja kita mau berbagi, pasti kita bisa kenyang memakan anak rusa itu bersama-
sama," ucap Beruang ketika mereka berhenti berlari.
Napasnya tersengal-sengal.
"Maafkan aku, Beruang. Aku tak mau mengalah denganmu." Singa pun menyesal.
Itu berarti malam ini Beruang dan Singa harus menahan lapar, karena tidak ada
makanan yang dapat dimakan.
Pesan moral dari Cerita Pendek Untuk Anak : Singa dan Beruang Tidak Mau
Berbagi adalah erbagi itu indah. Selain membuat orang lain senang, kita juga
dapat banyak teman. Jadi teman, ayo berbagi!
"Ada apa, anak muda? Tampaknya kamu tidak bahagia," tanya laki-laki tua itu.
"Aku bosan dengan hidupku. Hidupku selalu miskin. Aku tidak mempunyai barang
berharga apa pun. Hanya tas butut ini yang kumiliki," jelas pemuda itu sambil
menunjukkan tas besar di punggungnya.
Tanpa pikir panjang, pemuda itu pun langsung meletakkan tasnya, dan berlari kencang
menuju ujung jalan.
Olala, alangkah kagetnya si pemuda ketika melihat laki-laki tua itu membawa lari tasnya.
Hei Kembalikan tasku! Hanya tas itu yang kumiliki. Tas itu sangat berharga untukku!"
teriak si pemuda kepada laki-laki tua.
Ia langsung memeluk tasnya dengan erat, Ia tak mau kehilangan tas tersebut.
Rencananya berhasil. Ya! Ia ingin si pemuda bersyukur dengan apa yang dimilikinya.
Pemuda itu pun menyadari, betapa berharganya tas butut itu baginya.
Pesan moral dari cerita pendek bahasa Indonesia adalah syukuri apa yang kita
miliki, teman. Jangan menganggap suatu barang tidak berharga, karena setiap
barang memiliki kegunaannya masing-masing.
Koleksi Cerita Rakyat Terbaik : Tobatnya
Seorang Raja (India)
Alkisah, sebuah kerajaan di India dipimpin oleh raja yang tamak, rakus, dan kejam.
Hal itu membuat semua rakyatnya membenci sang raja. Meski demikian, rakyat tak bisa
berbuat apa-apa.
Ia menaiki kudanya. Tak lupa pula ia membawa rusa hasil buruannya tersebut.
Rakyat yang mulanya membenci raja, berubah menjadi menyayangi raja. Tapi, rakyat
juga bertanya-tanya, apa yang telah membuat raja mereka berubah.
"Maafkan hamba jika hamba lancang, Tuan kami semua ingin tahu, apa yang membuat
tuan Raja menjadi sangat baik?" tanya rakyat itu.
Melihat pemburu yang dibenci karena telah menyiksa binatang, ia jadi teringat kepada
dirinya sendiri.
"Sejak saat itu, aku sadar. Buah yang dipetik dari keburukan adalah keburukan pula,"
ucap raja.
Mereka pun hidup makmur, karena memiliki raja yang arif dan bijaksana.
Pesan moral dari Koleksi Cerita Rakyat Terbaik adalah jika kita menanam
keburukan, maka keburukan juga yang akan kita dapat. Jadi, mari menanam
kebaikan, agar kebaikan pula yang kita dapat.
Tikus-tikus yang hidup di padang rumput tengah sibuk mengumpulkan makanan untuk
persediaan musim dingin.
Sehingga saat musim dingin tiba, mereka tak perlu keluar mencari makanan.
Tikus-tikus itu sangat rajin. Mereka hilir mudik menyeret kulit ular yang berisi penuh
dengan makanan.
Sementara itu, ada satu tikus yang tampak santai. Ia asyik menari dan bernyanyi.
"Kenapa kamu tak ikut mencari makanan?" tanya salah satu tikus.
"Aku malas mencari makanan. Lagi pula, persediaan makanan di rumahku masih
banyak. Lebih baik aku menari dan bernyanyi," jawab tikus pemalas itu.
Ia pun ke gudang, mencari kulit ular untuk mengumpulkan makanan. Olala, ia lupa. Ia
tak sempat mencari kulit ular.
"Dapatkah kamu meminjamiku kulit ular, sepupuku?" tanya tikus pemalas dengan ragu.
"Apa yang kamu lakukan selama musim gugur kemarin? Bahkan, kulit ular pun kamu tak
punya!" bentak sepupunya.
"Aku keasyikan menyanyi dan menari, sampai-sampai aku lupa mencari makanan dan
kulit ular," jelas tikus pemalas.
"Baiklah, kali ini aku pinjami. Tapi, jika tahun depan kamu masih seperti ini, jangan
harap kamu bisa meminjam lagi."
Saat tikus lain sedang menikmati makanan dan kehangatan di rumah, ia justru harus
keluar mencari makanan.
Hikmah yang dapat dipetik Kumpulan Dongeng Anak Terbaik adalah malas
hanya akan membuatmu rugi, kawan. Jangan menjadi pemalas, ya! Buang rasa
malas, dan datangkan rasa rajin.
"Anak-anakku, dengarlah! Ayah memiliki ladang yang sangat luas. Di ladang itu,
terdapat harta karun yang berlimpah. Jika suatu saat Ayah meninggal, berjanjilah untuk
tidak menjual ladang itu. Galilah ladang itu semampu kalian, sampai kalian menemukan
harta karun Ayah," ucap kakek tua.
Sungguh sedih hati ketiga anaknya itu. Tapi, mereka tak mau lama-lama bersedih.
"Lebih baik kita cari harta karun yang Ayah maksud," saran anak tertua.
