Anda di halaman 1dari 22

Sistem Penilaian Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Sistem Penilaian

Berkelanjutan, Teknik Penilaian, dan Jenis Tagihan

Disusun untuk Memenuhi


Tugas Mata Kuliah Asesmen Pembelajaran Matematika

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Imam Sujarwo, M.Pd
Dr. Marhayati, M. Peng.

Oleh
Dewi Rosikhoh (18811005)
Jeffa Lianto Van Bee (18811006)

MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2019
ii

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah subhanahu wa ta’ala yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah Sistem Penilaian Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Sistem Penilaian
Berkelanjutan, Teknik Penilaian, dan Jenis Tagihan ini. Shalawat dan salam
senantiasa terhatur atas kotanya ilmu (madinatul’ilm) Nabi Muhammad
shalallahu ‘alaihi wa salam yang penulis harapkan syafaatnya di hari kiamat
kelak.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asesmen
Pendidikan Matematika. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada berbagai
pihak yang telah berkontribusi atas terselesaikannya makalah ini.
Makalah ini tentu jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis menerima
kritik dan saran guna melengkapi dan memperbaiki makalah ini di masa
mendatang. Semoga makalah dengan judul Sistem Penilaian Pembelajaran
Berbasis Kompetensi, Sistem Penilaian Berkelanjutan, Teknik Penilaian, dan
Jenis Tagihan ini dapat memberi manfaat serta menambah wawasan bagi
pembaca.
Batu, 25 Februari 2020

Penulis
iii

DAFTAR ISI
Halaman Sampul................................................................................................. i
Kata Pengantar.................................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sistem Penilaian Pembelajaran Berbasis Kompetensi............................ 3
B. Sistem Penilaian Berkelanjutan............................................................... 8
C. Teknik Penilaian...................................................................................... 10
D. Jenis Tagihan........................................................................................... 13
BAB III PENUTUP
A. Simpulan...................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 16
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan satuan pendidikan
dalam mengelola proses pembelajaran (Amran, 2015; Zein, 2016). Penilaian
merupakan bagian penting dalam pembelajaran (Tosuncuoglu, 2018). Dengan
melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat
mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode mengajar
yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang
telah ditetapkan (Sriyanti, 2019).
Penilaian adalah penafsiran dari hasil pengukuran yang didasarkan pada
pembanding. Sebelum kurikulum berbasis kompetensi (KBK) diberlakukan pada
tahun 2004, penilaian didasarkan atas rata-rata nilai kelas. Dengan kata lain, nilai
dari peserta didik dikatakan lulus jika memperoleh nilai di atas rata-rata kelas.
Namun sejak tahun 2004 dengan diberlakukannya kurikulum KBK, penilaian
didasarkan pada ketercapaian kompetensi. Selanjutnya pada kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006, dan kurikulum 2013 yang berlaku sampai
saat ini penilaian berbasis kompetensi menjadi konsep dasar atas lahirnya KKM.
Prinsip utama dari penilaian berbasis kompetensi adalah berkelanjutan
(Hidayati, 2005). Artinya peserta didik harus menguasai kompetensi tertentu
sebelum mempelajari kompetensi berikutnya. Untuk melakukan penilaian berbasis
kompetensi yang berkelanjutan, tentunya dibutuhkan teknik-teknik dalam proses
penilaiannya. Diantaranya teknik tes dan teknik non-tes (Bisri & Ichsan, 2015).
Selain itu, tagihan belajar menjadi hal yang penting dan menentukan bagi capaian
kompetensi belajar peserta didik (Sudjana, 2009). Penyusunan tagihan merupakan
perencanaan seorang pendidik dalam memberikan kegiatan atau tugas-tugas
belajar berupa pengalaman langsung di kelas atau di luar kelas. Istilah lain
pemberian tugas ini dikenal dengan tagihan belajar. Makin seorang pendidik
memperbesar tagihan belajar, maka semakin besar pula kemungkinan kompetensi
yang akan dicapai.
2

