Anda di halaman 1dari 12

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

Praktikum Kimia Dasar 4 Penetapan Kadar Karbonat dan Bikarbonat

Monica Lemuela Christanto, 22030120130090

1 PENDAHULUAN

Dalam kimia analisis dapat dibedakan menjadi dua jenis analisis, yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi zat-zat. Analisis kualitatif
juga membahas tentang unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel yang diuji
cobakan. Berbeda halnya dengan analisis kuantitatif yang membahas tentang dengan penetapan
banyaknya satu zat tertentu yang ada dalam suatu sampel yang diuji cobakan. Berikut sedikit
penjelasan mengenai kedua jenis analisis kimia1

1) Analisa kualitatif

Analisa kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia
dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif
untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Dalam metode analisis
kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi selektif, sensitif, dan pereaksi
spesifik. Pereaksi - pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion / kation suatu larutan.
Analisa kualitatif dilakukan untuk mengetahui jenis unsur atau ion yang terdapat dalam suatu sampel.

2) Analisa kuantitatif

Merupakan penyelidikan kimia mengenai kadar unsur atau ion yang terdapat dalam suatu zat
tunggal atau pun campuran. Terdapat dua langkah utama dalam analisis, kedua langkah utama
tersebut adalah identifikasi dan estimasi komponen-komponen suatu senyawa. Langkah identifikasi
ini dikenal sebagai analisis kualitatif sedangkan estimasinya adalah analisis kuantitatif. Untuk analisa
kualitatif itu sendiri terbagi lagi menjadi dua bagian, yaitu analisa kualitatif anion dan analisa
kualitatif kation. Suatu senyawa dapat diuraikan menjadi anion dan kation.
Dalam kehidupan kita sehari – hari asam dan basa sering kali digunakan baik untuk obat,
produk rumah tangga, maupun untuk memasak. Asam sendiri memiliki definisi sebagai zat yang
mengion di dalam air menghasilkan ion H +, sedangkan yang dimaksud dengan basa ialah zat yang
mengion dalam air menghasilkan ion OH-. Asam dan basa sendiri memiliki beberapa sifat yang
umumnya kita kenali secara mudah seperti, Asam memiliki rasa masam, misalnya, cuka yang
mempunyai rasa asam dari asam asetat, dan lemon serta buah-buahan sitrun lainnya yang
mengandung asam sitrat, asam menyebabkan perubahan warna pada zat warna tumbuhan, misalnya
mengubah warna lakmus dari biru menjadi merah, asam bereaksi dengan logam tertentu seperti seng,
magnesium, dan besi menghasilkan gas hidrogen. Reaksi yang khas adalah antara asam klorida
dengan magnesium, Asam bereaksi dengan karbonat dan bikarbonat seperti Na2CO3, CaCO3, dan
NaHCO3, menghasilkan gas karbon dioksida, Larutan asam dalam air menghantarkan arus listrik.
Basa juga memiliki beberapa sifat umum seperti, Basa terasa licin, misalnya, sabun yang
mengandung basa memiliki sifat ini, basa memiliki rasa pahit, basa menyebabkan perubahan warna
pada zat warna tumbuhan, misalnya mengubah warna lakmus dari merah menjadi biru dan juga
larutan basa dalam air menghantarkan arus listrik.2

