Anda di halaman 1dari 31

a.

Methode
1) Metode penugasan keperawatan sesuai kebutuhan (TIM, MPKP, primer)
Ada beberapa pendekatan tentang metode pembagian dinas
menurut Nursalam (2015) diantaranya sebagai berikut :
Metode TIM, metode ini menggunakan tim yang terdiri dari
anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap sekelompok klien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim
yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu
tim kecil yang saling membantu. Pembagian tugas di dalam kelompok
atau grup dilakukan oleh ketua kelompok. Selain itu, ketua tim
bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota tim sebelum tugas dan
menerima laporan kemajuan pelayanan perawatan klien, serta membantu
anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan,
selanjutnya ketua tim yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang
kemajuan pelayanan/asuhan keperawatan terhadap klien.
a) Keuntungan
(1) Memungkinkan pelayanan keperawatan
yang menyeluruh.
(2) Mendukung pelaksanaan proses
keperawatan.
(3) Memungkinkan komunikasi antar tim
sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada
anggota tim.
b) Kelemahan
Komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama dalam
bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana
sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
c) Konsep metode tim
(1) Ketua tim sebagai perawat profesional
harus mampu menggunakan berbagai tehnik kepemimpinan.
(2) Pentingnya komunikasi yang efektif
agar kontinuitas rencana terjamin.
(3) Anggota tim harus menghargai
kepemimpinan ketua tim.
(4) Peran kepala ruangan penting dalam
metode tim.
d) Tanggung jawab ketua tim
(1) Membuat perencanaan.
(2) Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi.
(3) Mengenal/mengetahui kondisi klien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan klien.
e) Tanggung jawab anggota tim
(1) Memberikan asuhan keperawatan pada
klien di bawah tanggung jawabnya.
(2) Kerjasama dengan anggota tim dan
antar tim.
(3) Memberikan laporan.
(4) Mengembangkan kemampuan anggota.
(5) Menyelenggarakan konferensi.
f) Tanggung jawab kepala ruangan
(1) Perencanaan
 Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-
masing.
 Mengikuti serah terima klien pada waktu pergantian shift.
 Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan bersama
ketua tim.
 Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
 Mengikuti visite dokter.
 Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.
 Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.
 Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.
 Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
 Membantu membimbing peserta didik keperawatan.
 Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah
sakit.
(2) Pengorganisasian
 Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
 Merumuskan tujuan metode penugasan.
 Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.
 Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan.
 Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek.
 Mendelegasikan tugas kepada ketua tim saat kepala ruangan
tidak berada di tempat.
 Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi klien.
 Mengidentifikasi masalah dan cara penyelesaiannya.
(3) Pengarahan
 Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
 Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik.
 Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.
 Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan klien.
 Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
 Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
 Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
(4) Pengawasan
 Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien.
 Melalui supervisi: pengawasan langsung melalui inspeksi dan
pengawasan tidak langsung dengan cara mengecek daftar hadir
ketua tim.
(5) Evaluasi
 Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.
 Audit keperawatan.

Hasil Kajian:
Dari hasil wawancara dan observasi dengan kepala ruangan di
Ruang Talaga Bodas Rumah sakit Dustira Tk II Kota Cimahi pada
tanggal 19 Februari 2019, mengatakan bahwa model asuhan keperawatan
yang digunakan saat ini di Ruang Talaga Bodas adalah metode TIM,
dimana dalam pelaksanaannya masih belum optimal dan hanya maksimal
di lakukan pada shift pagi saja di karenakan pada shift siang dan malam
adalah fungsional. Observasi pada tanggal 19 Februari 2019 ditemukan
bahwa setiap ruangan dipimpin oleh 1 katim dan 2-3 perawat. tetapi
kepala ruangan ikut juga turun membantu dalam memberikan asuhan
keperawatan. Sedangkan jumlah total perawat di ruangan Talaga Bodas
ada 20 perawat termasuk 1 karu dan 2 katim.
2) Efektifitas dokumentasi keperawatan yang digunakan
a) Dokumentasi standar keperawatan
Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penerapan
manajemen asuhan keperawatan profesional. Perawat profesional
diharapkan dapat menghadapi tuntutan tanggung jawab dan tanggung
gugat terhadap segala tindakan yang dilaksanakan. Kesadaran
masyarakat terhadap hukum semakin meningkat sehingga
dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat dibutuhkan (Ali, 2010).
Di ruangan talaga bodas pedokumentasian dilakukan oleh perawat
penanggung jawab pada tiap shift. Berdasarkan hasil studi
dokumentasi pada tanggal 19 – 21 febuari 2019 didapatkan hasil
sebagai berikut :
(1) Pengkajian keperawatan
Format pengkajian sudah tersedia dari pihak rumah sakit
sehingga mempermudah perawat dalam melakukan pengkajian
pada pasien. Pengkajian format dokumentasi dilakukan secara
observasi, studi dokumentasi dan wawancara kepada perawat.
Pengkajian pasien dilakukan sesuai format yang telah disediakan
rumah sakit dan pengkajian fisik dilakukan oleh perawat.
(2) Diagnosa keperawatan
Hasil observasi dan studi dokumentasi di ruangan talaga
bodas dalam status pasien terdapat diagnosa dan rencana asuhan
keperawatan yang ditentukan langsung setelah dilakukan
pengkajian pasien.
(3) Rencana keperawatan
Hasil dari observasi dan studi dokumentasi dalam status
pasien rencana asuhan keperawatan langsung dicantumkan setelah
penentuan diagnosa keperawatan hasil dari pengkajian. Lembar
rencana asuhan keperawatan sudah tersedia di ruangan Talaga
Bodas berupa format lembaran yang didalamnya terdapat kolom
no,dx, tujuan, perencanaan, nama dan tanda tangan perawat.
(4) Implementasi keperawatan
Hasil observasi dan studi dokumentasi implementasi sudah
tersedia di format ruangan dengan format lembaran: tanggal/
waktu, pengkajian (assessment), instruksi dan pelaksanaan (order
and implementation) dan nama jelas dan tanda tangan petugas.
(5) Evaluasi dan catatan perkembangan
Hasil observasi dan studi dokumentasi dalam status pasien
implementasi yang dilakukan di Ruang talaga bodas
menggunakan format SOAP dan dituliskan dalam status pasien
setelah rencana keperawatan di implementasikan kepada pasien.
Format catatan perkembangan berisi: tanggal, jam, perkembangan
pasien, nama jelas dan tanda tangan perawat.

