Anda di halaman 1dari 5

1.

1 Hoka Hoka Bento

Hoka Hoka Bento merupakan salah satu restaurant di Indonesia, yang

menyedikan makanan jepang cepat saji. Hoka Hoka Bento hingga sekarang telah

memiliki beragam menu yang berbeda. Nama Hoka Hoka Bento sendiri berasal

dari bahasa Jepang yang berarti ‘Makanan hangat dalam boks’. Hoka Hoka Bento

adalah jaringan restaurant waralaba makanan cepat saji yang menyajikan makanan

Jepang yang berbasis di Jakarta, Indonesia yang didirikan dibawah naungan PT.

Eka Bogainti. Hoka Hoka Bento menyajikan makanan Jepang dengan harga relatif

terjangkau serta suasana yang nyaman. Hal ini menjadikan Hoka Hoka Bento

sebagai restoran dengan konsep “Jappanese Fast Food” terbesar di Indonesia.

Hoka Hoka Bento semakin berkembang dan dikenal dengan nama barunya yaitu

HokBen, dengan logo perusahaan sebagai berikut:


1.2 Sejarah

Pada tanggal 18 April 1985, Hoka Hoka Bento pertama kali didirikan dibawah

naungan PT. Eka Bogainti. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1985 di Jakarta oleh

Hendra Arifin. Hendra sebagai pemilik PT Eka Bogainti tertarik mengembangkan restoran

cepat saji ala Jepang karena pada 1985 konsep itu belum ada di Indonesia. Ia pun

melakukan studi banding ke Jepang dan kemudian membeli izin untuk menggunakan

merek dan asistensi teknis Hoka Hoka Bento di Indonesia.

Saat ini, Hoka Hoka Bento ditangani generasi kedua, anak dari Hendra Arifin yakni
Paulus Arifin yang menjadi direktur operasional PT Eka Bogainti.

Menurut Paulus, dampak krisis global membuat pengunjung resto sedikit berkurang
sehingga ia menerapkan strategi khusus untuk menarik minat konsumen dengan
berbagai menu spesial. Selain itu, efisiensi terus dilakukan tanpa harus melakukan
perampingan tenaga kerja. Kini, Hoka Hoka Bento mempekerjakan sekitar 4.000 tenaga
kerja.

Pengalaman saat krisis moneter 1998 menjadi pelajaran berharga bagi Hoka Hoka Bento
sehingga tetap bertumbuh rata-rata 5-7% per tahun. “Tahun 2009, kami menargetkan
pertumbuhan penjualan sekitar 10%, memang agak sulit tetapi kalau berusaha keras
pasti bisa,” ujarnya.

Dan pada tahun 2013, saat memasuki usia 30 tahun Hoka-Hoka Bento melakukan

rebranding dengan mengusung nama baru serta konsep yang lebih muda, hangat dan

Energik. Nama Hoka Hoka Bento sendiri diubah menjadi Hokben karena konsumen yang

lebih sering menyebut nama Hoka Hoka Bento dengan Hokben. Dengan maksud untuk

lebih mengakrabkan diri dengan para pelanggan, nama Hokben dipakai karena sudah

sangat familiar dan mudah disebutkan. Selain itu konsep restaurantnya juga menjadi

lebih modern bahkan jargon yang semula ‘Ada Aja Alasan Ke Hoka Hoka Bento’ juga

diubah menjadi ‘We Make It Better’.

Banyak faktor yang mempengaruhi perubahan merek (Rebranding) yang dilakukan

perusahaan yaitu: 1) Identitas dari perusahaan tersebut tidak dapat mewakili pelayanan
dari perusahaan tersebut; 2) Perusahaan tersebut sudah memiliki reputasi yang buruk di

mata masyarakat; 3) Perusahaan tersebut ingin memberikan sesuatu yang baru, berupa

pembenahan dalam perusahaan tersebut. Faktor yang terakhir inilah yang

mempengaruhi Hokben melakukan rebranding. Rebranding yang dilakukan Hokben ini

yaitu untuk memperluas target pasar, mulai dari keluarga hingga kelompok anak muda

serta memberikan sentuhan yang lebih fresh dan modern terhadap konsep restorannya.