Untuk teori mengenai asam dan basa tentu saja telah dikemukakan oleh banyak ahli seperti
teori asam basa Lewis, Bronsted, dan masih banyak lagi ahli – ahli lain yang membahas mengenai
asam dan basa. Dua orang kimiawan yang sah sering kita kenal dalam teori asam dan basa yaitu
Bronsted dan Lowry mengemukakan pendapat mereka tentang teori asam basa. Asam adalah zat
yang memberikan ion H+ (donor proton), sedangkan basa adalah zat yang menerima ion H + (akseptor
proton) dalam suatu reaksi. Contohnya, asam klorida (HCl) dilarutkan dalam air maka akan terjadi
reaksi asam basa. Asam klorida akan memberikan proton kepada molekul air. Hasilnya adalah H 3O+
dan Cl- yang disebut asam konjugat dan basa konjugat. Asam-asam mineral lain seperti asam sulfat,
asam nitrat, dan hydrogen bromida dapat bertindak sebagai donor proton, oleh karenanya bersifat
asam. Demikian juga dengan asam-asam karboksilat. Dalam merumuskan teori tentang asam - basa,
Bronsted dan Lowry menggunakan istilah asam konjugasi dan basa konjugasi (pasangan asam -
basa). Dalam hal ini, setiap asam mempunyai basa konjugasi dan setiap basa mempunyai asam
konjugasi. Pasangan konjugasi ini hanya berbeda proton. Jika suatu asam memberikan ion H +, maka
sisanya merupakan basa konjugasi dan jika suatu basa menerima ion H+, maka zat yang terbentuk
merupakan asam konjugasi. Sebagai contoh : HCl + H2O → Cl- + H3O+ HCl merupakan asam dan Cl-
sebagai basa konjugasinya. H2O sebagai basa dan H3O+ adalah asam konjugasi dari H2O.3

Ada juga teori asam dan basa menurut seorang kimiawan Amerika yang bernama G.N Lewis
yang mengemukakan pendapatnya tentang teori asam dan basa. Asam merupakan suatu zat yang
dapat menerima pasangan elektron atau akseptor proton, sedangkan basa merupakan suatu zat yang
dapat memberikan pasangan elektron atau donor elektron. Teori ini mencakup dari antara teori
Arrhenius dan Bronsted-Lowry, Lewis unggul satu langkah lebih maju dengan pendapatnya bahwa
reaksi asam basa adalah transfer pasangan elektron. Dengan proses transfer elektron tersebut, maka
ikatan kovalen koordinasi akan terbentuk. Konsep asam - basa yang dikemukakan oleh kimiawan
Amerika Lewis ini sangat luas digunakan bukan hanya senyawa pemberi atau penerima proton saja
tapi juga dapat diterapkan pada senyawa – senyawa yang lain. Proton atau ion hidrogen termasuk ke
dalam asam Lewis karena dapat menerima sepasang elektron supaya dapat stabil. Demikian halnya
pada senyawa BF3 dan AlCl3 juga merupakan asam Lewis karena memiliki orbital - orbital kosong
yang dapat menerima sepasang elektron dari basa Lewis. Boron tetravalen seperti BF 3 memiliki enam
elektron pada kulit terluarnya sehingga masih ada satu orbital kosong yang dapat menerima pasangan
elektron dari senyawa donor elektron. Hal yang sama juga terjadi untuk AlCl3, di mana Al juga hanya
memiliki enam elektron pada kulit terluarnya sehingga dapat bertindak sebagai asam Lewis yang
kuat.3

Asam poliprotik atau asam berbasa banyak atau asam polibasa adalah asam yang dapat
menghasilkan lebih dari satu hidrogen, seperti H2CO3, H3PO4, H2SO4 dan H2S. Asam-asam ini
mengalami disosiasi secara bertahap. Setiap tahap dinyatakan dengan tetapan ionisiasi, Ka,
sedangkan Ka1> Ka2>Ka. Asam ini dapat dibagi menjadi dua, yang pertama ialah asam diprotik,
yaitu senyawa asam yang melepaskan dua ion H+, contoh, H2SO4 (aq) dan H2CO3 (aq). Yang kedua
ialah asam triprotik, yaitu senyawa asam yang melepaskan tiga ion H +, contoh, H3PO4 (aq). Salah
satu contoh asam poliprotik adalah asam karbonat dengan dua anion yaitu ion karbonat dan ion
bikarbonat. Kedua anion tersebut sering berada bersama-sama dalam larutan. Keberadaannya dapat
dibuktikan secara kualitatif dan kuantitatif. Ion karbonat dan bikarbonat memiliki cirinya masing-
masing. Misalnya dengan indikator pp, larutan yang mengandung ion karbonat akan berwarna merah
muda, sedangkan larutan yang mengandung ion bikarbonat akan menjadi jernih. Asam karbonat
bersifat tidak stabil dan mudah terurai menjadi air dan CO 2. Basa poliprotik merupakan basa yang
dapat menerima setidaknya satu ion H+ dalam reaksi asam basa. Basa poliprotik dapat dibagi
menjadi dua, yang pertama ialah basa dihidroksi, yaitu senyawa basa yang melepaskan dua OH -
contoh : Mg(OH)2 (aq) dan Ba(OH)2 (aq). Yang kedua ialah Basa trihidroksi, yaitu senyawa basa
yang melepaskan tiga ion OH-, contoh : Fe(OH)3 (aq) dan Al(OH)3 (aq) Asam atau basa poliprotik
dapat melepaskan lebih dari 2 ion H+ atau OH- ketika dilarutkan dalam air contohnya adalah H3PO4
dan Al(OH)3-.4,5
Titrasi asam basa melibatkan reaksi antara asam dengan basa sehingga akan terjadi perubahan
pH larutan yang dititrasi. Secara percobaan, perubahan pH dapat diikuti dengan mengukur pH larutan