Berdasarkan observasi fenomena di lapangan, masih ada pendidik yang


dalam proses penilaiannya memakai sistem ngaji (ngarang biji). Sehingga perlu
adanya sumber belajara atau referensi yang masih diperlukan oleh pendidik atau
pihak lain yang memerlukan terkait penilaian pembelajaran berbasis kompetensi.
Oleh sebab itu, dalam makalah ini penulis perlu membahas materi terkait
penilaian berbasis kompetensi, penilaian berkelanjutan, teknik penilaian, dan jenis
tagihan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam makalah ini
yakni sebagai berikut.
1. Bagaimana sistem penilaian pembelajaran berbasis kompetensi?
2. Apa yang dimaksud dengan sistem penilaian berkelanjutan?
3. Ada berapa macam teknik dalam penilaian?
4. Apa saja yang termasuk dalam jenis tagihan dalam penilaian?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, antara lain sebagai berikut.
1. Mengetahui sistem penilaian pembelajaran berbasis kompetensi.
2. Mengetahui sistem penilaian berkelanjutan.
3. Mengetahui berbagai teknik penilaian.
4. Mengetahui berbagai jenis tagihan dalam penilaian.
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Penilaian Pembelajaran Berbasis Kompetensi


1. Pengertian Penilaian Berbasis Kompetensi (PBK)
Sistem penilaian yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran berbasis
kompetensi adalah penggunaan instrumen penilaian yang dapat mengukur
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Ekawatiningsih, 2015). Penilaian
berbasis kompetensi merupakan teknik evaluasi yang harus dilakukan pendidik
dalam pembelajaran di sekolah. Teknik dan pelaksanaannya diatur di dalam:
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
b. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan
e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2007 tentang Standar
Penilaian Pendidikan
2. Bentuk Penilaian Berbasis Kompetensi
Penilaian berbasis kompetensi harus ditujukan untuk mengetahui
tercapainya kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Bentuk penilaian berbasis
kompetensi, yaitu:
a. Penilaian berbasis kelas, yaitu penilaian yang dilakukan pendidik dalam
rangka proses pembelajaran. Penilaian ini bertujuan untuk menetapkan
tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan. Penilaian berbasisi kelas dapat dilakukan dalam
4

bentuk pertanyaan lisan di kelas, kuis, ulangan harian, tugas kelompok,


ulangan semester dan ulangan kenaikan kelas, laporan kerja praktikum.
b. Tes kemampuan dasar, yaitu tes untuk mengetahui kompetensi dasar peserta
didik, terutama dalam membaca, menulis dan berhitung. Tes ini dilakukan
untuk perbaikan program pembelajaran (program remedial).
c. Ujian berbasisi sekolah, dilakukan pada akhir jenjang sekolah untuk
mendapatkan ijazah atau sertifikat.
d. Benchemarking, merupakan penilaian terhadap suatu pekerjaan, proses,
performence, untuk menentukan tingkat keunggulan dan keberhasilan.
Penilaian ini dilakukan untuk menentukan pringkat kelas, menentukan
klasifikasi kelas di suatu sekolah.
e. Penilaian portofolio, berisi kumpulan karya peserta didik yang tersusun
secara sistematis yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun
waktu tertentu.
3. Tujuan Penilaian
a. Menilai kemampuan individual melalui tugas tertentu.
b. Menentukan kebutuhan pembelajar
c. Membantu dan mendorong siswa
d. Membantu dan mendorong pendidik untuk mengajar yang lebih baik
e. Menentukan strategi pembelajaran
f. Akuntabilitas lembaga
g. Meningkatkan kualitas pendidikan
4. Indikator Penilaian
Indikator penilaian menggunakan kata kerja lebih terukur dibandingkan
dengan indikator (indikator pencapaian kompetensi). Rumusan indikator
penilaian memiliki batasan-batasan tertentu sehingga dapat dikembangkan
menjadi instrumen penilaian dalam bentuk soal, lembar pengamatan, dan atau
penilaian hasil karya atau produk, termasuk penilaian diri.
Sistem ujian berbasis kompetensi yang direncanakan adalah sistem ujian
yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua komponen indikator
dibuat soal, hasilnya dianalisis untuk menetukan kompetensi yang telah
5

