Askep Gangguan Pendengaran
Askep Gangguan Pendengaran
PENDENGARAN
MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas mata ajaran KMB I
Oleh
KMB I Page 1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Sumber : http://media.photobucket.com
KMB I Page 2
Panjangnya sekitar 2,5 cm, kulit pada kanalis mengandung kelenjar
glandula seruminosa yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut
juga serumen. Serumen mempunyai sifat antibakteri dan memberikan
perlindungan kulit. Kanalis Auditorius Eksternus akan berakhir pada
membran timpani.
2. Telinga Tengah, terdiri dari :
a. Membran Timpani/Gendang Telinga membatasi telinga luar dan tengah.
Merupakan suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncak-nya umbo
mengarah ke medial. Membrane timpani tersusun oleh suatu lapisan
epidermis, lapisan fibrosa, tempat melekatnya tangkai malleus dan lapisan
mukosa di bagian dalamnya.
b. Kavum Timpani
Dimana terdapat rongga di dalam tulang temporal dan ditemu-kan 3 buah
tulang pendengaran yang meliputi :
1) Malleus, bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga.
2) Inkus, menghubungkan maleus dan stapes.
3) Stapes, melekat pda jendela oval di pintu masuk telinga dalam.
c. Antrum Timpani
Merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak dibagian bawah
samping kavum timpani, antrum dilapisi oleh mukosa yang merupakan
lanjutan dari lapisan mukosa kavum timpani, rongga ini berhubungan
dengan beberapa rongga kecil yang disebut sellula mastoid yang terdapat
dibelakang bawah antrum di dalam tulang temporalis.
d. Tuba Auditiva Eustakhius
Dimana terdapat saluran tulang rawan yang panjangnya ± 3,7 cm berjalan
miring kebawah agak ke depan dilapisi oleh lapisan mukosa. Tuba
Eustakhius adalah saluran kecil yang memungkinkan masuknya udara luar
ke dalam telinga.
3. Telinga Dalam, terdiri dari :
telinga dalam terdapat jauh didalam bagian petrous tulang temporal,
didalamnya terdapat organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan
(kanalis semisirkularis) dan saraf cranial VII (nervus fasialis) dan nervus VIII
(nervus kokleovestibularis).
KMB I Page 3
2.2. Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh pinna dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang koklea. Getaran tersebut
menggetarkan membrane timpani, diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian
tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang
pendengaran dan perkalian perbandingan lurus membran timpani dan tingkap lonjong.
Energi getaran tersebut akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong
sehingga perilimfe pada skala vestibula bergerak. Getaran diteruskan melalui
membran Reissner yang mendorong endolimfe sehingga akan menimbulkan gerakan
relative antara membran basalis dan membrantektoria.
Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan
ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini meimbulkan proses depolarisasi sel
rambut sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran di lobus temporalis.
KMB I Page 4
Malformasi congenital pada telinga luar adalah sebagai akibat gangguan
perkembangan arkus brakial 1 dan 2 diantaranya adalah :
a. Atresia Liang Telinga
Kelainan ini jarang ditemukan, penyebabnya belum diketahui dengan jelas,
diduga oleh factor genetic seperti infeksi virus atau intoksikasi bahan kimia pada
kehamilan muda misalnya talidomida. Manifestasi klinis yang tampak adalah daun
telinga yang tidak tumbuh dan liang telinga yang atressia sehingga tindakan yang
dapat dilakukan untuk kelainan ini adalah rekonstruksi yang bertujuan memperbaiki
fungsi pendengaran juga untuk kosmetik.
b. Mikrotia atau Makrotia
Gambar Mikrotia
Sumber : www.microtia.bikinsitus.com & www.kbb.uludag.edu.tr
Pinna yang sangat besar (makrotia) atau sangat kecil (mikrotia). Secara umum
deformitas pinna berkorelasi dengan deformitas pada membran timpani dan telinga
tengah dalam derajat yang dapat diperkirakan. Intervensi yang dapat dilakukan adalah
perbaikan kosmetik dari pinna sendiri sebelum anak berinteraksi di lingkungan
sekolah.
c. Fistula Preaurikular
Sumber : www.cechin.com.ar
KMB I Page 5
Fistula dapat ditemukan di depan tragus dan sering terinfeksi. Pada keadaan
tenang tampak muara fistula berbentuk bulat atau lonjong, berukuran seujung pensil,
dan dari muara tersebut sering keluar secret yang berasal dari kelenjar sebasea.