yang dititrasi dengan elektrode pada pH meter. Reaksi antara asam dan basa, dapat berupa asam kuat
atau lemah dengan basa kuat atau lemah, meliputi berikut ini6

Dari pH titik ekivalen tersebut dapat dipilih indikator untuk titrasi asam basa yang
mempunyai harga kisaran pH tertentu. Pada titrasi asam dengan basa, maka kurva
titrasinyamerupakan hubungan antara volume basa sebagai penitrasi (sumbu X) dengan pH (sumbu
Y). Bertambah banyaknya basa sebagai penitrasi maka pH larutan yang dititrasi akan meningkat.
Sedangkan pada titrasi basa dengan asam maka kurvatitrasinya merupakan hubungan antara volume
asam sebagai penitrasi (sumbu X) dengan pH (sumbu Y). Bertambah banyaknya asam sebagai
penitrasi maka pH larutan yang dititrasi akan menurun.6
Apabila dua pasangan asam - basa atau lebih yang saling berpasangan, maka apabila
dilakukan perhitungan konsentrasi akan menjadi makin sulit. Jika tetapan - tetapan protolisis asam
dan basa poliprotik yang berturutan cukup berbeda satu sama lain, maka asam-asam poliprotik itu
dianggap sebagai campuran semolar beberapa pasang asam-basa berpasangan, yang mempunyai
kekuatan berbeda-beda. Dalam hal seperti itu, kurva titrasi asam poliprotik dibuat dengan
mendempetkan kurva-kurva titrasi masing-masing pasangan asam basa tersebut. Kurva titrasi dan
kesalahan titrasi dari sistem yang kompleks dapat dengan mudah diperoleh dengan menggabungkan
fraksi molar dari senyawa yang terdisosiasi dan fungsi formasi dalam persamaan yang menentukan
keseimbangan massa dan beban.7