dimiliki dan yang belum serta kesulitan peserta didik. Untuk itu digunakan
berbagai bentuk tes, yaitu tes lisan, tertulis (bentuk uraian, pilihan ganda,
jawaban singkat, isian, menjodohkan, benar-salah), dan tes perbuatan yang
meliputi: kinerja (performance), penugasan (projek) dan hasil karya (produk),
maupun penilaian non-tes contohnya seperti penilaian sikap, minat, motivasi,
penilaian diri, portfolio, life skill. Tes perbuatan dan penilaian non tes
dilakukan melalui pengamatan (observasi).
Bahan ujian yang akan digunakan hendaknya memenuhi dua kriteria dasar
berikut ini.
a. Adanya kesesuaian materi yang diujikan dan target kompetensi yang harus
dicapai melalui materi yang diajarkan.
b. Bahan ulangan/ujian hendaknya menghasilkan informasi atau data yang
dapat dijadikan landasan bagi pengembangan standar sekolah, standar
wilayah, atau standar nasional melalui penilaian hasil proses belajar-
mengajar.
Bahan ujian atau soal yang bermutu dapat membantu pendidik
meningkatkan pembelajaran dan memberikan informasi dengan tepat tentang
peserta didik mana yang belum atau sudah mencapai kompetensi.
Linn dan Gronlund (1995) menyatakan bahwa tes yang baik harus
memenuhi tiga karakteristik, yaitu: validitas, reliabilitas, dan usabilitas.
Validitas artinya ketepatan interpretasi hasil prosedur pengukuran, reliabilitas
artinya konsistensi hasil pengukuran, dan usabilitas artinya praktis
prosedurnya.
Messick (1993) menyatakan bahwa validitas secara tradisional terdiri dari:
a. Validitas isi, yaitu ketepatan materi yang diukur dalam tes;
b. Validitas criterion-related, yaitu membandingkan tes dengan satu atau lebih
variabel atau kriteria,
c. Valitidas prediktif, yaitu ketepatan hasil pengukuran dengan alat lain yang
dilakukan kemudian;
d. Validitas serentak (concurrent), yaitu ketepatan hasil pengukuran dengan
dua alat ukur lainnya yang dilakukan secara serentak;
6

e. Validitas konstruk, yaitu ketepatan konstruksi teoretis yang mendasari


disusunnya tes.
5. Ciri – ciri Penilaian Berbasis Kompetensi
Penilaian berbasis kompetensi memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
a. Harus memenuhi prinsip – prinsip dasar penilaian
b. Harus menggunakan acuan dan patokan belajar tuntas
c. Berorientasi pada kompetensi
d. Terintegrasi dengan proses pembelajaran
e. Dilakukan oleh pendidik dan siswa.
6. Prinsip-prinsip Penilaian Berbasis Kompetensi
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PBK adalah:
a. Valid: penilaian harus dapat memberikan informasi yang akurat tentang
hasil belajar peserta didik misalnya apabila pembelajaran menggunakan
pendekatan eksperimen maka kegiatan melakukan percobaan harus menjadi
salah satu obyek yang dinilai.
b. Mendidik: penialaian harus memberi sumbangan positif terhadap
pencapaian belajar peserta didik. Hasil penilaian bagi peserta didik yang
berhasil harus dinyatakan dan dapat dirasakan sebagai penghargaan bagi
peserta didik yang berhasil atau sebagai pemicu semangat belajar bagi yang
kurang berhasil.
c. Berorientasi pada kompetensi: penilaian harus menilai pencapaian
kompetensi yang dimaksud di dalam kurikulum.
d. Adil: penilaian harus adil terhadap semua peserta didik dan tidak
membedakan latar belakangnya.
e. Terbuka: kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan harus jelas dan
terbuka bagi semua pihak.
f. Berkesinambungan: penilaian dilakukan secara berencana, bertahap dan
terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar
peserta didik sebagai hasil kegiatan belajarnya.
g. Menyeluruh: penilaian dapat dilakukan dengan berbagai teknik dan
prosedur termasuk mengumpulkan berbagai bukti hasil belajar peserta didik.
7