Merupakan bentuk abnormal dari daun telinga, dimana daun telinga tampak
lebih lebar dan lebih berdiri. Secara fisiologis tidak terdapat gangguan body image
karena berpengaruh pada estetika.
2) Trauma
Trauma pada telinga luar dapat merusak dan menghancurkan aurikula dan
kanalis autikus eksternus, yang termasuk bagaian dari trauma ini diantaranya :
a. Laserasi
Trauma akibat laserasi biasa terjadi karena klien tampak mengorek-ngorok
telinga dengan jari atau penjepit rambut atau klip kertas. Laserasi dinding kanalis
dapat menyebabkan
b. Frostbite
Frostbite pada aurikula dapat timbul dengan cepat pada lingkungan bersuhu
rendah dengan angin dingin yang kuat, pemanasan yang cepat dinjurkan seperti
dengan mengguyur telinga yang terkena dengan air hangat bersuhu 100 dan 108ºF
sampai terlihat tanda-tanda pencairan.
c. Hematoma
Hematoma telinga luar sering dijumpai pada pengulat dan petinju akibat
penumpukan bekuan darah diantara perikondrium dan tulang rawan, yang dapat
berakibat terbentuknya telinga bunga kol jika tidak diobati, oleh karena itu perlunya
KMB I Page 6
tindakan insisi dan drainage kumpulan darah dalam kondisi steril diikuti dengan
pemasangan balutan tekan khususnmya pada konka. Pada para pegulat atau petinju
perlunya memakai pelindung kepala saat latihan atau saat bertanding.
3) Infeksi dan Non Infeksi Pada Pinna, Aurikula dan Kananlis Autikus Eksternus
a. Serumen
Adalah secret kelenjar sebasea dan apokrin yang terdapat pada bagian kartila-
ginosa liang telinga yang diketahui memiliki fungsi sebagai sarana pengangkut debris
epitel dan kontaminan untuk dikeluarkan dari membrane timpani. Serumen juga
berfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan dan pembentukan fisura
pada epidermis.
Pada keadaan normal serumen tidak akan tertumpuk di liang telinga, tetapi
akan keluar sendiri pada waktu mengunyah dan setelah sampai diluar liang telinga
akan menguap oleh panas. Penumpukan serumen yang berlebihan akan menimbulkan
gangguan pendengaran, juga bila liang telinga kemasukan air maka serumen akan
mengembang sehingga menyebabkan rasa tertekan yang menggangu pendengaran.
Interfensi kolaboratif yang dianjurkan adalah :
1) Pemberian obat tetes telinga untuk waktu yang singkat, seperti minyak
mineral, H2O2 3%,
2) Irigasi telinga dengan campuran air (sesuai suhu tubuh) dan H 2O2 3%, dalam
melakukan irigasi ini harus berhati-hati agar tidak merusak membrane timpani
dan jika tidak dapat memastikan keutuhan membrane timpaniu sebaiknya
irigasi tidak dilakukan.
3) Jika klien mengeluh telinganya tersumbat maka perlunya dilakukan
penghisapan dengan menggunakan forceps alligator tipe Hartmann.
b. Benda Asing
Benda asing yang sering ditemukan pada liang telinga dapat berupa :
1. Benda hidup seperti serangga
(kecoa, semut atau nyamuk)
2. Benda mati seperti komponen
tumbuh-tumbuhan atau mineral ?(kacang-kacangan, karet penghapusan,
potongan korek api, dll)
KMB I Page 7
Intervensi yang dapat dilakuakan adalah kerjasama yang baik antara klien dengan
dokter , karena usaha mengeluarkan benda asing oleh klien sendiri seringkali akan
mendorong benda asing lebih ke dalam.
Tindakan yang harus diperhatikan oleh perawat :
i. Bila benda asing berupa serangga, maka harus dimatikan terlebih dahulu
sebelum serangga dikeluarkan, dengan memasukan tampon basah ke liang
telinga lalu meneteskan cairan misalkan larutan rivanol ke liang telinga selama
10 menit, lalu lakukan irigasi dengan air sesuai suhu tubuh untuk mengeluar-
kannya.
ii. Bila benda asing berupa kacang-kacangan, maka teteskan minyak mineral yang
berguna untuk melunakan kacang-kacangan tersebut dan lakukan irigasi
dengan air untuk mengeluarkannya.
iii. Bila benda asing yang besar dapat ditarik dengan pengait serumen dan yang
kecil dapat diambil dengan kunam atau pengait.
c. Otitis Eksternus
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh
bakteri dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor ini penyebab timbulnya
otitis eksterna ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma local dan alergi.
Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema
dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma local yang mengakibatkan
bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada
otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41 %), strepokokus (22%), stafilokokus
aureus (15%) dan bakteroides (11%).
KMB I Page 8
tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga,
deskuamasi, sekret di liang telinga dan kecenderungan untuk
kambuhan.
(http://tht-fkunram.blogspot.com)
Adalah peradangan, infeksi atau respon alergi pada struktur Kanalis Autikus
Eksternal atau Aurikula. Infeksi dapat terjadi sebagai akibat factor-faktor predisposisi :
1) Perubahan pH kulit kanalis yang biasanya asam menjadi basa.
2) Perubahan lingkungan terutama gabungan peningkatan suhu tubuh dan
kelembaban.
3) Suatu trauma ringan seringkali karena berenang atau membersihkan
telinga secara berlebihan.
b. Etiologi
1. Agen infeksi berupa bakteri atau jamur :
a. Pseudomonas Aeruginosa
b. Streptococcus
c. Staphylococcus
d. Aspergillus
2. Allergen eksternal berupa:
i. Kontak dengan kosmetik
ii. Hair spray
iii. Earphone
iv. Anting-anting
v. Hearing aid (Alat Bantu Mendengar)
c. Patoflow diagram
Agen iritan (allergen)
Agen infeksus
KMB I Page 9
bengkak
nyeri bila disentuh
KMB I Page 10
parut (sikatrik). Intervensi kolaboratif adalah dengan cara operasi
rekonstruksi liang telinga.
e. Insiden
1. Sering terjadi pada musim panas dimana banyak orang menikmati
olahraga air (berenang di danau, laut atau kolam renang)
2. Klien yang mengalami trauma terbuka pada kanalis akustikus eksterna
akan lebih mudah mengalami infeksi.
f. Penatalaksanaan
1. Membersihkan liang telinga dengan penghisap atau kapas dengan hati-
hati.
2. Penilaian terhadap secret, edema dinding kanalis dan membrane
timpani bila memungkinkan.
3. Terapi antibiotika local, topical dan sistemik
4. Terapi analgetik
2. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
Perawat perlu melakukan anamnesa dari keluhan klien seperti :
i. Nyeri saat pinna dan tragus bergerak
ii. Nyeri pada liang telinga
iii. Telinga terasa tersumbat
iv. Perubahan pendengaran
v. Keluar cairan dari telinga yang berwarna kehijauan.
KMB I Page 12
9) Kolaborasi terapi analgetik seperti Acetylsalisilat acid (Aspirin
Entrophen) dan Acetaminophen (Tylenol,Abenol).
d. Evaluasi
Tujuan yang diharapkan adalah :
1) Rasa nyaman klien terpenuhi, nyeri berangsur-angsur hilang.
2) Persepsi sensory pendengaran dalam batas normal.
3) Tidak terjadi infeksi.
4) Tidak terjadi resiko injury.
5) Harga diri klien tidak terganggu.
6) Pemahaman klien mengenai penyakit, penyebab dan prosedur
pembedahan bertambah.
4) Neoplasma
Berbagai lesi kulit termasuk neoplasma dapat ditemukan pada aurikula dan
liang telinga. Osteoma adalah suatu tumor jinak pada dinding liang telinga yang
tampak sebagai benjolan tunggal, kertas dan bundar yang menempel pada sepertiga
bagian dalam telinga.
Eksostosis adalah tumor berupa tonjolan bundar dari tulang kanalis yang
hipertropik (biasanya multiple dan bilateral). Etiologi belum diketahui dengan pasti,
tetapi dapat disebabkan oleh karena sering berenang dalam air dingin.
Karsinoma sel gepeng merupakan keganasan yang paling sering pada liang
telinga dapat segera disembuhkan dan ditangani dengan cepat jika didiagnosis secara
dini demikian juga dengan karsinoma sel basal. Pengobatan awal yang lebih dipilih
adalah eksisi bedah.
Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari membrane timpani, bila
dilihat dari arah liang telinga berbentuk bundar dan lekung dan gendang telinga adalah
suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncaknya, umbo, mengarah ke medial.
Membrane timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis, lapisan fibrosa tempat
melekatnya tangkai maleus dan lapisan mukosa dibagian dalamnya.
Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan, prosesus
longus maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus
KMB I Page 13
melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan
koklea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Pada pars
flaksida terdapat daerah yang disebut atik, ditempat ini terdapat aditus adantrum yaitu
lubang yang menghubungkan daerah nasopharing dengan telinga tengah.
Penyakit pada telinga tengah banyak ditemukan diseluruh dunia, seperti
beberapa penelitian menunjukan bahwa otitis media merupakan masalah paling umum
terutama pada anak-anak. Yang termasuk Gangguan pada Telinga Tengah diantaranya
KMB I Page 14
Ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah
selalu sama dengan tekanan udara luar, ini dapat dibuktikan :
a. Perasat Valsava
Teknik yang dilakukan dengan cara meniupkan dengan kertas dari hidung
dipijat serta mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka akan terasa udara masuk
kedalam telinga tengah yang menekan membrane timpani kearah lateral seperti
“meletup”. Perasat ini tidak boleh dilakukan apabila terjadi infeksi pada jalan
nafas.
b. Perasat Tyonbee
Teknik yang dilakukan dengan cara menelan ludah sambil hidung dipijat serta
mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka akan terasa membrane tympani tertarik ke
medial. Perasat ini lebih fisiologis.
C. Barotrauma
Adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar
telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan tuba
gagal membuka. Apabila perbedaan tekanan melebihi 90 mmHg, maka otot yang
normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada keadaan ini terjadi tekanan
negative sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang-
KMB I Page 15
kadang disertai dengan rupture pembuluh darah, yang dapat menyebabkan cairan di
telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah.
Manifestasi klinis berupa nyeri pada telinga, klien mengeluh kurang jelas
pendengarannya, autofonia, perasaan ada air dalam telinga dan kadang-kadang tinnitus
dan vertigo.
Intervensi yang dapat dilakukan diantaranya adalah :
a. Melakukan Perasat Valsava salama tidak ada infeksi pada jalan nafas atas.
b. Terapi dekongestan.
c. Jika cairan masih menetap ditelinga tengah sampai beberapa minggu maka
dianjurkan untuk tindakan miringotomi dan bila perlu pemasangan pipa
ventilasi (Grommet).
Usaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu
mengunyah permen karet atau melakukan Perasat Valsava, terutama sewaktu dalam
pesawat terbang mulai turun untuk mendarat.
KMB I Page 17
c. Intervensi :
Kaji pasien : nyeri, mual atau pusing
Dorong pasien untuk latihan aktivitas fisik secara bertahap.
Instruksikan pasien untuk istirahat baringa dengan memutarkan
kepalanya ke samping dengan telinga yang dioperasi menghadap ke
atas untuk menjaga posisi protese.
Mengatur pemberian analgetik, suppressant vestibular, obat mual
jika diperlukan.
f. Otitits Media
a) Pengertian
Otitis media adalah pendengaran sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustakhius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
b) Pembagian Otitis Media
Otitis media terbagi atas :
1. Otitis media supuratif, terdiri dari :
Otitis Media Supuratif akut = otitis media akut (OMA)
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK/OMP)
2. Otitis media non supuratif, terdiri dari :
Otits Media Serosa Akut (barotraumas)
Otitis Media Serosa Kronis
Disini akan dijelaskan Proses Keperawatan pada klien dengan Otitis Media
secara komperhensip.
A. Otitis Media Akut (OMA)
1. Pengertian
Otitis Media Akut (OMA) adalah infeksi akut telinga tengah.
(Brunner and Sudath. 1997 :2050)
Otitis Media Akut (OMA) adalah penyakit yang disebabkan oleh serangan
mendadak dari infeksi bakteri dalam telinga bagian tengah. (Charlene
J.Reevas.2001:16)
2. Etiologi
Penyebab utama Otitis Media Akut (OMA) :
KMB I Page 18
a) Masuknya bakteri patogenik (Streptococcus Pnemoniae, Hemophillus
Influenza, Moraxella Catarrhalis) ke dalam telinga tengah.
b) Disfungsi tuba eustakhius, seperti obstruksi yang diakibatkan infeksi
saluran pernapasan atas, inflamasi jaringan disekitar (sinusitis,hipertropi
adenoid), atau reaksi alergi (rhinitis Alergika)
3. Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme (Streptococcus Pnemoniae, Hemophillus
Influenza, Moraxella Catarrhalis) ke telinga tengah dai nasopharing atau
telinga luar melalui tuba eustakhius yang mengalami infeksi.