"Benar juga, Kak. Kita harus menemukan harta karun itu. Kita harus membuat Ayah
bangga dengan kita," sahut anak yang kedua.
Mereka menggali dari satu tempat ketempat lain. Namun, hingga semua ladang digali
dan tanah menjadi gembur, tak ada satu pun tanda-tanda keberadaan harta karun itu.
“Mungkin Ayah berbohong kepada kita, Kak," ucap anak terakhir.
"Tapi, tak mungkin Ayah berbohong. Ayah adalah orang yang baik dan bijaksana," balas
anak tertua.
"Bagaimana kalau ladang ini kita tanami gandum saja?" usul anak terakhir.
"Boleh juga idemu, daripada ladang ini sia-sia. Ayo, kita ambil bibit gandum di rumah,"
ajak anak kedua.
Beberapa bulan kemudian, mereka panen. Sungguh di luar dugaan. Hasil panen
mereka sangat berlimpah. Mereka pun mendapatkan banyak uang dari penjualan hasil
panen itu.
"Ternyata Ayah tidak bohong, Kak. Inilah harta karun yang Ayah maksud," kata anak
terakhir.
Mereka baru menyadari arti wasiat ayah mereka. Yang dimaksud ayah mereka yaitu
mereka harus bekerja keras bersama-sama, supaya mendapatkan hasil yang baik.
Mereka pun berjanji, akan bekerja keras menanam gandum dan menjaga wasiat dari
ayah mereka.
Pelajaran yang dapat diambil dari Kompilasi Dongeng Anak ini adalah tidak ada
yang mudah, kawan. Kita harus bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu.
Saat para binatang berangkat menuju ke tempat pesta, mereka terlihat sangat senang.
Ada yang menggonggong, meringkik, mendengus, memekik, menggeram, mendengkur,
dan ada yang bersiul penuh kegembiraan.
Di tempat pesta, para binatang bersenang-senang. Mereka juga makan dengan sangat
lahap. Semua hidangan mewah telah tersaji.
Saat Zeus mengamati para binatang, ia baru menyadari bahwa kura-kura tidak ada di
pestanya.
"Di mana Kura-kura? Apakah dia tidak datang?" tanya Zeus pada istrinya.
"Sebaiknya besok aku pergi menemuinya dan bertanya kepadanya," kata Zeus.
Ia justru bersembunyi di bawah selembar daun besar yang tumbuh di tepi sungai.
"Kalau begitu, kau akan selalu membawa rumahmu ke mana pun kau pergi!" teriak Zeus
dengan marah, lalu pergi.
Pesan moral yang dapat dipetik dari Dongeng Fabel Pendek adalah hargailah temanmu,
agar ia juga menghargaimu.
Keledai tua itu sudah memutuskan untuk menjadi pemain musik di Bremen.
Setelah berjalan beberapa saat. Si keledai melihat seekor anjing pemburu tua yang
sedang berbaring di pinggir jalan.
"Aku sudah tua. Aku tidak bisa berburu lagi dan majikanku memukuliku setiap hari. Jadi,
aku melarikan diri dan berbaring di sini. Aku hanya bisa berharap ada yang mau
memberiku makan," kata anjing dengan murung.
"Lebih baik kau ikut denganku ke Bremen untuk bermain musik. Aku akan memainkan
kecapi, dan kau bisa memainkan drum," ajak keledai.
Kedua binatang itu pun berjalan berjajar. Beberapa saat kemudian, mereka bertemu
dengan seekor kucing yang duduk di pinggir jalan.
Kucing itu terlihat bersedih. Keledai pun bertanya, mengapa si kucing bersedih.
"Aku sudah terlalu tua untuk menangkap tikus. Aku lebih suka duduk dan tidur. Tapi,
majikanku justru ingin menenggelamkanku. Makanya, aku segera kabur ke sini," jawab
si kucing.
Mendengar kisah si kucing yang memilukan, keledai pun mengajaknya untuk ikut
bermain musik di Bremen. Setelah berpikir sejenak, si kucing menyetujui tawaran
tersebut. Mereka lalu pergi bersama-sama menuju Bremen.
Tak lama kemudian, mereka bertemu dengan seekor ayam jantan yang sedang
berkokok.
Ayam jantan yang bersuara nyaring itu mungkin bisa menjadi penyanyi. Tanpa pikir
panjang, si ayam jantan langsung mengiyakan.
Si keledai yang tadinya seorang diri, sekarang sudah memiliki tiga teman yang bernasib
sama. Dalam perjalanan, mereka saling bertukar cerita.
Hari sudah mulai malam. Mereka sekarang sudah berada di hutan. Setelah
menyeberangi hutan, mereka akan tiba di Bremen. Namun, si kucing kelelahan.
Empat binatang itu pun memutuskan untuk tidur di hutan malam ini.
Saat hendak memejamkan mata, si ayam jantan yang bertengger di pepohonan tiba-tiba
melihat seberkas cahaya dari jauh.
Setelah diamati, cahaya itu berasal dari sebuah rumah di hutan itu.
Mendengar hal itu, keempat binatang itu memutuskan untuk mendekat ke rumah
tersebut.
Mereka sangat berharap bisa mendapatkan makanan dari sana, atau bisa tidur dengan
nyenyak tanpa kedinginan.
"Perutku sudah sangat keroncongan. Ayo cepat, kita masuk," gerutu si kucing.
"jangan gegabah. Lihatlah, di dalam sana sepertinya ada gerombolan perampok. Apa
kau mau celaka di tangan para perampok itu?" sahut si keledai.
"Kita harus mencari cara agar para perampok itu keluar dari rumah ini," usul anjing.