Penilaian terhadap hasil belajar peserta didik meliputi pengetahuan


(kognitif), keterampilan (psikomotorik), siakp dan nilai (afektif) yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
h. Bermakna: penilaian hendaknya mudah dipahami, mempunyai arti, berguna
dan bias ditindak lanjuti oleh semua pihak.
Dalam melaksanakan penilaian, pendidik harus:
a. Memandang penilaian sebagai bagian integral dari kegiatan belajar
mengajar.
b. Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat dalam
mengevaluasi dan bercermin diri.
c. Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran untuk
menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik.
d. Mengakomodasi kebutuhan khusus peserta didik.
e. Mengembangkan sistem pencatatan dan menyediakan cara yang bervariasi
dalam pengamatan belajar peserta didik.
f. Menggunakan penilaian dalam rangka mengumpulkan informasi untuk
membuat keputusan tentang tingkat pencapaian peserta didik.
Dalam melaksanakan PBK, tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat
berbentuk tugas individual maupun tugas kelompok. Dalam membuat penilaian
yang akurat dan adil pendidik harus bersikap optimal yaitu:
a. Memanfaatkan berbagai bukti hasil kerja peserta didik dari sejumlah
penilaian yang dilakukan dengan berbagai strategi dan cara.
b. Membuat keputusan yang adil terhadap penguasaan kemampuan peserta
didik dengan mempertimbangkan hasil kerja yang dikumpulkan.
Pendidik menetapkan tingkat pencapaian peserta didik berdasarkan hasil
belajarnya pada kurun waktu tertentu dan dalam berbagai rentang situasi. Pada
akhir satuan waktu (semester atau tahun), pendidik perlu membuat keputusan
akhir tentang kemampuan yang telah dikuasai peserta didik berkaitan dengan
indikator pencapaian yang telah ditetapkan secara nasional.
Penilaian berbasis kelas dilakukan secara terus menerus dan berkala. Terus
menerus yaitu selama proses belajar mengajar berlangsung, berkala yaitu setelah
8

peserta didik mempelajari satu kompetensi, pada setiap akhir semester dan setiap
jenjang satuan pendidikan.
7. Manfaat Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Banyak sekali penerapan dari penerapan konsep dan prinsip pembelajaran
berbasis kompetensi untuk proses belajar mengajar, dalam buku "Pedoman Umum
Pengembangan Silabus" Diknas, disebutkan ada delapan manfaat antara lain:
a. Menghindari duplikasi dalam pemberian materi pembelajaran.
b. Mengupayakan konsistensi kompetensi yang ingin dicapai dalam mengajarkan
suatu mata pelajaran.
c. Meningkatkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, kecepatan dan
kesempatan peserta didik.
d. Membantu mempermudah pelaksanaan akreditasi.
e. Memperbaharui sistem evaluasi dan pelaporan hasil belajar peserta didik.
f. Memperjelas komunikasi dengan peserta didik.
g. Meningkatkan akuntabilitas publik.
h. Memperbaiki sistem sertifikasi.

