Anda di halaman 1dari 14

TEORI RELATIVITAS ALBERT EINSTEIN

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu: Ageng Widodo, MA.

Disusun oleh:

1. BOBY IMAN NURHAKIM (1817102053)


2. FEBI FAIDATUZ ZAHROH (1817102057)
3. FERDIANSYAH LUBIS (1817102059)
4. LUTFIA HANA NABILA (1817102068)
5. NUR AFUAH ALFANI (1817102078)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada yang tidak mengenal formula Einstein E = m.c2 atau paradoks si kembar
yang mendapati saudara kembarnya sudah jauh lebih tua setelah ia melakukan
perjalanan dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya? Pasti semua orang yang
telah menenmpuh pendidikan formal akan mengetahuinya. Akan tetapitidak semua
orang tahu kalau "keajaiban" tersebut hanyalah bagian kecil dari teori relativitas
Einstein , dan bagaimana sebenarnya Einstein mendapatkan teori relativitas tersebut..
Lalu, bagaimana teori tersebut dapat terungkap? Siapakah pencetusnya? Untuk itu,
pada makalahini akan dibahas tentang sejarah “Teori Relativitas Albert Einstein”.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana biografi Albert Einstein?
2) Bagaimana Teori Relativitas karya Albert Einstein?
BAB II
PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI ALBERT EINSTEIN


Albert Einstein lahir di kota Ulm, Jerman pada 14 Maret 1879. Einstein
merupakan seorang keturunan Yahudi. Ibunya, Paula Koch merupakan seorang
terpelajar dari keluarga pedagang jagung dari Stuttgart dan pandai memainkan biola.
Ayahnya, Herman Einstein seorang pria yang ramah, suka bergaul, dan suka membaca
puisi. Einstein kecil terkenal dengan sifatnya yang kurang cekatan dan suka
berkhayal. Masa kecilnya menderita karena kondisi perekonomian keluarganya yang
memprihatinkan. Satu tahun setelah Einstein lahir usaha pelistrikan ayahnya
mengalami gulung tikar begitupun pada saat Einstein remaja.
Einstein memiliki sifatnya yang khas yaitu otodidak, ia tidak terlalu
memperhatikan guru-gurunya melainkan sibuk dengan hal-hal yang ia sukai dan
mulai menekuninya. Tingkat pengetahuannya dalam dan luar biasa, meskipun begitu
dalam ujian yang dilalui ia sering mengalami kesulitan. Pada akhir tahun 1891,
Einstein mengikuti ujian masuk ke Sekolah Politeknik Zurich. Profesor bidang Fisika,
Heinrich Weber terkejut ketika melihat nilai-nilai Einstein dalam bidang matematika
dan fisika. Akan tetapi, ia gagal dalam mata pelajaran bahasa Perancis, Biologi,
Sejarah, dan yang lainnya. Hal tersebut sengaja dilakukan Einstein karena ia tidak
ingin masuk ke jurusan teknik yang suatu saat akan bergabung dengan perusahaan
pelistrikan milik ayahnya. Atas bantuan dari profesor Weber, Einstein diberi
kesempatan untuk belajar di Sekolah yang sama dengan syarat harus memperdalam
pengetahuannya lagi dan menekuni setiap pelajaran agar bisa lolos ujian masuk tahun
berikutnya. Ayah Einstein merestui aga Einstein mengambil jurusan sesuai dengan
bidang yang ia kuasai, yaitu fisika dan matematika, bukan teknik sesuai keinginan
ayahnya.1
Pendidikan dan karirnya dimulai pada tahun 1900 dia memasuki perguruan tinggi
di Swiss dan menjadi warga negara Swiss. Pada tahun 1905 dia mendapat gelar
Doktor dari Universitas Zurich.
Tahun 1921 Einstein berhasil merumuskan teori relativitas umum dan
memperoleh penghargaan Nobel. Atas karyanya tersebut, Einstein menjadi
perbincangan dunia dan dialah yang menjadi ilmuwan terkenal di dunia. Rumus teori
1
Fransiska Petrajani, Einstein & Relativitas, (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm. 1-5
Relativitasnya yang terkenal yaitu E= M.C2. Ada dua teori yang ia ciptakan yaitu teori
relativitas khusus yang diciptakan pada tahun1905 dan teori relativitas umum yang
diciptakan pada tahun 1915. Einstein telah berhasil menjawab fenomena-fenomena
alam yang belum mampu dijawab oleh teori fisika yang dihasilkan oleh
pendahulunya. Isaac Newton. Einstein wafat pada 18 April 1955 di Princeton Medical
Center, Amerika karena penyakit pembengkakan pembuluh aorta perut yang ia
derita..2 Ia meninggalkan karya-karya besar yang mengubah sejarah dunia. Einstein
sempat menangis pilu karena karya besarnya digunakan sebagai inspirasi untuk
membuat bom atom. Bom tersebut yang diledakkan di kota Hirosima dan Nagasaki
pada saat Perang Dunia II berlangsung.3