Tanpa perlu waktu lama, empat sekawan itu menemukan ide yang cemerlang.
Setelah mereka siap, keledai meringkik, dibarengi dengan gonggongan anjing, ngeong
kucing, dan kokok ayam jantan yang sangat keras.
Di dalam rumah, para perampok yang mendengar suara aneh tersebut mulai merasa
takut.
Mereka lalu bergegas keluar menuju pintu. Mereka saling mendorong satu sama lain
dan sating berebut agar bisa keluar lebih dulu.
Olala, semua perampok itu lari kocar-kacir menjauhi rumah dan berlari ke dalam hutan.
Keempat binatang itu segera melangkah masuk menuju rumah tersebut. Dengan
gembira, mereka menyantap semua hidangan yang ada.
Setelah makanan habis, mereka tampak mengantuk. Apalagi, mereka juga kelelahan
setelah lama berjalan. Mereka pun tertidur dengan pulasnya.
Akhirnya, keledai, anjing, kucing, dan ayam jantan tinggal di rumah tersebut.
Mereka menghabiskan hari-hari mereka di sana. Ya! Mereka tidak jadi pergi ke Bremen
untuk bermain musik.
Pesan moral dari Dongeng Fabel Persahabatan 4 Ekor Hewan adalah binatang
juga mempunyai perasaan.
Jadi, sayangilah binatang dan jangan menyakitinya.
Hidup rukun dan damai itu menyenangkan, apalagi jika saling berbagi. Jadi, rukun-
rukunlah dengan temanmu, ya!
Seorang petani dengan ketiga anaknya tampak memeriksa tanaman jagung mereka di
ladang itu.
Pak Tani sangat senang melihat tanamannya akan segera bisa dipanen.
"Ayah, lihatlah ini! Tanaman kita rusak. Sepertinya ada pencuri!" seru si bungsu tiba-
tiba.
Si ayah menjadi sangat geram. Ia lalu menyuruh si sulung untuk menjaga ladang malam
itu.
Seketika, si sulung membentak katak untuk berhenti menyanyi. Namun, katak tidak mau
berhenti sebelum si sulung memberinya kue bolu.
Karena merasa terganggu, si sulung melempar katak tersebut ke sumur yang ada di
sampingnya.
Sama seperti kakaknya, malam itu, anak kedua membawa sepotong bolu jagung dan
senapan.
Ia juga bertemu dengan katak yang bernyanyi. Katak itu pun meminta bolunya.
Malam itu, ia tidak melihat apa pun. Namun, lagi-lagi, saat pagi hari, banyak tanaman
yang rusak.
Ia melapor kepada ayahnya. Merasa kesal, Pak Tani lalu menyuruh si bungsu untuk
berjaga.
"Kau adalah pemuda yang baik. Ini adalah sumur ajaib. Katakan apa yang kau inginkan,
maka semuanya akan terwujud," ujar katak.
"Aku meminta istri yang baik hati, cantik, dan pintar memasak. Aku juga meminta
sebuah rumah di dekat sumur ini. Ah! Aku pun ingin menangkap si pencuri jagung," kata
si bungsu dengan sangat lantang.
Hikmah yang dapat kita ambil dari Dongeng Cerita Pendek dari Meksiko adalah jika kita
berbuat kebaikan, maka kebaikan pula yang akan kita dapatkan.
Sudah cukup lama mereka tidak bertemu. Mereka pun membicarakan banyak hal, mulai
dari cuaca, pangan, hingga keluarga.
"Signor Bruno, ada apa? Sepertinya kau mengkhawatirkan sesuatu," tanya Gianni.
"Aku memikirkan cucuku, Mario. Dia anak yang baik, tapi pemalas. Sepanjang hari, ia
hanya berbaring di ranjang gantungnya dan tidak mau bekerja sama sekali. Aku tidak
tahu apa yang harus aku lakukan kepadanya," ujar Signor.
Gianni berpikir sejenak. Ia lalu memiliki sebuah ide. Ia pun membisikkan idenya ke
Signor.
"Aku menemukan peta tua ini, tapi sulit untuk dibaca. Sepertinya peta ini menunjukkan
bahwa ada 50 keping emas yang terkubur di ladang gersang sebelah sana," kata
Gianni.
Gianni lalu menyuruhnya untuk menyingkirkan semua rumput liar, agar bisa menemukan
harta itu.
Tanah itu menjadi berdebu saat dicangkul. Mario pun menyirami tanah itu dengan air.
Melihat ada pupuk kandang, Mario mendapat ide. Ia menyebarkan pupuk kandang itu di
ladang, agar tidak ada orang yang bisa mengambil hartanya.
Mario sudah menggali seluruh ladang, namun ia sama sekali tidak menemukan emas.
"Mungkin aku tidak membaca peta itu dengan benar. Aku akan pergi selama beberapa
hari untuk mencari orang yang dapat membaca peta ini. Jadi, kau tunggulah kabar
dariku," kata Gianni tiba-tiba.
Mario pun menunggu untuk waktu yang cukup lama. Hampir satu bulan lebih ia
menunggu. Akhirnya, Gianni datang.
Alangkah terkejutnya Mario ketika melihat ladangnya sudah tertutup oleh deretan daun
selada.
"Ini semua berkat kerja kerasmu yang telah membersihkan, menyiram, memupuk, dan
menggali. Aku hanya menaburkan benih saja bersama kakekmu," kata Gianni.
"Harga semua selada ini adalah 50 keping emas," timpal Signor sambil tertawa.
Mario pun baru menyadari, bahwa 50 keping emas itu ternyata bisa ia dapatkan jika ia
mau bekerja keras.
