Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KIMIA ORGANIK I

ARTIKEL ILMIAH

Disusun Oleh:

Muhammad Isa Idris

201910410311075

PRODI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019/2020
Pengertian metil kation, anion, dan radikal.

Berbagai cara mewakili kelompok metil (disorot dengan warna


biru ). Grup metil adalah alkil yang berasal dari metana , yang
mengandung satu atom karbon yang terikat pada tiga
atom hidrogen - CH3. Dalam formula , grup ini
sering disingkat Me . Kelompok hidrokarbon semacam itu terjadi
dalam banyak senyawa organik. Ini adalah kelompok yang sangat
stabil di sebagian besar molekul. Walaupun gugus metil biasanya
merupakan bagian dari molekul yang lebih besar, ia dapat ditemukan
sendiri dalam salah satu dari tiga
bentuk: anion , kation atau radikal. Anion memiliki delapan elektron
valensi, tujuh radikal dan enam kation. Ketiga bentuk ini sangat
reaktif dan jarang diamati. 

A. kation metil
Kation methylium (CH 3 + ) ada dalam fase gas , tetapi sebaliknya tidak
ditemukan. Beberapa senyawa dianggap sebagai sumber kation CH3 + , dan
penyederhanaan ini digunakan secara luas dalam kimia organik. Sebagai
contoh, protonasi metanol menghasilkan pereaksi metilasi elektrofilik yang bereaksi
dengan jalur S N 2:
CH 3 OH + H + → CH 3 OH 2 +
Demikian pula, metil iodida dan metil triflat dipandang sebagai setara dengan kation
metil karena mereka mudah mengalami reaksi S N 2 oleh nukleofil lemah.
B. anion Metil
Anion metanida (CH 3 - ) hanya ada dalam fase gas yang dijernihkan atau dalam
kondisi eksotis. Ini dapat dihasilkan oleh pelepasan listrik dalam keten pada tekanan
rendah (kurang dari satu torr ) dan entalpi reaksi ditentukan sekitar 252,2 ±
3,3 kJ / mol . [2]
Dalam diskusi mekanisme reaksi organik, metil litium dan reagen Grignard terkait
sering dianggap sebagai garam "CH 3 - "; dan meskipun model ini mungkin berguna
untuk deskripsi dan analisis, itu hanya fiksi yang berguna. Pereaksi semacam itu
umumnya dibuat dari metil halida:
2 M + CH 3 X → MCH 3 + MX
di mana M adalah logam alkali.

C. Metil Radikal
Radikal metil memiliki rumus CH 3 . Itu ada dalam gas encer, tetapi dalam bentuk
yang lebih pekat itu mudah dimerisasi menjadi etana . Ini dapat diproduksi
oleh dekomposisi termal hanya senyawa tertentu, terutama yang dengan -N = N-
linkage.
Referensi

1. ^ March, Jerry (1992). Kimia organik lanjutan: reaksi, mekanisme, dan


struktur . John Wiley & Sons. ISBN 0-471-60180-2 .
2. ^ G. Barney Ellison, PC Engelking, WC Lineberger (1978), "Penentuan
eksperimental geometri dan afinitas elektron dari radikal metil CH 3 " Jurnal
American Chemical Society, volume 100, edisi 8, halaman 2556-
2558. doi : 10.1021 / ja00476a054
Pengaruh sifat asam basa terhadap reaksi kimia senyawa organik.

1. Asam

Asam merupakan zat yang memiliki sifat-sifat yang spesifik, misalnya memiliki rasa
asam, dapat merusak permukaan logam juga lantai marmer atau sering disebut
dengan korosif. Asam juga dapat bereaksi dengan logam dan menghasilkan gas
hydrogen, sebagai indicator sederhana terhadap senyawa asam. Jika dalam kertas
lakmus, asam dapat mengubah kertas lakmus biru menjadi merah. Secara kimia, asam
dapat didefinisikan sebagai senyawa yang menghasilkan ion hydrogen ketika larut
dalam pelarut (biasanya air) dengan pH kurang dari 7. Senyawa asam banyak
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada makanan dan minuman. Selain
itu, senyawa asam dapat ditemukan didalam lambung. Didalam lambung terdapat
asam klorida yang berfungsi membunuh kuman. Dalam definisi modern, asam adalah
suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa),
atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi
dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam.
Menurut Bronsted-Lowry, asam adalah pemberi proton kepada basa. Asam dan basa
bersangkutan disebut sebagai pasangan asam-basa konjungat.
Menurut Arrhenius asam adalah suatu zat yang meningkatkan konsentrasi ion
hidronium (H30+) ketika dilarutkan dalam air. Menurut Boyle asam adalah zat yang
dapat memerahkan lakmus biru, sedangkan menurut Lewis asam adalah akseptor
elektron. Menurut keorganikannya, asam dapat dibedakan atas dua yaitu asam
organik dan asam anorganik:

Asam Organik

Asam organik adalah asam karboksilat atau asam yang terbentuk karena
persenyawaan dengan senyawa organik (misalnya hidrokarbon). Contoh asam
oragnik: Asam asetat (CH3COOH), Asam benzoat (C6H5COOH), Asam format
(HCOOH)

2. Basa

Basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hidronium ketika dilarutkan dalam
air. Basa adalah lawan (dual) dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur atau senyawa
kimia yang memiliki pH lebih dari 7.Menurut Boyle basa adalah zat yang dapat
membirukan lakmus merah. Menurut Arrhenius, basa adalah zat yang jika dilarutkan
dalam air akan melepaskan ion hidroksida (OH–).Basa dapat dibagi menjadi basa kuat
dan basa lemah. Kostik  merupakan istilah yang digunakan untuk basa kuat. Kekuatan
basa sangat tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam
larutan dan konsentrasi larutan basa tersebut. Menurut Bronsted-Lowry basa adalah
akseptor proton (H+) sedangkan menurut Lewis basa adalah donor elektron. Secara
umum, sifat basa antara lain:

 Mempunyai rasa pahit dan merusak kulit. Terasa licin bila terkena kulit.
 Dapat mengubah kertas lakmus merah menjadi kertas lakmus biru
 Menghantarkan arus listrik
 Dapat menetralkan asam

Larutan basa dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

 Basa Kuat

Basa kuat yaitu senyawa basa yang dalam larutannya terion seluruhnya menjadi ion-
ionnya. Reaksi ionisasi basa kuat merupakan reaksi berkesudahan. Secara umum,
ionisasi basa kuat dirumuskan seperti: M(OH)x (aq) à Mx+(aq) + OH–(aq)

 Basa Lemah

-Basa lemah yaitu senyawa basa yang dalam larutannya hanya sedikit terionisasi
menjadi ion-ionnya. -Reaksi ionisasi basa lemah juga merupakan reaksi
kesetimbangan -Secara umum, ionisasi basa lemah valensi satu dirumuskan
seperti: M(OH) (aq) à M+(aq) + OH–(aq) 3. Indikator Asam dan Basa Untuk
menyatakan tingkat atau derajat keasaman suatu larutan, pada tahun 1910, seorang
ahli dari Denmark, Soren Lautiz Sorensen memperkenalkan suatu bilangan yang
sederhana. Bilangan ini diperoleh dari hasil logaritma konsentrasi H+. Bilangan ini
kita kenal dengan skala pH. Harga pH berkisar antara 1 – 14. Dari uraian di atas dapat
kita simpulkan bahwa:

Larutan bersifat netral jika [H+] = [OH–] atau pH = pOH = 7.

Larutan bersifat asam jika [H+] > [OH–] atau pH < 7.

Larutan bersifat basa jika [H+] < [OH–] atau pH > 7.

3. Membandingkan kekuatan asam/basa suatu spesi


Kekuatan asam atau basa dapat ditinjau dari nilai Ka (tetapan ionisasi asam)
atau Kb (tetapan ionisasi basa) dari asam/basa Bronsted Lowry.
Bila diketahui nilai-nilai tersebut maka dapat ditentukan mana asam yang relatif lebih
kuat atau sebaliknya dan manakah basa yang relatif lebih lemah dan sebaliknya.
Semakin besar Ka artinya asam tersebut lebih banyak yang terurai, [H+] semakin besar
pula. Ingat persamaan kesetimbangan asam basa.
HA ⇌ H+ + A–;
Ka = [H+][A–] / [HA]