B. Sistem Penilaian Berkelanjutan

Sistem penilaian berkelanjutan adalah sistem penilaian yang soal-


soalnya dimaksudkan untuk mengukur semua kompetensi dasar yang harus
dimiliki siswa. Soal-soal itu mencakup semua indikator yang ditetapkan. Hasil
pengujiannya dianalisis dan digunakan untuk menentukan ujian berikutnya.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa pada sistem penilaian berkelanjutan
terjadi hal-hal sebagai berikut (Wardhani, 2004).

a. Semua komponen indikator (pencapaian kompetensi) dijadikan acuan untuk


pembuatan instrumen penilaiannya.
b. Hasil pengujian dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah
dimiliki dan yang belum dimiliki siswa serta kesulitan yang dihadapi siswa,
9

sehingga dapat ditentukan jenis ujian berikutnya dan langkah pembelajaran


berikutnya.
c. Penilaiannya dapat dilakukan dengan teknik tes dan nontes.
d. Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung (di tengah
atau akhir setiap pertemuan sebagai penilaian proses) dan pada akhir belajar
suatu kompetensi dasar (sebagai penilaian hasil).

Untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik telah memiliki


kompetensi dilakukan ujian. Sistem ujian yang dilakuakn harus mencakup
semua kompetensi dasar dengan menggunakan indikator yang ditetapkan oleh
pendidik. Sistem ujian berbasis kompetensi yang direncanakan adalah sistem
ujian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua komponen indikator
dibaut soalnya, hasilnya dianalisis untuk menetukan kompetensi yang telah
dimiliki dan yang belum serta kesulitan peserta didik. Untuk itu digunakan
berbagai bentuk tes, yaitu pertanyaan lisan di kelas, kuis, ulangan harian, tugas
rumah, ulangan semester. Penentuan teknik ujian yang digunakan berdasar
pada kemampuan dasar yang ingin dinilai dan harus ditelaah oleh sejawat
dalam bidang studi yang sama.

Hasil ujian dianalisis untuk menentukan tindakan perbaikan, berupa


program remedi. Pendidikan berbasis kompetensi yang menekankan pada
pencapaian kemampuan dasar, menggunakan berbagai teknik ujian dalam
usaha untuk mengetahui tingkat pencapaian kemampuan dasar dan menentukan
program perbaikan. Oleh karena itu dalam sistem ujian berkelanjutan, pendidik
harus membuat kisi-kisi ujian secara menyeluruh untuk satu semester dengan
memilih teknik ujian yang tepat. Untuk mengevaluasi hasil pembelajaran
berdasarkan prinsip kontinuitas diperlukan tagihan kepada siswa untuk
mengetahui penguasaan materi pembelajaran yang dilakukan.

Adapun ciri-ciri penilaian berkelanjutan dalam mata pelajaran Matematika


adalah sebagai berikut (Hidayati, 2005):
10

a. Menilai semua kompetensi dasar.


b. Semua indikator atau pencapaian kompetensi dijadikan acuan untuk pembuatan
instrumen penilaiannya.
c. Pelaksanaan penilaian dapat dilakukan pada setiap kali siswa selesai belajar
satu atau lebih kompetensi dasar.
d. Hasil penilaian dianalisis dan hasil analisis digunakan untuk menentukan
program tindak lanjutnya yang berupa program remedial atau pengayaan.
e. Aspek yang dinilai adalah hasil belajar siswa yang berupa kemahiran
matematika yang mencakup kemampuan pemahaman konsep, penalaran,
pemecahan masalah, komunikasi, dan prosedur serta sikap menghargai
kegunaan Matematika dalam kehidupan.
f. Penilaian dapat dilakukan dengan teknik tes dan non tes.
g. Penilaian mencakup aspek kognitif dan non kognitif.
h. Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung, (di tengah
atau akhir setiap pertemuan sebagai penilaian proses) dan pada akhir belajar
suatu kompetensi dasar (sebagai penilaian hasil).

C. Teknik Penilaian

Penilaian hasil belajar dapat menggunakan berbagai teknik penilaian


sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. Ditinjau dari tekniknya,
penilaian dibagi menjadi dua yaitu tes dan non tes.