Pesan moral yang dapat diambil dari Cerita Pendek Anak Sekolah : Harta
Terpendam adalah jangan menjadi anak yang malas, ya. Bekerja keraslah dan
belajar yang rajin agar kamu memperoleh apa yang kamu inginkan.
Aisha baru saja lahir, dan istri Hasan meninggal saat melahirkan Aisha.
"Bagaimana aku bisa merawat Aisha dengan baik? Sedangkan aku harus bekerja untuk
memenuhi kebutuhan hidup," kata Hasan, merasa putus asa.
Aisha pun sendirian di ranjang bayinya. Ketika malam hari, Hasan baru pulang.
Alangkah terkejutnya ia saat melihat ada seorang wanita yang sangat cantik sedang
memberi makan Aisha.
Olala, rupanya wanita itu adalah seorang peri. Ketika mengetahui Hasan datang, peri itu
menghilang.
Hasan merasa lega, karena sekarang sudah ada yang menjaga putrinya.
"Ayah, mengapa kau terlihat murung?" tanya Aisha ketika ayahnya pulang dengan
wajah muram.
Hasan lalu bercerita, bahwa pagi ini ia bertemu dengan raja baru yang kejam. Raja itu
memberikan pertanyaan yang sulit. Jika dijawab dengan benar, maka ia akan diberi koin
emas. Namun, jika salah, maka ia akan dipenjara.
Raja pun terkejut, karena jawaban Hasan benar. Bertahun-tahun lalu, saat raja sedang
berjalan di kebun istana, kepalanya terbentur pohon.
Ia pun menyuruh seseorang untuk membuat kincir dari kayu pohon itu.
Hasan kemudian mengaku bahwa ia mengetahui jawaban tersebut dari putrinya, Aisha.
Aisha diberi sekantong emas. Tapi, ternyata raja juga terpikat dengan Aisha.
a pun menikahi Aisha. Sejak saat itu, raja tersebut berubah menjadi raja yang baik.
Pesan moral dari Dongeng Cerita Pendek Anak SD : Aisha Yang Cerdas adalah
bersungguh-sungguhlah dalam belajar, agar kamu menjadi anak yang pintar.
Dongeng Cerita Rakyat Pendek : Kisah
Menantu yang Durhaka
Di sebuah desa, tinggal seorang pemuda bersama ibunya.
Ibu pemuda itu sudah amat renta. Namun, dengan telaten, pemuda itu merawat ibunya.
Tetua kampung bersama beberapa penduduk ingin mencarikan pemuda itu seorang
istri.
"Apakah ada yang mempunyai usul, siapa kira-kira calon yang cocok untuk pemuda
itu?" tanya tetua kampung.
Salah satu penduduk lalu bercerita, bahwa di desa sebelah, ada seorang gadis
sebatang kara.
Olala, tetua kampung dan penduduk desa akhirnya sepakat untuk menikahkan si
pemuda dengan gadis miskin yang baik hati itu.
Tak ada makanan mewah di sana. Bahkan, makanan yang ada adalah sumbangan dari
para penduduk.
Seiring berjalannya waktu, Si istri merasa bosan hidup miskin. Ia ingin kaya.
Melihat keadaan Si ibu mertua, para tetangga pun sering menasihati Si menantu.
Tetapi, si menantu sama sekali tak menghiraukannya.
Begitulah setiap harinya. Istri pemuda itu selalu memperlakukan ibu mertuanya dengan
semena-mena.
Ia akan mencari cara agar hati istrinya kembali lembut seperti saat awal mereka
menikah dulu.
Dan juga agar istrinya kembali menyayangi ibu mertuanya seperti dulu.
Ah! Semoga saja sang istri dapat berubah wataknya, menjadi kembali baik.
"Jagalah ibuku dengan baik. Jangan lupa sediakan makan," pinta pemuda itu kepada
istrinya. Namun, istrinya hanya melengos.
Biasanya, sang suami akan lama pergi ke kota. Namun, belum sehari, ia sudah pulang.
"Aku mendapat kabar gembira dari kota!"
"Kabar gembira apa?" tanya sang istri. "Apakah akan menjadikan kita kaya?"
"Ya! Rupanya di kota ada yang mau membeli nenek-nenek. Aku berniat menjual ibuku di
sana. Tapi, jika kita menjualnya sekarang, pasti harganya sangat murah. Kau lihat kan,
ibuku amat kurus. Rambutnya tak terawat. Mana ada yang mau membeli ibu dengan
harga mahal," ujar pemuda itu.
"Kalau begitu, aku akan merawatnya agar uang yang didapatkan lebih banyak," kata
sang istri.
Sementara itu, sang istri mulai merawat ibu mertuanya dengan baik.
"Istrimu memang sangat baik. Dia memperlakukan aku dengan amat baik," ujar ibu
mertuanya kepada anak laki-lakinya.
"Iya, Ibu. Dia memang amat menyayangi Ibu."
Saat ini, yang dia inginkan hanyalah merawat ibu mertuanya dengan sepenuh hati.
Keduanya akhirnya terus saling menyayangi hingga akhir hayat sang mertua.
Sang menantu kemudian dikenal sebagai menantu yang amat menyayangi mertuanya.
Pesan moral dari Dongeng Cerita Rakyat Pendek ini adalah kebaikan yang selalu
dilakukan setiap hari akan menjadikan pelaku kebaikan itu berhati lembut.
Jadilah anak yang berbakti kepada orangtua.
Lalu, bagaimana matahari dan bulan itu ada di langit, ya? Yuk, simak ceritanya!
Anak pertama laki-laki bernama Sulung, dan anak ke-2 perempuan bernama Bungsu.