Analog dengan Ka untuk Kb juga mirip seperti itu. Semakin besar nilai Kb maka
semakin kuat kebasaannya.
Karena nilai Ka atau Kb termasuk angka kecil maka dibuatlah besaran yang disebut
pKa atau pKb. pKa = –log Ka dan pKb = –log Ka
Bila Ka semakin besar maka sifat keasaman zat dalam larutan akan semakin kuat
maka berdasarkan nilai pKa ia justru akan semakin kecil.
Bagaimana bila data Ka untuk Kb tidak diketahui? Di sinilah yang biasa menjadi
"keasyikan" tersendiri dalam mempelajari reaksi-reaksi kimia organik.
Salah satu yang dapat digunakan sebagai prediksi kekuatan asam atau basa adalah
dengan mengamati struktur molekul. Mengamati trend/pola keeelektronegatifan atom
pusat dan juga atom luar. Selain itu perlu memahami dengan baik tentang struktur
Lewis.
3a. Efek Kekuatan Ikatan
Misalnya fenomena kekuatan sesama asam halida (HF, HCl, HBr, HI). Semakin tidak
efektif orbital yang tumpang tindih antara orbital 1s hidrogen dengan orbital unsur-
unsur yang lebih besar, semakin lemah ikatan antara H (proton) dengan atom
halogen, semain mudah lepas ikatan antara H dengan halogen dan semakin kuat asam
halida tersebut.
3b. Efek Keelektronegatifan
Keasaman meningkat dari kiri ke kanan ketika membandingkan senyawa seperiode
dalam tabel periodik. Alasannya kini berbeda dengan fenomena pada asam halida
tadi.
Kekuatan ikatan untuk senyawa hidrida seperiode agak beragam, faktor dominan
yang mempengaruhi keasaman adalah elektronegativitas atom yang terikat pada
hidrogen. Keelektronegatifan atom ini mempengaruhi keasaman dalam dua cara,
yaitu pengaruh polaritas ikatan ke proton dan pengaruh stabilitas relatif anion (basis
konjugat) yang terbentuk ketika proton hilang.
Karena F adalah yang paling elektronegatif (dari kiri kanan keelektronegatifan
semakin besar), ikatan H–F paling terpolarisasi, dan proton dalam HF adalah yang
paling positif. Oleh karena itu, HF kehilangan proton paling mudah sehingga paling
asam dibanding senyawaan hidrida seperiode.

Ingat bahwa semakin kuat sifat asamnya maka semakin lemah anion yang dihasilkan.
Anion dengan sifat basa paling kuat biasanya relatif tidak stabil (mudah bereaksi atau
menyerang spesi lain). Sifat basa CH3– > NH2– > OH– > F–.
3c. Efek Hibridisasi
Kekuatan asam/basa juga dipengaruhi oleh bentuk hibridisasi atom pusat yang
dibandingkan. Umumnya atom pusat dengan hibridisasi sp sifatnya lebih asam
dibandingkan yang berhibridisasi sp2 dan sp3. Ingat konsep asam/basa Lewis di atas
dan juga tentang bahasan pengaruh karakter orbital s pada orbital hibrida yang pernah
dibahas di sini. Yang memiliki karakter s lebih besar akan bersifat lebih
elektronegatif dibanding yang lain.
Keasaman: CH≡CH > CH2=CH2 > CH3–CH3
Kebasaan dari anion: CH≡C:–  <  CH2=CH:–  <  CH3–CH2:–
3d. Efek Induktif
Efek induktif adalah efek elektronik yang ditransmisikan melalui ikatan pada gugus
yang dapat berupa dorongan elektron atau penarikan elektron. tergantung apa yang
terikatan pada spesi itu. Efek induktif melemah ketika jarak dari kelompok
meningkat. Kasus pada ikatan  CH3–CH2F, elektron akan ditarik lebih kuat ke F
sehingga bila sampai lepas maka akan menghasilkan CH3–CH2+ yang lebih bersifat
asam.

4. Kestabilan asam/basa konjugat.


Kekuatan asam/basa berhubungan langsung dengan kestabilan asam/basa
konjugat. Bicara basa lemah/kuat konjugat tentu ada hubungannya dengan keadaan
kekuatan asam zat sebelumnya. Bila asam-nya merupakan asam kuat akan
menghasilkan basa lemah, basa lemah ini stabil dan merupakan gugus pergi yang
baik. Beberapa contoh basa lemah: ion halida (I–, Br–, Cl–), air (H2O). Bila semula
asamnya merupakan asam lemah maka akan menghasilkan basa kuat, tidak stabil dan
merupakan gugus pergi yang jelek artinya sulit pergi/lepas.
Seperti yang dibahas oleh masterorganicchemistry ada 7 faktor yang menentukan
kestabilan basa konjugat.