1.3 Tokoh

Hendra sebagai pemilik PT Eka Bogainti tertarik mengembangkan resto cepat saji

ala Jepang karena pada 1985 konsep itu belum ada di Indonesia. Ia pun melakukan studi

banding ke Jepang dan kemudian membeli izin untuk menggunakan merek dan technical

assistance Hoka Hoka Bento di Indonesia.

Keputusannya untuk meninggalkan kenyamanan setelah 13 tahun bekerja di PT

Astra Internasional ditentang oleh banyak keluarga dekatnya. Termasuk rekan-

rekannya di Astra juga ikut menyayangkan keputusannya tersebut. Namun ia

bergeming. Ia berani memutuskan untuk memulai merintis bisnis kuliner di tahun

1985. Dan sekarang setelah melewati perjalanan panjang, Hendra Arifin berhasil

mengepakan sayap dengan merek dagang Hoka-Hoka Bento. Ya, kini pria sekaligus

Direktur Utama PT Eka Bogainti itu memiliki 148 gerai Japanese fast food restaurant,

Hoka Hoka Bento. Untuk mengembangkan bisnis yang digelutinya, dia pun

menyambangi negeri Sakura untuk mempelajari dan membeli izin penggunaan

merek dan technical assistance Hoka Hoka Bento di Indonesia.

Alur perjalanan hidup pria berdarah Betawi ini, memang seperti air yang

mengalir. “Semua tidak ada yang kebetulan, semua karena rancangan Tuhan, ”

ungkapnya. Hendra akrab disapa memandang bila riak adalah romantisme dan
dinamika hidup. “Yang harus dilakukan adalah menghadapinya dengan keikhlasan,

kejujuran dan mau memberi maaf,” tuturnya memaknai sukses yang telah diraih.

Sikap ikhlas dan fokus dalam bekerja guna mewujudkan tujuan hidup memang telah

dilakukannya. Dalam menjalankan bisnis, kata Hendra, persoalan dan kendala

adalah sebuah tantangan yang harus dihadapi. “Kita harus ikhlas dan berusaha

untuk bangkit kembali,” ujarnya memberi kiat menjalani sebuah proses yang telah

direncanakan oleh Tuhan.

Dia menilai bahwa sebuah kegagalan merupakan pelajaran yang berharga. “Kita

petik pelajaran dari kegagalan, lalu kembali bangkit untuk tidak mengulang

kesalahan yang sama,” ujarnya. Sikap ini akan memperkuat diri kita untuk

melangkah ke level yang lebih tinggi dengan tetap fokus bekerja dengan sikap tulus

dalam menjalaninya.

Menurut dia, sikap fokus pada bidang pekerjaan yang digeluti menjadi salah satu

kunci keberhasilan yang maksimal. Ia mencontohkan, banyak orang di tengah bisnis

yang dilakukannya kemudian justru menggeluti bidang usaha yang lain, “Langkah ini

jelas akan memecah fokus pada pekerjaan dan menimbulkan banyak persoalan, ”

katanya.

Selain keikhlasan dan fokus bekerja, nilai hidup yang patut dimiliki seorang

entrepreneur adalah kejujuran. Hendra menjelaskan bahwa kejujuran menjadi modal

yang penting dalam menjalani hidup termasuk dalam membangun bisnisnya. “Sikap

shiddiq (tepercaya) sangat penting. Tanpa sikap shiddiq, lalu bagaimana kita

memperoleh amanah?,” ujarnya.


Begitu pun dengan sikap pemaaf, Hendra menilai tak sedikit orang yang sulit

memaafkan sebuah kesalahan meskipun telah berlalu. “Butuh sebuah keberanian

dan kebesaran hati untuk meminta dan menerima maaf,” ujarnya.

Dia menilai dengan memiliki sikap pemaaf, kita akan lebih bersih dan jernih dalam

berpikir. “Pikiran negatif hanya akan mengusik konsentrasi kita untuk bergerak maju.

Ini jelas sangat tidak menguntungkan,” ujarnya. Karena itu cobalah untuk melupakan

dan tetap melangkah ke depan. “Seperti ungkapan merunduk tapi tidak patah, ”

ujarnya berprinsip. (asm) 

Anda mungkin juga menyukai