BAB X
TUGAS KHUSUS
Multitubular Fixed Bed Reactor
b. Berdasarkan prosesnya
1) Proses Batch
Proses batch merupakan sebuah proses dimana semua reaktan dimasukan
bersamasama pada awal proses dan produk dikeluarkan pada akhir proses.
Dalam proses ini, semua reagen ditambahkan di awal proses dan tidak
penambahan atau pengeluaran ketika proses berlangsung. Proses batch
cocok untuk produksi skala kecil (Fogler, 1986).
2) Proses Kontinyu
Proses kontinu merupakan sebuah proses dimana reaktan yang
diumpankan ke dalam reaktor dan produk atau produk sampingan
dikeluarkan ketika proses masih berlangsung secara berkelanjutan. Sebagai
contoh Haber Proses untuk pembuatan amonia. Biasanya biaya produksi
pada proses kontinu lebih hemat dan murah dibandingkan dengan proses
batch. Proses ini lebih cocok digunakan industri skala besar. (Fogler, 1986)
2) Heterogen
Reaksi heterogen dapat memiliki dua fasa atau lebih dalam
pengaplikasiannya. Permasalahan yang mungkin terjadi adalah perpindahan
95
massa antar fasa yang berlangsung. Kombinasi fasa reaksi yang mungkin
terjadi adalah:
1) cair-cair: larutan yang saling campur,
2) cair-padat: cairan akan mengalami kontak dengan padatan, umumnya
padatan merupakan katalis,
3) cair-padat-gas: padatan umumnya merupakan katalis, dan
4) gas-padat: padatan dapat berupa reaktan atau katalis.
Gambar 10.5 Lay out tube dalam Reaktor Fixed Bed Multitubular
vessel dirancang dengan dasar perancangan untuk reaksi yang bersifat eksotermis.
Kunci dari perancangan reaktor vessel ini adalah pemilihan material, allowable
working pressure, dimensi dan ketebalan dinding vessel. Reaktor fixed bed
multitubular biasanya digunakan untuk umpan (pereaktan) yang mempunyai
viskositas kecil.
2) Reaktor Internal
Selain reaktor vessel, struktur internal reaktor juga sangat menunjang
optimalnya kinerja dari sistem reaksi yang terjadi di dalam reaktor tersebut. Tube-
tube yang telah berisikan katalis sebagai media distribusi reaksi, distribusi umpan,
distribusi panas, fouling, dan juga temperatur reaksi merupakan beberapa hal yang
mewakili peran dari struktur internal reaktor tersebut. Secara umum, struktur
internal terdiri atas nozzle, grid support, scale gasket, distributor concentric cone,
collector ring, and inert ballast.
3) Katalisator
Katalisator merupakan salah satu hal vital dalam sistem reaksi di dalam
reaktor. Pasalnya, pada perancangan reaktor semua variabel proses ditentukan
oleh physical properties dan kebutuhan reaksi dari katalisator. Misalnya batasan
pressure drop untuk reaksi maupun regenerasi tidak boleh melebihi crushing
strength dari partikel katalisator. Begitu halnya dengan temperatur yang dibatasi
dengan melting point komponen penyusun katalisator.
4) Inert dan Catalytst Graded
Pada tube katalisator, inert ballast diletakkan di bagian atas dan bawah
katalisator. Di bagian atas katalisator, inert balls berfungsi meredam energi
tumbukan dari aliran umpan guna menjaga distribusi katalisator di dalam bed
katalisator. Di bagian bawah tube katalisator, inert ballast berfungsi sebagai
support untuk menopang katalisator dan juga menjaga agar katalisator tidak ikut
mengalir keluar tube katalisator bersama aliran umpan. Graded katalisator
merupakan partikel-partikel yang ditambahkan di atas ataupun di bawah
katalisator di dalam tube katalisator yang memiliki fungsi-fungsi tertentu sesuai
komposisinya. Fungsi graded katalisator antara lain sebagai treatment awal,
menahan deposit, menyerap logam, dan lain-lain. Beberapa jenis graded
98
5. Menentukan desain ukuran tube reaktor, jumlah tube dan berat katalis
yang digunakan didalam tube.
6. Menentukan desain shell reaktor, tinggi head reaktor dan tinggi total
reaktor.
7. Tebal dinding reaktor ditentukan dengan menggunakan data tekanan
desain dan diameter reaktor.
8. Menghitung koefisien heat transfer pada tube dan shell
9. Perhitungan pressure drop.