B. TEORI RELATIVITAS ALBERT EINSTEIN


Albert Einstein menciptakan dua teori relativitas, yaitu:
1) Teori Relativitas Khusus
Teori relativitas ini muncul untuk menjelaskan fakta mengenai
elektromagnetis. Clerk Maxwell menjelaskan landasan bahwa cahaya merupakan
fenomena elektromagnetis yang terdairi dari gelombang-gelombang
elektromagnetis. Kebenaran dari teori cahaya Maxwell telah dibuktikan oleh
Hertz dalam menciptakan gelombang elektromagnetis.
Berdasarkan teori ini, cahaya dan gelombang elektromagnetik yang lain
berjalan dalam ruang hampa dengan laju konstan yang diartikan secara eksak
sebesar 299.792.458 m/s biasa dituliskan dengan 3x108 m/s. Hasil dari
perkenalan teori telativitas khusus ini, mulaindiperkenalkan transformasi
koordinat baru yaitu Transformasi Lorentz. Persamaan Lorentz menunjukkan
bahwa rumusan dasar kelistrikan dan kemagnetan sama dalam kerangka acuan
yang dipakai. Transformasi ini akan tereduksi menjadi transformasi Galileo
apabila kelajuan (v) relatif lebih kecil daripada kelajuan cahaya (c). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa waktu ataupun posisi akan berbeda jika diamati oleh
kerangka acuan yang berbeda ketika perbedaan kerangka acuan tersebut bergerak
mendekati kecepatan cahaya.4 Dalam teori ini, Albert Einstein berupaya untuk