i. Spesi tertentu dengan muatan semakin tinggi maka semakin tidak stabil; 
ii. Keelektronegatifan semakin tinggi semakin stabil untuk spesi dalam periode
yang sama; 
iii. Polarisasi semakin besar semakin stabil spesi yang bermuatan negatif itu,
untuk spesi segolongan dari atas ke bawah dalam tabel periodik unsur; 
iv. Semakin banyak jumlah struktur resonansi semakin stabil;
v. Adanya efek induksi pada gugus penarik elektron (keelektronegatifan tinggi)
akan menstabilkan basa konjugat, semakin banyak gugus penarik elektron
maka semakin stabil; 
vi. Orbital hibrida sp3 kurang stabil dibandingkan sp2 dan sp, spesi basa yang
memiliki orbital hidrida sp paling stabil; 
vii. Aromatisitas, spesi basa yang memiliki struktur aromatis akan lebih stabil
dibanding yang tidak aromatis.
5. Reaksi yang paling mungkin, berdasarkan reaksi asam-basa.
Reaksi transfer proton (H+) sering merupakan langkah pertama dalam banyak
reaksi yang dialami alkohol, eter, aldehida, keton, ester, amida, dan asam karboksilat.
Menentukan reaksi yang mungkin dari dua senyawa atau lebih dapat diprediksi
berdasarkan bagian-bagian yang ada dalam setiap senyawa. Banyak reaksi yang
mungkin terjadi tapi menentukan yang paling mungkin dengan dasar-dasar reaksi
asam-basa relatif lebih jelas.
Contoh 1:
Reaksi alkilasi Friedel Crafts (reaksi dalam kimia organik) merupakan salah satu
penerapan reaksi asam-basa Lewis
R-Cl + AlCl3 → R+ + AlCl4–
Basa Asam
Lewis Lewis

Contoh 2:
Reaksi adisi elektrofilik Markovnikov.
Pada reaksi ini juga menggunakan prinsip atau dasar reaksi asam basa.

Referensi: Organic Chemistry, Tenth Edition: T.W. Graham Solomons dan Craig B.
Fryhle, 2011 
Hubungan antara hibridisasi dan geometri molekul senyawa organik

Bentuk/Geometri Molekul dan Hibridisasi dari Beberapa Senyawa Xenon


By Urip Rukim on 5 Oktober 2013

Xenon (Xe) dengan oksigen (O) dan atau flor (F) dapat
membentuk senyawa dengan berbagai perbandingan jumlah
atom. Xe memiliki nomor atom 54 dengan konfigurasi
elektron 2 + 8 + 18 + 18 + 8 atau [Kr] 5s2 5p6. Oksigen
memiliki nomor atom 8 dengan konfigurasi elektron 2 + 6
atau 1s2 2s2  2p4. Flor dengan nomor atom 9 memiliki
konfigurasi elektron 2 + 7 atau 1s2 2s22p5. Istilah bentuk-
geometri-struktur yang digunakan dalam tulisan ini memiliki
maksud yang sama. Geometri elektron (struktur yang melibatkan semua elektron
yang menempati orbital), geometri molekul (struktur 3 dimensi yang hanya
melibatkan elektron berikatan saja tanpa menyertakan pasangan elektron bebas).
Senyawaan Xe yang akan dibahas  tentang geometri dan hibridasinya yaitu:

1. XeF2
2. XeF4
3. XeF6
4. XeOF4
5. XeOF2
6. XeO2F2
7. XeO3
8. XeO4
9. XeF5–

1. Bentuk molekul dan Hibridisasi orbital XeF2:


Pada spektrum infra merah dan spektrum Raman XeF2 memperlihat molekul
linier baik dalam keadaan uap maupun padatan kristalnya. Hal ini dapat dijelaskan
dengan teori ikatan valensi sebagai berikut.

Terbentuk 5 orbital hibrida sp3d yang menempati pojok atau sudut dari struktur yang
akan dibentuk. 3 orbital yang terisi pasangan elektron bebas akan menempati sudut
segitiga pada axial (bidang horizontal) dan 2 orbital berisi masing–masing berisi 1
elektron yang menempati equatorial (bidang vertikal) akan digunakan berikatan
kovalen dengan 1 elektron dari F. Jadi geometri elektron–nya adalah bipiramida
segitiga, tapi perlu diingat bahwa posisi axial ini hanya berupa 3 pasangan elektron
bebas, sehingga bentuk geometri molekulnya adalah linier.