1. Teknik Tes

Teknik tes merupakan teknik yang digunakan dengan cara melaksanakan


tes berupa pertanyaan yang harus dijawab, pertanyaan yang harus ditanggapi atau
tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang di tes. Dalam hal tes hasil belajar
yang hendak diukur adalah kemampuan peserta didik dalam menguasai pelajaran
yang disampaikan meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan.
11

Berdasarkan alat pelaksanaannya secara garis besar alat penilaian dengan


teknik tes dapat dikelompokkan sebagai berikut (Herman, n.d.):

a. Tes Tertulis: tes tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban
secara tertulis, baik berupa pilihan maupun isian
b. Tes Lisan: tes lisan adalah teknik penilaian hasil belajar yang pertanyaan dan
jawabannya atau pernyataannya atau tanggapannya disampaikan dalam bentuk
lisan dan spontan. Tes jenis ini memerlukan daftar pertanyaan dan pedoman
pensekoran.
c. Tes Praktik/Perbuatan: tes praktik/perbuatan adalah teknik penilaian hasil
belajar yang menuntut peserta didik mendemontrasikan kemahirannya atau
menampilkan hasil belajarnya dalam bentuk unjuk kerja.
2. Teknik Nontes

Teknik nontes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran


terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian. Teknik penilaian nontes
dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Pengamatan/observasi: pengamatan/observasi adalah teknik penilaian yang


dilakukan oleh pendidik dengan menggunakan indera secara langsung.
Observasi dilakukan dengan cara menggunakan instrumen yang sudah
dirancang sebelumnya.
b. Penugasan: penilaian dengan penugasan adalah suatu teknik penilaian yang
menuntut peserta didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan
pembelajaran di kelas. Penilaian dengan penugasan dapat diberikan dalam
bentuk individual atau kelompok. Penilaian dengan penugasan dapat berupa
tugas atau proyek.
c. Produk: penilaian produk adalah suatu penilaian terhadap keterampilan
menghasilkan suatu produk dalam waktu tertentu sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan baik dari segi proses maupun hasil akhir
d. Portofolio: portofolio merupakan kumpulan karya siswa yang tersusun secara
sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran.
12

Portofolio digunakan oleh pendidik dan siswa untuk memantau perkembangan


pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa dalam mata pelajaran tertentu.
Portofolio menggambarkan perkembangan prestasi, kelebihan dan kekurangan
kinerja siswa, seperti kreasi kerja dan karya siswa lainnya.Adapun bagian-
bagian dari portofolio adalah halaman Judul,daftar isi,dokumen,dokumen
portofolio,pengelompokan dokumen,catatan pendidik dan orangtua.
e. Bertanya: observasi adalah berkomplemen dengan bertanya. Mengajukan
pertanyaanpertanyaan ketika mengobservasi pembelajaran akan
memperlengkap informasi yang diperlukan mengenai siswa. Misalnya ketika
seorang siswa menunjukkan dengan kalkulator bahwa 1/9 adalah sama dengan
0,11111, pendidik dapat menggunakan teknik bertanya yang baik sehingga
siswa itu dapat menyimpulkan sendiri bahwa 1/9 tidak sama dengan 0,11111.
f. Wawancara: wawancara adalah kombinasi dari bertanya dan observasi,
biasanya dilakukan dengan seorang siswa di suatu tempat yang tenang. Cara ini
merupakan cara yang handal untuk mempelajari bagaimana seorang siswa
berpikir atau memberikan perhatian khusus. Faktor kunci dalam melakukan
wawancara adalah melaporkan sesuatu yang diketahui pendidik mengenai
siswa, menerima respon siswa tanpa menghakiminya, dan mendorong siswa
untuk bicara dan berargumentasi.
g. Jurnal: kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada komunikasi
matematik secara lisan maupun tertulis. Cara sederhana untuk memulai melatih
siswa terampil berkomunikasi adalah menyuruh siswa untuk menulis apa yang
mereka pahami dan apa yang mereka tidak pahami mengenai matematika,
bagaimana perasaan mereka mengenai kegiatan yang telah dilaksanakan, apa
yang telah dipelajari hari ini di kelas, atau apa yang mereka sukai dari
matematika.