Setiap hari, janda itu selalu meninggalkan kedua anaknya untuk pergi ke kota.
"Jangan bukakan pintu untuk orang yang tak kalian kenal," pesan sang ibu.
"Baik, Bu. Kami akan menutup semua pintu dan jendela. Kami hanya akan
membukanya jika Ibu pulang," jawab Sulung.
Sang ibu pergi ke kota untuk menjual kue beras. Namun, hari itu amat sial baginya.
Hanya beberapa kue beras yang laku. Padahal, hari sudah hampir sore.
"Aku harus segera pulang. Aku tak mau anakku celaka di rumah. Biarlah kue ini
kumakan bersama anak-anakku," kata sang ibu.
Dalam perjalanan pulang, sang ibu dicegat oleh harimau yang jahat dan licik.
"Berikan kue berasmu! Kalau tidak, kau akan kumakan!" ancam harimau.
Dengan tangan gemetar, sang ibu memberikan satu kue beras untuk harimau, lalu
bergegas pergi.
"Aku tak mungkin menyerahkan semua kue ini. Anakku sedang menungguku di rumah.
Mereka pasti amat kelaparan," kata ibu itu.
Tetapi, harimau tak peduli. Akhirnya, sang ibu memberikan seluruh kue beras miliknya
kepada harimau.
Kemudian, Sang ibu pun berlari lagi untuk menyelamatkan diri Harimau masih belum
merasa kenyang. Ia pun mengejar ibu penjual kue beras itu lagi.
"Sudah tak ada kue beras. Aku sudah memberikan semuanya kepadamu," ucap ibu
penjual kue beras dengan gemetar.
Tanpa membuang waktu, harimau pun langsung menerkam ibu penjual kue beras.
Setelah memangsa ibu penjual kue beras, harimau menyamar menjadi ibu itu.
"Anakku, bukakan pintu. Ibu pulang membawa kue untuk kalian!" seru harimau.
Kedua anak itu lantas mengintip ke bawah pintu. Mereka pun percaya pada ucapan
harimau.
Kedua kakak beradik itu sontak berlari kencang, hingga sampailah mereka di sebuah
pohon yang besar.
"Dewa, jika memang kami harus menjadi santapan harimau, tak apa. Tapi, jika kami
harus selamat, selamatkan kami, dewa. Turunkan tali dari langit agar kami bisa naik,"
pinta kedua anak itu.
Ternyata dewa mendengar doa mereka. Tampak tali panjang turun dari langit.
Kedua anak itu pun langsung memanjat. Namun, harimau juga ikut memanjat tali itu.
Kedua kakak beradik itu pun kembali berdoa, agar tali yang dinaiki harimau putus.
Untunglah, doa mereka dikabulkan. Harimau itu pun jatuh ke bumi dan seketika mati.
Kedua kakak beradik itu sungguh senang. Mereka selamat dari cengkeraman harimau.
Dewa lalu memberikan tugas kepada mereka. Sulung menjadi matahari dan Bungsu
menjadi bulan.
Namun, setelah beberapa lama menjadi bulan, Bungsu jadi takut dengan malam.
"Baiklah, aku akan menggantikanmu menjadi bulan. Kau jadilah matahari yang selalu
ada di siang hari," ujar Sulung.
Sejak saat itu, Bungsu menjadi matahari, dan Sulung menjadi bulan.
Itulah cerita asal muasal matahari dan bulan yang berasal dari negeri Korea.
Pesan moral dari dongeng cerita pendek rakyat adalah jangan jadi anak yang
serakah seperti harimau ya. Dan jangan menilai orang sebelum mengenalnya.
Orang yang terlihat tulus bisa jadi sebenarnya serakah.
Cerita Cerpen Fabel : Rubah Dan Beruang
(Norwegia)
Suatu hari, rubah dan beruang akan mengadakan pesta. Mereka bersama-sama
membeli kue yang cukup besar. Pesta akan dilaksanakan beberapa hari lagi. Rubah
dan Beruang menaruh kue itu di suatu tempat.
Usai menaruh kue itu, Beruang merasa lelah. Ia pun mengajak Rubah untuk beristirahat.
"Hari ini sungguh melelahkan. Lebih baik kita tidur dulu agar badan kita kembali segar,"
ucap Beruang.
Saat beruang tertidur. Rubah pergi ke tempat kue disimpan. Rubah lalu memakan kue
itu seperempatnya.
Saat itu Beruang terbangun. Ia tak melihat Rubah. Beruang pun memanggil Rubah.
Rubah langsung membersihkan mulutnya dari kue.
"Dari mana saja kau? Wah, kau terlihat agak gemuk," ujar Beruang.
"Aku habis pergi dari acara ulang tahun salah satu anak," jawab Rubah.
"Siapa nama anak itu?" Beruang penasaran. "Nama anak itu, sepotong kue," ucap
Rubah.
Untuk kisah lengkapnya silahkan klik link berikut ini Cerita Cerpen Fabel : Rubah Dan
Beruang (Norwegia)
Mendengar kabar itu, Burung Hantu segera mencari cara untuk menyelamatkan Gajah
dari ancaman Raja Raksasa.
"Raksasa itu tak boleh memakan temanku," gumam Burung Hantu. Ia terus berusaha
mencari cara untuk menyelamatkan temannya.
"Lebih baik aku temui saja raja raksasa itu, barangkali aku bisa membujuknya agar tak
memakan temanku," ucap Burung Hantu.
Burung hantu segera pergi ke sarang raksasa. Raksasa itu tampak senang melihat
seekor gajah yang sehat dan gemuk. Sementara gajah terlihat sangat ketakutan.