Hasil kajian:
Berdasarkan hasil analisa data format Standar Asuhan
Keperawatan (Dokumentasi Keperawatan) dari 10 buku status pasien
yang diambil secara acak setiap lembar dokumentasi terisi lengkap.
Kelengkapan format dokumentasi asuhan keperawatan ruangan sesuai
dengan standar instrumen A DepKes 1995 dengan hasil :
No Aspek yang dinilai Nomor rekam medis Ket.
576445 462002 575567 576526 576668 576478 576622 576455 576687 576647
1 Pengkajian √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Mencatat data yang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dikaji sesuai dengan
pedoman pengkajian
Data dikelompokan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
(bio,sosio,psiko,spiri
tual)
Data dikaji sejak √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pasien masuk sampai
pulang
Masalah dirumuskan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
berdasarkan
kesenjangan antara
status kesehatan
dengan norma dan
fungsi pola
kehidupan
2 Diagnosa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
keperawatan
Diagnosa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
keperawatn
berdasarkan masalah
yang telah di
rumuskan
Diagnosa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
keperawatan
mencerminkan PE/
PES
Merumuskan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
diagnosa
keperawatan
aktual/potensial
3 Perencanaan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Berdasarkan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
diagnosa
keperawatan
Disusun menurut √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
urutan prioritas
Rumusan tujuan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
mengandung
komponen
pasien/subyek,
perubahan,
Rperilaku, kondisi
pasien dan atau
kriteria.
Rencana tindakan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
mengacu pada tujuan
dengan kalimat
perintah, terinci dan
jelas atau melibatkan
pasien/keluarga
Rencana tindakan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
menggambarkan
keterlibatan
pasien/keluarga
Rencana tindakan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
menggambarkan
kerja sama dengan
tim kesehatan lain
4 Implementasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Tindakan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dilaksanakan
mengacu pada
rencana perawatan
Perawat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
mengobservasi
respon pasien
terhadap tindakan
keperawatan
Revisi tindakan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
berdasarkan hasil
evaluasi.
Revisi tindakan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
berdasarkan hasil
evaluasi.
5 Evaluasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Evaluasi mengacu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pada tujuan
Hasil evaluasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dicatat
6 Catatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
perkembangan
Menulis pada format √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
yang baku.
Pencatatan dilakukan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
sesuai dengan
tindakan yang
dilaksanakan
Pencatatan ditulis √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dengan jelas,
ringkas, istilah yang
baku dan benar.
Setiap melakukan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
tindakan/kegiatan
perawat
mencantumkan
paraf/nama jelas, dan
tanggal jam
dilakukannya
tindakan.
Berkas catatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
keperawatan
disimpan sesuai
dengan ketentuan
yang berlaku
Persentase 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Kategori Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Rumus :
Total X 100 %
Presentasi =
Jumlah berkas x Jumlah aspek yang dinilai
300 X 100 %
=
10 x 30
= 100%

3) Efektifitas komunikasi terapeutik


a) Timbang Terima (Operan)
Nursalam (2008), menyatakan timbang terima adalah suatu acara dalam
menyampaikan suatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Handover
adalah waktu di mana terjadi perpindahan atau transfer tanggung jawab tentang
pasien dari perawat yang satu ke perawat yang lain.
Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat
tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang
akan terjadi dan antisipasinya.
Tujuan timbang terima:
(1) Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
(2) Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien.
(3) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
(4) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
(5) Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi,
mereliabilisasi komunikasi tentang perpindahan informasi yang relefan yang
digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam
bekerja.

Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama, yaitu :