Mukosa yang melapisi tuba Eustakhius, telinga tengah, dan sel-sel mastoid
mengalami peradangan akut. Mukopus terkumpul di dalam telinga dan sel-sel
udara. Tekanan dalam telinga tengah makin meningkat, gendang telinga
meradang, disebabkan oleh nekrosis iskhemik. Mukopus kemudian keluar ke
telinga luar. Gendang telinga menyembuhkan dan tuba eustakhius terbuka lagi.
Peradangan biasanya sembuh dengan pengobataan yang efektif dan telinga
tengah kembali pada bentuk dan fungsi normal. Tetapi kadang-kadang
peradangan terus berlangsung dan diikuti dengan komplikasi.
KMB I Page 21
Pemberian antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Bila membran
timpani terlihat hiperemis difus dilakukan Miringotomi. Antibiotika yang
diajurkan golongan Penicillin diberikan Eritromisin.
c. Stadium supurasi
Pemberian antibiotika dan tindakan miringotomi jika membran timpani
masih utuh untuk menghilangkan gejala klinis dan ruptur dapat dihindari.
d. Stadium resolusi
Pemberian antibiotika dilanjutkan sampai 3 minggu jika tidak terjadi
resolusi.
Proses Keperawatan Pada Pasien dengan Otitis Media Akut
1. Pengkajian
Pengumpulan pengkajian data melalui riwayat kesehatan dan pemeriksaan
fisik seperti di bawah ini :
i. Riwayat kesehatan : adakah baru-baru ini infeksi pernafasan atas
ataukah sebelumnya klien mengalami ISPA, ada nyeri daerah telinga,
perasaan penuh atau tertekan di dalam telinga, perubahan
pendengaran.
ii. Pemeriksaan fisik : tes pendengaran, memeriksa membran timpani.
KMB I Page 22
Anjurkan untuk menghangatkan telinga untuk mengurangi
kontraindikasi.
R : menghangatkan dapat melebarkan pembuluh darah, meningkatkan
reabsorbsi dari cairan dan mengurangi bengkak.
Ajarkan untuk melaporkan segera nyeri yang tiba-tiba untuk perawatan
primer.
R : nyeri yang tiba-tiba mengindikasikan adanya perforasi spontan dari
membran timpani dengan tekanan tiba-tiba dari telinga tengah.
KMB I Page 23
penyakit tersebut kambuh. Prosesus longus inkus menderita paling dini karena
aliran darah ke bagian ini kurang. Klien tidak pernah mendapatkan suatu
komplikasi yang berat.
4. Tanda dan Gejala
a. Kehilangan Pendengaran
b. Otorea intermitten atau persisten yang bau busuk
c. Tidak ada nyeri
d. Pada pemeriksaan audiogram menunjukan tuli konduktif dalam berbagai
derajat
5. Test Diagnostik
a. Otoskopik Membran Timpani tampak perforasi dan Kolesteatoma dapat
terihat sebagai massa putih dibelakang membrane timpani
b. Audiometri memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau
campuran
6. Penatalaksanaan
a. Penanganan local : pembersihan hati-hati telinga menggunakan mikroskop
dan alat penghisap, pemberian antibiotika tetes
b. Timpanoplasti, untuk mengembalikan fungsi telinga tengah, menutup
lubang perforasi tengah, mencegah infeksi berulang dan memperbaiki
pendengaran
c. Prodesur bedah paling sederhana tipe I ( miringoplasti ) untuk menutup
lubang perforasi pada membrane timpani, tipe II sampai V untuk perbaikan
yang lebih intensif struktur telinga tengah
d. Mastoidektomi, untuk mengangkat kolesteatoma, mencapai struktur yang
sakit, dan menciptakan telinga yang aman, kering dan sehat
7. Kopmplikasi
a. Kehilangan pendengaran sensorineural
b. Disfungsi syaraf fasial
c. Lateral sinus thrombosis
d. Abses otak atau subdural
e. Meningitis
KMB I Page 24
C. Otitis Media Perforasi (OMP)
a. Pengertian
Otitis Media Akut Perforasi adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga bagian tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel – sel mastoid
yang diikuti dengan rupturnya membrane tympani dan biasanya terdapat sekret
yang mengalir keluar dari telinga bagian tengah ke telinga bagian luar.