"Semalam aku bermimpi memakan daging gajah. Rupanya mimpiku ini akan jadi
kenyataan, hahaha..." seru Raja Raksasa.
"Raja raksasa, semalam aku juga bermimpi bahwa aku akan menikah dengan
permaisuri raksasa. Sepertinya mimpiku akan menjadi kenyataan juga,"seru Burung
Hantu.
Raja Raksasa langsung menoleh kepada Burung Hantu. Ia sangat marah. Namun, ia
berusaha meredam kemarahannya.
"Kau tak boleh menikahi permaisuriku, atau kau akan aku bunuh," ujar Raja Raksasa.
"Kau juga tak boleh memakan temanku, gajah, atau aku akan menikah dengan
permaisurimu," balas Burung Hantu.
Raja Raksasa tak bisa menjawab ucapan Burung Hantu. Ia tak mau kehilangan
permaisurinya. Raja Raksasa pun akhirnya melepaskan Gajah. Sejak saat itu, Raja
Raksasa menganggap bahwa mimpi hanyalah bunga tidur. Jadi tak semua mimpi bisa
diwujudkan.
Burung Hantu hanya membalasnya dengan senyuman hangat. Sahabat memang harus
saling membantu saat sedang dalam kesulitan
Pesan moral dari Kumpulan Cerpen Singkat Dunia : Raksasa Dan Burung Hantu
(Nepal) adalah bantulah orang lain ketika mereka sedang kesulitan, apalagi
terhadap temanmu. Yuk, semangat membantu teman.
Kumpulan Cerita Pendek Anak : Gadis Berambut
Panjang (Cina)
Dahulu kala, ada seorang gadis yang tinggal bersama ibunya yang sudah tua. Ada yang
berbeda dari gadis itu. Usianya baru menginjak remaja, tetapi ia memiliki rambut
berwarna putih. Akibatnya, banyak orang yang mengejeknya.
Dengan rambut putihnya, gadis itu terlihat seperti orang yang sudah tua. Gadis itu
sungguh merasa sedih. Namun, ibunya selalu menasihatinya untuk tetap sabar dan
selalu berbuat baik.
Suatu hari, datang kemarau panjang. Penduduk sangat kesulitan mencari sumber mata
air. Gadis berambut putih itu menemukan sebuah mata air. Tetapi, mata air itu dihuni
oleh jin jahat.
"Kau boleh mengambil air di sini, tapi jangan beri tahu siapa pun tentang ini. Tak ada
yang boleh tahu tentang mata air ini," ucap Jin Penjaga.
Gadis itu berjanji kepada jin penjaga untuk tidak memberi tahu siapa pun tentang mata
air tersebut. Kemudian ia pun mulai memakai mata air itu. Alhasil, ia jadi tak pernah
kekurangan air. Tapi, gadis itu merasa kasihan dengan orang-orang di desanya. Mereka
sangat kesulitan mencari air.
Gadis berambut putih itu lalu memberi tahu para penduduk tentang mata air tersebut.
Orang-orang sangat senang mengetahui hal itu. Mereka kemudian datang berbondong-
bondong ke mata air. Tidak lupa mereka berterima kasih kepada gadis berambut putih.
Jin penjaga sangat marah kepada gadis berambut putih. Ia mendatangi sang gadis, dan
kemudian berkata," Kau telah mengingkari janjimu. Maka, kau harus menjadi penjaga
mata air ini," ucap Jin Penjaga.
Gadis itu sangat sedih. Namun, ia harus tetap menerima hukuman itu. Sang Gadis
kemudian meminta kepada Jin Penjaga agar diberi kesempatan untuk menemui ibunya
yang sudah tua.
"Baiklah, tapi kau harus kembali sebelum malam tiba," ujar Jin Penjaga.
Gadis berambut putih pulang sambil menangis. Dalam perjalanan, ia bertemu dengan
kakek tua yang bijak. Gadis itu lalu menceritakan masalahnya. Kakek tua itu berjanji
untuk menyelamatkan gadis berambut putih.
Sang Kakek membawa sebuah patung, kemudian ia meminta sang gadis untuk
memotong rambutnya yang putih itu. Kemudian rambut sang gadis dipasang di kepala
patung. Kakek tua membawa patung itu ke sumber mata air. Jin penjaga mengira
bahwa patung itu adalah gadis berambut putih.
Beberapa hari kemudian... Olala... terjadi keajaiban pada gadis itu. Rambutnya yang
baru tumbuh tidak terlihat putih, tapi berwarna hitam. Kini, gadis itu pun hidup bahagia
dengan rambut hitam yang cantik bersama ibunya.
Pesan moral dari Kumpulan Cerita Pendek Anak : Gadis Berambut Panjang
(Cina) adalah Kerja keras akan selalu membuahkan keberhasilan yang manis.
Ya, toko itu memang milik Bu Maya. Setiap hari, ratusan roti manis dengan aneka isi
menghiasi etalase tokonya. Sering kali, orang harus mengantre untuk mendapatkan roti
yang mereka inginkan.
Roti-roti buatan Bu Maya memang enak. Itu karena Bu Maya selalu menggunakan
bahan alami untuk roti-rotinya. Dia bahkan punya ladang gandum dan peternakan sapi
untuk menyediakan tepung dan susu.
"Mia, ayo perah susunya," teriak Bu Maya pada Mia yang masih bermalas-malasan.
"Masih mengantuk, Bu. Mengapa tidak minta tolong Pak Ujo saja?" jawab Mia.