(1) Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan menginspirasikan
perasaan perawat.
(2) Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan.
Langkah-Langkah dalam timbang terima
(1) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
(2) Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan.
(3) Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift
selanjutnya meliputi :
 Kondisi atau keadaan pasien secara umum
 Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
 Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
(4) Penyampaian timbang terima di atas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru
(5) Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung
melihat keadaan pasien.(Nursalam, 2002).
Pada saat operan antara perawat, diperlukan suatu komunikasi yang jelas
tentang kebutuhan pasien, intervensi yang sudah dan yang belum dilaksanakan,
serta respon yang terjadi pada pasien (Nursalam, 2011).
Komunikasi yang efektif dalam lingkungan perawatan kesehatan
membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan empati. Komunikasi terapeutik
adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar dan tujuan dipusatkan untuk
kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik ini bertujuan untuk mengurangi
beban perasaan dan rasa takut yang ada pada pasien, mengurangi keraguan pasien
serta dapat mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri
(Taufik, 2010).
Komunikasi terapeutik terjadi dengan tujuan menolong pasien yang
dilakukan oleh orang-orang yang professional dengan menggunakan pendekatan
personal berdasarkan perasaan dan emosi, di dalam komunikasi terapeutik ini
harus ada unsur kepercayaan antara perawat-klien (Kalther 1995 dalam
Mundakir, 2006). Untuk itu diperlukan pendekatan sistematik untuk memperbaiki
komunikasi tersebut salah satunya dengan cara komunikasi teknik SBAR.
Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis
untuk mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara
akurat dan efisien (Nursalam, 2008).
Menurut Nursalam (2008), konsep SBAR yaitu:
(1) S (Situation). Merupakan kondisi terkini yang sedang terjadi pada pasien.
 Mengidentifikasi diri, unit, pasien, dan nomor kamar.
 Nyatakan masalah secara singkat: apa, kapan dimulai, dantingkat
keparahan.
(2) B (Background). Sediakan informasi latar belakang yang sesuai dengan
situasi, meliputi:
 Daftar pasien
 Nomor medical record
 Membuat diagnosa dan tanggal pendiagnosaan
 Daftar obat terkini, alergi, dan hasil laboratorium
 Hasil terbaru TTV pasien
 Hasil laboratorium dengan tanggal dan waktu pengambilan serta hasil dari
tes laboratorium sebagai pembanding
 Informasi klinik lainnya
 Background merupakan informasi penting tentang apa yang berhubungan
dengan kondisi pasien terkini.
(3) A (Assessment/pengkajian)
Assesment merupakan hasil pengkajian dari kondisi pasien yang
terkini.
(4) R (Recommendation)
Recommendation merupakan apa saja hal yang perlu dilakukanuntuk
mengatasi masalah pasien pada saat ini.

Hasil Kajian:
Berdasarkan hasil observasi tanggal 19- 20 Februari 2019 terdapat 3 shift
yaitu shift pagi, siang dan malam. pelaksanaan timbang terima di Ruang Talaga
Bodas dilakukan saat pergantian shift pagi ke siang dan shift siang ke shift
malam.
Sedangkan pada hari Selasa tanggal 19 Februari 2019 melakukan timbang
terima di nurse station terlebih dahulu dan langsung keruangan pasien. Isi
timbang terima meliputi nama dan ruang pasien, diagnosa medis, kondisi pasien,
masalah keperawatan, intervensi yang telah dan rencana yang akan dilakukan,
terapi yang diberikan, dan semua catatan dalam buku timbang terima.
Dari hasil observasi pada tanggal 19-20 Februari 2018, semua yang
bertugas terkhusus perawat pelaksana memberikan informasi, terkhusus ketika
pasien dan keluarga pasien akan pulang diedukasikan mengenai pemberian obat.
b) Pre conference dan Post Conference
(1) Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh
ketua tim atau penanggung jawab tim. Isi pre conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim.
Tujuan:
 Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien,
merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
 Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
 Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
Kegiatan:
 Ketua tim atau PJ tim membuka acara
 Ketua tim atau PJ tim menanyakan rencana harian masing-masing perawat
pelaksana
 Ketua tim atau PJ tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait
dengan asuhan yang diberikan saat itu
 Ketua tim atau PJ tim memberikan reinforcement
 Ketua tim atau PJ tim menutup acara
 (Modul MPKP, 2006).
(2) Post Conference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift
berikutnya. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan dan hal
penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim
atau PJ tim.
Tujuannya untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian
masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai.
Kegiatan :
 Ketua tim atau PJ tim membuka acara
 Ketua tim atau PJ tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah
diberikan
 Ketua tim atau PJ tim yang menanyakan tindak lanjut asuhan keperawatan
keperawatan yang harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya.
 Ketua tim atau PJ tim menutup acara (Modul MPKP, 2006)

Hasil Kajian :
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 19 Februari 2018 dengan kepala
ruangan di ruang Talaga Bodas bahwa pre conference dan post conference dilakukan
situasional dinurse station masing-masing sesuai dengan jadwal dinasnya. Menurut
kepala ruangan yang diwawancara pada saat itu pre dan post conference yang
dilakukan tidak dalam bentuk formal atau terkesan informal. Tetapi menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti semuanya.
c) Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada
kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan,
perawat associate, yang perlu juga melibatkan seluruh anggota TIM (Nursalam,
2007). Dalam ronde keperawatan metode yang digunakan adalah dengan cara
diskusi, adapun alat bantu yang digunakan yaitu sarana diskusi : buku, pulpen,
status/dokumentasi keperawatan pasien, materi yang disampaikan secara lisan.
Karakteristik pasien yang dapat dilakukan ronde keperawatan:
(1) Pasien dilibatkan secara langsung
(2) Pasien merupakan focus kegiatan
(3) PA, PP, dan konselor melakukan diskusi pertama
(4) Konselor memfasilitasi kreatifitas
(5) Konselor membantu mengembangakan kemampuan PA dan PP dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
Tujuan Ronde Keperawatan:
(1) Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis
(2) Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis
(3) Menignkatkan kemampuan validasi data pasien
(4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose keperawatan
(5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorinetasi
pada masalah pasien
(6) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
(7) Meningkatkan kemampuan justifikasi
(8) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
Manfaat Ronde Keperawatan
(1) Masalah pasien dapat teratasi
(2) Kebutuhan pasien dapat teratasi
(3) Terciptanya komunikasi keprawatan yang professional
(4) Terjalinnya kerjasam antar tim kesehatan
(5) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan denagan tepat dan
benar.
(6) Pasien yang dipilih untuk melakukan ronde keperawatan adalah pasien yang
memiliki kriteria sebagai berikut :
 Mempunyai masalah keperawatn yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
 Pasien dengan kasus baru atau langka.
Kegiatan Ronde
 Pra Ronde
- Menentukan kasus dan topic (masalah yang tiak teratasi dan masalah
yang langka)
- Menentukan tim ronde
- Mencari sumber atau literature
- Membuat proposal
- Mempersiapkan pasien : informed concent dan pengkajian
- Diskusi : apa diagnosis keperawatan, apa data yang mendukung,
bagaimana intervensi yang sudah dilakukan, dan apa hambatan yang
ditemukan selama perawatan
 Pelaksanaan Ronde
- Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan kepada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan
atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
- Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut
- Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala
ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan.
 Pasca Ronde
- Evaluasi, revisi, dan perbaikan
- Kesimpulan dan rekomendasi penengakan diagnosis, intervensi
keperawatan selanjutnya.