www.indoskripsi.com
c. Insiden
Sering dijumpai pada anak-anak, bila terjadi pada orang dewasa kemungkina
pada pasien yang menjalani radioterapi dan barotrauma seperti penyelam
d. Tanda dan Gejala
1. Pasien mengeluh kehilangan pendengaran
KMB I Page 25
2. Rasa penuh dalam telinga
3. Suara letup atau berderik yang terjadi ketika tuba eusakhius berusaha
membuka.
e. Test Diagnostik
1. Audiogram menunjukan adanya tuli konduktif dalam
berbagai derajat
2. Otoscope pada membrane timpani tampak sklerotik
(tidak terisi sel udara dan mungkin terdapat rongga dalam tulang akibat
erosi oleh kolesteoma)
f. Penatalaksanaan
1. Miringoplasti, bila kehlangan pendengaran yang
berhubungan dengan efusi telinga tengah menimbulkan masalah bagi
pasien
2. Mastoidektomie yang bertujuan menghilangkan jaringan
patologis serta eradikasi kuman
3. Kortikosteroid dosis rendah, untuk mengurangi oedema
tuba eustakhius pada kasus barotraumas
F. MASTOIDITIS
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang
terletak pada tulang temporal. Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa
yang sebelumnya telah menderita infeksi akut pada telinga tengah. Gejala-gejala awal
yang timbul adalah gejala-gejala peradangan pada telinga tengah, seperti demam,
nyeri pada telinga, hilangnya sensasi pendengaran, bahkan kadang timbul suara
berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada sisi telinga yang lainnya).
KMB I Page 26
Sumber : www.idmgarut.wordpress.com
KMB I Page 27
Infeksi kronik
KMB I Page 28
c. Mengikuti tindakan pembedahan, menetapkan secara hati-hati luka dan
pengeluaran untuk membuktikan infeksi atau komplikasi lainnya.
d. Pendengaran klien mungkin sementara atau menetap terpengaruh,
tergantung pada luasnya operasi.
e. Bicara pelan dan jelas, jangan berteriak atau bicara keras yang tidak biasa.
f. Yakinkan keluarganya dan staff mengetahui tentang kehilangan
pendengaran klien dan menggunakan tekhnik komunikasi yang sesuai.
g. Membantu pasien dengan ambulasi awal, karena pusing dan vertigo
biasanya mengikuti pembedahan.
h. Pemberian antibiotika untravena seperti penicillin, Cefriaxone selama 14
hari.
i. Jika tidak membaik dengan antibiotic maka dilakukan operasi
Mastoidektomi, bersama dennganTimpanoplasti.
j. Penghembusan udara melalui hidung, bersin dan batuj harus dihindari
karena dapat meningkatkan tekanan pada telinga bagian tengah.
Perawatan di rumah
a. Pendidikan tentang mastoiditis akut, menekankan pentingnya pemberian
terapi antibiotika dan menganjurkan untuk follow up.
b. Instruksikan klien dan keluarga untuk melaprkan reaksi yang merugigak
untuk perawatan primer.
c. Ajarkan klien dan keluarga bagaimana teknik aseptic.
KMB I Page 29
Intervensi :
Berikan informasi yang kuat yang telah didiskusikan oleh ahli
otology pada pasien termasuk anastesi, lokasi insisi dan hasil
pembedahan.