Bu Maya menggeleng sambil menyerahkan ember kayu. "Pak Ujo ada pekerjaan lain,"
Mia lalu memerah sapi sambil cemberut. Mengapa Ibu selalu menyuruhku bekerja?
gerutunya dalam hati. Memerah susu, menggiling gandum, menguleni adonan,
memanggang roti, semua itu benar-benar melelahkan!
"Padahal, Ibu punya sepuluh pegawai. Seharusnya, aku nggak perlu ikut-ikutan seperti
ini." Mia terus menggerutu.
Dalam bayangan, Mia ingin sekali menjadi putri manja yang duduk manis di singgasana.
Mia pikir, keinginannya itu wajar. Ibunya punya banyak uang, tentu bisa menggaji lebih
banyak pegawai.
"Mengapa aku yang dikorbankan? Tangan-tanganku jadi kasar karena terlalu sering
menguleni adonan roti," keluh Mia.
Mia mengangkat ember yang penuh susu menuju dapur. Dia bertekad untuk protes
keras kepada ibunya.
"Terima kasih, Sayang. Sekarang, antarlah sekeranjang roti ini ke rumah Nyonya
Padma. Dia sudah memesan sejak pagi."
"Ibu, mengapa harus aku yang mengantar pesanan ini? Kan, karyawan Ibu banyak?"
Mia makin kesal. "Aku ini anak Ibu. Mengapa aku harus ikut bekerja keras? Bukankah
Ibu . sudah punya banyak pegawai?" tambah Mia.
Bu Maya malah tersenyum, lalu menyerahkan kertas catatan. "Itu jumlah uang yang
harus kamu tagih. Hati-hati, ya?" Bu Maya sama sekali tak memerhatikan keluhan Mia.
Dengan berat hati, Mia pun berangkat. Wajahnya terus bersungut-sungut sepanjang
perjalanan. Hatinya sedikit terhibur ketika Nyonya Padma memberinya jus apel
kesukaannya.
"Sebenarnya, aku tak suka seperti ini. Capai. Tapi, Ibu selalu menyuruhku," sahut Mia.
Nyonya Padma tergelak. "Suatu saat, kamu akan menyadari bahwa semua ini ada
manfaatnya!" Mia mengernyit, dia tak paham maksud Nyonya Padma.
***
Hari berganti hari, sekarang, Mia sudah besar. Selama itu, Bu Maya terus meminta Mia
untuk melakukan banyak pekerjaan.
Tentu saja, Bu Maya memberi Mia waktu istirahat yang cukup. Akan tetapi, Mia tetap
saja merasa keberatan.
Suatu hari, Bu Maya sakit. Sakitnya cukup parah sehingga dokter menyuruhnya
beristirahat selama satu bulan.
"Mia, karena Mama masih sakit, kita harus menutup toko selama sebulan. Tolong,
sampaikan permintaan maaf Ibu kepada semua karyawan," kata Bu Maya lemah.
Mia terdiam. Jika mereka harus tutup selama satu bulan, bagaimana nasib karyawan
Ibu? Terbayang di benaknya wajah para karyawan dan anak-anak mereka. Mia tak tega
jika harus meliburkan mereka.
Mia lalu menjawab, "Aku akan tetap membuka toko, Bu. Lagipula, Ibu periu biaya untuk
membeli obat, kan?"
"Ah, benarkah? Jika begitu, syukurlah. Ibu yakin, kamu pasti bisa," jawab Bu Maya.
Keesokan hari, Mia memulai segalanya. Dibantu oleh para karyawannya, Mia bekerja
sebaik mungkin. Dengan mudah, dia menakar bahan, menguleni adonan, dan
membentuknya jadi roti-roti yang siap dipanggang.
Sesekali, Bu Maya mencicipi roti yang Mia hidangkan ke kamar. "Enak, Mia! Ibu tahu,
kamu memang berbakat."
Dengan roti-roti buatan Mia, toko MAYMIA tetap ramai. Para pembell pun memuji roti
buatan Mia.
Para karyawan juga berterima kasih kepadanya. Berkat Mia, mereka tak harus
kehilangan penghasilannya.
Diam-diam, Mia berbisik. "Semua berkat ibuku. Dia yang mengajariku bekerja keras
sejak kecil." Mia pun mendoakan ibunya agar bisa pulih seperti sedia kola.
Pesan Kasih Sayang dari Kumpulan Cerita Pendek Anak Anak : Roti Manis Mia
adalah
Hmm, kira—kira mengapa Mama berus menyuruh kalian? Bukankah ada Bibi
yang siap membantu? Mengapa Mama tak selalu membiarkan kalian untuk
berleha—leha? Apa Mama tidak sayang pada kalian?
Bukan begitu, Teman. Sebiap orang tua ingin agar anaknya bisa mandiri.
Kemandirian itu harus dilatih sejak dini. Orang tua tak akan selamanya
mendampingi kalian. Suatu saat, Kalian pun akan hidup tanpa orang tua. Jika
kalian hanya berleha—leha, apa yang berjadi nanti?
Jadi, tidak perlu kesal, ya, jika orang tua menyuruh ini dan itu. Itu tandanya
mereka sayang pada kalian.
Tak sedang beberapa lama, Gagak datang. Ia pun disambut ramah oleh Kenari, dan
langsung ikut bergabung dengan Merpati.
"Wah, Kenari. Rumahmu sangat rapi," puji Gagak saat melihat rumah Kenari yang
memang sangat rapi.
Kenari tersipu malu. "Biasa saja, Gagak. Aku selalu merapikannya setiap hari."
"Oh, pantas saja rumahmu selalu rapi. Selain rumahmu yang rapi, bulumu juga sangat
indah," lanjut Gagak.
Sementara itu, Merpati hanya diam. Ia sedang menikmati makanan Kenari yang sangat
lezat.