Hasil Kajian:
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan pada tanggal 20 Februari
2019 di ruang talaga bodas, untuk Ronde Keperawatan dilakukan apabila ada
masalah pada kasus – kasus pasien tertentu yang diperlukan penanganan khusus
yang melibatkan beberapa tim dari profesi kesehatan lain. Tetapi ronde keperawatan
diruang talaga bodas pernah dilakukan lebih dari satu kali.

d) Discharge Planning
Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian keputusan dan
aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan yang
berkelanjutan dan terkoordinasi ketika pasien dipulangkan dari lembaga
pelayanan kesehatan (Potter & Perry, 2005). Menurut Kozier (2004), discharge
planning didefinisikan sebagai proses mempersiapkan pasien untuk meninggalkan
satu unit pelayanan kepada unit yang lain di dalam atau di luar suatu agen
pelayanan kesehatan umum.
Tujuan Discharge Planning:
Menurut The Royal Marsden Hospital (2004) dalam Siahaan (2009)
menyatakan bahwa tujuan dilaksanakannya discharge planning adalah :
(1) Untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk
di transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang dapat disetujui.
(2) Menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan
kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses
pemulangan.
(3) Memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan semua
fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk
menerima pasien.
(4) Mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien dan
keluarga dengan menyediakan serta memandirikan aktifitas perawatan diri
Manfaat Discharge Planning
Menurut Spath (2003) dalam Nursalam & Efendi (2008), perencanaan pulang
mempunyai manfaat sebagai berikut :
(1) Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada pasien
yang dimulai dari Rumah Sakit
(2) Dapat memberikan tindak lanjut secara sistematis yang digunakan untuk
mrenjamin kontinuitas perawatan pasien
(3) Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan
pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawat baru
(4) Membantu kemandirian dan kesiapan pasien dalam melakukan perawatan di
rumah

Hasil Kajian:
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan di ruang Talaga
Bodas pada tanggal 20 Februari 2019, mengatakan bahwa perawat di Ruang
talaga bodas selalu melakukan discharge planning setiap pasien mulai masuk ke
ruangan sampai akan pulang, Discharge planning dilakukan meliputi catatan
pemberian informasi dan edukasi terintegrasi pasien dan keluarga instalasi rawat
inap, Assesmen discharge planning yang diisi selama perawatan pasien dan
Checlist Kepulangan (Nasehat untuk melanjutkan pengobatan, resep, pelayanan
luka, melepas infus/tube/kateter, barang pribadi dan dokumen serta kepuasaan
pasien) dengan adanya nama dan ttd perawat yang sudah melakukan pengkajian.
e) Supervisi
Supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang manager
melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada
stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari (Arwani, 2006).
Manfaat dan Tujuan Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak
manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli & Bachtiar,
2010) :
(1) Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja
ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih
harmonis antara atasan dan bawahan.
(2) Supervisi dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja. Peningkatan efisiensi kerja
ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan
bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta, dan sarana) yang
sia-sia akan dapat dicegah.
Prinsip-prinsip Pokok dalam Supervisi:
Prinsip pokok supervise secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut
(Suarli dan Bachtiar, 2010) :
(1) Tujuan utama supervise ialah untuk lebih meningkatkan kinerja bawahan,
bukan untuk mencari kesalahan.
(2) Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, staf supervise harus edukatif
dan suportif, bukan otoriter.
(3) Supervisi harus dilakukan secara teratur atau berkala.
(4) Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikian rupa sehingga terjalin kerja
sama yang baik antara atasan dan bawahan, terutama saat proses
penyelesaian masalah, dan untuk lebih mengutamakan kepentingan bawahan.
(5) Strategi dan tata cara supervise yang akan dilaksanakan harus sesuai dengan
kebutuhan masing-masing bawahan secara individu.
(6) Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan dengan
perkembangan. Pelaksana supervise menurut Bachtiar dan Suarly (2010),
yang bertanggung jawab dalam melaksanakan supervisi adalah atasan yang
memiliki kelebihan dalam organisasi. Idealnya kelebihan tersebut tidak
hanya aspek status dan kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan
keterampilan.
Hasil Kajian:
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan pada tanggal 21
februari 2019, supervisi dilakukan setiap hari kerja, shift pagi oleh staf rawat inap,
shift sore oleh superviser (kontrole) yang terdiri dari perawat tiap ruangan sebanyak
2 orang secara bergiliran dan terjadwal. hasil dari supervisi disampaikan oleh yang
melakukan supervisi ke perawat ruangan. Hal-hal yang disupervisi antara lain
jumlah pasien dan perawat yang bertugas serta kendala-kendala yang dialami selama
melakukan asuhan keperawatan. Dan hasil laporan supervise dilaporkan ke
instalalasi rawat inap untuk dilanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi.