Indikator merupakan suatu zat yang ditambahkan ke dalam larutan sampel sebagai penanda
yang menunjukkan telah terjadinya titik akhir titrasi pada analisis volumetrik. Suatu zat dapat
dikatakan sebagai indikator titrasi asam basa jika dapat memberikan perubahan warna sampel seiring
dengan terjadinya perubahan konsentrasi ion hidrogen atau perubahan pH. Indikator asam basa yang
sering digunakan di laboratorium untuk titrasi asam basa merupakan indikator sintetis contohnya
fenolftalein (PP) dan metil jingga (MJ). Ada beberapa indikator asam – basa, antara lain kertas
lakmus. Ada dua macam kertas lakmus yaitu, merah dan biru. Jika kertas lakmus biru dicelupkan
dalam larutan dan ternyata berubah warna menjadi merah, berarti larutan tersebut bersifat asam.
Sebaliknya jika kertas lakmus merah dicelupkan ke dalam larutan dan warna kertas berubah menjadi
biru, berarti larutan tersebut bersifat basa. Jika kertas lakmus biru atau merah dicelupkan ke dalam
suatu larutan dan ternyata kedua kertas tidak mengalami perubahan warna, berarti larutan tersebut
bersifat netral. Yang kedua, larutan indikator ada beberapa contoh larutan indikator di antaranya,
phenolptalein (PP) yang memberikan warna pink dalam larutan basa dan tidak berwarna dalam
lingkungan asam, metil orange (MO) yang memberikan warna merah dalam lingkungan asam dan
kuning dalam lingkungan basa. Yang ketiga ialah indikator universal. Indikator ini kebanyakan
berupa kertas, tetapi ada juga yang berupa larutan. Jika kertas indikator ini dicelupkan ke dalam
larutan, akan memberikan warna tertentu yang kemudian dibandingkan dengan warna standar yang
tertera dalam wadahnya untuk mengetahui pH larutan yang sebenarnya. Sebenarnya hampir semua
tumbuhan berwarna dapat dipakai sebagai indikator tetapi terkadang perubahan warnanya tidak jelas.
Oleh karena itu hanya beberapa saja yang sering dipakai, misalnya daun kubis ungu yang
memberikan warna merah dan hijau, daun bayam merah yang memberikan warna merah dan kuning.
Yang keempat ada indikator alami. Indikator alami dapat dibuat dari bagian tanaman yang berwarna,
misalnya mahkota kembang sepatu, daun kubis ungu, daun bayam merah, kayu secang dan kunyit.
Beberapa indikator alami tersebut dapat dibuat secara cepat, mudah, dan sederhana.7,8

Pada percobaan atau praktikum mengenai penentuan kadar senyawa karbonat dan bikarbonat
memiliki tujuan untuk mengetahui cara dan hasil perlakukan penetapan kadar karbonat dan
bikarbonat dalam air secara asidimetri dengan indikator ganda fenolftalein dan metil jingga.

2 BAHAN DAN METODE

2.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum penetapan kadar dari karbonat dan
bikarbonat ada cukup banyak. Alat – alat yang digunakan dalam praktikum penetapan kadar dari
karbonat dan bikarbonat yang pertama ada gelas beker, yang kedua ada Erlenmeyer, yang ketiga ada
pipet Pasteur, yang keempat ada pengaduk, dan yang kelima ada buret. Sementara itu, bahan – bahan
yang digunakan dalam praktikum penetapan kadar dari karbonat dan bikarbonat yang pertama ada
natrium karbonat anhidrat, yang kedua ada indikator metil jingga atau orange, yang ketiga ada asam
klorida 0,1 N atau HCl 0,1 N, dan yang keempat ada aquades.

Paa praktikum penentuan kadar karbonat dan bikarbonat membutuhkan alat dan bahan, yang
pertama dibutuhkan adalah larutan asam klorida 0,1 N atau HCl 0,1 N, yang kedua adalah indikator
metil jingga atau orange, yang ketiga sampel dari karbonat dan bikarbonat, yang keempat adalah
indikator PP atau Phenolptalein. Sementara itu, untuk alat yang digunakan dalam praktikum ialah
yang pertama ada buret, yang kedua ada pipet Pasteur, yang ketiga ada pipet ukur dan pippete ball,
dan yang keempat adalah erlenmeyer.

2.2 Cara kerja

Cara kerja dalam praktikum penetapan kadar dari karbonat dan bikarbonat ada beberapa
tahapan. Yang pertama harus dilakukan adalah memanaskan natrium karbonat anhidrat dengan
menggunakan temperature tinggi sebesar 260 ⁰ C sampai temperature sebesar 270 ⁰ C dengan
menggunakan alat di laboratorium. Setelah itu, menimbang padatan sebanyak 0,200 gram dengan
menggunakan timbangan analitik digital. Selanjutnya yang dilakukan adalah melarutkan padatan
sebesar 0,200 gram yang tadi telah ditimbang dengan timbangan analitik digital dengan 75 mililiter
aquades, larutkan di dalam gelas erlenmeyer yang telah dipersiapkan. Setelah itu, agak dikocok
supaya merata. Selanjutnya yang dilakukan adalah menambahkan sebanyak dua tetes indikator metil
jingga atau orange ke dalam gelas erlenmeyer. Kemudian akan terjadi suatu perubahan warna
sehingga larutan memiliki warna orange. Setelah itu, saatnya titrasi dilakukan dengan menggunakan
larutan asam klorida 0,1 N atau HCl 0,1 N. Setelah itu, titrasi larutan tersebut sampai larutan di dalam
gelas erlenmeyer mengalami suatu perubahan warna dari orange muda menjadi merah pada larutan.
Amati volume larutan asam klorida 0,1 N atau HCl 0,1 N yang dibutuhkan atau dipakai selama
terjadinya titrasi.