2
Najichah, Biografi Tokoh Ilmuwan Dunia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2012), hlm. 2-4.
3
Hilda, Leyla. 2014. “Hubungan Peristiwa Israk Mikraj dengan teori Relativitas Einstein” dalam
Jurnal Logaritma Vol. II, No. 01, hlm 5.
4
Betrand Russel, Teori Relativitas Einstein: Prnjelasan Populer Untuk Umum, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2016), hlm. 73-74.
menunjukkan bagaimana fenomena elektromagnetik dapat dipengaruhi oleh
gerakan seragam melalui eter. Gerakan seragam diartikan sebagai gerakan di atas
permukaan garis lurus dengan kecepatan yang tetap.
Teori ini juga menjelaskan bahwa kecepatan cahaya terlihat sama bagi semua
pengamat dan apa yang terjadi apabila suatu benda bergerak dengan kecepatan
cahaya. Meskipun jarak dan waktu berbeda bagi pengamat yang berlainan, dapat
diturunkan besarannya yang disebut “selang” dari keduanya yang sama bagi
pengamat. Selang tersebut berupa waktu, apabila waktu diantara suatu peristiwa
lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan oleh cahaya untuk merambat dari
satu tempat peristiwa ke tempat yang lain. Namun, ketika waktu antara kedua
peristiwa tersebut sebanding dengan waktu yang dibutuhkan oleh cahaya untuk
merambat dari suatu tempat menuju tempat yang lain maka selangnya sebesar
nol. Jadi, kedua peristiwa tersebut berada pada bagian dari satu berkas cahaya,
kecuali apabila tidak ada cahaya yang memancar melewati tempat tersebut.
Dalam teori ini juga menyatakan pemuluran waktu (Time Dilatation) yaitu jam
berjalan lebih cepat menurut pengamat yang diam relatif terhadap jam. Bagi
pengamat yang tidak diam relatif terhadap jam, jam bergerak lebih lambat. Jika
disamakan dengan berkas cahaya yang bergerak dari ekor ke hidung pesawat
dengan detak jam, maka dilihat bahwa bagi pengamat yang ada di darat, jam
bergerak lebih lambat karena berkas cahaya harus menempuh jarak lebih besar.
Karya Einstein ini menujukkan bahwa sebagaimana dalam konsep diam,
waktu juga tidak bisa mutlak seperti yang dipikirkan Newton. Pada setiap
peristiwa mustahil menetapkan waktu yang akan disepakati oleh para pengamat.
Pengukuran waktu ditentukan oleh pengamat iu sendiri, dan waktu yang diukur
oleh dua pangamat yang bergerak relatif terhadap satu dengan yang lain berbeda.
Teori relativitas muncul karena tidak adanya kerangka acuan universal yang
merupakan kerangka yang bergerak dengan kecepatan tetap terhadap kerangka
yang lain. Teori relativitas khusus bersandar pada dua postulat, yaitu:
a. Postulat Pertama Einstein
Postulat pertama Einstein dikenal sebagai prinsip relativitas. Pada
postulat ini dinyatakan bahwa: hukum-hukum fisika adalah sama dalam tiap-
tiap kerangka acuan inersia. Jika hukum-hukum itu dibedakan maka
perbedaan tersebut dapat membedakan satu kerangka inersia dengan
kerangka lainnya atau dapat membuat satu kerangka yang bagaimanapun
lebih benar dibandingkan kerangka lainnya. Contoh pertama adalah kita
mengamati dua anak yang bermain menangkap bola dalam kereta yang
bergerak dengan bergerak. Hal ini disebabkan hukum mekanika klasik
(Newtonian) adalah sama dalam tiap-tiap sistem inersia (Young dan
Freedman, 2003: 649). Prinsip relativitas Galileo berbunyi bahwa hukum-
hukum mekanika seperti hukum-hukum yang mengatur benda jatuh yang
sahih menurut sebuah kerangka acuan maka juga sahih dalam semua
kerangka acuan yang bergerak dengan kelajuan konstan. Dengan kata lain
mustahil melalui eksperimen-eksperimen yang yang melibatkan hukum-
hukum mekanika, apakah kerangka acuan kita bergerak atau diam terhadap
kerangka acuan lainnya yang di dalamnya juga berlaku hukum-hukum
mekanika. Einstein memperluas prinsip relativitas Galileo sehingga
mencakup semua hukum fisika bukan hanya hukum-hukum mekanika klasik
saja tetapi juga mencakup hukum-hukum yang mengatur radiasi gelombang
elektromagnetik. Prinsip relativitas Einstein yang telah diperbaharui
menyatakan bahwa semua hukum alam sesungguhnya identik dalam semua