4) Efektifitas universal perchaution


Menurut WHO dalam Nasronudin (2007), universal precautions merupakan
suatu pedoman yang ditetapkan oleh the Centers for Disease Control and
Prevention CDC Atlanta dan the Occupational Safety and Health Administration
(OSHA), untuk mencegah transmisi dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui
darah di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan. Sementara itu menurut
Kurniawati dan Nursalam (2007), kewaspadaan Universal (KU) atau Universal
Precautions (UP) adalah suatu cara untuk mencegah penularan penyakit dari cairan
tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya juga dari pasien ke
pasien lainnya.
Kurniawati dan Nursalam (2007), menyebutkan bahwa Universal precautions
perlu diterapkan dengan tujuan:
(1) Mengendalikan infeksi secara konsisten
Universal precautions merupakan upaya pengendalian infeksi yang harus
diterapkan dalam pelayanan kesehatan kepada semua pasien, setiap waktu,
untuk mengurangi risiko infeksi yang ditularkan melalui darah.
(2) Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak didiagnosis atau tidak
terlihat seperti berisiko
Prinsip universal precautions diharapkan akan mendapat perlindungan
maksimal dari infeksi yang ditularkan melalui darah maupun cairan tubuh yang
lain baik infeksi yang telah diagnosis maupun yang belum diketahui.
(3) Mengurangi risiko bagi petugas kesehatan dan pasien
Universal precautions tersebut bertujuan tidak hanya melindungi petugas
dari risiko terpajan oleh infeksi HIV namun juga melindungi klien yang
mempunyai kecenderungan rentan terhadap segala infeksi yang mungkin terbawa
oleh petugas.
(4) Asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya
Universal precautions ini juga sangat diperlukan untuk mencegah infeksi
lain yang bersifat nosokomial terutama untuk infeksi yang ditularkan melalui
darah / cairan tubuh.
Adapun macam – macam atau jenis dari universal perchation diantaranya :
 Hand Hygiene (Cuci Tangan)
Perilaku hand hygiene perawat merupakan salah satu faktor yang
mempunyai pengaruh besar terhadap pencegahan terjadinya infeksi
nosokomial (INOS) di rumh sakit. Tenaga kesehatan yang paling rentan dalam
penularan infeksi adalah perawat, karena selama 24 jam mendampingi pesien
maka diasumsikan ikut mengambil peran yang cukup besar dalam memberikan
kontribusi terhadap pencegahan infeksi nosokomial.
Hand hygiene (kebersihan tangan) merupakan teknik dasar yang paling
penting dalam pencegahan dan pengendalian infeksi (Potter & Perry, 2003)
dalam (Zulpahiyana, 2013). Menurut Van dan Enk (2006) dalam Zulpahiyana
(2013), hand hygiene adalah cara yang paling efektif untuk mencegah infeksi
nosokomial. Tujuan hand hygiene untuk membuang kotoran dan organisme
yang menempel ditangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba total pada
saat itu.
Pada tahun 2009, WHO mencetuskan global Patient Safety a World
Alliance for Safer Health Caredengan Save Lives Clean You Hands, yaitu
merumuskan inovasi strategi penerapan Hand Hygiene untuk petugas
kesehatan dengan My Five Moment for Hand Hygiene adalah melakukan cuci
tangan:sebelum bersentuhan dengan pasien, sebelum melakukan prosedur
bersih/steril, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien resiko tinggi,
setelah bersentuhan dengan pasien, setelah bersentuhan dengan lingkungan
sekitar pasien (WHO, 2009).
Hasil Kajian:
Berdasarkan hasil pengamatan pada tanggal 19 Febuari 2019 bahwa kepatuhan
perawat dalam melakukan handhygiene 5 moment sepenuhnya terlaksana. perawat
pelaksana melakukan cuci tangan sesuai dengan 5 moment 6 langkah.