2. Bentuk molekul dan Hibridisasi orbital XeF4:

Pada data difraksi elektron dan spektroskopi vibrasional XeF4 memperlihat molekul


yang berbentuk planar. Hal ini dapat dijelaskan dengan teori ikatan valensi sebagai
berikut.
Satu orbital 5s, tiga orbital 5p, dan dua orbital 5d membentuk enam orbital hibrida
sp3d2 yang menempati sudut dari struktur yang akan dibentuk.  Dua orbital yang terisi
pasangan elektron bebas akan menempati pada equatorial (bidang vertikal) dan 4
orbital masing–masing berisi 1 elektron yang menempati axial (bidang horizontal)
akan digunakan berikatan kovalen dengan 4 atom F yang masing-masing
menyumbang 1 elektron. Jadi bentuk geometri elektron–nya adalah oktahedral, tapi
geometri molekulnya adalah segiempat planar (segiempat datar), karena posisi
equatorial ini hanya berisi pasangan elektron bebas.

3. Bentuk molekul dan Hibridisasi orbital XeF6:

Bentuk kristal XeF6 ini umumnya dalam bentuk [XeF5]+ F– pada keadaan padat.


Sementara sp3d3 yang pasti dalam keadaan gas sulit untuk ditentukan. Namun kini
dapat diprediksi bahwa bentuk XeF6 ini merupakan bentuk oktahedral yang
mengalami distorsi (“sedikit rusak”, oktahedral yang tidak sempurna) atau dengan
istilah lain oktahedral yang mengalami penataan ulang karena adanya satu pasangan
elektron bebas yang menempati salah satu muka oktahedral.  Dengan begitu bentuk
stabilnya sulit untuk dijumpai karena adanya pasangan elektron bebas ini.Menurut
prediksi teori ikatan valensi penjelasan sebagai berikut.
Satu orbital 5s, tiga orbital 5p, dan tiga orbital 5d membentuk tujuh orbital hibrida
sp3d3 yang menempati sudut dari struktur yang akan dibentuk. Satu orbital yang terisi
pasangan elektron bebas akan menempati bagian salah satu sisi muka oktahedral dan
6 orbital masing–masing berisi satu elektron ini empat di antaranya  menempati axial
(bidang horizontal) dan 2 yang lainnya pada posisi equatorial. Keenam elektron ini
akan berikatan kovalen dengan 6 atom F yang masing-masing menyumbang 1
elektron. Jadi bentuk geometri elektron–nya adalah oktahedral, dan geometri
molekulnya oktahedral terdistorsi.

4. Bentuk molekul dan Hibridisasi orbital XeOF4:

Bentuk molekul XeOF4 adalah piramida segiempat (square pyramid). Deskripsi dari


teori ikatan valensi tentang bentuk molekul XeOF4 adalah dengan asumsi bahwa 3
elektron pada 5p dipromosikan ke subkulit 5d.
Satu orbital 5s, tiga orbital 5p, dan dua orbital 5d membentuk enam orbital hibrida
sp3d2. Lima orbital yang masing–masing terisi 1 elektron digunakan untuk
pembentukan ikatan σ dengan 4 atom F dan 1 atom O. Orbital hibrida ke–enam terisi
pasangan elektron bebas. Elektron tunggal pada orbital d digunakan untuk
pembentukan ikatan π dengan O. Geometri molekul XeOF4 seperti gambar berikut:

5. Bentuk molekul dan Hibridisasi orbital XeOF2:

Bentuk molekul XeOF2 ini berbentuk T. Pada teori ikatan valensi menyarankan


geometri elektronnya adalah bipiramida trigonal ( trigonal bipyramid) dengan dua
posisi axialnya diisi oleh pasangan elektron bebas. Dua elektron pada subkulit 5p
dipromosikan ke subkulit 5d.

Satu orbital 5s, tiga orbital 5p, dan satu orbital 5d membentuk lima orbital hibrida
sp3d. Tiga orbital yang masing–masing terisi 1 elektron digunakan untuk
pembentukan ikatan σ dengan 2 atom F dan 1 atom O. Dua orbital hibrida lainnya
masing-masing terisi pasangan elektron bebas. Satu elektron pada 5d dari Xe tidak
turut ambil bagian dalam skema hibridisasi tetapi akan dilibatkan dalam pembentukan
ikatan π dengan 1 atom O. Geometri molekul XeOF2 seperti gambar berikut:
6. Bentuk molekul dan Hibridisasi orbital XeO2F2:

Bentuk molekul XeO2F2 ini seperti jungkat–jungkit (see–saw). Pada teori ikatan


valensi menyarankan geometri elektronnya adalah bipiramida trigonal ( trigonal
bipyramid) dengan salah satu posisi equatorialnya diisi oleh pasangan elektron bebas.
Tiga elektron pada subkulit 5p dipromosikan ke subkulit 5d.