kerangka acuan yang bergerak secaraberaturan terhadap satu sama lain dan
oleh karenanya tidak ada cara untuk membedakan gerak beraturan absolut
atau diam absolut. Contoh kedua adalah gaya gerak listrik yang diinduksikan
dalam sebuah kumparan oleh magnet batang permanen yang digerakkan
keluar masuk kumparan. Dalam kerangka acuan ini kumparan dalam keadaan
diam, magnet yang bergerak menyebabkan perubahan fluks magnetik yang
melalui kumparan tersebut dan timbul gaya gerak listrik (ggl) induksi pada
kumparan. Dalam kerangka acuan yang berbeda dapat dibuat dengan cara
magnet dalam keadaan diam, sementara kumparan yang digerakkan dalam
medan magnet akan menimbulkan ggl induksi. Menurut prinsip relativitas,
kedua sudut pandang tersebut berlaku sama, keduanya harus meramalkan ggl
induksi yang sama. Hukum induksi Faraday dapat diterapkan untuk kedua
deskripsi tersebut. Jika magnet batang yang digerakkan dan kumparan yang
digerakkan tidak memberikan hasil yang sama maka kita dapat menggunakan
percobaan ini untuk membedakan satu kerangka inersia dari kerangka inersia
lainnya. Tentu saja hal ini bertentangan dengan prinsip relativitas. Konsep
yang tak kalah penting adalah ramalan tentang laju radiasi gelombang
elektromagnetik yang diturunkan dari persaman Maxwell, dinyatakan bahwa
cahaya dan semua gelombang elektromagnetik bergerak dalam ruang hampa
dengan laju konstan c = 299.792.458 m/s atau dibulatkan menjadi 3.108 m/s.
Kelajuan cahaya c ini memiliki peran penting dalam relativitas. Teori
relativitas khusus pertama menyebutkan bahwa karena eter tidak dapat
dideteksi, dan oleh karenanya tidak bermanfaat maka tidak ada alasan untuk
terus menelitinya. Eter tidak dapat dideteksi karena setiap upaya untuk
mengukurnya atau mengetahui sifatnya yang berpuncak pada eksperimen
Michelson-Morley, sama sekali gagal sekalipun hanya untuk menunjukkan
keberadaanya. Eter tidak bermanfaat, karena menurut persamaan-persamaan
medan elektromagnetik Maxwell, perambatan cahaya dapat dianggap sebagai
perambatan energi melalui ruang hampa sekaligus sebagai pengganggu
media eter. Menurut Einstein, medan-medan elektromagnetik bukan
merupakan media eter dan tidak terikat dengan media apa pun tetapi
merupakan realitas-realitas yang independen dan tidak dapat direduksi
menjadi sesuatu lainnya. Penegasan ini dikuatkan oleh ketidakmampuan para
fisikawan untuk mendeteksi eter (Zukaf, 2003: 160). Dengan pernyataan itu
Einstein mengakhiri sejarah mekanika yang terkenal itu dengan idenya
bahwa peristiwa-peristiwa fisik dapat dijelaskan sebagai objek. Mekanika
klasik merupakan cerita tentang objek-objek dan gaya-gaya yang bekerja
diantara objek-objek tersebut. Hal ini merupakan pemutusan dari sebuah
tradisi yang sudah berusia tiga abadlamanya. Medan elektromagnetik tidak
memerlukan objek apapun, medan elektromagnetik bukan media eter, tetapi
merupakan realitas-realitas puncak yang tidak dapat dipecah-pecah lagi.
Sejak saat itu dalam mekanika kuantum tidak ada perumpamaan konkret
yang diasosiasikan dengan teori fisika. Teori relativitas dan kuantum
mengabarkan keterlepasannya dari pengalaman yang mencirikan teori fisika
selama ini. Kenyataannya gejala ini terus berlanjut. Sekalipun ada
keniscayaan hukum yang mengaturnya, fisika menjadi semakin abstrak
ketika merambah ranah-ranah pengalaman yang semakin luas. Hanya waktu
yang dapat menjelaskan apakah gejala ini akan berputar balik atau tidak.
Permasalahan kedua adalah ketiadaan kerangka diam absolut. Mengapa kita
harus membuat kerangka acuan yang mempunyai hak-hak istimewa terhadap
semua kerangka lainnya, kerangka acuan tunggal yang sama sekali tidak
bergerak? Secara teoritis kerangka acuan semacam ini dimungkinkan, tetapi
karena tidak bias menjadi bagian dari pengalaman kita maka kerangka acuan
tersebut ditolak kehadirannya. Tidaklah mungkin meletakkan di dalam
struktur teoritis suatu karakteristik yang tidak sesuai dengan pengalaman kita.
b. Postulat Kedua Einstein