5) Efektifitas patient dan staff safety


Patient safety adalah prinsip dasar dari perawatan kesehatan (WHO).
Keselamatan pasien menurut Sunaryo (2009) adalah ada tidak adanya kesalahan atau
bebas dari cidera karena kecelakaan. Keselamatan pasien di rumah sakit adalah suatu
sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi
assesment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien pelaporan dan analisis insiden. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjut serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
pencegahan terjadiya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Depkes RI,
2011).
Adapun tujuan dari keselamatan pasien di rumah sakit yaitu (Depkes RI, 2011)
:
(1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
(2) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
(3) Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
(4) Terlaksananya program–program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan (KTD)
Selain dari standar keselamatan, ada lagi yang menjadi poin penting dalam
pelaksanaan keselamatan pasien yaitu sasaran keselamat pasien atau Patient Safety
Goals. Sasaran keselamatan pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua
rumah sakit yang diakreditasi oleh komisi akreditasi rumah sakit. Penyusunan sasaran
ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety
(2007) yang digunakan juga oleh komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI
(KKPRSI), dan Joint Commission International (JCI).
Menurut Joint Commission International (2013) terdapat enam sasaran
keselamatan pasien yaitu:
(1) Identifikasi pasien dengan benar
(2) Meningkatkan komunikasi yang efektif
(3) Meningkatkan keamanan obat yang perlu diwaspadai
(4) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
(5) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
(6) Pengurangan risiko pasien jatuh.
(1) Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan seluruh obat yang seluruhnya
dilakukan oleh perawat untuk administrasi ke pasien. Proses sentralisasi obat
meliputi pembuatan strategi persiapan sentralisasi obat, persiapan sarana yang
dibutuhkan, membuat petunjuk teknis penyelenggaraan sentralisasi obat, dan
pendokumentasian hasil pelaksanaan (Nursalam, 2015).
Pelaksanaan sentralisasi obat secara optimal, dengan kepemimpinan kepala
ruangan, serta pengetahuan perawat dapat mempengaruhi proses ketepatan
pemberian obat oleh perawat dengan prinsip 6 T (tepat pasien, tepat obat, tepat
dosis, tepat rute, tepat waktu dan tepat dokumentasi) dan 1 W (waspada efek
samping), sehingga diharapkan tidak terjadi kesalahan pemberian obat selama
proses perawatan pasien (Kee & Hayes, 1996; Elliott & Liu, 2010).
Kontroling terhadap penggunanan dan konsumsi obat sebagai salah satu
peran perawat perlu dilakukan dalam asuhan pola dan alur yang sistematis
sehingga penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga
resiko kerugian baik secara material maupun secara non material dapat
diminimalisir. Format sentralisasi obat berisi nama, nomor register, umur,
ruangan (Nursalam, 2014).

Hasil Kajian
Berdasarkan hasil pengamatan dari tanggal 19-21 Febuari 2019 dapat
disimpulkan bahwa persiapan obat injeksi sudah dilakuan di tempat sentralisasi obat.
Penyiapan obat yang akan diberikan melalui IV dilakukan sesuai waktunya, dan
konsep 6 benar (Benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara/rute, benar waktu
dan benar dokumentasi) sudah dilaksanakan secara optimal.

6) Struktur organisasi
Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerjasama yang dilakukan oleh
dua orang atau lebih. Struktur organisasi dapat diartikan sebagai kerangka kerja
formal organisasi yang dengan kerangka kerja itu tugas-tugas pekerjaan dibagi-
bagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan (Robbins dan Coulter, 2006).
Struktur organisasi adalah suatu gambar yang menggambarkan tipe organisasi,
pendepartemenan organisasi kedudukan, dan jenis wewenang pejabat, bidang dan
hubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggung jawab, rentang kendali dan sistem
pimpinan organisasi (Hasibuan, 2010).

Hasil kajian:
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada tanggal 20 Febuari 2019
didapatkan hasil bahwa di Ruang Telaga bodas sudah ada struktur organisasi, tetapi
belum di perbaharui, hal ini berkaitan dengan pergantian kepala ruangan yang baru.
Adapun struktur organisasi tenaga perawat di Ruang Telaga Bodas RS. Dustira sebagai
berikut:
STRUKTUR ORGANISASI
RAWAT INAP RUANG TELAGA BODAS
PENYAKIT DALAM (R.XI) RS. DUSTIR

KEPALA INSTALASI RAWAT INAP


Letkol CKM (K) Maya Sophya S.Sos

KEPALA RUANGAN
Lilis Lismana., S.Kep

KATIM 1
KATIM 2
Purwanti. Amd.Kep
Retno Dewi. Amd.Kep

PERAWAT PELAKSANA
PERAWAT PELAKSANA
1. Rosi maiawati Amd.Kep
1. Dewi Nurdianti S.Kep.,Ners
2. Beni sipayung Amd.Kep
2. Endah Ahdityasari Amd.Kep
3. Lisa Loris Amd.Kep
3. Deni Sandi Amd.Kep
4. Rika Kartikasari Amd.Kep
4. Sely Silfia R S.Kep.,Ners
5. Yogi Setiawan Amd.Kep
5. Nely Nuraeni S.Kep.,Ners
6. Mela Maesaroh Amd.Kep
6. Faisal Wibowo Amd.Kep
7. Anti Dwi C Amd.Kep
7. Ronal Alqroni Amd.Kep
8. Sari Puji A Amd.Kep
8. Slamet Bagus Amd.Kep
9. Dwi Windu U Amd.Kep
1. SOP

SA

ADMINISTRASI
7) SOP Ganjar
Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah sistem yang disusun untuk
memudahkan, merapihkan dan menertibkan pekerjaan. Sistem ini berisi urutan
proses melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir. Sailendra, (2015:11)
menyatakan “Standard Operating Procedure (SOP) merupakan panduan yang
digunakan untuk memastikan kegiatan operasional organisasi atau perusahaan
berjalan dengan lancar”. Menurut Hartatik (2014:35) Standard Operating Procedure
(SOP) adalah satu set instruksi tertulis yang digunakan untuk kegiatan rutin atau
aktivitas yang berulang kali dilakukan oleh sebuah organisasi. Sedangkan
Budihardjo (2014:7) menyatakan “Standard Operating Procedure (SOP) adalah
suatu perangkat lunak pengatur, yang mengatur tahapan suatu proses kerja atau
prosedur kerja tertentu.”
Hasil Kajian
Berdasarkan hasil pengamatan pada tanggal 20 Febuari 2019 dan wawancara di
Ruang Telaga Bodas sudah memiliki 75 Standar Operasional Prosedur (SOP) di
ruangan ini mengacu pada standar Operasional Prosedur Keperawatan Rumah Sakit
Dustira sebagai berikut :