"Kata binatang di hutan, suaramu juga merdu. Mereka mendengarkan nyanyianmu pada
pagi hari. Sungguh, sempurnanya dirimu." Gagak terus-menerus memuji.
"Kenari, aku ingin mendengar suara indahmu. Bernyanyilah untuk kami," pinta Gagak.
Mereka pun menghabiskan waktu dengan bernyanyi bersama-sama. Saat hari semakin
sore, Gagak dan Merpati berpamitan pulang.
"Menurutku, rumah Kenari tidak terlalu rapi. Warna kulitnya pun tak bagus-bagus amat.
Apalagi suaranya, membuat telinga panas," ujar Gagak.
"Menurutku, rumah Kenari memang rapi. Rumahku tak serapi rumahnya. Warna bulunya
juga indah. Belum lagi suaranya, sangat merdu," jawab Merpati.
Olala, Gagak menjadi malu. Ternyata, Merpati tak suka dengan sikap Gagak yang
bermuka dua. Di depan Kenari, Gagak memuji-muji Kenari. Sedangkan di belakang
Kenari, Gagak justru menjelek-jelekkan Kenari. Merpati pun terbang meninggalkan
Gagak sendirian.
Pesan moral dari Cerita Fabel Dongeng Persahabatan adalah kawan, jangan
seperti gagak, yang suka memuji di depan, tapi di belakang menjelekkan. Kamu
akan dijauhi teman bila bersikap seperti gagak.
Sebelum meninggal, raja telah mengutus putranya yaitu Sinbad, untuk menggantikan
dirinya menjadi raja.
Ternyata Sinbad bukan raja yang baik. Ia tak bisa memerintah kerajaan dengan bijak.
Selama ini, ia memang tak pernah belajar cara mengatur kerajaan. Hari-harinya hanya
ia habiskan dengan berberfoya-foya.
Rakyat pun sedih. Mereka tak tahan lagi dengan Raja Sinbad yang tak bertanggung
jawab.
Tapi, tanpa sepengetahuan rakyat, Sinbad pergi dengan membawa seluruh harta
kerajaan.
"Sebaiknya aku membeli sebuah kapal pesiar yang besar, lengkap dengan para
pelayan. Hahaha!" ucap Sinbad, senang.
Sinbad lalu membeli sebuah kapal. Ia juga membayar beberapa orang untuk menjadi
pelayannya.
Sinbad pergi melaut dengan pelayan-pelayannya. Namun tak seperti biasanya, pada
suatu malam, cuaca cukup buruk.
Hujan turun sangat lebat. Ombak di laut pun cukup besar, membuat kapal hampir oleng.
Sinbad dan pelayannya segera mencari sebuah pulau untuk berlabuh.
Setelah sampai di daratan dengan selamat, Sinbad lalu masuk ke sebuah hutan.
Ia takut jikalau ada binatang buas yang akan menerkam dirinya. Atau mungkin ada
sekelompok perampok yang bersembunyi di dalam hutan.
"Wah, sepertinya buah itu bisa aku makan," gumam Sinbad saat melihat ada sebuah
pohon yang berbuah dengan sangat lebat,
Sinbad lalu memanjat pohon tersebut. Untunglah, buah itu tidak beracun.
"Sebaiknya aku tidur dulu di pohon ini, agar aku bisa mengumpulkan tenaga," pikir
Sinbad.
Sinbad pun tidur dengan pulas di atas pohon tersebut. Olala, Sinbad bermimpi.
Dalam mimpinya, ia didatangi oleh seorang kakek yang berjenggot panjang dan
berambut putih.
"Cucuku Sinbad, di dalam hutan ini terdapat harta karun ajaib. Kau bisa mengambilnya.
Tapi, ingatlah! Harta karun itu harus kau gunakan untuk hal yang bermanfaat. Jika kau
menggunakannya untuk berfoya-foya, kau akan menanggung sendiri akibatnya," ujar
kakek tersebut dalam mimpinya.
Akhirnya, setelah melalui perjalanan yang sulit, Sinbad berhasil mengambil harta karun
tersebut.
Dengan harta itu, Sinbad membeli beberapa kapal untuk berdagang, dan
mempekerjakan beberapa orang.
Hari ini seperti biasanya, Sinbad dan para pekerjanya pergi berlayar. Mereka membawa
barang dagangan yang sangat banyak.
Namun, di tengah perjalanan, semua kapal dan barang dagangan Sinbad dirampas oleh
para perampok.
Tak hanya itu, para perampok juga menjual Sinbad kepada salah satu pemburu gading
gajah.
"Mulai sekarang, kau harus mencari gading gajah. Kau harus memburu gajah-gajah
yang ada di hutan, lalu kau ambil gading mereka," perintah pemburu gading gajah
kepada Sinbad.
Sesampainya di hutan, Sinbad naik ke atas pohon. Tak lama kemudian, gajah-gajah
bermunculan. Sinbad sudah bersiap hendak memanah salah satu gajah. Namun, ada
satu gajah yang melihat gelagat Sinbad.
Gajah itu segera menggoyangkan pohon yang dinaiki Sinbad. Sinbad pun jatuh
tersungkur ke tanah.
Sinbad juga menyampaikan pecan gajah bahwa tuannya tidak boleh memburu gajah
lagi.
Pemburu gading gajah itu pun berjanji tidak akan memburu gajah dan gading gajah lagi.
Tapi, Sinbad tidak kembali menjadi seorang pelayar Ia memilih untuk berdagang di
negerinya sendiri.
Sejak saat itu, Sinbad hidup senang dan tidak mengalami kesusahan lagi.