Einstein menjelaskan dalam postulat keduanya sbb: laju cahaya dalam


ruang hampa adalah sama dalam semua kerangka acuan inersia dan tidak
bergantung pada gerak sumber itu. Misalnya dua orang pengamat mengukur
laju cahaya dalam ruang hampa. Pengamat pertama berada dalam keadaan
diam terhadap sumber cahaya dan pengamat kedua bergerak sumber cahaya
tersebut. Keduanya berada dalam kerangka-kerangka inersia. Menurut
prinsip relativitas kedua pengamat harus mendapatkan hasil yang sama yakni
laju cahaya sama dengan c tidak bergantung apakah pengamat itu diam atau
bergerak. Hal ini bertentangan dengan akal sehat. Tetapi akal sehat adalah
intuisi yang didasarkan pada pengalaman sehari-hari, dan biasanya tidak
termasuk pengukuran laju cahaya. Dalam postulat kedua Einstein juga dapat
diungkap bahwa: tidak mungkin untuk seseorang pengamat inersia bergerak
dengan laju c, yakni kelajuan cahaya dalam ruang hampa. Kelajuan benda
dengan laju sama dengan kelajuan cahaya c mengimplikasikan sebuah
kontradiksi logis. Upaya Einstein selajutnya adalah memecahkan teka-teki
yang telah sedikit terkuak dalam eksperimen Michelson-Morley yakni
tentang kekonstanan kelajuan cahaya. Bagaimana mungkin kelajuan cahaya
sama dengan c = 3.108 m/s, apa pun gerak pengamatnya (diam, mendekati
sumber cahaya, atau menjauhi sumber cahaya)? Dengan memutar haluan
kerangka berpikir masyarakat secara cerdas, Einstein mengubah teka-teki
kecepatan cahaya ini menjadi sebuah postulat. Meskipun disertai dengan
kekhawatiran sementara tentang bagaimana mungkin hal ini bias terjadi,
Einstein sungguh-sungguh menerima fakta yang tak terbantahkan secara
eksperimental bahwa kelajuan cahaya selalu konstan. Teka-teki kekonstanan
kelajuan cahaya diubah menjadi prinsip kekonstanan kelajuan cahaya.
Prinsip kekonstanan kelajuan cahaya adalah fondasi pertama teori relativitas.

Pada pernyataan pertama prinsipnya adalah tidak ada acuan inersial


istimewa tempat hukum fisika mempunyai bentuk istimewa yang berbeda
dari yang diamati kerangka lain. semua kerangka acuan sama baiknya
untuk merumuskan hukum-hukum fisika. Prinsip kedua dikatakan bahwa
kecepatan cahaya (c) bersifat invarian (tidak berubah/tetap). Kedua
postulat ini dikemukakan oleh Einstein pada tahun 1905. Contoh ilustrasi
yang sederhana adalah : terdapat dua kapal antara kapal A dan kapal B,
kapal A dalam posisi diam sedangkan kapal B bergerak dengan kecepatan
v. Daerah yang disusuri dua kapal tersebut diselimuti kabut sehingga dua
pengamat dalam kapal tidak mengetahui kapal mana yang bergerak. Saat
kapal A berdampingan dengan kapal B, api dinyalakan sebentar. Cahaya
api bergerak dengan kelajuan tetap ke semua arah sesuai dengan postulat
kedua teori tersebut. Pengamat pada masing-masing kapal mengamati
cahaya mengembang dengan posisi si pengamat tersebut sebagai pusat
sesuai dengan prinsip relativitas. Walaupun posisi salah satu pengamat
berubah terhadap padamnya api. Pengamat dalam kapat tersebut tidak
dapat melihat kapal mana yang berubah tempat karena kabut
menghilangkan acuan lain daripada kerangka acuan kapal tersebut.
Kelajuan cahaya yang sama untuk kedua pengamat dalam kapal tersebut,
dan keduanya melihat gejala yang sama.5
Efek dari Relativitas Khusus Relativitas khusus menghasilkan
beberapa konsekuensi dari penggunaan transformasi Lorentz pada
kecepatan tinggi (mendekati kecepatan cahaya). Diantaranya adalah :
- Dilatasi waktu (termasuk “paradok kembar” yang terkenal)
- Konstraksi panjang
- Transformasi kecepatan
- Efek doppler relativistk
- Simultanitas dan sinkronisasi waktu
- Momentum relativistik
- Energi kinetik relativistik
- Massa relativistik
- Energi total relativistik