No Dokumen Judul SOP No. Revisi


SPO/241/VI/2009 Pemeriksaan Fisik (Kepala) 02
SPO/242/VI/2009 Pemeriksaan Fisik (Dada) 02
SPO/243/VI/2009 Pemeriksaan Fisik (Abdomen) 02
SPO/244/VI/2009 Pemeriksaan Glasglow’s Coma 02
Scale (GCS)
SPO/245/VI/2009 Pengukuran Tekanan Darah 02
SPO/246/VI/2009 Pengukuran Suhu 02
SPO/247/VI/2009 Pelepasan Kateter 01
SPO/248/VI/2009 Pemberian obat intra vena 01
SPO/249/VI/2009 Pemberian obat intra muskuler 02
SPO/250/VI/2009 Perawatan pasien yang baru 00
meninggal
SPO/251/VI/2009 Huknah rendah dan huknah tinggi 01
SPO/252/VI/2009 Huknah Glycerin 01
SPO/253/VI/2009 Pemberian obat intra cutan 02
SPO/254/VI/2009 Pemberian obat supositorial 01
SPO/255/VI/2009 Membimbing relaksasi distraksi 01
SPO/256/VI/2009 Penyiapan Specimen darah vena 01
SPO/257/VI/2009 Latihan nafas dalam 01
SPO/258/VI/2009 Perawatan Luka Lecet 01
SPO/259/VI/2009 Perawatan Luka Kotor 01
SPO/260/VI/2009 Perawatan Luka Bakar 01
SPO/261/VI/2009 Pemberian Oksigen Binasal 01
SPO/262/VI/2009 Pemasangan Kateter Pria 01
SPO/263/VI/2009 Pemasangan Naso Gastric Tube 01
SPO/264/VI/2009 Pemasangan Transfusi 01
SPO/265/VI/2009 Pemasangan Infus 01
SPO/266/VI/2009 Cuci Tangan (Biasa dan Antiseptik) 01
SPO/267/VI/2009 Penilaian Balance Cairan 01
SPO/268/VI/2009 Oral Hygiene dengan Sikat Gigi 00
SPO/269/VI/2009 Mencuci Rambut 00
SPO/270/VI/2009 Memandikan di Tempat Tidur 00
SPO/271/VI/2009 Pengisapan Lendir 02
SPO/272/VI/2009 Pemberian Makan Lewat NGT 01
SPO/273/VI/2009 Pemasangan Buli-Buli Panas 00
SPO/274/VI/2009 Pemberian Kirbat ES 00
SPO/275/VI/2009 Perawatan Infus 00
SPO/276/VI/2009 Perawatan Kateter Wanita 00
SPO/277/VI/2009 Perawatan Kateter Pria 00
SPO/278/VI/2009 Perawatan Luka Perineum 00
SPO/279/VI/2009 Perawatan Pasien Yang Akan 00
Meninggal
SPO/280/VI/2009 Inhalasi Manual 01
SPO/281/VI/2009 Inhalasi Nebulizer 01
SPO/282/VI/2009 Batuk Efektif 01
SPO/283/VI/2009 Perawatan Luka Jahit 01
SPO/284/VI/2009 Pengangkatan Jahitan Luka 01
SPO/285/VI/2009 Prosedur Tetap Penggunaan EKG 01
Monitor
SPO/286/VI/2009 Prosedur Tetap Penggunaan Alat 01
Respirator
SPO/287/VI/2009 Prosedur Tetap Penggunaan Central 00
EKG Monitor
SPO/288/VI/2009 Prosedur Tetap Penggunaan 00
Treadmill
SPO/289/VI/2009 Pemeriksaan Electro Cardio Graph 01
(ECG)
SPO/290/VI/2009 Prosedur Tetap Penggunaan 00
Ventilator Vella
SPO/291/VI/2009 Prosedur TetapTindakan Intubasi 00
SPO/292/VI/2009 Prosedur Tetap Ektubasi 00
SPO/293/VI/2009 Prosedur Tetap Fisioterapi Dada Di 00
Ruang ICU
SPO/294/VI/2009 PROSEDUR Tetap Pemasangan 00
Ventilator Ruang ICU
SPO/295/VI/2009 PROSEDUR Tetap Tindakan DC 00
Shock Ruang ICU
SPO/296/VI/2009 Perawatan Tracheostomi 01
SPO/297/VI/2009 Mengukur Central Venous Pressure 01
(CVP)
SPO/298/VI/2009 Merawat Pasien Post 01
Hemoroid/Rendam Duduk
SPO/299/VI/2009 Merawat Pasien Dengan WSD 01
SPO/2100/VI/200 Persiapan Hemodialisa 01
9
SPO/2101/VI/200 Pemasangan Blood Line 01
9
SPO/2102/VI/200 Pembilasan Dializer Reuse 01
9 (Priming)
SPO/2103/VI/200 Acces Pada Femoralis 01
9
SPO/2104/VI/200 Acces Pada Cimono 01
9
SPO/2105/VI/200 Pemberian Heparin 01
9
SPO/2106/VI/200 Mengahiri Hemodialisa 01
9
SPO/2107/VI/200 Penanganan Pasien Dengan Kram 01
9
SPO/2108/VI/200 Penanganan Pasien Dengan Anemis 01
9
SPO/2109/VI/200 Penanganan Pasien Dengan 01
9 Hipokalemik
SPO/2110/VI/200 Penanganan Paien Menggigil Pada 01
9 Pasien HD
SPO/2111/VI/200 Penanggulangan Pasien Dengan 01
9 Mual Dan Muntah Pada Pasien HD
SPO/2112/VI/200 Penerimaan Pasien Baru 01
9
SPO/2113/VI/200 Memasang Mancet / Fiksasi 00
9
SPO/2114/VI/200 Menyuapi Pasien 00
9
SPO/2115/VI/200 Memberikan Obat Melalui Mulut 00
9
8) SAK
Standar Asuhan Keperawatan adalah uraian pernyataan tingkat kinerja yang
diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai. Standar asuhan
keperawatan berarti pernyataan kualitas yang didinginkan dan dapat dinilai
pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien/klien. Hubungan antara kualitas dan
standar menjadi dua hal yang saling terkait erat, karena melalui standar dapat
dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan meningkat dan memburuk (Wilkinson, 2006).
Tujuan dan manfaat standar asuhan keperawatan pada dasarnya mengukur
kualitas asuhan kinerja perawat dan efektifitas manajemen organisasi. Dalam
pengembangan standar menggunakan pendekatan dan kerangka kerja yang lazim
sehingga dapat ditata siapa yang bertanggung jawab mengembangkan standar
bagaimana proses pengembangan tersebut. Standar asuhan berfokus pada hasil
pasien, standar praktik berorientasi pada kinerja perawat professional untuk
memberdayakan proses keperawatan. Standar finansial juga harus dikembangkan
dalam pengelolaan keperawatan sehingga dapat bermanfaat bagi pasien, profesi
perawat dan organisasi pelayanan (Kawonal, 2000).
Setiap hari perawat bekerja sesuai standar – standar yang ada seperti merancang
kebutuhan dan jumlah tenaga berdasarkan volume kerja, standar pemerataan dan
distribusi pasien dalam unit khusus, standar pendidikan bagi perawat professional
sebagai persyaratan agar dapat masuk dan praktek dalam tatanan pelayanan
keperawatan professional (Suparti, 2005).