Dorong pasien untuk mendiskusikan setiap ansietas dan
keprihatinan mengenai pembedahan
b. DK : Nyeri akut b.d Pembedahan Mastoid
Tujuan : Bebas dari rasa tak nyaman
Intervensi :
Berikan pasien obat analgetik sesuai dengan kebutuhan
Ajarkan pasien tentang penggunaan dan efek samping obat
Evaluasi :
Bebas dari rasa tak nyaman atau nyeri
Tidak memperlihatkan tanda mengernyitkan wajah, mengeluh atau
menangis
Meminum analgetik bila perlu
c. DK : Resiko infeksi b.d post op Mastoidektomi, pemasangan graft/tandur,
trauma bedah terhadap jaringan dan struktur di sekitarnya
Tujuan : pencegahan infeksi
Intervensi :
Rendam tampon kanalis auditorius eksternus dalam larutan
antibiotika sebelum dipasang
Instruksikan kepada pasien untuk mencegah air masuk ke kanalis
auditorius eksternus selama 2 minggu
Pasang bola kapas yang diolesi bahan yang tak larut air (vaselin)
dan diletakkan di telinga
Beritahukan kepada pasien tanda-tanda infeksi (meningkatnya suhu,
cairan purulen)
Evaluasi ;
Tidak ada tanda atau gejala infeksi
Tanda vital normal termasuk suhu
Tak mengeluarkan cairan purulen dari kanalis auditorius externus
KMB I Page 30
d. DK : Perubahan persepsi sensori auditoris b.d kelainan telinga/pembedahan
telinga
Tujuan : Memperbaiki komunikasi
Intervensi :
Mengurangi kegaduhan lingkungan, memandang pasien ketika
berbicara, berbicara jelas dan tegas tanpa berteriak, memberikan
pencahayaan yang baik dan menggunakan tanda nonverbal.
Instruksikan anggota keluarga mengenai praktik yang efektif.
Gunakan alat bantu dengar pada telinga yang tidak dioperasi.
DK tambahan :
Resiko trauma b.d kesulitan keseimbanganatau vertigo selama periode
pascaoperasi segera
Perubahan persepsi sensori b.d potensial kerusakan nervus fasialis
Kerusakan integritas kulit b.d pembedahan telinga, insisi dan tempat graft
Kurang pengetahuan mengenai penyakit mastoid, prosedur bedah, dan
asuhan pascaoperatif dan harapan
G. KOLESTEATOMA
a. Pengertian
Kolesteatoma adalah suatu kista epithelial yang berisi deskuamasi
epitel/keratin.
b. Patofisiologi
Sel epitel debris mengumpul dalam telinga bagian tengah, membentuk kista
yang merusak struktur telinga dan mengurangi pendengaran, seperti pada
mastoiditis. Deteksi dan pengobatan secara dini pada otitis media dengan
memberikan antibiotika akan menurunkan kolesteatoma. Kolesteatoma sangat
berbahaya dan merusak jaringan sekitarnya yang dapat mengakibatkan hilangnya
pendengaran.
c. Etiologi
KMB I Page 31
Komplikasi dari Otitis Media Kronis
d. Penatalaksanaan
Mastoidektomy dapat menghilangkan kolesteatoma
e. Komplikasi
Komplikasi terjadi apabila sudah terjadi proses nekrosis tulang yakni :
a. Labirinitis
b. Meningitis
c. Abses otak
KMB I Page 32
4. Timpanosklerosis adalah timbunan kolagen dan kalsium di dalam telinga
tengah yang dapat mengeras di seputar osikulus sebagai akibta infeksi
berulang
b. Penatalaksanaan
Pada dasarnya semua jenis massa dilakukan pengangkatan massa
melalui pembedahan, dan jika tidak memungkinkan pembedahan digunakan
terapi radiasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Telinga adalah salah satu organ pancaindra yang memiliki fungsi yang
sangat vital bagi kehidupan manusia.
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna/aurikula), meatus autikus
eksternus, kanalis auditorius eksternus dan membran timpani. Sedangkan
Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari membrane timpani, bila
dilihat dari arah liang telinga berbentuk bundar dan lekung dan gendang telinga
KMB I Page 33
adalah suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncaknya, umbo, mengarah
ke medial.
B. Saran
Semoga dengan terselesaikannya makalah ini mahasiswa keperawatan
dapat melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien dengan
gangguan system pendengaran.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Sudath . 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Buku II Edisi 9, Alih
Bahasa : Agung Waluyo dkk. EGC. Jakarta.
www.google_image.com
KMB I Page 34
http://hennykartika.wordpress.com/2009/01/25/mastoiditis/
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/oma-perforasi
http://tht-fkunram.blogspot.com/2009/02/otitis-eksterna-oe_24.html
www.nzma.org.nz
www.cechin.com.ar
www.medicastore.com
www.idmgarut.wordpress.com
KMB I Page 35