5
Murtono, “Mengenal Konsep Relativitas” dalam Jurnal Kaunia, Vol. 1, No. 2, Oktober 2005, hlm.
139-140.
Selain itu, manipulasi aljabar sederhana dari konsep konsep di atas
menghasilkan dua hasil signifikan yang pantas dijelaskan sendiri.
Hubungan Massa Energi Enstein mampu menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara massa dan energi, melalui rumus yang sangat terkenal
E=mc2. Hubungan ini telah dibuktikan dengan peristiwa yang sangat
dramatis di dunia, ketika bom nuklir melepaskan energi dari massa di
Hiroshima dan Nagasaki pada akhir perang dunia kedua. Kecepatan
Cahaya Tak ada objek bermassa yang dapat bergerak dipercepat menuju
kecepatan cahaya. Hanya objek tak bermassa, seperti foton, yang dapat
bergerak dengan kecepatan cahaya. (foton tidak bergerak dipercepat
menuju kecepatan cahaya, tetapi foton selalu bergerak dengan kecapatan
cahaya). Tetapi bagi objek fisis, kecepatan cahaya adalah terbatas. Energi
kinetik pada kecepatan cahaya menjadi tak terbatas, jadi tidak pernah
dapat dicapai dengan percepatan. Beberapa telah menunjukkan bahwa
sebuah objek secara teori dapat bergerak melebihi kecepatan cahaya,
tetapi sejauh ini tidak ada entitas fisik yang dapat menujukkan itu.
Adopsi Relativitas Khusus, pada 1908, Max Plank mengaplikasikan
bentuk “teori relativitas” untuk menjelaskan konsep relativitas khusus,
karena aturan kunci dari relativitas memainkan peran dalam konsep
tersebut. Pada waktu itu, tentunya bentuk yang diaplikasikan hanya pada
relativitas khusus, karena memang belum terdapat relativitas umum.
Relativitas Einstein tidak segera diterima oleh fisikawan secara
keseluruhan, karena kelihatan sangat teoretis dan conterintuitif. Kemudian
Einstein menerima penghargaan Nobel pada 1921, khususnya
penyelesaiannya untuk efek fotolistrik dan kontribusinya pada fisika teori.
Tetapi Relativitas masih menjadi kontroversi untuk menjadi referensi
spesifik. Seiring berjalannya waktu, bagaimanapun juga, presiksinya
terhadap relativitas khusus akhirya menjadi kenyataan. Misalkan, jam
terbang di selruh dunia telah menunjukkan adanya perlambatan dengan
durasi yang diprediksi oleh teori relativitas. Albert Einstein tidak
menciptakan sendiri transformasi koordinat yang dibutuhkan untuk
relativitas khusus. Dia tidak harus melakukannya, karena transformasi
yang dibutukan telah ada sebelumnya. Einstein menjadi seorang yang ahli
dalam pekerjaannya yang terdahulu dan menyesuaikan diri pada situasi
yang baru, dan juga dengan transformasi Lorentz seperti yang telah Planck
gunakan pada 1900 untuk menyelesaikan permasalahan bencana
ultraviolet pada radiasi benda hitam, Einstein merancang solusi untuk efek
fotolistrik, dan dengan demikian dia telah mengembangkan teori foton
untuk cahaya

2) Teori Relativitas Umum


Teori ini dikembangkan oleh Albert Einstein untuk menangani
kerangka sistem dengan percepatan dan sistem gravitasi yang tidak dapat
diselesaikan oleh teori relativitas khusus yang terbatas pada gerak relatif
dengan kecepatan konstan. Teori ini mendefinisikan bahwa gravitasi
sebagai efek dari kelengkungan ruang dan waktu karena adanya
penyebaran massa dan energi di dalam ruang waktu tersebut. bedanya
teori ini dengan teori tang sebelumnya adalah relativitas khusus berurusan
dengan ruang waktu yang “datar”, sedangkan relativitas umum dengan
ruang waktu “lengkung”.6
Persamaan relativitas umum berhasil memprediksi sejumlah fenomena
yang terjadi dan beberapa diantaranya telah terbukti, yakni pembengkokan
cahaya pada sebuah objek raksasa, evolusi dari orbit planet Merkurius,
percepatan periode rotasi dari bintang biner dan pulsar, gelombang
gravitasi yang disebabkan ledakan kosmik da keberadaan lubang hitam
yang dapat menarik sesuatu yang dapat keluar, termasuk cahaya dan
pembengkokan ruang waktu disekitar lubang hitam yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan lokasi manapun.7
Teori Relativitas Umum merupakan salah satu teori fisika modern
yang cukup memiliki peran besar dalam menerangkan struktur ruang
waktu dan jagad raya. Teori ini juga memiliki daya pikat ramalan terhadap
gejala alam yang menarik.