Hasil Kajian
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pada tanggal 21 febuari 2019 di
Ruang Telaga bodas sudah memiliki Standar Asuhan Keperawatan yang sesuai
dengan kebijakan Rumah Sakit Dustira sebagai Berikut :
No Judul SAK
1 Hipertropi prostat
2 Fraktur
3 Kanker payudara
4 Hernia
5 Appendiksitis
6 Tonsilitis
7 Illieus
8 FAM (Fibroadenome mamae)
9 Typoid
10 Demam berdarah dengue (DBD)
11 Sistem endokrin diabetes mellitus
12 Coma Hiperglikemik
13 Gastritis
14 Tuberkulosa Paru
15 Hepatitis
16 Hipertensi
17 Stoke
18 Paru Obstruksi Menahun (PPOM)
19 Infark miokard
20 Urolithiasis
21 Neproliatiasis

9) Visi dan misi Ruangan


Berdasarkan pendapat dari Wibisono (2006, 43), Visi merupakan rangkaian
kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan
yang ingin dicapai di masa depan. Atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan
pernyataan want to be dari organisasi atau perusahaan.
Visi adalah cara pandang jauh ke depan kemana organisasi harus dibawa agar
dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Visi adalah suatu gambaran yang menantang
tentang keadaan masa depan yang diinginkan oleh organisasi.
Menurut Wibisono (2006,p.46) Misi merupakan rangkaian kalimat yang
menyatakan tujuan atau alasan eksistensi organisasi, yang memuat apa yang
disediakan oleh perusahaan kepada masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa.
Pengertian misi adalah tujuan dan alasan yang memberikan arah sekaligus batasan
proses pencapaian tujuan. Misi pada dasarnya hanya bukan usaha formal untuk
memperjelas apa yang dikehendaki, namun misi merupakan tahapan aksi yang akan
dilaksanakan dari visi yang telah ada, guna mencapai suatu tujuan.
Hasil Kajian:
Dari hasil pengamatan pada tanggal 19 Februari 2019 dan dan konfirmasi
kepada kepala ruangan, didapatkan hasil bahwa visi dan misi ruangan Telaga Bodas
Visi:
Menjadi ruangan perawatan penyakit dalam yang profesional dan prima
Misi:
a) Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan mengutamakan
kesehatan pasien
b) Melaksanakan pekerjaan dalam tim profesional,dinamis,inovatif, berdedikasi
tinggi dan terpercaya
c) Meningkatkan kualitas dan kuantitas,sarana dan prasarana
d) Meningkatkan kualitas SDM, sesuai dengan perkembangan pengetahuan dalam
teknologi
e) Menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan harmonis
10) Instruksi kerja alat
Di ruang telaga bodas semua alat sudah memiliki intruksi kerja alat
11) Alur (pasien masuk, pasien pulang, pasien meninggal, sensus harian

Anda mungkin juga menyukai