Satu orbital 5s, tiga orbital 5p, dan satu orbital 5d membentuk lima orbital hibrida
sp3d. Empat orbital yang masing–masing terisi 1 elektron digunakan untuk
pembentukan ikatan σ dengan 2 atom F dan 2 atom O. Orbital hibrida ke–lima terisi
pasangan elektron bebas. Dua elektron pada 5d dari Xe tidak turut ambil bagian
dalam skema hibridisasi tetapi akan dilibatkan dalam pembentukan ikatan π dengan 2
atom O. Geometri molekul XeOF4 seperti gambar berikut:
7. Bentuk molekul dan Hibridisasi orbital XeO3:

Bentuk molekul XeO3 ini berbentuk piramida segitiga (seperti bentuk molekul NH3)
dari geometri elektron (melibatkan pasangan elektron bebas) yang berbentuk
tetrahedaral.  Penjelasan menurut teori ikatan valensi sebagai berikut.

Dalam hal ini hibridisasi sp3 akan membentuk tetrahedral. Satu posisi tetrahedral
tersebut diisi oleh pasangan elektron bebas  (dari 5s2). Tiga orbital yang tumpang
tindih (overlap) dengan orbital dari O untuk membentuk tiga ikatan tunggal Xe–O.
Tiga orbital 5d yang tidak terlibat dalam hibridisasi ini membentuk ikatan π melalui
tumpang tindih dengan 3 orbital yang terisi satu elektron dari orbital oksigen.
8. Bentuk molekul dan Hibridisasi orbital XeO4:

Geometri elektron dan geometri molekul XeO4 ini berbentuk berbentuk tetrahedaral. 


Penjelasan menurut teori ikatan valensi sebagai berikut.

Dalam hal ini elektron dari 5s dan 5p tereksitasi ke orbital 5d, menghasilkan delapan
orbital dengan masing-masing terisi satu elektron. Satu orbital s dan tiga orbital p
membentuk hibridisasi sp3 yang kemudian membentuk 4 ikatan σ dengan 4 atom
oksigen. Empat orbital yang tidak terhibridisasi akan membentuk 4 ikatan π dengan
oskigen untuk membentuk XeO4 tetrahedral.
9. Bentuk molekul dan Hibridisasi orbital XeF5–:

Menurut prediksi teori ikatan valensi bentuk geometri molekul XeF5– adalah segilima
datar dengan penjelasan sebagai berikut.

Satu orbital 5s, tiga orbital 5p, dan tiga orbital 5d membentuk tujuh orbital hibrida
sp3d3 dengan masuknya 1 elektron membentuk Xe–. Dua orbital yang terisi pasangan
elektron bebas akan menempati posisi equatorial dan 5 orbital lainnya yang masing–
masing berisi satu elektron ini memposisikan diri pada sudut bidang segilima datar.
Kelima elektron ini akan berikatan kovalen dengan 5 atom F yang masing-masing
menyumbang 1 elektron. Jadi bentuk geometri elektron–nya bipiramida segilima
sedangkan geometri molekul-nya adalah segilima datar.

Untuk molekul dari Xe yg berikatan dengan O dan atau F hibridisasinya dapat


diperkirakan setelah mendapat konfirmasi bentuk/struktur/geometri hasil pengamatan
fakta. Seperti XeOF5 (berbentuk piramida segilima) dengan hibridisasi sp3d2,
XeF82- (berbentuk antiprisma segiempat / 2 prisma segiempat bertolak belakang)
diperkirakan dengan hibridisasi sp3d5 namun ini masih belum bisa dikonfirmasi
terkait tidak adanya pasangan bebas yang seharusnya ada, XeO3F2 (berbentuk
bipiramida segitiga) dengan hibridisasi sp3d.
Referensi : S.Chand Success Guide Inorganic Chemistry Oleh G. D. Tuli, 2005 &
Shriver & Atkins’ Inorganic Chemistry edisi 5, 2010

Anda mungkin juga menyukai