Yang kedua ialah penetapan kadar dari akbornat dan bikarbonat dapat dilakukan dengan cara,
yang pertama adalah megambil 25 mililiter larutan sampel karbonat dan bikarbonat dengan
menggunakan pipet ukur yang telah disiapkan lalu masukkan ke dalam erlenmeyer. Setelah itu,
tambahkan dua tetes indikator PP atau Phenolptalein ke dalam Erlenmeyer, lalu kocok supaya larutan
tercampur akan terbentuk warna merah pada larutan. Langkah selanjutnya yag dilakukan adalah
menitrasi larutan dengan larutan baku asam klorida 0,1 N atau HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan
warna. Akan terjadi perubahan warna larutan dari yang awalnya memiliki warna merah berubah
menjadi warna putih atau bening. Setelah itu, amati volume larutan asam klorida 0,1 N atau HCl 0,1
N yang dibutuhkan atau dipakai selama terjadinya titrasi. Yang dilakukan kemudian adalah
menambahkan sebnayak dua tetes indikator metil jingga atau metil orange ke dalam larutan yang
telah dititrasi. Setelah itu, kocok dan titrasi menggunakan larutan baku asam klorida 0,1 N atau HCl
0,1 N sampai terjadi perubahan warna. Akan terjadi perubahan warna dari larutan yang sebelumnya
memiliki warna orange menjadi larutan yang memiliki warna jingga kemerahan. Setelah itu, amati
volume larutan asam klorida 0,1 N atau HCl 0,1 N yang dibutuhkan atau dipakai selama terjadinya
titrasi.

3 HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

PEMBUATAN LARUTAN BAKU ASAM KLORIDA 0,1000 N

PEMBAKUAN ASAM KLORIDA 0,1000 N


No BERAT Na2CO3 (mg) Volume HCl (mL)

1.

200,5 35
Perhitungan Normalitas Asam Klorida

Diketahui =
massa = 200,5 mg
volume HCl = 35 mL
1 mL 0.1 N HCl = 5.299 mg

Ditanya =
Normalitas HCl ...............?
Dijawab =
VHCl NHCl m Na2 CO 3
× =
1 0,1000 5,299 mg
35 mL NHCl 200,5 mg
× =
1 0,1000 5,299 mg
200,5 mg 0,1000
N HCl= ×
5,299 mg 35 mL
N HCl=0,108106651

PENETAPAN KADAR KARBONAT DAN BIKARBONAT

NO VOLUME SAMPEL (mL) VOLUME HCl 1 (mL) VOLUME HCl 2 (mL)

1.

25 15,06 4,05

Perhitungan =

Diketahui :

Volume HCl 1 = 15,06 mL

Volume HCl 2 = 4,05 mL maka Volume HCl 1 > Volume HCl 2


Volume sampel = 25 mL

N HCl = 0,1 N

Ditanya :

Kadar karbonat dan hidroksida sampel =……?