6
Richardo Barry Astro dan Siti Humairo. “Teori Relativitas Pada Global Poositioning system” dalam
Jurnal Dinamika Sains, Vol 3, No. 1 2019, hlm. 94.

7
Sri Hartini. “Revolusi Ilmiah: Global Positioning System (GPS) Sebagai Bukti Empiris Teori
Relativitas” dalam Jurnal Filsafat Indonesia, Vol. 2, No.1, hlm. 29.
Sebelum teori relativitas umum diperkenalkan oleh Einstein pada tahun
1915, sebagian orang mengenalnya dengan tiga hukum gerak yaitu
mekanika Newton, telativitas khusus dan gravitasi Newton. Mekanika
Newton sangat berhasil dalam menerangkan sifat gerak benda berkelajuan
rendak. Namun, mekanika ini gagal untuk benda yang kelajuannya
mendekati laju cahaya. 8
Teori ini juga merupakan teori gravitasi tang dikembangkan oleh
Einstein dengan menganggap bahwa gravitasi merupakan manifestasi daru
kelengkungan ruang waktu. Ketika teori ini diterapkan pada planet
memperoleh hasil bahwa lintasan planet berupa orbit elips yang bergeser.
Untuk planet Merkurius, nilai pergeseran orbit ini berdasarkan teori
relativitas umum adalah 43 detik perabad. Nilai tersebut sesuai dengan
hasil pengamatan para ahli astronomi. 9

8
Leyla Hilda, “Hubungan Peristiwa Israk Mikraj dengan Teori Relativitas Einstein” dalam Jurnal
Logaritma Vol. II, No. 01, hlm 11.
9
Asri, Nurul, dkk. 2013. “Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet”, dalam Jurnal Prisma
Fisika, Vol. 1, No. 1 hlm. 1.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut pemikiran Einstein, kedua teori di atas merupakan teori dasar.
Teori tersebut merupakan teori yang dikembangkan melalui metode analitis.
Setiap elemen yang bekerja menurut teori tersebut bukan sesuatu yang bersifat
hipotesis melainkan dengan temuan empiris.
DAFTAR PUSTAKA

Asri, Nurul, dkk. 2013. “Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet”, dalam Jurnal
Prisma Fisika, Vol. 1, No. 1 diambil dari http://jurnal.untan.ac.id diakses
pada 27 Februari 2020.

Astro, Richardo Barry, Siti Humairo. 2019. “Teori Relativitas Pada Global Poositioning
system” dalam Jurnal Dinamika Sains, Vol 3, No. 1. Diambil dari
https://www.researchgate.net diakses pada tanggal 27 Februari 2020.

Hartini, Sri. 2019. “Revolusi Ilmiah: Global Positioning System (GPS) Sebagai Bukti
Empiris Teori Relativitas” dalam Jurnal Filsafat Indonesia, Vol. 2, No.1
diambil dari https://ejournal.undiksha.ac.id diakses pada 27 Februari
2020.

Hilda, Leyla. 2014. “Hubungan Peristiwa Israk Mikraj dengan teori Relativitas Einstein”
dalam Jurnal Logaritma Vol. II, No. 01 Januari diambil dari
http://repo.iain-padangsidimpuan.ac.id diakses pada 27 Februari 2020.

Murtono. 2005. “Mengenal Konsep Relativitas” dalam Jurnal Kaunia, Vol. 1, No. 2,
Oktober 2005, diambil dari http://digilib.uin-suka.ac.id diakses pada
tanggal 27 Februari 2020.

Najichah. 2012. Biografi Tokoh Ilmuwan Dunia. Jakarta: Balai Pustaka.


Petrajani,Fransiska. 2003. Einstein & Relativitas. Jakarta: Erlangga.

Russel, Betrand. 2016. Teori Relativitas Einstein: penjelasan Pupuler Untuk Umum.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai