Anda di halaman 1dari 79

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

S DENGAN
POST OP TUMOR INTRA ABDOMEN DI RUANGAN
EDELWEIS RSUD ARIFIN ACHMAD
PROVINSI RIAU

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI

ARI ALWAHAB RAZKI, S.Kep


HERLINDA KUSUMAWIJAYANTI, S.Kep
MELIANA OKTORIA SITOMPUL, S.Kep
NURMAYA INDAH PRATIWI, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2020

1
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... ii


KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Tujuan ............................................................................................... 3
B. Manfaaat ........................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Anatomi dan Fisiologi ...................................................................... 4
B. Konsep Tumbuh Kembang ............................................................... 9
C. Konsep Tumor Abdomen ............................................................... 13
D. Diagnosa Keperawatan ................................................................... 22
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Gambaran Klinis ............................................................................. 23
B. Pengkajian ....................................................................................... 24
C. Diagnosa Keperawatan ................................................................... 42
D. Intervensi Keperawatan .................................................................. 43
E. Implementasi Keperawatan ........................................................... 47
BAB IV PEMBAHASAN
a. Pengkajian ....................................................................................... 68
b. Diagnosa Keperawatan ................................................................... 70
c. Intervensi Keperawatan .................................................................. 70
d. Implementasi Keperawatan ............................................................ 72
e. Evaluasi ........................................................................................... 74
BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan ..................................................................................... 75
b. Saran ............................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

Tumor merupakan pertumbuhan sel-sel yang tidak normal dalam tubuh yang
tumbuh secara terus-menerus, tidak terbatas, dan tidak terkoordinasi dengan
jaringan di sekitarnya, serta tidak berguna bagi tubuh. (Kemenkes RI, 2015).
Tumor Abdomen adalah pembengkakan atau adanya benjolan yang disebabkan
oleh neoplasma dan infeksi yang berada di abdomen berupa massa abnormal di
sel-sel yang berpoliferasi yang bersifatautonom (tidak terkontrol), progresif
(tumbuh tidak beraturan), tidak berguna. Seiring dengan pertumbuhan dan
perkembang biakannya, sel tumor dapat membentuk suatu massa dari jaringan
yang ganas dan kemudian dapat menjadi dan dapat bermetastasis keseluruh tubuh
sehingga dapat menyebabkan kematian. Tumor intra abdomen antara lain tumor
hepar, tumor limpa, tumor lambung atau usus halus, tumor kolon, tumor ginjal
(hipernefroma), tumor pankreas. Pada anak-anak dapat terjadi tumor ginjal
(Oswari, 2009).
Tumor/kanker adalah suatu penyakit yang bersifat tidak menular, atau
NCD (Non communicable diseases) yang menjadi penyebab kematian terbesar
manusia diseluruh dunia apabila tidak segara dilakukan tindakan. Sampai saat ini,
tumor merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia
(Oktavionita, 2017). Tumor abdomen disebabkan oleh pola makan yang tidak
sehat seperti konsumsi makanan yang diasinkan, diasapi dan jarang
mengkonsumsi buah-buahan serta sayuran. Gejala pada penyakit Tumor abdomen
sangat sulit untuk dideteksi karena sangat sedikit gejala yang terjadi. Gejala tumor
abdomen dapat dideteksi cenderung pada saat mencapai stadium lanjut seperti
nafsu makan menurun, penurunan berat badan, cepat kenyang, mules atau
gangguan pencernaan, mual, muntah darah, pembengkakan pada perut karena
penumpukan cairan, dan anemia (Oktavionita, 2017).
Tumor/kanker adalah salah satu penyebab morbiditas dan kematian di
seluruh dunia, dengan sekitar 14 juta kasus baru di tahun 2018. Jumlah kasus baru
diperkirakan meningkat sekitar 70% selama 2 dekade ke depan. Kanker adalah

3
penyebab utama kematian kedua di dunia (Kemenkes RI, 2015). Menurut (WHO,
2018), angkah kejadian tumor atau kanker adalah penyebab utama kematian kedua
di dunia, sekitar 8,8 juta kematian pada 2 tahun 2015. Data kematian tumor
abdomen sebesar 754.000 kematian. Salah satu faktor resiko terjadinya kematian
akibat tumor adalah penggunaan tembakau sekitar 22%.
Data Globocan menyebutkan di tahun 2018 terdapat 18,1 juta kasus baru
dengan angka kematian sebesar 9,6 juta kematian, dimana 1 dari 5 lakilaki dan 1
dari 6 perempuan di dunia mengalami tumor. Data tersebut juga menyatakan dari
8 laki-laki dan 1 dari 11 perempuan, meninggal karena tumor. Angka kejadian
penyakit tumor di Indonesia (136.2/100.000 penduduk) berada pada urutan 81 di
Asia Tenggara, sedangkan Asia urutan ke 23 (Kemenkes, 2018). Prevalensi
kejadian tumor di Indonesia menunjukan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000
penduduk tahun 2013 menjadi 1,79 per 100.000 penduduk pada tahun 2018.
Prevalensi tumor tertinggi adalah pada Propinsi DI Yogyakarta 4,86 per 100.000
penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk (Riskesdas,
2018).
Terdapat beberapa pendekatan yang telah banyak digunakan untuk
mengobati tumor yaitu pembedahan, radiasi dan kemoterapi. Penggunaan metode
tersebut tergantung pada jenis tumor dan stadium perkembangannya. Pembedahan
adalah suatu penanganan medis secara invasive yang dilakukan untuk
mendiagnosa atau mengobati penyakit, injuri, atau deformitas tubuh. Pembedahan
merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan
membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan
bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah bagian
yang akan ditangani ditampilkan, selanjutnya dilakukan perbaikan yang diakhiri
dengan penutupan dan penjahitan luka.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas kelompok tertarik
melakukan pengkajian dengan kasus “Asuhan Keperawatan pada pasien post op
tumor abdomen diruang edelweis RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Pekanbaru”.

4
A. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan An. S dengan Tumor Intra Abdomen di
ruang Edelwis RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami konsep dasar dari Tumor Intra Abdomen
b. Memahami pengkajian pasien dengan Tumor Intra Abdomen
c. Memahami diagnosa pasien dengan Tumor Intra Abdomen
d. Mengetahui dan memahami intervensi pasien dengan Tumor Intra
Abdomen
e. Mengetahui dan memahami implementasi pasien dengan Tumor Intra
Abdomen
f. Mengetahui dan memahami evaluasi pasien dengan Tumor Intra
Abdomen

B. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Rumah Sakit
Asuhan keperawatan ini dapat dijadikan sebagai informasi mengenai
tindakan keperawatan dengan Tumor Intra Abdomen.
2. Bagi Institusi Keperawatan
Bagi institusi keperawatan khusus nya keperawatan medical bedah, sebagai
salah satu referensi untuk pengembangan ilmu pengetahuan tentang asuhan
keperawatan dengan Tumor Intra Abdomen.
3. Bagi Mahasiswa
Menjadi masukan dan dapat menambah pengetahuan dalam mengetahui
konsep dan asuhan keperawatan Tumor Intra Abdomen.

5
BAB 2
PEMBAHASAN

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

1. Anatomi
Abdomen adalah rongga terbesar pada tubuh manusia dengan batas atas
diafragma dan batas bawah simphisis pubis. Adapun isi dari rongga
abdomen adalah dimulai dari sistem digestivus, sistem urinari, liver,
lympha, pancreas.
Bagian – bagian dari sistem digestivus yaitu :
1. Usus Halus (Intestinum Minor)
Usus halus adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang
berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum panjangnya ± 6 m,
merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan aboresi
hasil pencernaan.
Usus halus terdiri dari :
a. Duodenum
Adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya ± 25m, berbentuk
sepatu kuda melengkung kekiri pada lengkungan ini terdapat pankreas.
b. Jejunum dan ileum mempunyai panjang sekitar ± 6m, dan pertama
bagian atas adalah yeyenum dengan ± 2-3m dan ileum dengan panjang ±
4-5m.

6
2. Usus Besar (Intestinum Mayor)
Intestinum Mayor panjangnya ± 1,5m, lebarnya ± 5-6 cm.
a. Usus Besar terdiri dari:
1) Seikum
Di bawah seikum terdapat apendix vermiformis yang berbentuk seperti
cacing sehinnga disebut juga umbai cacing, panjangnya 6
cm.Seluruhnya ditutupi oleh peritoneum, muda bergerak walaupun
tidak mempunyai mesentrium dan dapat diraba melalui dinding
abdomen pada organ yang masih hidup.
2) Apendix (Usus Buntu)
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum
mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan dapat
dilewati oleh beberapa isi usus. Apendix tergantung menyilang pada
linea terminalis masuk kedalam ronnga pelvis minor terletak horizontal
di belakang seikum.
3) Kolon Ascendens
Panjang 13 cm, terletak di bawah abdomen sebelah kanan membujur
keatas dari ileum ke bawah hati, membengkok ke kiri,lekungan ini
disebut Fleksura Hepatica dilanjutkan sebagai kolon tranversum.
4) Kolon Transversum
Panjang 38 cm, membujur dari kolon ascendens sampai ke kolon
discendens berada di bawah abdomen , sebelah kanan terdapat Fleksura
Hepatica dan di sebelah kiri terdapat Fleksura Lienealis.
5) Kolon Descendens 
Panjang 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membujur dari
atsa kebawah dari Fleksura lienalis sampai ke depan ileum
kiri,tersambung dengan kolon sigmoid.
6) Kolon Sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon descendens ,terletak miring dalam
rongga pelvis sebelah kiri berbentuk menyerupai “S’’, ujung bawahnya
berhubungan dengan rectum.

7
7) Rectum
Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus,terletak dalam rongga pelvis di depan os sacrum
dan cocxigies.
8) Anus
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum
dengan udara luar, terletak di bawah pelvis. 
3. Bagian – bagian dari sistem urinaria :
1) Ginjal
Terdapat 2 di dalam tubuh manusia yaitu ginjal kiri dan ginjal kanan.
Ginjal berbentuk seperti berbentuk kacang. Panjang nya 12 cm.
2) Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa, masing – masing bersambung melalui ginjal
ke saluran kemih. Panjang nya kira – kira 25 – 30 cm.
3) Vesica Urinaria
Terletak di belakang symphisis pubis, merupakan penampung urin.
4) Uretra
Saluran sempit yang berpangkal pada kantung kemih, yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar.
2. Fisiologi
Fisologi adalah ilmu yang mempelajari faal atau pekerjaan tiap-tiap jaringan
tubuh atau bagian dari alat tubuh.
Organ-organ yang terdapat dalam rongga abdomen adalah:
a. Hati (Hepar)
Fungsi hati adalah :
1) Mengubah zat makanan yang diasorbsi dari usus dan yang disimpan
disuatu tempat dalam tubuh, dikeluarkannya sesuai dengan pemakaian
dalam jaringan.
2) Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk diekresikan dalam
empedu dan urine
3) Menghasilkan enzim glikogenik glukosa untuk menjadi glikogen

8
4) Sekresi empedu, garam empedu dibuat di hati dibentuk dalam system
retikola endothelium dialirkan ke empedu.
5) Pembentuk racun,hati menerima asamamino diubah menjadi ureum
dikeluarkan dari darah oleh ginjal dalam bentuk urine.
b. Kantung Empedu (Vesica Fallea)
Fungsi kantung empedu adalah : 
1) Sebagai persendian getah empedu menjadi kental.
2) Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh sel-sel hati.
c. Lambung (Gaster)
Fungsi lambung adalah :
1) Menerima makanan dan bekerja sebagai penampung untuk jangka
waktu pendek.
2) Semua makanan dicairkan dan dicampurkan dengan hidroklorida dan
dengan cara ini disiapkan untuk dicerna oleh usus.
3) Protein diubah menjadi pepton.
4) Susu dibekukan dan kasein dikeluarkan\
5) Pencernaan lemak dimulai didalam lambung
d. Usus Halus (Intestinum Minor)
Fungsi usus halus adalah:
1) Menerima zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui
kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe.
2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
3) Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.
e. Usus Besar (kolon)
Fungsi usus besar adalah : 
1) Menyerap air dan makanan.
2) Tempat tinggal bakteri coli.
3) Tempat feses.
Dinding abdomen dilapisi oleh peritoneum parietale yang merupakan
membrana serosa tipis yang terdiri atas selapis mesotel yang terletak

9
pada jaringan ikat dan melanjutkan diri ke bawah dengan peritoneum
parietale yang melapisi rongga pelvis.
Perioteneum ialah membrane serosa rangkap yang terbesar didalam
tubuh, Perioteneum terdiri dari 2 bagian utama:
1) Perioteneum pars parietal, yang melapisi dinding internal abdominal
serta mendapat suplai neurovaskuler dari region dinding yang
dilapisinya.
2) Perioteneum pars visceral, yang melapisi organ intraperitoneal dan
mendapat suplai neurovaskuler dari organ yang ditutupinya.
Organ periotenal adalah organ yang ditutupi oleh peritoneum pars
visceral, diantaranya :hati, splenn, gaster, duodenum pars bulbosa,
jejunum,ileum, colon tranversum,colon sigmoid, rectum pars
superior. Organ retroperitoneal terdiri dari ginjal , kelenjar
adrenal,pancreas, sisa duodenum,colon ascendens, dan descendens.
Peritoneum adalah lembaran tipis kontinu jaringan, atau membrane
yg melapisi rongga perut dan panggul.dan mencakup permukaan
organ yang ditemukan dalam. Ini menghasilkan cairan pelumas,yang
disebut cairan serosa.yang melewati satu sama lain. Bagian itu yang
membentuk lapisan dinding disebut lapisan parietal,sedangkan
lapisan yang meliputi bagian panggul dan peru dikenal dengan
lapisan visceral. Antara lapisan peritoneal visceral dan parietal
adalah ruang yang dikenal sebagai rongga peritoneum. Pembuluh
darah, pembuluh getah bening, dan saraf berjalan melalui
peritoneum,penyediaan organ, dan kanker yang terjadi diperut
cendrung menyebar keseluruh jaringan peritoneal.
Lapisan peritoneum dibagi menjadi 3 yaitu :
1) Lembaran yang menutupi dinding usus, disebut lamina visceralis
(tunika serosa)
2) Lembaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina
parietalis

10
3) Lembaran yang menghubungkan lamina visceralis dan lamina
parietalis.

B. TAHAP TUMBUH KEMBANG


1. Definisi Pertumbuhan
Pertumbuhan (growth) menurut (Soetijiningsih dan Ranuth,
2015) adalah perubahan yang bersifat kuantitaif, yaitu bertambahnya
jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu.
Sebagai contoh, anak bertambah besar bukan saja secara fisik,
melainkan juga ukuran dan struktur organ-organ tubuh dan otak.
Otak anak semakin tumbuh terlihat dari kapasitasnya untuk belajar
lebih besar, mengingat, dan mempergunakan akalnya semakin
meningkat. Anak tumbuh baik secara fisik maupun mental.
a. Ciri-ciri pertumbuhan anak usia 12-36 bulan:
Menurut Potter & Perry (2010) cirri-ciri pertumbuhan yaitu:
1) Pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal
bertambahnya fisik, seperti berat badan, tinggi badan,
lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, dan lain-lain.
2) Pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat
terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang
muncul mulai dari masa konsepsi hingga dewasa.
Dari uraian cirri-ciri pertumbuhan di atas, dapat dijelaskan
bahwa pertumbuhan merupakan proses perubahan ukuran baik
fisik seperti berat badan, tinggi badan, lingkar lengan, lingkar
dada mengikuti proses kematangan menuju dewasa, contohnya
tumbuhnya rambut di daerah tertentu, lepasnya gigi susu, dan
sebagainya.

2. Definisi Perkembangan
Perkembangan berkaitan dengan bertambahnya struktur fungsi
tubuh yang meliputi kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara,

11
dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Soetijiningsih dan
Ranuh, 2015). Perkembangan merupakan perubahan yang progresif
dan terus-menerus dalam diri organism sejak lahir hingga mati
(Sobur, 2013).
1) Tahap perkembangan pada anak usia 1 bulan hingga 21 bulan
yaitu :
a. Motorik kasar
a) Bergerak seimbang
b) Mengangkat kepala
c) Kepala terangkat 45o
d) Kepala terangkat 90o
e) Duduk kepala tegak
f) Menumpu badan pada kaki
g) Tengkurap sendiri
h) Dada terangkat menumpu pada lengan
i) Ditarik untuk duduk bangkit kepala tegak
j) Duduk tanpa pegangan
k) Berdiri dengan pegangan
l) Bangkit untuk berdiri
m)Bangkit terus duduk
n) Berdiri 3 detik
o) Berdiri sendiri
p) Membungkuk karena berdiri
q) Berjalan dengan baik
r) Berjalan mundur
s) Lari
t) Berjalan naik tangga
u) Menendang bola kedepan
v) Melempar bola tangan keatas
b. Bahasa
a) Bereaksi terhadap bel

12
b) Bersuara
c) Ooo / aaah
d) Bereaksi terhadap bel
e) Bersuara
f) Ooo / aaah
g) Tertawa
h) Berteriak
i) Mengocek ke bunyi icik – icik
j) Meniru bunyi kata - kata
k) Satu suku kata
l) Mengocek kearah suara
m)Papa/mama tanpa spesifik
n) Mengucapkan > 3 silabel yang sama
o) mengoceh
p) Papa/mama spesifik
q) 1 kata
r) 2 kata
s) 3 kata
t) 6 kata
u) Menunjuk satu gambar
v) Kombinasi kata
w) Menyambut gambar
x) Berbicara sebagian dimengerti
y) Menunjuk 4 gambar
c. Motorik halus
a) Kedua tangan bersentuhan
b) Mengikuti objek lewat garis tengah
c) Kedua tangan bersentuhan
d) Menggenggam icik – icik
e) Mengikuti objek 180o
f) Melihat kemanik – manik yang ditunjuk

13
g) Meraih benda
h) Mencari benang yang dijatuhkan
i) Menggaruk manik - manik
j) Memindahkan kubus ketangan lain
k) Mengambil 2 kubus
l) Memegang dengan ibu jari
m)Membenturkan 2 kubus
n) Menaruh kubus dicangkir
o) Mencoret - coret
p) Ambil manik – manik yang ditunjukkan
q) Menara 2 kubus
r) Menara 4 kubus
s) Menara 6 kubus
d. Personal sosial
a) Menatap wajah
b) Membalas senyum
c) Tersenyum spontan
d) Mengamati tangannya
e) Menatap wajah
f) Mengamati tangannya
g) Berusaha mencapai mainan
h) Memasukkan biscuit ke mulut
i) Tepuk tangan
j) Menyatakan keinginan tanpa menangis
k) Melambaikan tangan
l) Minum dari cangkir
m)Main bola dengan pemeriksa
n) Menirukan kegiatan
o) Minum dari cangkir
p) Membantu dirumah
q) Menggunakan sendok/garpu

14
r) Membuka pakaian
s) Main bola dengan pemeriksa
t) Menyuapkan boneka
u) Gosok gigi dengan bantuan
v) Cuci dan mengeringkan tangan
w) Memakai baju

C. KONSEP TUMOR ABDOMEN


2. Pengertian
Tumor adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang
tumbuh terus menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan di
sekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh (Dhia, 2014).
Tumor intra abdomen merupakan massa yang padat dengan ketebalan
yang berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang mengalami
transformasi dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel
normal, sehingga sel tersebut berbeda dari sel normal dalam bentuk dan
strukturnya. Secara patologi kelainan ini mudah terkelupas dan dapat meluas
ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena kava inferior.
Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang di
bungkusnya tetapi tidak menginvasinya. Yang termasuk tumor intra abdomen
antara lain, Tumor hepar, Tumor limpa /lien, Tumor lambung/usus halus,
Tumor colon, Tumor ginjal (hipernefroma), Tumor pankreas. Pada anak-anak
dapat terjadi Tumor wilms (ginjal) (Smelstzer & Suzanne C, 2012).

3. Etiologi
Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang
abnormal. Perbedaan sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan
dalam bentuk dan fungsi autonominya dalam pertumbuhan, kemampuannya
mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis. Ada beberapa faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya tumor antara lain (Smelstzer & Suzanne
C, 2001):

15
a. Karsinogen
a. Kimiawi
Bahan kimia dapat berpengrauh langsung (karsinogen) atau
memerlukan aktivasi terlebih dahulu (ko-karsinogen) untuk
menimbulkan neoplasi. Bahan kimia ini dapat merupakan bahan
alami atau bahan sintetik/semisintetik. Benzopire suatu pencemar
lingkungan yang terdapat di mana saja, berasal dari pembakaran tak
sempurna pada mesin mobil dan atau mesin lain (jelaga dan ter) dan
terkenal sebagai suatu karsinogen bagi hewan maupun manusia.
Berbagai karsinogen lain antara lain nikel arsen, aflatoksin,
vinilklorida.
b. Fisik
Radiasi gelombang radioaktif seiring menyebabkan keganasan.
Sumber radiasi lain adalah pajanan ultraviolet yang diperkirakan
bertambah besar dengan hilangnya lapisan ozon pada muka bumi
bagian selatan. Iritasi kronis pada mukosa yang disebabkan oleh bahan
korosif atau penyakit tertentu juga bisa menyebabkan terjadinya
neoplasma.
b. Faktor gaya hidup
Tumor abdomen disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat seperti
konsumsi makanan yang diasinkan, diasapi dan jarang mengkonsumsi
buah-buahan serta sayuran. Kelebihan nutrisi khususnya lemak dan
kebiasaan makan makanan yang kurang berserat. Asupan kalori
berlebihan, terutama yang berasal dari lemak binatang, dan kebiasaan
makan makanan kurang serat meningkatkan risiko berbagai keganasan,
seperti karsinoma payudara dan karsinoma kolon.
c. Parasit schistosoma hematobin yang mengakibatkan karsinoma
planoseluler
d. Genetik, infeksi, trauma, hipersensivitas terhadap obat

16
4. Manifestasi Klinis
Tumor abdomen merupakan salah satu tumor yang sangat sulit untuk
dideteksi. Berbeda dengan jenis tumor lainnya yang mudah diraba ketika
mulai mendesak jaringan di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena sifat
rongga tumor abdomen yang longgar dan sangat fleksibel. Tumor abdomen
bila telah terdeteksi harus mendapat penanganan khusus. Bahkan, bila perlu
dilakukan pemantauan disertai dukungan pemeriksaan secara intensif.
Adapun tanda dan gejala yang sering ditemui pada tumor abdomen (Sylvia A,
2013):
a. Hiperplasia adalah meningkatnya jumlah sel sehingga murubah ukuran
dari organ
b. Konsistensi tumor umumnya padat atau keras.
c. Tumor epitel biasanya mengandung sedikit jaringan ikat, dan apabila
tumor berasal dari masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat
elastis kenyal atau lunak.
d. Kadang tampak hipervaskulari di sekitar tumor.
e. Bisa terjadi pengerutan dan mengalami retraksi.
f. Edema sekitar tumor disebabkan infiltrasi ke pembuluh limfa.
g. Konstipasi.
h. Nyeri.
i. Anoreksia, mual, lesu.
j. Penurunan berat badan.
k. Pendarahan.
l. Terlihat adanya benjolan
m. Teraba benjolan
n. Perut tampak membesar

5. Patofisiologi
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di
ubah oleh mutasi genetic dari DNA seluler, sel abnormal ini membentuk
kolon dan berpopliferasi secara abnormal, mengabaikan sinyal mengatur

17
pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut. Sel-sel neoplasma
mendapat energi terutama dari anaerob karena kemampuan sel untuk
oksidasi berkurang, meskipun mempunyai enzim yang lengkap untuk
oksidasi. Susunan enzim sel uniform sehingga lebih mengutamakan
berkembang biak yang membutuhkan energi untuk anabolisme dari pada
untuk berfungsi yang menghasilkan energi dengan jalan katabolisme.
Jaringan yang tumbuh memerlukan bahan-bahan untuk membentuk
protioplasma dan energi, antara lain asam amino. Sel-sel neoplasma dapat
mengalahkan sel-sel normal dalam mendapatkan bahan-bahan tersebut.
(Kusuma, 2011).
Ketika dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri–ciri invasi,
dan terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut
menginfiltrasi jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan
pembuluh–pembuluh darah, melalui pembuluh darah tersebut sel-sel dapat
terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastases (penyebaran
tumor) pada bagian tubuh yang lain. Meskipun penyakit ini dapat diuraikan
secara umum seperti yang telah digunakan, namun tumor bukan suatu
penyakit tunggal dengan penyebab tunggal: tetapi lebih kepada suatu
kelompok penyakit yang jelas dengan penyebab, metastase, pengobatan dan
prognosa yang berbeda.

6. Komplikasi
Komplikasi dari tumor abdomen diantaranya yaitu :
b) Inflamasi usus
c) Menurunya bising usus, tak adanya peristaltik atau adanya peristaltik yang
dapat dilihat di hemoroid
d) Metastase ke organ – organ lainnya
e) Perdarahan intra abdomen
f) Ruptur saluran cerna
g) Obstruksi usus

18
7. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan adalah:
a. Radiografi polos atau radiografi tanpa kontras, contoh: X-foto
tengkorak, leher, toraks, abdomen, tulang, mammografi.
b. Radiografi dengan kontras, contoh: Foto Upper Gr, bronkografi, Colon
in loop, kistografi.
c. USG (Ultrasonografi), yaitu pemeriksaan dengan menggunakan
gelombang suara. Contoh: USG abdomen, USG urologi, mammosografi.
d. CT-scan (Computerized Tomography Scanning), contoh: Scan kepala,
thoraks, abdomen, whole body scan, dll.
e. MRI (Magnetic Resonance Imaging) Merupakan alat scanning yang
masih tergolong baru dan pada umumnya hanya berada di rumah sakit
besar. Hasilnya dikatakan lebih baik dari CT.
f. RIA (Radio Immuno Assay), untuk mengetahui petanda tumor (tumor
marker).
g. Laboratorium yaitu pemeriksaan darah lengkap

8. Penatalaksanaan
1) Medis
a. Pembedahan
Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya
gasterektomi subtotal atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan
maupun paliasi. Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak
ada bukti matastatis jauh harus menjalani laparotomi eksplorasi atau
seliatomi untuk menentukan apakah pasien harus menjalani prosedur
kuratif atau paliatif. Komplikasi yang berkaitan dengan tindakan
adalah injeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran anastomoisis.
b. Radioterapi
Penggunaaan partikel energy tinggi untuk menghancurkan sel-sel
dalam pengobatan tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA

19
dan RNA sel tumor. Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi
adalah ionisasi radiasi yaitu energy tertinggi dalam spektrum
elektromagnetik.
c. Kemoterap, sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan
untuk reseksi tumor, untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan
dan pada kombinasi dengan terapi radiasi dengan melawan sel
dalam proses pembelahan, tumor dengan fraksi pembelahan yang
tinggi ditangani lebih efektif dengan kemoterapi.
d. Bioterapi Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas
pengobatan keempat untuk kanker dengan menstimulasi system
imun (biologic response modifiers/BRM) berupa antibody
monoclonal, vaksin, factor stimulasi koloni, interferon, interleukin.

2) Penatalaksanaan Keperawatan
a. Manajemen jalan nafas
a) Memberikan posisi nyaman dengan posisi semi fowler atau fowler.
b) Mengunakan teknik yang menyenangkan untuk memotivasi
bernafas dalam kepada anak – anak (misalnya meniup gelembung,
meniup kincir, peluit, harmonika, balon, meniup layaknya pesta :
buat lomba meniup dengan bola ping pong, meniup bulu)
.b. Manajemen nyeri
a) Menggunakan metode penilaian yang sesuai dengan tahapan
pekembangan yang memungkinkan untuk memonitor perubahan
nyeri dan akan dapat membantu mengidentifikasi faktor pencetus
aktual dan potensial (misalnya catatan perkembangan, catat harian)
b) Memberikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
(terapi bermain, kompres hangat atau dingin, terapi music, terapi
pijat, aromaterapi)
c) Mengendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon nyeri pasien terhadap ketidak nyamanan (misalnya suhu,
ruangan, pencahayaan, dan suara bising)

20
c. Perawatan luka
a) Pertahankan teknik aseptic dalam perawatan luka cuci tangan
sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien.
b) Memberikan balutan yang sesuai dengan jenis luka
c) Pertahankan teknik balutan steril ketika melakukan perawatan luka
dengan tepat
d) Mengajarkan pasien dan keluarga untuk mengenal tanda – tanda
infeksi
d. Manajemen nutrisi
a) Menenukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
b) Fasilitasi menetukan pedoman diet (misalnya piramida makanan)
c) Makanan yang disajikan dengan cara yang menarik dan pada suhu
yang cocok untuk dikonsumsi secara optimal
d) Meningkatakan asupan nutrisi dengan cara sedikit – sedikit tapi
sering
e) Memastikan diet mencakup makanan tinggi kandungan serat untuk
mencegah konstipasi

3) Penatalaksanaan Kolaborasi Gizi


Pemenuhan nutrisi dalam kolaboari ahli gizi dilakukan pengkajian
tentang intake makanan, latihan, peningkatan BB dan penurunan BB,
diskusikan bersama pasien mengenai kondisi medis yang dapat
mempengarugi BB, diskusikan bersama pasien mengenai kebiasaan,
gaya hidup dan factor herediter yang dapat mempengaruhi BB,
diskusikan bersama pasien mengenai risiko yang berhubungan dengan
BB berlebihg dan penurunan BB dan perkirakan BB badan ideal
pasien.

21
4) Penatalaksaan Kolaborasi Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan ulang setelah dilaukannya
tindakan medis, keperawatan, dan kolaborasi gizi yaitu dari pemeriksaan
cek darah lengkap, dan mengecek kembali dari RIA (Radio Immuno
Assay), MRI (Magnetic Resonance Imaging), CT-scan (Computerized
Tomography Scanning, USG (Ultrasonografi), Radiografi polos atau
radiografi tanpa kontras, Radiografi dengan kontras untuk melihat
kembali perkembangan dari tindakan yang telah diberikan dan dilakukan

9. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1. Pola nafas tidak efektif b/d depresi pusat pernafasan
2. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan aliran arteri dan vena
3. Defisit nutrisi b/d intake tidak adekuat
4. Nyeri akut b/d proses penyakit
5. Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan massa otot
6. Konstipasi b/d penurunan motilitas gastrointestinal
7. Nausea b/d tumor terlokalisasi
8. Ansietas b/d perubahan nutrisi status kesehatan
9. Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi
10. Gangguan citra tubuh b/d perubhan bentuk tubuh
b. Post operasi
1. Defisit nutrisi b/d intake yang tidak adekuat
2. Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan
operatif
3. Kerusakan integritas kulit/jaringan b/d perubahan status nutrisi
4. Gangguan mobilitas fisik bd keenganaan melakukan pergerakan
5. Gangguan pola tidur b/d nyeri
6. Perlambatan pemulihan pascabedah bd infeksi luka perioperatif
7. Resiko infeksi

22
8. Resiko hipovolemi
9. Gangguan tumbuh kembang b/d efek ketidakmampuan fisik
10. Defisit perawatan diri b/d kelemahan

23
MCP TEORI

MD : Tumor Intra Abdomen

ND : Nyeri akut bd agen ND : Defisit nutrisi bd


pencedera biologis Key Assessment : kurangnya asupan
Ds : 1. Terdapat benjolan makanan
1. Mengeluh nyeri daearah abdomen DS :
Do : bagian dalam 1. Cepat kenyang
1. Tampak meringis 2. Nyeri dibagian setelah makan
2. Bersikap protektif abdomen 2. Nyeri abdomen
3. Gelisah 3. Anoreksia 3. Nafsu makan
4. Frekuensi nadi 4. Mual menurun
meningkat 5. Lesu Do :
5. Berfokus pada diri 1. Berat badan menurun
sendiri minimal 10%

ND : Pola napas tidak efektif dibawah rentang


bd depresi pusat pernapasan ideal

Ds : 2. Bising usus
1. Dispnea hiperaktif
2. Ortonea

Do : BAB III
1. TINJAUAN
Adanya penggunaan
KASUS otot
bantu pernafasan
2. Fase ekspirasi
memanjang
3. Pola napas abnormal
(takipnea, bradipnea)
4. Adanya pernafasan
cuping hidung

24
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Gambaran Klinis
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 14 Januari 2020 ibu an.s
mengatakan benjolan yang dirasakan an.s sudah 4 bulan lalu yang awalnya
kecil semakin lama membesar yan mengakibatkan an.s demam hilang timbul
selama 2 hari. Lalu ibu an.s mebawa an.s ke klinik bidan di karya tunas jaya
yang dekat dengan rumahnya untuk di periksa. Kemudian ibu an.s
mengatakan bahwa bidan tempat klinik yang ia periksa tersebut menyarankan
untuk diperiksa di RS Indragiri Hilir. Saat di RS Indragiri Hilir an.s dirawat
selama seminggu untuk melihat perkembangan pembengkakan. Lalu setelah
itu an.s dirujuk ke RS Arifin achmad dan dirawat di ruang anak lili non
infeksi dirawat dan melakukan pemeriksaan CT – Scan dan jadwal operasi,
lalu pasien pulang. Pada tanggal 9 Januari 2020 an.s masuk RS Arifin achmad
dirawat di ruang edelwish dengan keluhan benjolan pada abdomen sebelah
kiri, demam hilang timbul, dan nafsu makan menuurn sejak 2 minggu smrs.
Pasien dilakukan operasi laparotomy eksplorasi pada tanggal 12 Januari 2020
pada jam 15.30 WIB. Setelah di operasi an.s masuk keruangan PICU dan
dirawat selama satu hari kemudian pada tanggal 13 Februari 2020 an.s masuk
keruangan edelwies.
Pada tanggal 14 Januari 2020 saat dilakukan pengkajian Ibu an. s
mengatakan anak post op hari ke 2, masih nyeri didaerah luka post op
dibagian abdomen. Nyeri yang dirasakan pasien terus menerus dangan skala
nyeri 6 dan an.s terlihat sering mengangis dan merengek. Diarea abdomen
adanya luka post op laparotomy eksplorasi dengan panjang perpan panjang 5
cm dan lebar 12 cm. Luka post op hari kedua belum dilakukannya perawatan
luka atau penggantian perban. An.s terlihat takut saat perawat mendekatinya
dan pasien diet hanya boleh ASI. Pada tanggal 15 Februari saat dilakukukan
perawatan luka adanya luka post op laparotomy eksplorasi dengan panjang
heating 8 cm dan lebar 0,5 cm, luka post op masih terlihat basah dan warna

25
kulit pada luka terlihat agak merah. . Hasil pemeriksaan CT Abdomen pada
tanggal 16 Januari 2020 dengan hasil adanya tumor intra abdomen regio
hipondrium sinistra suspect malignant. Hasil pemeriksaan kimia darah pada
tanggal 12 Februari 2020 yaitu Hemoglobin 11,4 d/gL, leukosit 19,49 10 3/uL,
trombosit 202 103/uL, eritrosit 4.45 106/uL, hematocrit 36.1 %, MCV 81.1 fL,
MCH 22.6 Pq, MCHC 31.6 g/dL, RDW-CV 16.7 %, RDW-SD 48.7 fL, PDW
10.0 fL, MPV 9.7 fL, dan P-LCR 22.2 %.. Hitung jenis : Basofil 0.3 %,
Eosinofil 0.2 %, Neutrofil 82.2 %, limfosit 4.4 %. Terapi yang diberkan yaitu
Ceftriaxone 2 x 200 gram (pukul 10.00, dan 22.00 WIB), Ketorolac 3 x 5 mg
(pukul 10.00, 18.00, dan 02.00 WIB).

B. Pengkajian
1. Informasi Umum
Nomor RM : 01033206
Nama Pasien : An.S
Tanggal Lahir : 24 – 4 – 2018 / umur 1 tahun 9 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Masuk Ruang Rawat : Edelwish, Kelas III, Tanggal / Jam : 13 – 02 –
2020, Jam 07.00 WIB
Cara Masuk RS Melalui : Rujukan RS Indragiri Hilir
Diagnosa Masuk : Post Op Tumor Intra Abdomen hari ke 2

2. Keluhan Utama
Pada tanggal 14 Januari 2020 saat dilakukan pengkajian Ibu an. s
mengatakan anak post op hari ke 2, masih nyeri didaerah luka post op
dibagian abdomen. Nyeri yang dirasakan pasien terus menerus dangan skala
nyeri 6 dan an.s terlihat sering mengangis dan merengek. Diarea abdomen
adanya luka post op laparotomy eksplorasi dengan panjang perpan panjang 5
cm dan lebar 12 cm. Luka post op hari kedua belum dilakukannya perawatan
luka atau penggantian perban. An.s terlihat takut saat perawat mendekatinya
dan pasien diet hanya boleh ASI. Pada tanggal 15 Februari saat dilakukukan

26
perawatan luka adanya luka post op laparotomy eksplorasi dengan panjang
heating 8 cm dan lebar 0,5 cm, luka post op masih terlihat basah dan warna
kulit pada luka terlihat agak merah.

3. Riwayat Penyakit Saat Ini


Ibu an.s mengatakan benjolan yang dirasakan an.s sudah 4 bulan lalu
yang awalnya kecil semakin lama membesar yan mengakibatkan an.s demam
hilang timbul selama 2 hari. Lalu ibu an.s mebawa an.s ke klinik bidan di
karya tunas jaya yang dekat dengan rumahnya untuk di periksa. Kemudian
ibu an.s mengatakan bahwa bidan tempat klinik yang ia periksa tersebut
menyarankan untuk diperiksa di RS Indragiri Hilir. Saat di RS Indragiri Hilir
an.s dirawat selama seminggu untuk melihat perkembangan pembengkakan.
Lalu setelah itu an.s dirujuk ke RS Arifin achmad dan dirawat di ruang anak
lili non infeksi dirawat dan melakukan pemeriksaan CT – Scan dan jadwal
operasi, lalu pasien pulang. Pada tanggal 9 Januari 2020 an.s masuk RS
Arifin achmad dirawat di ruang edelwish dengan keluhan benjolan pada
abdomen sebelah kiri, demam hilang timbul, dan nafsu makan menuurn sejak
2 minggu smrs. Pasien dilakukan operasi laparotomy eksplorasi pada tanggal
12 Januari 2020 pada jam 15.30 WIB. Setelah di operasi an.s masuk
keruangan PICU dan dirawat selama satu hari kemudian pada tanggal 13
Februari 2020 an.s masuk keruangan edelwies.

4. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


a. Penyakit waktu kecil : Demam, batuk pilek dalam setahun 10 x
b. Dirawat di RS : Pada tanggal 7 Februari 2020 pasien sebelumnya
pernah dirawat di RS indragiri Hilir dengan
keluhan adanya tumor di bagian dalam perut dan
kemudian dirujuk ke RS Arifin Ahcmad.
c. Riwayat alergi : Tidak ada riwayat alergi obat ataupun makanan
d. Obat yang rutin masih digunakan saat ini : Tidak ada

27
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat penyakit keluarga : Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan
b. Riwayat Anak lahir : Anak ke 2 dari 2 saudara, cara kelahiran
spontan, umur kelahiran cukup bulan, dan
tidak ada kelainan bawaan

c. Genogram

Keterangan :

: Laki – laki : Perempuan meninggal

: Perempaun : Klien

-------- : Tinggal serumah

6. Riwayat Imunisasi
Imunisasi yang didapat pada An.S yaitu Hb0, BCG Polio1, DPT-HB-Hib 1
Polio 2, DPT-HB-Hib 2 Polio 3, DPT-HB-Hib 3 Polio 4 IPV, Campak, DPT-
HB-Hib.

28
7. Riwayat Psikososial
a. Jenis sekolah : Tidak sekolah
b. Yang mengasuh : Orang tua
c. Status mental dan tingkah laku : Gelisah, murung, dan cengeng
Masalah Keperawatan : Ansietas

8. Keadaan Umum
a. Kesadaaran : E 4, V5, M6 (Composmentis)
b. Tanda – Tanda Vital : Nadi : 112 x/menit RR 35 x/menit
Suhu : 36,6 C

PGCS >1 tahun < 1 Tahun Skor


Membuka Spontan Spontan 4
Mata Dengan perintah verbal Berteriak 3
Dengan rangsang nyeri Dengan rangsang 2
nyeri
Tidak respon Tidak respon 1
Motorik Mengikuti perintah Mengikuti 6
Response perintah
Melokalisasi nyeri Melokalisasi 5
nyeri
Menarik – fleksi normal Menarik – fleksi 4
normal
Flexion abnormal Flexion abnormal 3
Ekstensi Ekstensi 2
Tidak respon Tidak respon 1
>5 Tahun 2 – 5 Tahun 0 – 23 Bulan
Respon Orientasi Kata sesuai Senyum/respon 5
Verbal sesuai
Disorientasi/bingun Kata tidak sesuai Menangis dan 4
g tidak
Kata tidak sesuai Menangis berteriak Menangis 3
terus berteriak terus
Suara dimengerti Mendengkur Dengkur gelisah, 2
tidak tidur
Tidak berespon Tidak berespon Tidak berespon 1
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

29
9. Kebutuhan Dasar Saat Ini
a. Makanan yang disukai : An.s diet hanya boleh ASI
b. Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
c. Nafsu makan : Ps. masih puasa
d. Pola makan : tidak ada
e. Jenis makanan yang diberikan saat ini : An.s diet hanya boleh ASI
f. Pola tidur : Teratur
g. Kebiasaan sebelum tidur : Tidak ada
h. Pola kebersihan diri : Dibantu orang tua
i. Kebersihan kuku : Dibntu orang tua
j. Aktifitas bermain : Solitary play (bermain yang tidak
memperhatikan sekitar)
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

10. Penilaian tingkat nyeri


a. Apa ada keluhan nyeri : Iya
b. Metode penilaian nyeri : FLACC
c. Jumlah skor : 6 (berat)
Skrining Tingkat Nyeri – FLACC

Parameter Kriteria Skor


Wajah Ekpresi wajah normal, tidak ada ekspresi tertentu / 0
senyuman
Mengerang, merengek ringan, menarik diri, 1
tidak tertarik
Menangis keras, berteriak kencang, melengking, 2
terus menerus, rahang mengertak, dagu gemetar
Tungkai / Kaki Posisi kaki normal atau relaks 0
Tidak tenang, kaki kaku, gelisah, tegang 1
Kaki menendang – nendang atau menarik 2
kaki / tungkai ke atas
Aktivitas Berbaring tenang, posisi normal, bergerak 0
dengan mudah
Gelisah, berguling – guling, tegang 1
Kaku, gerakan abnormal (posisi tubuh melengkung 2
atau gerakan menyentak)

Menangis Tidak menangis (tidur atau terjaga tenang) 0

30
Meregang atau merintih, sesekali merintih 1
Menangis terus, teriak atau terisak tangis, 2
sering mengeluh
Consalability Puas, senang, santai 0
Sesekali diyakinkan dengan sentuhan, pelukan / 1
diajak bicara, dialihkan
Sulit untuk dihibur atau dibuat nyaman 2

SKOR NYERI ASSESMEN ULANG


Tgl / Jam Tgl / Jam
Tgl / Jam Tgl / Jam
Total Skor 14-2-2020 / Jam
15-2-2020 / Jam 16-2-2020 / Jam 17-2-2020 / Jam
Assesmen 12.00 WIB & 11.00 WIB
09.30 WIB & 09.30 WIB &
Awal Jam 15.00 WIB Jam 15.00 WIB Jam 15.00 WIB
Skala nyeir 6 Skala nyeri 5 Skala nyeri 5 & Skala nyeri 4 &
Skala nyeri 4 Skala nyeri 3
Masalah Keperawatan : Nyeri akut bd agen cedera fisiologis

11. Skrining Risiko Jatuh


Parameter Kriteria Skor Kriteria Skor
Umur <3 Tahun 4 Jenis Kelamin
3 – 7 Tahun 3 Laki 2
8 – 13 Tahun 2 Perempuan 1
14 – 18 Tahun 1
Diagnosis Kelainan neurologi 4
Gangguan oksigenisasi (pernafasan, anemia, 3
HUMPTY DUMPTYSKRINING RISIKO JATUH

dehidrasi, anoreksia, sinkop, sakit kepala)


Kelemahan fisik / kelainan psikis 2
Diagnosis lain 1
Gangguan Tidak memahi keterbatasan 3
Kognitif Lupa keterbatasan 2
Orientasi terhadap kelemahan 1
Lingkungan Riwayat jatuh dari tempat tidur saat bayi – anak 4
Menggunakan alat bantu (box/mebel) 3
Pasien berada ditempat tidur 2
Pasien berada diluar area ruang perawatan 1
Respon Op <24 Jam / 48 Jam / >48 Jam 3 / 2 /1
Penggunaan Obat sedatif, Hipotik, Barbiturat, Phenotiazin 3
Obat Salah satu obat diatas 2
Pengobatan lain 1
Jumlah Skor 13
Bila skor 7 – 11 : Risiko Jatuh Rendah
Bila skor ≥ 12 : Risiko Tinggi untuk Jatuh
Masalah Keperawatan : Risiko Jatuh

31
12. Skrining Nutrisi
BB : 8 kg TB/PB : 7,8 cm Lila : 14,8 cm LK : 45,5 cm

INDIKATOR PENILAIAN SKOR


SKRINING NUTRISI

MALNUTRISI 0 1 2 Nilai
1. Indeks Masa Tubuh (IMT : BB/TB2 18,5 – 22,9 17 < 8,5 < 17 ≥ 23 0
dalam meter)
2. Kehilangan Berat Badan dalam waktu <5% 5 – 10 > 10 % 0
3 bulan terakhir
3. Asupan makanan pasien dalam 5 hari Baik Kurang Tidak adekuat 1
terakhir
4. Kondisi penyakt pasien yang Tidak Ya 0
mempunyai risiko nutrisi
5. Pasien sedang mendapat diet Tidak Ya 0
makanan tertentu
Total Skor 1
Jika Total Skor :
0 : Risiko rendah, pemberian nutrisi rutin, dilakukan screening ulang 1 minggu
sekali
1 : Risiko sedang, dilakukan screening lebih lanjut oleh dietisen, dievaluasi 3
hari sekali bila dalam 3 hari asupan sangat kurang konsul dokter spesialis
gizi
≥2 : Risiko tinggi, diperlukan terapi nutrisi oleh dr. SpGk dievaluasi setiap hari oleh
dietiser
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

13. Nutrisi-Metabolik
a. Jenis diet : ASI
b. Pola makan : Teratur
c. Intake makanan : ASI
d. Intake cairan : ASI dan air mineral
e. Jenis minuman : ASI dan air mineral dengan jumlah 600 ml
f. Intake Parenteral : Jenis RL 2 kolf 1000 ml/hari
- Ceftriaxone 10 mg /hari jam 10.00
(pagi) dan 22.00 (malam)
- Ketorolac 15 mg/hari jam 10.00 (pagi),
18.00 (sore), 02.00 (malam).

32
g. Nausea : tidak ada
h. Vomiting : tidak ada
i. Nafsu makan : Baik
j. Gangguan menelan : Tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

14. Eliminasi
a. BAB
a) Pola BAB : 1 x sehari
b) Penggunaan laksatif : Tidak ada menggunakan laksatif
c) Konsistensi feses : Lunak
d) Riwayat perdarahan : Tidak ada
e) Hemoroid : Tidak ada hemoroid
b. BAK
a) Frekuensi : 4 – 5 mengganti pempres
b) Retensi : Tidak ada retensi urin
c) Karakteristik urin : Kuning
d) Penggunaan diuretik : Tidak ada menggunakan diuretik
e) IWL :
f) EWL : Drain : tidak ada WSD : tidak ada
Muntah : tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

15. Tidur – Istirahat


a. Pola tidur / istirahat : 2 x sehari
b. Penggunaan obat penenang : Tidak ada
c. Kegiatan menjelang tidur : Menyusu dan bermain boneka
d. Jam tidur / istirahat : 8 – 9 jam siang dan malam
e. Gangguan tidur : Tidak ada
f. Akibat gangguan tidur : Tidak ada

33
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

16. Tumbuh Kembang


a. Tahap tumbuh kembang : Toddler
b. Motorik kasar : An. S belum bisa naik tangga sendiri dan
harus dengan bantuan orangtua, belum bisa
memakai dan membuka pakaian sendiri.
c. Motorik halus : An. S belum bisa menyusun menara
ataupun kubus, belum bisa menunjuk
gambar nama hewan.
d. Bahasa : An. S berbicara dengan bahasa Indonesia
namun kata-kata yang diucapkan masih
sedikit dimengerti.
e. Sosial : An. S kurang bergaul dengan teman
disekitarnya, An. S belum bisa menggosok
giginya sendiri

17. Konsep Diri


a. Citra tubuh : Pasien tidak merasakan malu terhadap post
op di daerah abdomen
b. Harga diri : Pasien tidak merasakan harga dirinya
terganggu karena post op
c. Peran : Pasien tidak terganggu dalam perannya
sebagai anak
d. Identitas : Pasien tidak merasa bawah dirinya berbeda
dengan orang lain

34
18. Reaksi Hospitalisasi
Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
a. Ibu membawa anaknya ke RS karena :
Adanya pembengkakan di perut sebelah kiri an. S
b. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak :
Ada, ibu mengatakan bawah pembengkakan yang dialami an.s ini adalah
tumor
c. Perasaan orangtua saat ini :
Ibu mengatakan perasaan saat ini sedikit lega karena tumor sudah diangkat
namun anak an.s masih kadang – kadang ngilu jika banyak bergerak masih
terasa nyeri di bagian perut bekas operasi
d. Orang tua selalu berkunjung ke RS :
Kedua orang tua menetap dan mengurus keperluan anaknya
e. Yang akan tinggal dengan anak :
Kedua orang tua an.s yang menetap di RS namun yang selalu
mendampingi ps yaitu ibu
f. Pemahaman anak tentang sakit dan dirawat inap :
Anak selalu merengek jika perawat datang mengunjunginya dan jika
perawat memegang bagian tubuhnya.
Masalah Keperawatan : Ansietas bd hospitalisasi

19. Tinajuan Sistem Tubuh


a. Kepala
a) Rambut
Rambut berwarna hitam, pendek, berdistribusi normal, tidak ada
gatal, tidak ada lesi
b) Mata
Mata anemis, tidak ada gangguan penglihatan, mata simetris kiri dan
kanan, tidak menggunakan kaca mata, dan tidak ikterik

35
c) Hidung
Hidung simetris, tidak ada perdarahan, tidak ada sinusitis, tidak ada
gangguan penciuman, terpasang NGT, tidak terpasang O2, dan tidak
ada sekret.
d) Bibir
Bibir kering, simetris, tidak ada sianosis, dan tidak ada pecah – pecah
e) Gigi
Ada menggunakan gigi palsu, tidak kotor, tidak menggunakan kawat
gigi, ada karies
f) Telinga
Tidak ada perdarahan, simestris, tidak ada gangguan pendengaran,
bersih, dan tidak ada infeksi.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
b. Thorak
a) Inspeksi
Warna dada putih, bentuk dada normal, simestris, pola napas eupnea,
irama pernapasan reguler, frekuensi pernapasan 22 x/menit, dan
payudara simestris,
b) Palpasi
Teraba hangat, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, ekskursi
pernapasan simetris, ekspansi pernapasan simetris
c) Perkusi
Berbunyi resonan
Batas paru hepar di ICS 4 sampai ICS 6
Batas atas kiri jantung ICS 2 – 3
Batas atas kanan jantung ICS 2 linea sternalis kanan
Batas kiri bawah jantung line media clavicularis ICS 5 kiri

36
d) Auskultasi
Suara nafas : vesikuler
Bunyi jantung : S1 – S2
Irama jantung : Teratur
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
c. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar gerah bening, tidak ada kaku kuduk, tidak
terpasang trakeostomi, tidak terpasang neck colar.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
d. Tangan
Tangan utuh kiri dan kanan, tidak ada luka, tidak ada sianosis, tidak ada
clubbing finger, akral teraba hangat, tidak ada fraktur, tidak ada edema,
CRT 1 detik, turgor kulit elastis, dan LILA 14,8 cm
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
e. Abdomen
a) Inspeksi
Warna abdomen putih, simetris, tidak ada stoma, tidak ada asites,
Diarea abdomen adanya luka post op laparotomy eksplorasi dengan
panjang perpan panjang 5 cm dan lebar 12 cm. Luka post op hari
kedua belum dilakukannya perawatan luka atau penggantian perban.
Pada tanggal 15 Februari saat dilakukukan perawatan luka adanya
luka post op laparotomy eksplorasi dengan panjang 0,5 cm dan lebar 8
cm, luka post op masih terlihat basah dan warna kulit pada luka
terlihat agak merah.
b) Palpasi
Abdomen teraba hangat, adanya nyeri tekan pada luka post op dengan
skala nyeri 6, tidak ada massa
c) Auskultasi
Bising usus 15 x/menit

37
d) Perkusi
Perkusi abdomen berbunyi tympani
Masalah Keperawatan : Nyeri akut, dan Resiko Infeksi,
f. Genitalia
Tidak ada perdarahan, terpasang kateter, tidak ada trauma, tidak ada
infeksi.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
g. Kaki
a) Edema : tidak ada
b) Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555
c) Tonus otot : Mampu menahan tahanan kuat
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
h. Punggung
Punggung normal
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
i. Perkusi
Dullnes
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

20. Refleks – Meningeal


a. Triseps / biseps : fleksi / fleksi
b. Babinski : jari kaki melengkung ke bawah dan ke
dalam, dan membalikkan kaki
c. Chaddock : jari kaki melengkung ke bawah dan ke
dalam, dan membalikkan kaki
d. Kaku kuduk : Tidak ada kaku kuduk
e. Kernig sign’s : Tungkai mampu di fleksikan 90o dan tidak
ada tahanan dan tidak ada rasa nyeri

38
f. Laseque sign’s : Tungkai yang salah satu berada
dalam keadaan ekstensi / lurus keatas dan
mencapai sudut 70 derajat serta tidak ada
timbul rasa sakit dan tahanan.
g. Brudzinski sign’s : tidak ada gerakan fleksi kepala, tidak ada
fleksi sendi lutut dan panggul serta kedua
tungkai tidak fleksi
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

21. Nervus Cranials


a. Nervus I : Tidak ada gangguan penciuman
b. Nervus II : Tidak ada gangguan pada penglihatan
c. Nervus III / IV & VI : Dapat menggerakkan bola mata
d. Nervus V : Dapat mengunyah
e. Nervus VII : Dapat mengendalikan ekspresi wajah untuk
menggambarkan suasana
f. Nervus IX & X : Dapat memebedakan sensasi rasa manis dan
asam, serta tidak ada gangguan dalam
menelan
g. Nervus XI : Dapat menggerakkan bahu
h. Nervus XII : Dapat menggerakkan lidah
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

39
22. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 22 Januari 2020
Jenis Temuan Satuan Hasil Normal
Pemeriksaan
HEMOSTATIS
PT INR 13.2 Detik 11.6 – 14.5
PT 0.93 <1,2
APTT 32.7 Detik 28.6 – 42.2
Tanggal 12 Februari 2020
Darah lengkap
HEMATOLOGI
Hemagoblin 11,4 g/dL 12.0 – 16.0
Leukosit H 19,49 10^3/µL 4.80 – 10.80
Trombosit 202 10^3/µL 150 – 450
Eritrosit 4,45 10^3/µL 4.20 – 5.40
Hematokrit 36,1 % 37.0 - 47.0
MCV 81,1 fL 79.0 – 99.0
MCH L 25,6 pg 27.0 – 31.0
MCHC L 31,6 g/dL 33.0 – 37.0
RDW-CV H 16,7 % 11.5 – 14.5
RDW-SD H 48,7 fL 35.0 – 47.0
PDW 10,0 fL 9.0 – 13.0
MPV 9,7 fL 7.2 – 11.1
P-LCR 22,2 % 15.0 – 25.0
HITUNG JENIS
Basofil L 0.3 % 0–1
Eosinofil H 0.2 % 1.0 – 3.0
Neurtrofil L 82.2 % 40.0 - 70.0
Limfosit % 20.0 – 40.0
4.4
Monosit % 2.0 – 8.0
KIMIA KLINIK
Albumin L 3.5 g/dL 3.8 – 5.8
AST H 46 U/L 10 – 40
ALT 15 U/L 10 – 40
Glukosa darah mg/dL Bukan DM <100
124
sewaktu Belum pasti DM
100 – 199

40
23. Hasil Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal 16 Januari 2020
Jenis Pemeriksaan Temuan
CT abdomen tanpa dan Hepar : ukuran normal, struktur parenkim normal, ductur biliaris
dengan kontras intra dan ekstra hepatal normal, nodul (-)
Vesika felea : ukuran normal, dinding normal, batu (-), sludge (-)
Pankreas : ukuran normal, tidak tampak gambaran massa,
klasifikasi (-)
Lien : ukuran normal, vena lienals normal.
Renal sinistra : ukuran normal, PCS normal, batu (-), cortex dan
medula normal.
Ureter dextra tidak melebar, batu (-)
Renal sinistra : ukuran normal PCS normal, batu (-), cortex dan
medula normal.
Ureter sinistra tidak melebar, batu (-)
Vesika urinaria : dinding normal, batu (-), massa (-)
Tampak gambaran massa padat, batas tidak tegas dengan ukuran
8,22 x 7,57, x 6,85 cm pada cavum abdomen regio
hypokondrium sinistra.
Pada pemberian kontras tampak enhanced tidak homogen
disertai dengan central necrosis
Tampak cairan bebas minimal pada abdomen
Tidak tampak pembesaran kelenjar limfe para aorta.

Kesan :
Tumor intra abdomen regio hipondrium sinistra suspect
malignant
ec : tumor padat mesenterium ?

41
24. Obat – Obatan
Nama Obat Dosis Mekanisme Kerja Frekuensi Efek Samping
Pemberian
Ceftriaxone 2 x 200 mg Ceftriaxone adalah obat yang Pukul 10.00, Efek samping paling
digunakan untuk mengatasi dan 22.00 umum dari obat
berbagai infeksi bakteri. Obat WIB antibiotik ceftriaxone
ini bekerja dengan cara adalah:
menghambat pertumbuhan Bengkak, nyeri, dan
bakteri atau membunuh kemerahan di tempat
bakteri dalam tubuh. suntikan, reaksi alergi,
mual atau muntah, sakit
perut, sakit kepala atau
pusing, lidah sakit atau
bengkak, berkeringat,
dan vagina gatal atau
mengeluarkan cairan.
Namun Tidak semua
orang mengalami efek
samping berikut ini

Ketorolac 3 x 5 mg Ketorolac adalah obat dengan Pukul 10.00, Efek samping yang lebih
fungsi mengatasi nyeri sedang 18.00, dan ringan yaitu:
hingga nyeri berat untuk 02.00 WIB Sakit perut, mual atau
sementara. Biasanya obat ini muntah ringan, diare,
digunakan sebelum atau konstipasi, heartburn
sesudah prosedur medis, atau ringan, nyeri perut,
setelah operasi. Ketorolac kembung, pusing, sakit
adalah golongan obat kepala, mengantuk,
nonsteroidal anti- berkeringat; atau telinga
inflammatory drug berdenging
(NSAID) yang bekerja dengan
memblok produksi substansi
alami tubuh yang
menyebabkan inflamasi. Efek
ini membantu mengurangi
bengkak, nyeri, atau demam.

42
25. Perencanaan Pulang
No Kriteria Pasien Ya Tidak
1 Pengaruh rawat inap terhadap :
1. Pasien dan keluarga pasien
2. Pekerjaan orang tua

3. Keuangan keluarga
2 Bantuan untuk keluarga diperlukan dalam hal :
- Minum obat
- Ambulasi √
- Pemberian makan
- Perawatan kebersihan diri anak
3 Adakah yang membantu keperluan tersebut diatas ? √
Apakah pasien menggunakan peralatan medis di rumah √
setelah keluar dari rumah sakit ?
4 Apakah pasien memerlukan bantuan / perawatan khusus
setelah keluar dari rumah sakit :
Rumah singgah √
Homecare
Homevisite
5 Apakah pasien / keluarga memerlukan edukasi tanda bahaya
kesehaan seelah keluar dari rumah sakit (obat – obatan, nyeri, √
diet, mencari pertolongan, follow up, efek terapi / pengobatan
khusus, dan lain - lain)
6 Apakah pasien / keluarga memerlukan keterampilan khusus
setelah keluar dari rumah sakit (perawatan luka, injeksi, √
perwatan bayi, dsb)
Kesimpulan :
Membutuhkan edukasi perencanaan pulang

43
MCP KASUS

ND : Nyeri akut bd agen MD : Post Op Tumor Intra ND : Ansietas bd


cedera fisiologis Abdomen hospitalisasi
Ds : - Ibu pasien mengatakan
Key Assessment : Ds : - Ibu an. s
anaknya nyeri pada
- Nyeri pada area mengatakan jika
bekas luka operasi abdomen sebelah kiri ada perawat yang
- Ibu pasien mengatakan post op laparotomy datang an.s selalu
an.s berkata nyeri eksplorasi merengek dan
seperti ditusuk – tusuk - Luas luka post op takut
- Ibu pasien mengatakan abdomen kiri dengan Do : - An.s tampak
an.s masih terasa nyeri panjang 0,5 cm dan merengek saat
lebar 8 cm didekati oleh
pada area abdomen
- Luka post op tampak perawat
kiri bekas luka post op kemerahan, dan basah - Pasien tampak
- Ibu pasien mengatakan
ketakutan dan
an.s jika nyeri an.s gelisah
selalu merengek dan - An.s tidak mau
menangis. kontak mata
- Ibu pasien mengatakan dengan baik
nyeri pada bekas luka ND : Risiko Infeksi
post op hilang timbul
Ds : - Ibu an.s mengatakan ada ND : Risiko jatuh
dan jika an.s banyak
bekas luka post op abdomen
bergerak dibagian kiri
Do : - Pasien tampak Ds : - Ibu an. s
- Ibu an.s mengatakan an.s mengatakan
merengek masih merasa nyeri pada area anaknya sudah
- Pasien tampak tidak pos op dilakukan operasi
nyaman dengan bekas Do : - Luka post op hari kedua sudah 2 hari
luka post op belum dilakukannya Do : - An.s tampak
perawatan luka terbaring ditempat
- Skor FLACC yaitu 6
- Tampak kemerahan pada bekas tidur
(berat) luka - Skor Humpty
- S = 36,5 ̊ c - Luka tampak basah Dampty 13
- N = 126 x/menit - Luka post op dengan panjang (resiko tinggi
- RR = 18 x/menitsss 0,5 cm dan lebar 8 cm jatuh)
- Leukosit 19,49 10^3/µL

44
INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan: Nyeri akut bd agen cedera fisiologis


SLKI SIKI
Tujuan: Intervensi : Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2x8 jam diharapkan rasa Aktivitas:
nyeri teratasi a. Observasi
- Identifikasi lokasi,
Kriteria Hasi: karakteristik, durasi,
- Keluhan tidak nyaman menurun frekuensi, kualitas, intensitas
- Menangis menurun nyeri
- Kesejahteraan fisik meningkat - Identifikasi respon nyeri non
verbal
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
b. Mandiri
- Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
c. Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
- Kolaborasi dalam pemberian
analgetik

45
Diagnosa Keperawatan: Resiko Infeksi
SLKI
SIKI
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x8jam resiko infeksi teratasi

Kriteria Hasil:
- Kadar sel darah putih membaik
- Kemerahan menurun
- Nyeri menurun

Intervensi : Pencegahan Infeksi, perawatan luka

Aktivitas:
a. Observasi
- Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
- Monitor karakteristik luka (misalnya drainase, warna, ukuran)
- Monitor tanda-tanda infeksi
b. Mandiri
- Batasi jumlah pengunjung
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
- Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
- Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
- Bersihkan dengan cairan NaCl
- Bersihkan jaringan nekrotik
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
c. Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengkonsumi makanan tinggi kalori dan protein

46
d. Kolaborasi
- Kolaborasi dalam pemberian antibiotik

47
Diagnosis Keperawatan: Ansietas b/d Krisis Situasional

SLKI
SIKI

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 8 jam diharapkan tingkat
ansietas menurun.

Kriteria hasil:
- Perilaku gelisah menurun
- Kontak mata membaik
- Orientasi membaik
Intervensi : Reduksi Ansietas

Aktivitas:
a. Observasi
- Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
- Monitor tanda- tanda ansietas (verbal dan non verbal)
b. Mandiri
- Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
- Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan penuh
perhatian
- Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
- Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
c. Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
- Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan dan
prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan

48
- Latih teknik relaksasi
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas

Diagnosa Keperawatan

Risiko Jatuh

Tanda Mayor

Tanda Minor

NOC

NIC

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tingkat jatuh menurun

Kriteria Hasil/Outcome :

- Jatuh dari tempat tidur menurun


- Jatuh saat dipindahkan menurun
- Jatuh saat duduk menurun

Intervensi : Pencegahan jatuh

Tindakan :

a) Observasi
- Identifikasi faktor risiko jatuh (neuropati)
- Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala (mis, Fall morse scale)
b) Mandiri
- Pastikan roda tepat tidur selalu dalam kondisi terkunci
- Pasang handrail tempat tidur
- Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah

49
c) Edukasi
- Anjurkan mengganggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk
berpindah

50
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal /Jam
Implementasi Evaluasi
14-02-2020 Diagnosa Keperawatan: Nyeri
Pagi Akut
Intervensi : Manajemen Nyeri Subjektif
09.00 - Ibu anak mengeluh
- Mengidentifikasi lokasi, anaknya gelisah
karakteristik, durasi, - Ibu anak mengatakan anak
frekuensi, kualitas, merasakan nyeri didaerah
09.10 intensitas nyeri perut dirasakan hilang
- Mengidentifikasi respon timbul dengan skala nyeri 6
nyeri non verbal
09.30 - Mengidentifikasi faktor Objektif
yang memperberat dan - An. S tampak gelisah
memperingan nyeri - Pasien bersikap protektif
- Mengidentifikasi skala (waspada, posisi
09.35 nyeri menghindari nyeri)
- Mengukur TTV pasien - Pasien tampak meringis
- Memberikan teknik - Skala nyeri 6
nonfarmakologi untuk - TTV
10.45 mengurangi rasa nyeri Suhu: 36.6 C
- Memfasilitasi istirahat Nadi: 120 x/menit
dan tidur yang cukup RR: 30 x/menit
10.48 - Menjelaskan penyebab, - Injeksi ketorolac 30 ml
periode, dan pemicu sudah diberikan
nyeri - Telah melakukan teknik
10.50 - Menjelaskan strategi distraksi bermain boneka
meredakan nyeri music pada pasien.
- Mengajarkan teknik Analisis
nonfarmakologi untuk Nyeri akut belum tertasi
mengurangi rasa nyeri
- Pemberian obat ketorolac Planning
melalui IV - Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
- Lanjut member obat
analgetik
- Pantau skala nyeri
- Pantau TTV

51
14-02-2020 Diagnosa Keperawatan: Resiko Subjektif
Pagi Infeksi - Ibu anak mengeluh
Intervensi : Pencegahan Infeksi, anaknya gelisah
perawatan luka Objektif
- An. S tampak gelisah
09.10 - Memonitor karakteristik - Pasien tampak meringis
luka (misalnya drainase, - luka bekas operasi tampak
warna, ukuran) kemerahan dan teraba
09.25 - Memonitor tanda-tanda hangat
infeksi - TTV
- Membatasi jumlah Suhu: 36.8 C
09.26 pengunjung Nadi: 122 x/menit
- Mencuci tangan sebelum RR: 30 x/menit
dan sesudah kontak - Luka sudah dibersihkan
09.08 dengan pasien dan - Injeksi ceftriaxon sudah
lingkungan pasien diberikan
09.08 - Mempertahankan teknik Analisis
aseptic pada pasien Resiko infeksi belum teratasi
berisiko tinggi Planning
- Melepaskan balutan dan - Monitor tanda-tanda
09.36 plester secara perlahan infeksi
- Membersihkan dengan - Lanjutkan pemberian obat
cairan NaCl antibiotik
09.38 - Membersihkan jaringan
nekrotik
09.40 - Memasang balutan sesuai
jenis luka
09.43 - Mempertahankan teknik
steril saat melakukan
09.46 perawatan luka
- Menjelaskan tanda dan
09.47 gejala infeksi
- Mengajarkan cara
09.05 mencuci tangan dengan
benar
09.08 - Menganjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
10.00 - Menganjurkan
meningkatkan asupan
cairan
10.07 - Menjelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Menganjurkan
10.05 mengkonsumi makanan
tinggi kalori dan protein

52
- Pemberian obat
ceftriaxone melalui IV
- Memberikan zalf
10.07 antibiotic
- Melakukan pengukuran
TTV
10.15 - Menganjurkan menjaga
keberishan pada dan
lingkungan pasien.
-
14-02-2020 Diagnosa : Ansietas bd Subjektif
Pagi hospitalisasi - Ibu anak mengatakan selalu
intervensi : reduksi ansietas rewel jika ada perawat
09.00 yang mendekatinya
- Mengidentifikasi saat Objektif
tingkat ansietas berubah - An. S tampak merengek
(mis. kondisi, waktu, jika perawat yang datang
09.10 stressor) - Pasien tamak tegang
- Memonitor tanda- tanda - Pasien tampak tidak mau
ansietas (verbal dan non berkomunikasi dengan
09.30 verbal) perawat
- Menciptakan suasana Analisis
teraupetik untuk Ansietas belum tertasi
menumbuhkan Planning
09.35 kepercayaan - Identifikasi saat tingkat
- Mengajak pasien untuk ansietas berubah (mis.
bermain bersama kondisi, waktu, stressor)
- Memahami situasi yang - Monitor tanda- tanda
10.45 membuat ansietas ansietas (verbal dan non
dengarkan dengan verbal)
penuh perhatian - Gunakan pendekatan yang
10.48 - Menggunakan tenang dengan pasien
pendekatan yang tenang Mengajak pasien bermain
dan menyakinkan bersama
10.50 - Menganjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien
- Menganjurkan
bersosialisasi dengan
teman sekamarnya
- Melatih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
(bermain boneka)

53
14-02-2020 Dx : Risiko Jatuh Subjektif
Pagi - Menghitung risiko jatuh - Ibu an.s mengatakan an.s
09.00 dengan menggunakan gelisah
skala (mis, Humpty Objektif
Dumpty) - An. s tampak gelisah dan
09.20 - Memastikan roda tempat sering menangis serta
tidur selalu dalam kondisi rewel
terkunci - Pasien sudah terpasang
09.30 - Memasang handrail tempat handrail
tidur - Roda tempat tidur sudah
09.40 - Mengatur tempat tidur dalam konsis terkunci
mekanis pada posisi - Skala Humpty Dumpty
10.00 terendah dengan score 13
- Menganjurkan mengganggil Analisis
perawat atau mengikut - Risiko Jatuh belum
sertakan kelurga jika teratasi
membutuhkan bantuan Planning
untuk mobilisasi - Hitung risiko jatuh
dengan menggunakan
skala (mis, Humpty
Dumpty )
- Pastikan roda tepat tidur
selalu dalam kondisi
terkunci
- Pasang handrail tempat
tidur
- Atur tempat tidur
mekanis pada posisi
terendah
- Anjurkan mengganggil
perawat atau mengikut
isertakan kelurga jika
membutuhkan bantuan
untuk mobilisasi

54
Tanggal /Jam
Implementasi Evaluasi
15-02-2020 Diagnosa Keperawatan: Nyeri
Pagi Akut
Intervensi : Manajemen Nyeri Subjektif
- Ibu anak mengeluh
09.25 - Mengidentifikasi lokasi, anaknya gelisah
karakteristik, durasi, - Ibu anak mengatakan anak
frekuensi, kualitas, merasakan nyeri didaerah
intensitas nyeri perut dirasakan hilang
09.28 - Mengidentifikasi respon timbul dengan skala nyeri 6
nyeri non verbal
09.35 - Mengidentifikasi faktor Objektif
yang memperberat dan - An. S tampak gelisah
memperingan nyeri - Pasien bersikap protektif
09.45 - Mengidentifikasi skala (waspada, posisi
nyeri menghindari nyeri)
- Mengukur TTV pasien - Pasien tampak meringis
09.48 - Memberikan teknik - Skala nyeri 5
nonfarmakologi untuk - TTV
09.38 mengurangi rasa nyeri Suhu: 36.9 C
- Memfasilitasi istirahat Nadi: 117 x/menit
dan tidur yang cukup RR: 32 x/menit
09.40 - Menjelaskan penyebab, - Injeksi ketorolac 30 ml
periode, dan pemicu sudah diberikan
09.45 nyeri - Telah melakukan teknik
- Menjelaskan strategi distraksi bermain boneka
meredakan nyeri music pada pasien.
10.00 - Mengajarkan teknik Analisis
nonfarmakologi untuk Nyeri akut belum tertasi
mengurangi rasa nyeri
- Pemberian obat ketorolac Planning
melalui IV - Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
- Lanjut member obat
analgetik
- Pantau skala nyeri
- Pantau TTV

55
15-02-2020 Diagnosa Keperawatan: Resiko
Pagi Infeksi
Intervensi : Pencegahan Infeksi, Subjektif
perawatan luka - Ibu anak mengeluh
anaknya gelisah
09.10 - Memonitor karakteristik Objektif
luka (misalnya drainase, - An. S tampak gelisah
warna, ukuran) - Pasien tampak meringis
09.25 - Memonitor tanda-tanda - luka bekas operasi tampak
infeksi kemerahan dan teraba
- Membatasi jumlah hangat
09.26 pengunjung - TTV
- Mencuci tangan sebelum Suhu: 36.9 C
dan sesudah kontak Nadi: 117 x/menit
09.08 dengan pasien dan RR: 32 x/menit
lingkungan pasien - Luka sudah dibersihkan
09.08 - Menjelaskan tanda dan - Injeksi ceftriaxon sudah
gejala infeksi diberikan
- Mengajarkan cara Analisis
mencuci tangan dengan Resiko infeksi belum teratasi
09.36 benar Planning
- Menganjurkan - Monitor tanda-tanda
meningkatkan asupan infeksi
09.38 nutrisi - Lanjutkan pemberian obat
- Menganjurkan antibiotik
09.40 meningkatkan asupan
cairan
09.43 - Menjelaskan tanda dan
gejala infeksi
09.46 - Menganjurkan
mengkonsumi makanan
09.47 tinggi kalori dan protein
- Pemberian obat
09.05 ceftriaxone melalui IV
- Memberikan zalf
09.08 antibiotic
- Melakukan pengukuran
TTV
10.00 - Menganjurkan menjaga
keberishan pada dan
lingkungan pasien.

56
15-02-2020 Diagnosa : Ansietas bd Subjektif
Pagi hospitalisasi - Ibu anak mengatakan selalu
intervensi : reduksi ansietas rewel jika ada perawat
yang mendekatinya
09.25 - Mengidentifikasi saatObjektif
tingkat ansietas berubah - An. S tampak merengek
(mis. kondisi, waktu, jika perawat yang datang
stressor) - Pasien tamak tegang
09.28 - Memonitor tanda- tanda - Pasien tampak tidak mau
ansietas (verbal dan non berkomunikasi dengan
09.35 verbal) perawat
- Menciptakan suasana Analisis
teraupetik untuk Ansietas belum tertasi
09.45 menumbuhkan Planning
kepercayaan - Identifikasi saat tingkat
- Mengajak pasien untuk ansietas berubah (mis.
09.48 bermain bersama kondisi, waktu, stressor)
- Menggunakan - Monitor tanda- tanda
09.38 pendekatan yang tenang ansietas (verbal dan non
dan menyakinkan verbal)
- Menganjurkan keluarga - Gunakan pendekatan yang
09.40 untuk tetap bersama tenang dengan pasien
pasien - Mengajak pasien bermain
09.45 - Menganjurkan bersama
bersosialisasi dengan
teman sekamarnya
10.00 - Melatih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
(bermain boneka)
15-02-2020 Dx : Risiko Jatuh
Pagi - Menghitung risiko jatuh
dengan menggunakan Subjektif
09.00 skala (mis, Humpty - Ibu an.s mengatakan an.s
Dumpty) gelisah mulai berkurang
- Memastikan roda tempat Objektif
09.20 tidur selalu dalam kondisi - An.s tampak gelisah
terkunci berkurang, dan tidak
- Memasang handrail tempat menangis lagi dan tidak
09.30 tidur rewel.
- Mengatur tempat tidur - Pasien sudah terpasang
09.40 mekanis pada posisi handrail
terendah - Roda tempat tidur sudah
10.00 - Menganjurkan mengganggil dalam kondisi terkunci
perawat atau mengikut - Skala Humpty Dumpty
sertakan kelurga jika dengan score 7

57
membutuhkan bantuan Analisis
untuk mobilisasi - Risiko Jatuh belum
teratasi
-
Planning
- Hitung risiko jatuh
dengan menggunakan
skala (mis, Humpty
Dumpty )
- Pastikan roda tepat tidur
selalu dalam kondisi
terkunci
- Pasang handrail tempat
tidur
- Atur tempat tidur
mekanis pada posisi
terendah
- Anjurkan mengganggil
perawat atau mengikut
isertakan kelurga jika
membutuhkan bantuan
untuk mobilisasi

15-02-2020 Diagnosa Keperawatan: Nyeri


Sore Akut
Intervensi : Manajemen Nyeri Subjektif
- Ibu anak mengeluh
16.15 - Mengidentifikasi lokasi, anaknya gelisah
karakteristik, durasi, - Ibu anak mengatakan anak
frekuensi, kualitas, merasakan nyeri didaerah
intensitas nyeri perut dirasakan hilang
16.18 - Mengidentifikasi respon timbul dengan skala nyeri 6
nyeri non verbal
16.19 - Mengidentifikasi faktor Objektif
yang memperberat dan - An. S tampak gelisah
memperingan nyeri - Pasien bersikap protektif
16.25 - Mengidentifikasi skala (waspada, posisi
nyeri menghindari nyeri)
- Mengukur TTV pasien - Pasien tampak meringis
19.18 - Memberikan teknik - Skala nyeri 5
nonfarmakologi untuk - TTV
19.28 mengurangi rasa nyeri Suhu: 36. 6 C
- Memfasilitasi istirahat Nadi: 115 x/menit
dan tidur yang cukup RR: 33 x/menit
19.30 - Menjelaskan penyebab, - Injeksi ketorolac 30 ml
periode, dan pemicu sudah diberikan

58
16.25 nyeri - Telah melakukan teknik
- Menjelaskan strategi distraksi bermain boneka
meredakan nyeri music pada pasien.
18.00 - Mengajarkan teknik Analisis
nonfarmakologi untuk Nyeri akut belum tertasi
mengurangi rasa nyeri
- Pemberian obat ketorolac Planning
melalui IV - Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
- Lanjut member obat
analgetik
- Pantau skala nyeri
- Pantau TTV
15-02-2020 Diagnosa Keperawatan: Resiko
Sore Infeksi
Intervensi : Pencegahan Infeksi, Subjektif
perawatan luka - Ibu anak mengeluh
16.15 anaknya gelisah
- Memonitor karakteristik Objektif
luka (misalnya drainase, - An. S tampak gelisah
warna, ukuran) - Pasien tampak meringis
16.18 - Memonitor tanda-tanda - luka bekas operasi tampak
infeksi kemerahan dan teraba
16.19 - Membatasi jumlah hangat
pengunjung - TTV
- Mencuci tangan sebelum Suhu: 36.6 C
16.25 dan sesudah kontak Nadi: 115 x/menit
dengan pasien dan RR: 33 x/menit
lingkungan pasien - Injeksi ceftriaxon sudah
19.18 - Mempertahankan teknik diberikan
aseptic pada pasien Analisis
19.28 berisiko tinggi Resiko infeksi belum teratasi
- Menjelaskan tanda dan Planning
gejala infeksi - Monitor tanda-tanda
19.30 - Menganjurkan infeksi
meningkatkan asupan - Lanjutkan pemberian obat
16.25 nutrisi antibiotik
- Menganjurkan
meningkatkan asupan
18.00 cairan
- Menjelaskan tanda dan
gejala infeksi

59
- Menganjurkan
mengkonsumi makanan
tinggi kalori dan protein
- Pemberian obat
ceftriaxone melalui IV
- Melakukan pengukuran
TTV
- Menganjurkan menjaga
keberishan pada dan
lingkungan pasien.
15-02-2020 Diagnosa : Ansietas bd Subjektif
Sore hospitalisasi - Ibu anak mengatakan selalu
intervensi : reduksi ansietas rewel jika ada perawat
yang mendekatinya
16.15 - Mengidentifikasi saat Objektif
tingkat ansietas berubah - An. S tampak merengek
(mis. kondisi, waktu, jika perawat yang datang
stressor) - Pasien tamak tegang
16.18 - Memonitor tanda- tanda - Pasien tampak tidak mau
ansietas (verbal dan non berkomunikasi dengan
16.19 verbal) perawat
- Menciptakan suasana Analisis
teraupetik untuk Ansietas belum tertasi
16.25 menumbuhkan Planning
kepercayaan - Identifikasi saat tingkat
- Mengajak pasien untuk ansietas berubah (mis.
19.18 bermain bersama kondisi, waktu, stressor)
- Menggunakan - Monitor tanda- tanda
19.28 pendekatan yang tenang ansietas (verbal dan non
dan menyakinkan verbal)
- Menganjurkan keluarga - Gunakan pendekatan yang
19.30 untuk tetap bersama tenang dengan pasien
pasien - Mengajak pasien bermain
16.25 - Menganjurkan bersama
bersosialisasi dengan
teman sekamarnya
18.00 - Melatih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
(bermain boneka)
15-02-2020 Dx : Risiko Jatuh
Sore - Menghitung risiko jatuh
dengan menggunakan Subjektif
15.00 skala (mis, Humpty - Ibu an.s mengatakan an.s
Dumpty) sudah tidak gelisah lagi
- Memastikan roda tempat Objektif

60
15.20 tidur selalu dalam kondisi - An.s tampak tidak
terkunci gelisah, dan tidak
- Memasang handrail tempat menangis lagi dan tidak
15.30 tidur rewel.
- Mengatur tempat tidur - Pasien sudah terpasang
15.40 mekanis pada posisi handrail
terendah - Roda tempat tidur sudah
16.00 - Menganjurkan mengganggil dalam kondisi terkunci
perawat atau mengikut - Skala Humpty Dumpty
sertakan kelurga jika dengan score 7
membutuhkan bantuan Analisis
untuk mobilisasi - Risiko Jatuh teratasi
Planning
- Intervensi dihentikan

Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi


16-02-2020 Diagnosa Keperawatan: Nyeri
Pagi Akut
Intervensi : Manajemen Nyeri Subjektif
- Ibu anak mengeluh
09.25 - Mengidentifikasi respon anaknya gelisah
09.28 nyeri non verbal - Ibu anak mengatakan anak
- Mengidentifikasi faktor merasakan nyeri didaerah
09.35 yang memperberat dan perut dirasakan hilang
memperingan nyeri timbul dengan skala nyeri
09.45 - Mengidentifikasi skala 5
nyeri
- Mengukur TTV pasien Objektif
09.48 - Memberikan teknik - An. S tampak gelisah
nonfarmakologi untuk - Pasien bersikap protektif
09.38 mengurangi rasa nyeri (waspada, posisi
- Memfasilitasi istirahat menghindari nyeri)
dan tidur yang cukup - Pasien tampak meringis
09.40 - Menjelaskan strategi - Skala nyeri 5
meredakan nyeri - TTV
09.45 - Mengajarkan teknik Suhu: 36.5 C
nonfarmakologi untuk Nadi: 110 x/menit
mengurangi rasa nyeri RR: 29 x/menit
10.00 - Pemberian obat ketorolac - Injeksi ketorolac 30 ml
melalui IV sudah diberikan
- Telah melakukan teknik
distraksi bermain boneka
music pada pasien.
-
Analisis

61
Nyeri akut belum tertasi

Planning
- Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
- Lanjut member obat
analgetik
- Pantau skala nyeri
- Pantau TTV
16-02-2020 Diagnosa Keperawatan: Resiko
Pagi Infeksi
Intervensi : Pencegahan Infeksi, Subjektif
perawatan luka - Ibu anak mengeluh
anaknya gelisah
09.10 - Memonitor tanda-tanda Objektif
infeksi - An. S tampak gelisah
- Membatasi jumlah - Pasien tampak meringis
09.25 pengunjung - luka bekas operasi tampak
- Mencuci tangan sebelum kemerahan dan teraba
dan sesudah kontak hangat
09.26 dengan pasien dan - TTV
lingkungan pasien Suhu: 36.5 C
- Mempertahankan teknik Nadi: 110 x/menit
09.08 aseptic pada pasien RR: 29 x/menit
- Menjelaskan tanda dan - Injeksi ceftriaxon sudah
09.08 gejala infeksi diberikan
- Mengajarkan cara Analisis
mencuci tangan dengan Resiko infeksi belum teratasi
benar Planning
09.36 - Menganjurkan - Monitor tanda-tanda
meningkatkan asupan infeksi
nutrisi - Lanjutkan pemberian obat
09.38 - Menganjurkan antibiotik
meningkatkan asupan
09.40 cairan
- Menjelaskan tanda dan
09.43 gejala infeksi
- Menganjurkan
09.46 mengkonsumi makanan
tinggi kalori dan protein
09.47 - Pemberian obat
ceftriaxone melalui IV

62
09.05 - Memberikan zalf
antibiotic
09.08 - Melakukan pengukuran
TTV
- Menganjurkan menjaga
10.00 keberishan pada dan
lingkungan pasien.