Berdasar pada perkembangan kurikulum 2013 yang berlaku hingga saat


ini, teknik penilaian di atas dikelompokkan menjadi 3. Yakni penilaian sikap,
penilaian pengetahuan, dan penilaian keterampilan. Masing-masing kelompok
teknik penilaian tersebut dapat dilihat pada skema berikut.
13

Gambar 2.1 Teknik Penilaian Sikap

Gambar 2.2 Teknik Penilaian Pengetahuan


14

Gambar 2.3 Teknik Penilaian Keterampilan

D. Jenis Tagihan

Untuk memperoleh data dan informasi sebagai dasar penentuan tingkat


keberhasilan belajar diperlukan adanya tes. Dalam setiap tes tentunya memerlukan
seperangkat alat penilaian. Dengan kata lain tagihan merupakan cara bagaimana
ujian (penilaian) dilakukan. Alat penilaian atau jenis tagihan yang dapat
digunakan antara lain:

1. Kuis: digunakan untuk menanyakan hal-hal yang prinsip dari pelajaran yang
lalu secara singkat, bentuknya berupa isian singkat, dan dilakukan sebelum
pelajaran.
2. Pekerjaan Rumah: tugas pekerjaan rumah dimaksudkan untuk mengulang
materi pelajaran yang telah dijelaskan di sekolah. Soal yang diberikan
merupakan pengembangan dari contoh yang diberikan.
3. Pertanyaan Lisan: digunakan untuk mengungkap penguasaan peserta didik
tentang pemahaman konsep, prinsip, atau teorema.
15

4. Ulangan harian: dilakukan secara periodik pada akhir pengembangan


kompetensi, untuk mengungkap penguasaan pemahaman, sampai evaluasi,
atau untuk mengungkap penguasaan pemakaian alat atau prosedur.
5. Tugas individu: dilakukan secara periodik untuk diselesaikan oleh setiap
peserta didik dan dapat berupa tugas rumah. Tugas individu dipakai untuk
mengungkap kemampuan aplikasi sampai evaluasi atau untuk mengungkap
penguasaan hasil latihan dalam menggunakan alat tertentu, melakukan
prosedur tertentu.
6. Tugas kelompok: digunakan untuk menilai kemampuan kerja kelompok
dalam upaya pemecahan masalah. Jika mungkin kelompok peserta didik
diminta melakukan pengamatan atau merencanakan suatu proyek
menggunakan data informasi dari lapangan.
7. Ulangan Tengah Semester: ulangan tengah semester merupakan tes yang
diberikan kepada siswa pada pertengahan semester dengan bahan beberapa
pokok bahasan yang telah diberikan.
8. Ulangan semester: digunakan untuk menilai ketuntasan penguasaan
kompetensi pada akhir program semester. Kompetensi yang diujikan
berdasarkan kisi-kisi yang mencerminkan kompetensi dasar yang
dikembangkan dalam semester yang bersangkutan.
9. Ulangan Kenaikan Kelas: digunakan untuk mengetahui ketuntasan peserta
didik utnuk menguasai materi dalam satu tahun ajaran. Pemilihan kompetensi
ujian harus mengacu pada kompetensi dasar, berkelanjutan, memiliki nilai
aplikatif, atau dibutuhkan untuk belajar pada bidang lain.
10. Responsi atau Ujian Praktik: bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang
ada kegiatan praktikumnya. Ujian responsi bisa dilakukan di awal praktik
atau akhir praktik.
11. Laporan Kerja Praktik: bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada
kegiatan praktikumnya. Siswa biasa diminta untuk mengamati suatu gejala
dan melaporkannya. Bentuk instrumen dapat dikatagorikan menjadi dua,
yaitu tes dan non tes.
16
17

