Anda di halaman 1dari 5

Agama Hindu

Nama kelompok :
I Kadek Deva Ardinantha (14)
I Putu Gede Pringga Aditya Pratama (18)
I Nyoman Panji Gumilang (23)
I Putu Raharjadi Putra (26)
Tahun Pelajaran 2019 - 2020

Dhyana

Astangga Yoga adalah delapan tahapan yoga untuk mencapai


Moksa. Astangga Yoga diajarkan oleh Maha Rsi Patanjali dalam
bukunya Yoga Sutra Patanjali
Dhyna tahapan ke tujuh yaitu pemusatan pikiran yang tenang,
pikiran tertuju tanpa putus-putus pada objek dhyana., tanpa tergoyahkan
oleh objek atau gangguan atau godaan lain baik yang nyata maupun yang
tidak nyata.

Tujuan

Tujuan Dhyana adalah aliran pikiran yang terus menerus kepada


Hyang Widhi melalui objek Dharana, lebih jelasnya Yogasutra Maharsi
Patanjali menyatakan : “Tatra pradyaya ekatana dhyanam” Artinya :
Arus buddhi (pikiran) yang tiada putus-putusnya menuju tujuan (Hyang
Widhi).

Kaitan antara Pranayama, Pratyahara dan Dhyana sangat kuat,


dinyatakan oleh Maharsi Yajanawalkya sebagai berikut : “Pranayamair
dahed dosan, dharanbhisca kilbisan, pratyaharasca sansargan,
dhyanena asvan gunan : Artinya : Dengan pranayama terbuanglah
kotoran badan dan kotoran buddhi, dengan pratyahara terbuanglah
kotoran ikatan (pada objek keduniawian), dan dengan dhyana
dihilangkanlah segala apa (hambatan) yang berada diantara manusia dan
Hyang Widhi.

Manfaat
Konsentrasi yang diperpanjang serta mendalam, secara alami akan
membimbing seseorang ke kondisi yang disebut ‘meditasi’ (dhyana).
Dalam meditasi, objek atau locus yang diinternalisasikan mengisi seluruh
ruang kesadaran. Jika dalam ‘konsentrasi’ mekanisme utama adalah
‘keterfokusan perhatian’, maka dalam ‘meditasi’ mekanisme yang
mendasari proses ini adalah ‘kemengaliran yang tunggal’ (ekatanata).
Kondisi meditasi tidak menghilangkan kejernihan pikiran, malah
sebaliknya ia memperkuat ke-sadar-an, walaupun memang tidak ada atau
terdapat sedikit sekali kesadaran akan lingkungan eksternal. Tujuan awal
meditasi dalam yoga adalah untuk menahan, menekan, serta
menghentikan modifikasi pikiran (cittas-vritti-nirodhah). Aktivitas
mental tersebut meliputi lima kategori:

1. Pramana : pengetahuan yang diperoleh melalui persepsi,


penyimpulan atau bukti yang bisa
dipertanggungjawabkan, seperti teks kitab suci
2. Viparyaya : Kesalahpahaman, pengertian yang keliru.
3. Vikalpa : pengetahuan konseptual, imajinasi.
4. Nidra : tidur
5. Smriti : Ingatan.

Dalam kondisi identifikasi dengan Diri (self), unsur pengaktif yang


menyebabkan eksternalisasi kesadaran dicabut. Ingatan memiliki dua
aspek, yakni aspek kasar dan aspek halus. Aspek kasar dari ingatan dapat
dilumpuhkan melalui meditasi, sedangkan aspek halusnya dapat
dinetralkan melalui samadhi suprasadar. Ada 3 tahap proses
‘penghentian’ (nirodha), yakni:

1. Vritti-nidrodha : penghentian kelima kategori aktivitas


mental kasar dalam meditasi.
2. Pratyaya-nirodha : penghentian ide (pratyaya) yang muncul
dalam berbagai jenis samadhi sadar (samprajnata-samadhi). Para
yogi harus dapat mengatasi pikiran yang mucnul secara spontan
dalam kondisi savitarka-samapatti. Para yogi juga harus mampu
melampaui rasa bahagia (ananda) dalam kondisi ananda-samapatti
3. Samskara-nirodha : penghentian unsur pengaktif batin dalam
kondisi samadhi suprasadar (asamprajnata-samadhi).

Dalam kondisi asmprajnata-samadhi, sang yogi melumpuhkan


ingatan batin dengan potensi laten (vasana), yang selalu menghasilkan
aktivita spsikomental baru.
Masalah penghancuran samskara dijelaskan dalam Yoga Sutras (1.50)
“Kesan (impresi) yang dihasilkan melalui samadhi akan
menghapuskan semua kesan-kesan lainnya.”

Dhyana dapat direalisasikan dengan mengalirkan arus konsentrasi


atau fokus meditasi terhadap ista dewata, Ista Dewata (Istadewata)
adalah perwujudan Tuhan dalam berbagai wujud-Nya, sebagaimana
yang dijelaskan dalam kutipan kramaning sembah, parisada Hindu
Dharma Indonesia seperti

 Brahma, pencipta
 Wisnu, pemelihara
 Iswara, pelebur
 Saraswati, Gana, ilmu pengetahuan,
 dan sebagainya.

Tantangan dan Hambatan


Hambatan atau godaan yang nyata dirasakan oleh Panca Indria
baik melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah maupun
rasa kulit. Ganguan atau godan yang tidak nyata adalah dari pikiran
sendiri yang menyimpang dari sasaran objek Dhyana.

Dari hambatan yang ada bisa dilihat bahwa tantangan dari


menjalankan dhyana adalah cara kita untuk mengendalikan diri dalam
melakukannya, hal ini bisa kita kendalikan dengan memfokuskan diri
pada satu titik sehingga bisa mengabaikan segala hal yang dirasakan
panca indra dalam melakukan meditasi atau dhyana.

Hubungan Dyana dengan jaman globalisasi untuk


pembentukan globalisasi

Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat,


hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan
dalam memperoleh akses komunikasi dan berita namun hal ini justru
menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling
krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa
perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-negara maju,
bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh
yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia . Norma-norma yang
terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai
pudar. Gencarnya serbuan teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang
diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi
dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia.
Dhyana sering di sebut dengan meditasi didalam era globalisasi ini
kebanyakan orang yang melakukan meditasi secara tidak fokus atau
tudak konsentrasi

Solusi
Kita harus belajar untuk beserah diri sepenuhnya ke hadapan Ida
sang hyang widhi agar segala pikiran – pikiran negative tidak
mengganggu konsesntrasi terhadap objek pemfokusan dhyana. atau
sebagai manusia harus serius atau konsentrasi dalam melakukan meditasi
untuk memusatkan satu pikiran.

Sebagai generasi muda Hindu yang menuntut pendidikan formal di


perguruan tinggi bernafaskan Hindu sudah semestinya kita menjadi
pioneer dalam melaksanakan Astangga Yoga tersebut. Karena ajaran
yang universal ini apabila dijalankan dengan penuh ketulusan hati kita
pasti akan sampai pada cita-cita yang diharapkan. Memahami yoga lebih
dalam lagi akan membantu meluruskan persepsi seseorang yang kurang
akan informasi tentang Yoga yang telah mengundang persepsi keliru dan
tidak sedikit di kalangan awam. Yoga sering dikacaukan dengan Tapa,
bahkan dengan sesuatu yang berbau takhayul. Atau memandangnya dari
sudut pandang kegaiban dan kanuragan saja. Jadi ini menjadi momen
baik bagi kita untuk lebih memahami yoga lagi.

Anda mungkin juga menyukai