Astangga
Yoga diajarkan oleh Maha Rsi Patanjali dalam bukunya Yoga Sutra Patanjali
Meditasi (Dhyana)
Dhyna tahapan ke tujuh yaitu pemusatan pikiran yang tenang, pikiran tertuju
tanpa putus-putus pada objek dhyana., tanpa tergoyahkan oleh objek atau
gangguan atau godaan lain baik yang nyata maupun yang tidak nyata.
Konsentrasi yang diperpanjang serta mendalam, secara alami akan membimbing
seseorang ke kondisi yang disebut ‘meditasi’ (dhyana). Dalam meditasi, objek atau
locus yang diinternalisasikan mengisi seluruh ruang kesadaran. Jika dalam
‘konsentrasi’ mekanisme utama adalah ‘keterfokusan perhatian’, maka dalam
‘meditasi’ mekanisme yang mendasari proses ini adalah ‘kemengaliran yang
tunggal’ (ekatanata).
Kondisi meditasi tidak menghilangkan kejernihan pikiran, malah sebaliknya ia
memperkuat ke-sadar-an, walaupun memang tidak ada atau terdapat sedikit sekali
kesadaran akan lingkungan eksternal. Tujuan awal meditasi dalam yoga adalah
untuk menahan, menekan, serta menghentikan modifikasi pikiran (cittas-vritti-
nirodhah). Aktivitas mental tersebut meliputi lima kategori:
1. Pramana : pengetahuan yang diperoleh melalui persepsi, penyimpulan
atau bukti yang bisa dipertanggungjawabkan, seperti teks kitab suci.
2. Viparyaya : Kesalahpahaman, pengertian yang keliru.
3. Vikalpa : pengetahuan konseptual, imajinasi.
4. Nidra : tidur
5. Smriti : Ingatan.
Dalam kondisi identifikasi dengan Diri (self), unsur pengaktif yang menyebabkan
eksternalisasi kesadaran dicabut. Ingatan memiliki dua aspek, yakni aspek kasar
dan aspek halus. Aspek kasar dari ingatan dapat dilumpuhkan melalui meditasi,
sedangkan aspek halusnya dapat dinetralkan melalui samadhi suprasadar. Ada 3
tahap proses ‘penghentian’ (nirodha), yakni:
Gangguan atau godaan yang nyata dirasakan oleh Panca Indria baik melalui
pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah maupun rasa kulit. Ganguan atau
godan yang tidak nyata adalah dari pikiran sendiri yang menyimpang dari sasaran
objek Dharana. Tujuan Dhyana adalah aliran pikiran yang terus menerus kepada
Hyang Widhi melalui objek Dharana, lebih jelasnya Yogasutra Maharsi Patanjali
menyatakan : “Tatra pradyaya ekatana dhyanam” Artinya : Arus buddhi (pikiran)
yang tiada putus-putusnya menuju tujuan (Hyang Widhi). Kaitan antara
Pranayama, Pratyahara dan Dhyana sangat kuat, dinyatakan oleh Maharsi
Yajanawalkya sebagai berikut : “Pranayamair dahed dosan, dharanbhisca
kilbisan, pratyaharasca sansargan, dhyanena asvan gunan : Artinya : Dengan
pranayama terbuanglah kotoran badan dan kotoran buddhi, dengan pratyahara
terbuanglah kotoran ikatan (pada objek keduniawian), dan dengan dhyana
dihilangkanlah segala apa (hambatan) yang berada diantara manusia dan Hyang
Widhi.
Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya
dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses
komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan
menjadi suatu masalah yang paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu
kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-negara
maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi
kebudayaan bangsa Indonesia . Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan
bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Gencarnya serbuan teknologi
disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan
isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang
kesatuan dunia.
Dhyana sering di sebut dengan meditasi didalam era globalisasi ini kebanyakan
orang yang melakukan meditasi secara tidak fokus atau tudak konsentrasi
Solusi
Kita sebagai manusia harus serius atau konsentrasi dalam melakukan meditasi
untuk memusatkan satu pikiran
Saran
Sebagai generasi muda Hindu yang menuntut pendidikan formal di perguruan
tinggi bernafaskan Hindu sudah semestinya kita menjadi pioneer dalam
melaksanakan Astangga Yoga tersebut. Karena ajaran yang universal ini apabila
dijalankan dengan penuh ketulusan hati kita pasti akan sampai pada cita-cita yang
diharapkan. Memahami yoga lebih dalam lagi akan membantu meluruskan
persepsi seseorang yang kurang akan informasi tentang Yoga yang telah
mengundang persepsi keliru dan tidak sedikit di kalangan awam. Yoga sering
dikacaukan dengan Tapa, bahkan dengan sesuatu yang berbau takhayul. Atau
memandangnya dari sudut pandang kegaiban dan kanuragan saja. Jadi ini menjadi
momen baik bagi kita untuk lebih memahami yoga lagi.
Daftar pustaka
https://mangdik62.blogspot.com/2014/01/etika-yoga-dan-astngga-yoga-makalah.html
https://text-id.123dok.com/document/nzw30x27y-upaya-paya-dalam-mengatasi-hambatan-hambatan-
dan-tantangan-untuk-mencapai-moksa-menurut-.html