Dijawab :

(mL 1× N ) HCl ×60


Kadar karbonat sampel=
mL sampel

(15,06 ×0,1)× 60
Kadar karbonat sampel= = 3,6144 mg/mL
25

( mL 1−mL 2 ) × NHCl ×17


Kadar hidroksida sampel=
mL sampel

( 15,06 mL−4,05mL ) × 0,1 ×17


Kadar hidroksida sampel=
25 mL

( 11,01 mL ) ×0,1 ×17


Kadar hidroksida sampel=
25 mL

Kadar hidroksida sampel=0,74868 mg/mL

4 PEMBAHASAN

Pembuatan Larutan Baku Asam Klorida 0,1000 N


Pembuatan larutan baku asam klorida dilakukan dengan menimbang asam klorida sebanyak
3,647 gram lalu dimasukkan ke dalam labu takar 1 liter, encerkan dengan akuades hingga tepat
garis. Larutan baku asam klorida inilah yang nantinya akan digunakan untuk menitrasi dan
membantu melakukan penetapan dari kadar karbonat-bikarbonat.

Pembakuan HCl atau asam klorida 0,1000 N

Pada percobaan pertama, dilakukan suatu percobaan dengan pembakuan HCl 0,1000 N
sebanyak satu kali. Pada percobaan pertama pembakuan HCl ),1000 N ini digunakan natrium
karbonat anhidrat yang memiliki berat sebesar 200,5 mg. Pada percobaan pembakuan HCl 0,1000 N
ini perlakuan yang dilakukan yaitu melakukan titrasi dengan HCl dan ditambahkan indikator metil
Jingga atau orange hingga berubah warna dari yang memiliki warna awal bening agak merah muda
menjadi memiliki warna orange, lalu dititrasi hingga terjadi perubahan warna dari orange menjadi
memiliki warna merah. Perubahan warnayang terjadi ini dikarenakan indikator metil Jingga atau
orange yang diteteskan di dalam larutan basa akan menghasilkan warna merah. Perubahan warna
disebabkan karena adanya penurunan pH saat dilakukan titrasi menggunakan HCl atau asam klorida.
Volume HCl yang telah digunakan dalam titrasi ini adalah 35 mL. dalam setiap 1 mL HCl atau asam
klorida 0,1 N setara dengan 5,299 mg natrium karbonat anhidrat. Setelah melakukan perhitungan,
didapat konsentrasi HCl sebesar 0,108 N dimana nilai tersebut mendekati nilai normalitas HCl yang
digunakan saat titrasi yaitu 0,1 N. Hasil dari nilai normalitas HCl ini tidak sesuai dengan teori yang
ada karena mungkin kurangnya ketelitian dalam melakukan proses titrasi bisa jadi karena kurang
dalam hal ketepatan waktu dalam penghentian proses titrasi ataupun dalam hal membaca skala yang
dalam buret, sehingga hal tersebut akan berpengaruh terhadap nilai normalitas larutan HCl.9

Penentuan Kadar Karbonat-Bikarbonat

Percobaan yang selanjutnya dilakukan, yaitu penetapan kadar karbonat dan bikarbonat.
Tujuan yang ingin dicapai dari percobaan ini adalah mengetahui kadar larutan karbonat dan
bikarbonat dalam air dengan cara asidimetri. Asidimetri sendiri merupakan penentuan konsentrasi
larutan basa dengan menggunakan larutan baku asam. Pada percobaan penetapan kadar karbonat dan
bikarbonat ini, dilakukan dua kali titrasi dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang konkret dan
membuat larutan sampel dalam keadaan setimbang dengan menggunakan indikator ganda yaitu
fenolftalein dan metil jingga atau orange. Pada titrasi yang pertama, 25 ml larutan sampel
dimasukkan kedalam erlenmeyer. Setelah itu tambahkan dua tetes indikator fenolftalein, warna
larutan akan berubah menjadi ungu. Hal tersebut membuktikan bahwa larutan bersifat basa.
Kemudian, larutan di titrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai warna larutan berubah menjadi tidak
memiliki warna atau memiliki warna bening. Volume HCl yang digunakan pada titrasi yang pertama
dinyatakan sebagai volume HCl 1. Pada tahap ini semua ion hidroksida bereaksi menghasilkan air
sedangkan ion karbonat akan bereaksi dengan asam menghasilkan ion bikarbonat, berikut adalah
reaksi kimianya:

OH- + H+ → H2O………………….................(1)

CO32- + H+ → HCO3- ………………………..(2)


Larutan yang tak berwarna tersebut ditetesi dengan indikator metil jingga sebanyak dua tetes
dan dititrasi kembali dengan larutan HCl 0,1N sampai terjadi perubahan warna larutan dari warna
kuning menjadi warna jingga kemerahan. Penambahan HCl tersebut akan menyebabkan ion
bikarbonat hasil reaksi tahap pertama berubah menjadi asam bikarbonat. Berikut adalah reaksinya:

HCO3- + H3O+ →H2CO3 + H2O……………………...(3)

Volume HCl yang digunakan pada tahap ini dinyatakan sebagai volume HCl 2. Dari
percobaan yang kami lakukan, diperoleh volume dari percobaan yang pertama HCl 1 adalah 15,06
mL dan pada percobaan selanjutnya volume HCl 2 yaitu 4,05 mL. Volume HCl 1 yang lebih besar
dari HCl 2 menunjukkan bahwa pada larutan sampel tersebut mengandung ion karbonat dan ion
hidroksida yang masing - masing dapat dihitung kadarnya. Setelah dilakukan perhitungan, kadar
karbonat yang terdapat dalam sampel adalah 3,6144 mg/mL mg/mL dan kadar hidroksida yang
terdapat pada sampel adalah 0,74868 mg/mL. 9

5 KESIMPULAN

Dari percobaan melakukan titrasi dengan indikator fenolftalein dan indikator metil jingga
yang telah, disimpulkan bahwa perubahan warna pada larutan disebabkan karena adanya penurunan
pH saat dilakukan titrasi menggunakan HCl serta dikarenakan volume HCl pertama lebih besar dari
pada volume HCl kedua maka dapat disimpulkan di dalam sampel yang dipakai mengandung
campuran ion karbonat sebanyak 3,6144 mg/mL dan ion hidroksida sebanyak 0,74868 mg/mL.
DAFTAR PUSTAKA

1. Yunisdar, Y. Modul Kimia Analisis.Jakarta: UHAMKA;2019.p. 83-4

2. Chang, R. Kimia Dasar "Konsep - konsep Inti". 3rd ed. Jakarta: Erlangga; 2005.
3. Situmorang, M. Innovative Chemistry Learning Material Acid-Base Equilibrium. Medan.
2017.
4. Dzikrullah, A. Reaksi Asam - Basa: Asam Poliprotik. Semarang: FMIPA Universitas
Diponegoro; 2015.
5. Prasojo. Laily, S. Kimia Organik I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2014.
6. Wiryawan, A. Kimia Analitik. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; 2008.
7. Ratnasari, S. Suhendar, D. Amalia, V. Studi Potensi Ekstrak Daun Adam Hawa (Rhoeo
discolor) sebagai Indikator Titrasi Asam-Basa. Chimica et Natura Acta.2016 [cited 8 Decem-
ber 2020]; 4(1): 39-46. Available from: https://www.researchgate.net/publication/
315944214_STUDI_POTENSI_EKSTRAK_DAUN_ADAM_HAWA_Rhoeo_discolor_SE-
BAGAI_INDIKATOR_TITRASI_ASAM-BASA
8. Lestari, P. Kertas Indikator Bunga Belimbing Wuluh untuk Uji Larutan Asam-Basa. Jurnal
Pendidikan Madrasah. 2016 [cited 8 December 2020]; 1(1). Available from: http://digilib.uin-
suka.ac.id/27085/1/Puji%20Lestari%20-%20KERTAS%20INDIKATOR%20BUNGA
%20BELIMBING%20WULUH%20%28AVERRHOA%20BILIMBI%20L%29%20UNTUK
%20UJI%20LARUTAN%20ASAM-BASA.pdf
9. Cartika H. Kimia Farmasi II [Internet]. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2017 [cited 8 De-
cember 2020]. Available from: http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/
2017/11/DAFIS-DAN-KIMIA-FARMASI.pdf

Anda mungkin juga menyukai