16-02-2020 Diagnosa : Ansietas bd Subjektif


Pagi hospitalisasi - Ibu anak mengatakan
intervensi : reduksi ansietas selalu rewel jika ada
perawat yang
09.25 - Mengidentifikasi saat mendekatinya
tingkat ansietas berubah Objektif
(mis. kondisi, waktu, - An. S tampak merengek
stressor) jika perawat yang datang
09.28 - Memonitor tanda- tanda - Pasien tamak tegang
ansietas (verbal dan non - Pasien tampak tidak mau
09.35 verbal) berkomunikasi dengan
- Menciptakan suasana perawat
teraupetik untuk Analisis
09.45 menumbuhkan Ansietas belum tertasi
kepercayaan Planning
- Mengajak pasien untuk - Identifikasi saat tingkat
09.48 bermain bersama ansietas berubah (mis.
- Menggunakan kondisi, waktu, stressor)
09.38 pendekatan yang tenang - Monitor tanda- tanda
dan menyakinkan ansietas (verbal dan non
- Menganjurkan keluarga verbal)
09.40 untuk tetap bersama - Gunakan pendekatan yang
pasien tenang dengan pasien
09.45 - Menganjurkan - Mengajak pasien bermain
bersosialisasi dengan bersama
teman sekamarnya
10.00 - Melatih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
(bermain boneka)
16-02-2020 Diagnosa Keperawatan: Nyeri Subjektif
Sore Akut - Ibu anak mengeluh
Intervensi : Manajemen Nyeri anaknya gelisah
- Ibu anak mengatakan anak
16.15 - Mengidentifikasi respon merasakan nyeri didaerah
nyeri non verbal perut dirasakan hilang

63
16.18 - Mengidentifikasi faktor timbul dengan skala nyeri
yang memperberat dan 4
16.19 memperingan nyeri
- Mengidentifikasi skala Objektif
16.25 nyeri - An. S tampak gelisah
- Mengukur TTV pasien - Pasien bersikap protektif
- Memberikan teknik (waspada, posisi
19.18 nonfarmakologi untuk menghindari nyeri)
mengurangi rasa nyeri - Skala nyeri 4
19.28 - Memfasilitasi istirahat - TTV
dan tidur yang cukup Suhu: 36.5 C
- Menjelaskan strategi Nadi: 112 x/menit
19.30 meredakan nyeri RR: 29 x/menit
- Mengajarkan teknik - Injeksi ketorolac 30 ml
16.25 nonfarmakologi untuk sudah diberikan
mengurangi rasa nyeri - Telah melakukan teknik
- Pemberian obat ketorolac distraksi bermain boneka
18.00 melalui IV music pada pasien.

Analisis
Nyeri akut belum tertasi

Planning
- Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
- Lanjut member obat
analgetik
- Pantau skala nyeri
- Pantau TTV
16-02-2020 Diagnosa Keperawatan: Resiko
Sore Infeksi
Intervensi : Pencegahan Infeksi, Subjektif
perawatan luka - Ibu anak mengeluh
anaknya gelisah
16.15 - Memonitor tanda-tanda Objektif
infeksi - An. S tampak gelisah
- Membatasi jumlah - Pasien tampak meringis
pengunjung - luka bekas operasi tampak
16.18 - Mencuci tangan sebelum kemerahan dan teraba
dan sesudah kontak hangat
16.19 dengan pasien dan - TTV
lingkungan pasien Suhu: 36.5 C

64
- Mempertahankan teknik Nadi: 112 x/menit
16.25 aseptic pada pasien RR: 29 x/menit
- Menjelaskan tanda dan - Injeksi ceftriaxon sudah
gejala infeksi diberikan
19.18 - Mengajarkan cara Analisis
mencuci tangan dengan Resiko infeksi belum teratasi
benar Planning
- Menganjurkan - Monitor tanda-tanda
19.28 meningkatkan asupan infeksi
nutrisi - Lanjutkan pemberian obat
- Menganjurkan antibiotik
19.30 meningkatkan asupan
cairan
- Menjelaskan tanda dan
gejala infeksi
16.25 - Menganjurkan
mengkonsumi makanan
tinggi kalori dan protein
- Pemberian obat
18.00 ceftriaxone melalui IV
- Memberikan zalf
antibiotic
- Melakukan pengukuran
TTV
- Menganjurkan menjaga
keberishan pada dan
lingkungan pasien.
16-02-2020 Diagnosa : Ansietas bd Subjektif
Sore hospitalisasi - Ibu anak mengatakan
intervensi : reduksi ansietas selalu rewel jika ada
perawat yang
16.15 - Memonitor tanda- tanda mendekatinya
ansietas (verbal dan non Objektif
verbal) - An. S tampak merengek
- Menciptakan suasana jika perawat yang datang
16.18 teraupetik untuk - Pasien tampak tidak mau
menumbuhkan berkomunikasi dengan
16.19 kepercayaan perawat
- Mengajak pasien untuk Analisis
bermain bersama Ansietas belum tertasi
16.25 - Menggunakan Planning
pendekatan yang tenang - Identifikasi saat tingkat
dan menyakinkan ansietas berubah (mis.
19.18 - Menganjurkan keluarga kondisi, waktu, stressor)
untuk tetap bersama - Monitor tanda- tanda
19.28 pasien ansietas (verbal dan non

65
- Menganjurkan verbal)
bersosialisasi dengan - Gunakan pendekatan yang
19.30 teman sekamarnya tenang dengan pasien
- Melatih kegiatan - Mengajak pasien bermain
16.25 pengalihan untuk bersama
mengurangi ketegangan
(bermain boneka)
18.00

Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi


17-02-2020 Diagnosa Keperawatan: Nyeri
Pagi Akut
Intervensi : Manajemen Nyeri Subjektif
- Ibu anak mengeluh
09.25 - Mengidentifikasi respon anaknya gelisah
09.30 nyeri non verbal - Ibu anak mengatakan anak
09.45 - Mengidentifikasi skala merasakan nyeri dengan
nyeri skala nyeri 4
09.48 - Mengukur TTV pasien
- Memberikan teknik Objektif
09.38 nonfarmakologi untuk - Pasien bersikap protektif
09.40 mengurangi rasa nyeri (waspada, posisi
- Memfasilitasi istirahat menghindari nyeri)
09.45 dan tidur yang cukup - Skala nyeri 4
- Mengajarkan teknik - TTV
nonfarmakologi untuk Suhu: 36.7 C
10.00 mengurangi rasa nyeri Nadi: 110 x/menit
- Pemberian obat ketorolac RR: 30 x/menit
melalui IV - Injeksi ketorolac 30 ml
sudah diberikan
- Telah melakukan teknik
distraksi bermain boneka
music pada pasien.
-
Analisis
Nyeri akut belum tertasi

Planning
- Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri

66
- Lanjut member obat
analgetik
- Pantau skala nyeri
- Pantau TTV
17-02-2020 Diagnosa Keperawatan: Resiko
Pagi Infeksi
Intervensi : Pencegahan Infeksi, Subjektif
perawatan luka - Ibu anak mengeluh
anaknya gelisah
09.10 - Memonitor tanda-tanda Objektif
infeksi - An. S tampak gelisah
- Membatasi jumlah - Pasien tampak meringis
09.25 pengunjung - luka bekas operasi tampak
- Mencuci tangan sebelum kemerahan dan teraba
dan sesudah kontak hangat
09.26 dengan pasien dan - TTV
lingkungan pasien Suhu: 36.8 C
- Mempertahankan teknik Nadi: 119 x/menit
09.08 aseptic pada pasien RR: 31 x/menit
- Melepaskan balutan dan - Injeksi ceftriaxon sudah
09.08 plester secara perlahan diberikan
- Membersihkan dengan Analisis
cairan NaCl Resiko infeksi belum teratasi
- Membersihkan jaringan Planning
09.36 nekrotik - Monitor tanda-tanda
- Memasang balutan sesuai infeksi
jenis luka - Lanjutkan pemberian obat
09.38 - Mempertahankan teknik antibiotik
steril saat melakukan
09.40 perawatan luka
- Menjelaskan tanda dan
09.43 gejala infeksi
- Mengajarkan cara
09.46 mencuci tangan dengan
benar
09.47 - Menganjurkan
meningkatkan asupan
09.05 nutrisi
- Menganjurkan
09.08 meningkatkan asupan
cairan
- Menjelaskan tanda dan
10.00 gejala infeksi
- Menganjurkan
mengkonsumi makanan
10.07 tinggi kalori dan protein

67
- Pemberian obat
ceftriaxone melalui IV
10.05 - Memberikan zalf
antibiotic
- Melakukan pengukuran
TTV
- Menganjurkan menjaga
10.07 keberishan pada dan
lingkungan pasien.

17-02-2020 Diagnosa : Ansietas bd Subjektif


Pagi hospitalisasi - Ibu anak mengatakan
intervensi : reduksi ansietas selalu rewel jika ada
perawat yang
09.25 - Mengidentifikasi saat mendekatinya
tingkat ansietas berubah Objektif
(mis. kondisi, waktu, - An. S sudah tampak tenang
stressor) jika perawat datang
09.28 - Memonitor tanda- tanda - Pasien mau bercerita
ansietas (verbal dan non dengan perawat dan teman
09.35 verbal) lainnya.
- Menciptakan suasana Analisis
teraupetik untuk Ansietas belum tertasi
09.45 menumbuhkan Planning
kepercayaan - Monitor tanda- tanda
- Mengajak pasien untuk ansietas (verbal dan non
09.48 bermain bersama verbal)
- Menggunakan - Gunakan pendekatan yang
09.38 pendekatan yang tenang tenang dengan pasien
dan menyakinkan - Mengajak pasien bermain
- Menganjurkan keluarga bersama
09.40 untuk tetap bersama
pasien
09.45 - Menganjurkan
bersosialisasi dengan
teman sekamarnya
10.00 - Melatih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
(bermain boneka)
17-02-2020 Diagnosa Keperawatan: Nyeri Subjektif
Sore Akut - Ibu anak mengeluh
Intervensi : Manajemen Nyeri anaknya gelisah
- Ibu anak mengatakan anak
16.15 - Mengidentifikasi faktor merasakan nyeri dengan
yang memperberat dan skala nyeri 3

68
16.18 memperingan nyeri
- Mengidentifikasi skala Objektif
16.19 nyeri - Pasien bersikap protektif
- Mengukur TTV pasien (waspada, posisi
16.25 - Memberikan teknik menghindari nyeri)
nonfarmakologi untuk - Skala nyeri 3
mengurangi rasa nyeri - TTV
19.18 - Memfasilitasi istirahat Suhu: 36.5 C
dan tidur yang cukup Nadi: 111 x/menit
19.28 - Mengajarkan teknik RR: 29 x/menit
nonfarmakologi untuk - Injeksi ketorolac 30 ml
mengurangi rasa nyeri sudah diberikan
19.30 - Pemberian obat ketorolac - Telah melakukan teknik
melalui IV distraksi bermain boneka
16.25 music pada pasien.

Analisis
18.00 Nyeri akut belum tertasi

Planning
- Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
- Lanjut member obat
analgetik
- Pantau skala nyeri
- Pantau TTV
17-02-2020 Diagnosa Keperawatan: Resiko
Sore Infeksi
Intervensi : Pencegahan Infeksi, Subjektif
perawatan luka - Ibu anak mengeluh
anaknya gelisah
16.15 - Memonitor tanda-tanda Objektif
infeksi - An. S tampak gelisah
- Membatasi jumlah - Pasien tampak meringis
pengunjung - luka bekas operasi tampak
16.18 - Mencuci tangan sebelum kemerahan dan teraba
dan sesudah kontak hangat
16.19 dengan pasien dan - TTV
lingkungan pasien Suhu: 36.5 C
- Mempertahankan teknik Nadi: 111 x/menit
16.25 aseptic pada pasien RR: 29 x/menit
- Menjelaskan tanda dan - Injeksi ceftriaxon sudah

69
gejala infeksi diberikan
19.18 - Mengajarkan cara Analisis
mencuci tangan dengan Resiko infeksi belum teratasi
benar Planning
- Menganjurkan - Monitor tanda-tanda
19.28 meningkatkan asupan infeksi
nutrisi - Lanjutkan pemberian obat
- Menganjurkan antibiotik
19.30 meningkatkan asupan
cairan
- Menjelaskan tanda dan
gejala infeksi
16.25 - Menganjurkan
mengkonsumi makanan
tinggi kalori dan protein
- Pemberian obat
18.00 ceftriaxone melalui IV
- Memberikan zalf
antibiotic
- Melakukan pengukuran
TTV
- Menganjurkan menjaga
keberishan pada dan
lingkungan pasien.
17-02-2020 Diagnosa : Ansietas bd Subjektif
Sore hospitalisasi - Ibu anak mengatakan anak
intervensi : reduksi ansietas sudah mau bersosialisasi
dengan teman-temannya
16.15 - Memonitor tanda- tanda Objektif
ansietas (verbal dan non - An. S sudah tampak tenang
16.18 verbal) jika perawat datang
- Menciptakan suasana - Pasien mau bercerita
16.19 teraupetik untuk dengan perawat dan teman
menumbuhkan lainnya.
kepercayaan Analisis
16.25 - Mengajak pasien untuk Ansietas teratasi
bermain bersama Planning
- Menggunakan - Monitor tanda- tanda
19.18 pendekatan yang tenang ansietas (verbal dan non
dan menyakinkan verbal)
19.28 - Menganjurkan keluarga - Gunakan pendekatan yang
untuk tetap bersama tenang dengan pasien
pasien - Mengajak pasien bermain
19.30 - Menganjurkan bersama
bersosialisasi dengan
16.25 teman sekamarnya

70
- Melatih kegiatan
pengalihan untuk
18.00 mengurangi ketegangan
(bermain boneka)

71
BAB IV
PEMBAHASAN

Hasil pengkajian diperoleh data yang merupakan langkah awal untuk


melakukan asuhan keperawatan pada An. S dengan Post OP Tumor Intra
Abdomen hari ke-2 diruang Edelwis RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Data
tersebut dapat dijadikan acuan dan tolak ukur dalam melakukan pembahasan dan
sebagai hasil akhir, dapat dilihat sebagai berikut :
A. Interpretasi dan Diskusi
1. Pengkajian
Pengkajian yang telah dilakukan pada An. S pada tanggal 14
Februari 2020 didapatkan data dengan menggunakan metode
wawancara, observasi dan pencarian data medis penyakit Post OP
Tumor Intra Abdomen hari ke-2 diruang Edelwis RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal
14 Maret 2020 didapatkan hasil pasien mengeluh Ibu an.s mengatakan
Ibu an.s mengatakan benjolan yang dirasakan an.s sudah 4 bulan lalu
yang awalnya kecil semakin lama membesar yan mengakibatkan an.s
demam hilang timbul selama 2 hari. Lalu ibu an.s mebawa an.s ke
klinik bidan di karya tunas jaya yang dekat dengan rumahnya untuk di
periksa. Kemudian ibu an.s mengatakan bahwa bidan tempat klinik
yang ia periksa tersebut menyarankan untuk diperiksa di RS Indragiri
Hilir. Saat di RS Indragiri Hilir an.s dirawat selama seminggu untuk
melihat perkembangan pembengkakan. Lalu setelah itu an.s dirujuk ke
RS Arifin achmad dan dirawat di ruang anak lili non infeksi dirawat
dan melakukan pemeriksaan CT – Scan dan jadwal operasi, lalu
pasien pulang. Pada tanggal 9 Januari 2020 an.s masuk RS Arifin
achmad dirawat di ruang edelwish dengan keluhan benjolan pada
abdomen sebelah kiri, demam hilang timbul, dan nafsu makan
menuurn sejak 2 minggu smrs. Pasien dilakukan operasi laparotomy

72
eksplorasi pada tanggal 12 Januari 2020 pada jam 15.30 WIB. Setelah
di operasi an.s masuk keruangan PICU dan dirawat selama satu hari
kemudian pada tanggal 13 Februari 2020 an.s masuk keruangan
edelwies.
Pada tanggal 14 Januari 2020 saat dilakukan pengkajian Ibu
an. s mengatakan masih nyeri didaerah luka post op dibagian
abdomen. Nyeri yang dirasakan terus menerus dangan skala nyeri 6
dan an.s terlihat sering mengangis dan merengek. Diarea abdomen
adanya luka post op laparotomy eksplorasi dengan panjang perpan
panjang 5 cm dan lebar 12 cm. Luka post op hari kedua belum
dilakukannya perawatan luka atau penggantian perban. An.s tampak
selalu merengek dan terlihat takut saat perawat mendekatinya dan
pasien diet hanya boleh ASI. Pada tanggal 15 Februari saat
dilakukukan perawatan luka adanya luka post op laparotomy
eksplorasi dengan panjang 0,5 cm dan lebar 8 cm, luka post op masih
terlihat basah dan warna kulit pada luka terlihat agak merah.
. Hasil pemeriksaan CT Abdomen pada tanggal 16 Januari
2020 dengan hasil adanya tumor intra abdomen regio hipondrium
sinistra suspect malignant. Hasil pemeriksaan kimia darah pada
tanggal 12 Februari 2020 yaitu Hemoglobin 11,4 d/gL, leukosit 19,49
103/uL, trombosit 202 103/uL, eritrosit 4.45 106/uL, hematocrit 36.1 %,
MCV 81.1 fL, MCH 22.6 Pq, MCHC 31.6 g/dL, RDW-CV 16.7 %,
RDW-SD 48.7 fL, PDW 10.0 fL, MPV 9.7 fL, dan P-LCR 22.2 %..
Hitung jenis : Basofil 0.3 %, Eosinofil 0.2 %, Neutrofil 82.2 %,
limfosit 4.4 %. Terapi yang diberkan yaitu Ceftriaxone 2 x 200 gram
(pukul 10.00, dan 22.00 WIB), Ketorolac 3 x 5 mg (pukul 10.00,
18.00, dan 02.00 WIB)

73
2. Diagnosa keperawatan
Tahap ini merupakan langkah awal yang dilakukan kelompok
dalam melakukan asuhan keperawatan pada An.S. Diagnosa
keperawatan yang didapat adalah pernyatan yang menguraikan respon
aktual atau potensial pasien terhadap masalah kesehatan perawat
mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon aktual
dan potensial pasien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan
literatur yang berkaitan, catatan medis pasien dan konsultasi dengan
profesional lain yang semuanya di kumpulkan selama pengkajian.
Diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan teori Tumor
Intra Abdomen yaitu :
a. Nyeri akut bd agen pencedera biologis
b. Defisit nutrisi bd kurangnya asupan makanan
c. Pola napas tidak efektif bd depresi pusat pernapasan

Sedangkan diagnosa keperawatan yang didapakan pada kasus


yaitu:
a. Nyeri akut bd agen cedera fisiologis Perfusi perifer tidak efektif b/d
penurunan konsentrasi hemoglobin
b. Ansietas bd hospitalisasi
c. Risiko Infeksi
Diagnosa keperawatan ini didapatkan dari hasil pengkajian dan
menegakkan diagnose ini berdasarkan standar diagnosa keperawatan
Indonesia (SDKI).

3. Intervensi
Penyusunan intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan
standar intervensi keperawatan indonesia (SIKI) (PPNI, 2018).
Intervensi atau perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan

74
dimana tujuan yang berpusat pada kebutuhan klien dan hasil yang
diperlukan kemudian ditetapkan dengan intervensi keperawatan
dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry, 2012).
Intervensi mengacu kepada kebutuhan pasien yang dirasakan saat
pengkajian. Diagnosa keperawatan prioritas yaitu Nyeri akut bd agen
cedera fisiologis, Ansietas bd hospitalisasi, dan resiko infeksi
Diagnosa yang pertama yaitu nyeri akut bd agen cedera
fisiologis adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan. Intervensi yang dilakukan yaitu
identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri, identifikasi respon nyeri non verbal, identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri, berikan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri, fasilitasi istirahat dan tidur, jelaskan
penyebab, periode, dan pemicu nyeri, jelaskan strategi meredakan
nyeri, ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri,
kolaborasi dalam pemberian analgetik.
Diagnosa yang kedua yaitu Ansietas b/d Krisis Situasional.
Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya
yan memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman. Salah satu dari banyaknya intervensi keperawatan yang
mendukung yaitu memberikan tindakan terapeutik pada klien yaitu
Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. kondisi, waktu,
stressor), monitor tanda- tanda ansietas (verbal dan non verbal),
ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan kepercayaan, temani
pasien untuk mengurangi kecemasan, pahami situasi yang membuat
ansietas dengarkan dengan penuh perhatian, gunakan pendekatan yang
tenang dan menyakinkan, tempatkan barang pribadi yang memberikan
kenyamanan, motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu

75
kecemasan, diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang
akan datang, dan kolaborasi pemberian obat antiansietas
Diagnosa ketiga yaitu risiko infeksi. Risiko infeksi adalah
berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.
Intervensi yang dilakukan yaitu monitor Monitor tanda dan gejala
infeksi local dan sistemik, monitor karakteristik luka (misalnya
drainase, warna, ukuran), monitor tanda-tanda infeksi, batasi jumlah
pengunjung, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien, pertahankan teknik aseptic pada pasien
berisiko tinggi, lepaskan balutan dan plester secara perlahan,
bersihkan dengan cairan nacl, bersihkan jaringan nekrotik, pasang
balutan sesuai jenis luka, pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka, jelaskan tanda dan gejala infeksi, ajarkan cara
mencuci tangan dengan benar, anjurkan meningkatkan asupan nutrisi,
anjurkan meningkatkan asupan cairan, jelaskan tanda dan gejala
infeksi, anjurkan mengkonsumi makanan tinggi kalori dan protein,
kolaborasi dalam pemberian antibiotik.
Diagnosa keempat yaitu risiko jatuh. Risiko jatuh adalah berisik
mengalami kerusakan fisik dan gangguan keehatan akibat terjatuh.
Intervensi yang dilakukan yaitu identifikasi faktor risiko jatuh
(neuropati), hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala (mis, fall
morse scale), pastikan roda tepat tidur selalu dalam kondisi terkunci,
pasang handrail tempat tidur, atur tempat tidur mekanis pada posisi
terendah, anjurkan mengganggil perawat jika membutuhkan bantuan
untuk berpindah.

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk membantu pasien dari masalah kesehatan yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Diagnosa prioritas
pada kasus yaitu Diagnosa keperawatan prioritas yaitu Nyeri akut bd

76
agen cedera fisiologis. Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, mengidentifikasi respon nyeri non verbal,
mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri,
memberikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri,
memfasilitasi istirahat dan tidur, menjelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri, menjelaskan strategi meredakan nyeri, mengajarkan
teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri, pemberian obat
ketorolac melalui iv
Diagnosa yang kedua yaitu resiko infeksi. Tindakan keperawatan
yang dilakukan yaitu memonitor tanda dan gejala infeksi local dan
sistemik, memonitor karakteristik luka (misalnya drainase, warna,
ukuran), memonitor tanda-tanda infeksi, membatasi jumlah
pengunjung, mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien, mempertahankan teknik aseptic pada
pasien berisiko tinggi, melepaskan balutan dan plester secara perlahan,
membersihkan dengan cairan nacl, membersihkan jaringan nekrotik,
memasang balutan sesuai jenis luka, mempertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka, menjelaskan tanda dan gejala infeksi,
mengajarkan cara mencuci tangan dengan benar, menganjurkan
meningkatkan asupan nutrisi, menganjurkan meningkatkan asupan
cairan, menjelaskan tanda dan gejala infeksi, menganjurkan
mengkonsumi makanan tinggi kalori dan protein, pemberian obat
ceftriaxone melalui iv.
Diagnosa ketiga yaitu Ansietas bd hospitalisasi. Tindakan
keperawatan yang dilakukan yaitu mengidentifikasi saat tingkat ansietas
berubah (mis. kondisi, waktu, stressor), memonitor tanda- tanda
ansietas (verbal dan non verbal), menciptakan suasana teraupetik untuk
menumbuhkan kepercayaan, memahami situasi yang membuat ansietas
dengarkan dengan penuh perhatian, menggunakan pendekatan yang
tenang dan menyakinkan, menganjurkan keluarga untuk tetap bersama

77
pasien, melatih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
(bermain boneka).
Diagnosa keempat yaitu risiko jatuh. Tindakan keperawatan
yang dilakukan yaitu menghitung risiko jatuh dengan menggunakan
skala (mis, humpty dumpty), memastikan roda tempat tidur selalu
dalam kondisi terkunci, memasang handrail tempat tidur, mengatur
tempat tidur mekanis pada posisi terendah, menganjurkan mengganggil
perawat atau mengikut sertakan kelurga jika membutuhkan bantuan
untuk mobilisasi

5. Evaluasi
Kelompok melakukan evaluasi kepada pasien ± 15 menit setelah
dilakukan intervensi serta sesuai dengan jadwal dinas/shife anggota
kelompok dan diagnosa keperawatan teratasi .Evaluasi keperawatan
merupakan proses keperawatan untuk mengukur respon klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan
(Potter & Perry, 2012).
Hasil evaluasi yang kami lakukan selama 3 hari ini yaitu nyeri
akut teratasi yaitu nyeri pada an.s dari skala 6 menurun menjadi skala
3, sedangkan ansietas pada an.s sudah teratasi, ps tidak merengek
ketika ketemu perawat, resiko infeksi tidak terjadi yaitu tidak ada
tanda – tanda infeksi pada luka post op pasien, dan resiko jatuh
teratasi yaitu tidak ada jatuh pada pasien an.s.

78
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tumor intra abdomen merupakan massa yang padat dengan ketebalan
yang berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang mengalami
transformasi dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel
normal, sehingga sel tersebut berbeda dari sel normal dalam bentuk dan
strukturnya.
Kasus seminar yang kelompok ambil diruangan Edelweis adalah
Tumor Intra Abdomen yang dialami oleh An. S. Salah satu masalah
keperawatan yang dialami As. S yaitu ansietas dengan asuhan keperawatan
yang diberikan adalah memberikan suasana yang nyaman pada pasien,
menggunakan pendekatan yang tenang pada pasien dengan memberikan suatu
pengalihan seperti memberi boneka agar pasien tidak takut pada perawat.
B. Saran
1. Pelayanan Kesehatan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pasien dengan Tumor Intra Abdomen.
2. Institusi Pendidikan
Makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya mengenai asuhan
keperawatan pada pasien dengan Tumor Intra Abdomen.
3. Ilmu Keperawatan
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi daan
dapat melakukan asuhan keperawatan yang lebih baik lagi.

79

Anda mungkin juga menyukai