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Sistem penilaian yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran berbasis


kompetensi adalah penggunaan instrumen penilaian yang dapat mengukur aspek kognitif,
afektif dan psikomotor. Penilaian berbasis kompetensi harus ditujukan untuk mengetahui
tercapainya kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Prinsip utama penilaian berbasis
kompetensi adalah berkelanjutan. Penilaian berkelanjutan adalah penilaian yang
melibatkan semua indikator melalui pengembangan soal yang terkait hasilnya
dianalisis untuk menentukan sejauh mana kemampuan dasar yang telah atau
belum dimiliki siswa dalam menyelesaikan kompetensi serta kesulitan-kesulitan
yang dihadapinya.

Penilaian hasil belajar dapat menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai


dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. Ditinjau dari tekniknya, penilaian
dibagi menjadi dua yaitu tes dan non tes. Penilaian sikap dapat menggunakan
teknik observasi, penilaian diri, dan penilaian antar teman. Penilaian pengetahuan
menggunakan teknik penilaian tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Penilaian
keterampilan menggunakan teknik unjuk kerja(praktik), produk, portofolio,
proyek, dan teknik lain. Jenis tagihan terdiri dari kuis, pekerjaan rumah, tes lisan,
ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, ulangan tengah semester, ulangan
akhir semester, ulangan kenaikan kelas, ujian praktik, dan laporan praktik.
18

DAFTAR PUSTAKA

Amran. (2015). Faktor penentu keberhasilan pengelolaan satuan pendidikan.


Jurnal Pendidikan.

Bisri, H., & Ichsan, M. (2015). Penilaian Otentik dengan Teknik Nontes di
Sekolah Dasar. Jurnal Sosial Humaniora.

Ekawatiningsih, P. (2015). PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN


BERBASIS KOMPETENSI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS
PEMBELAJARAN PRODUKTIF DI SMK. INVOTEC, XI(1), 91–12.
Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/65901-ID-
pengembangan-instrumen-penilaian-berbasi.pdf

Herman, T. (n.d.). Evaluasi Pembelajaran Matematika Berbasis Kompetensi.


Retrieved from file:///E:/MAGISTER/3 ASESSMEN/adoc.tips_evaluasi-
pembelajaran-matematika-berbasis-kompeten.pdf

Hidayati, K. (2005). PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


BERBASIS KOMPETENSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
DI SMA. Pelatihan Di FMIPA Penilaian Berbasis Kompetensi. Retrieved
from http://staffnew.uny.ac.id/upload/132296141/pengabdian/pelatihan-di-
fmipa.pdf

Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik, Jakarta: PT Remaja Rosdakarya,


2004

Sriyanti, I. (2019). EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA (1st ed.;


Fungky, ed.). Retrieved from https://books.google.co.id/books?
id=lmiuDwAAQBAJ&pg=PA42&lpg=PA42&dq=Dengan+melakukan+penil
aian,
19

+pendidik+sebagai+pengelola+kegiatan+pembelajaran+dapat+mengetahui+k
emampuan+yang+dimiliki+peserta+didik,
+ketepatan+metode+mengajar+yang+digunakan,
+dan+keberha#v=onepage&q=Dengan melakukan penilaian%2C pendidik
sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang
dimiliki peserta didik%2C ketepatan metode mengajar yang digunakan%2C
dan keberha&f=false

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. In Sinarbaru.

Tosuncuoglu, I. (2018). Importance of Assessment in ELT. Journal of Education


and Training Studies. https://doi.org/10.11114/jets.v6i9.3443

Wardhani, S. (2004). PENILAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS


KOMPETENSI. Retrieved from file:///E:/MAGISTER/3
ASESSMEN/adoc.tips_penilaian-pembelajaran-matematika-berbasis-
kompete.pdf

Zein, M. (2016). Peran guru dalam pengembangan pembelajaran. Journal UIN-


Alauddin. https://doi.org/10.24252/ip.v5i2.3480

Anda mungkin juga menyukai