Menggunakan Balanced
Scorecard
Teguh Riyanto 22 May 2015
Pemakaian penilaian kinerja tradisional yaitu ROI, Profit Margin dan Rasio
Operasi sebetulnya belum cukup mewakili untuk menyimpulkan apakah
kinerja yang dimiliki oleh suatu perusahaan sudah baik atau belum. Hal ini
disebabkan karena ROI, Profit Marjin dan Rasio Operasi hanya
menggambarkan pengukuran efektivitas penggunaan aktiva serta laba
dalam mendukung penjualan selama periode tgertentu. Dalam akuntansi
manajemen dikenal alat analisis yang bertujuan untuk menunjang proses
manajemen yang disebut dengan Balanced Scorecard yang
dikembangkan oleh Norton pada tahun 1990. Balanced
Scorecard merupakan suatu ukuran yang cukup komprehensif dalam
mewujudkan kinerja, yang mana keberhasilan keuangan yang dicapai
perusahaan bersifat jangka panjang.
Konsep balanced scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan
implementasi konsep tersebut. Menurut ahli manjemen Kaplan dan
Norton, Balanced scorecard terdiri dari kartu skor (scorecard) dan
berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk
mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan
untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh peronil di masa
depan. Melalui kartu skor, skor yang akan diwujudkan personil di masa
depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Hasil
perbandingan ini digunakan untuk melakukan evaluasi atas kinerja
personil yang bersangkutan.
Balanced scorecard memperkenalkan empat proses manajemen yang
baru, yang terbagi dan terkombinasi antara tujuan strategik jangka
panjang dengan peristiwa-peristiwa jangka pendek. Keempat proses
tersebut adalah
1. Menterjemahkan visi, misi dan strategi perusahaan.
Untuk menentukan ukuran kinerja, visi organisasi perlu dijabarkan dalam
tujuan dan sasaran. Visi adalah gambaran kondisi yang akan diwujudkan
oleh perusahaan di masa mendatang. Untuk mewujudkan kondisi yang
digambarkan dalam visi, perusahaan perlu merumuskan strategi. Tujuan
ini menjadi salah satu landasan bagi perumusan strategi untuk
mewujudkannya. Dalam proses perencanaan strategik, tujuan ini
kemudian dijabarkan ke dalam sasaran strategik dengan ukuran
pencapaiannya.
Suatu karakteristik dari pengendalian kualitas modern adalah bahwa didalamnya terdapat
aktivitas yang berorientasi pada tindakan-tindakan pencegahan kerusakan dan bukan berfokus
pada upaya untuk mendeteksi kerusakan saja. Kualitas melalui inspeksi saja tidak cukup dan
hal itu memakan biaya yang banyak. Meskipun tetap menjadi persyaratan untuk melakukan
beberapa inspeksi singkat atau audit terhadap produk akhir tetapi usaha pengendalian kualitas
seharusnya lebih difokuskan pada tindakan pencegahan sebelum terjadinya kerusakan dengan
jalan melaksanakan aktivitas secara baik dan benar pada waktu pertama kali mulai
melaksanakan suatu aktivitas. Dengan melaksanakan prinsip ini usaha peningkatan kualitas
akan mampu mengurangi ongkos produksi. Sehingga perlu dilakukan suatu sistem
pengendalian proses sebagai implementasi dari tindakan preventif dalam sistem manajemen
kualitas itu.
Pada perusahaan pabrikasi ada dua macam struktur organisasi yang berkaitan dengan
pengendalian mutu:
1. Departemen kualitas berdiri sendiri dan mempunyai jalur laporan langsung ke GM.
Fungsi kualitas harus terpisah dari kegiatan pabrikasi dan langsung memberikan laporan ke
GM, tujuannya untuk mendapatkan kerjasama dalam rangka memenuhi penjadwalan dan
biaya.
2. Departemen kualitas adalah bagian dari pabrikasi dan memberikan laporan ke manajer
pabrik. Fungsi kualitas di bawah fungsi pabrikasi karena mutu membutuhkan koordinasi yang
dekat dengan proses produksi. Sesungguhnya manajer pabrikasi telah mengemban tugas
sebagai coordinator kualitas.
KATA PENGANTAR
Segala puji beserta syukur kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kita semua masih diberikan nikmat yang begitu besar yakni nikmat Iman dan
Islam. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman
ilmiah yang barokah ini.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR...................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah...................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 2
C. Tujuan dan manfaat Pembahasan........................................ 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................... 3
A. Evaluasi Strategi................................................................. 3
B. Mengukur Performa Perusahaan.......................................... 8
C. Strategi Audit.................................................................... 10
D. Pengendalian Strategi........................................................ 12
1. Pengertian pengendalian strategi................................. 12
4. Langkah-langkah pengendalian................................... 19
A. Kesimpulan........................................................................ 21
B. Saran................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Dari uraian singkat diatas terdapat beberapa masalah diantaranya apa yang dimaksud
dengan evaluasi strategi, apa saja criteria dan teknik dalam mengevaluasi strategi, serta apa
yang dimaksud dengan pengendalian strategi, tujuan, tipe dan langkah-langkah dalam
penendalian strategi.
C. Tujuan Pembahasan
Makalah ini disusun bertujuan untuk member jawaban dari beberapa rumusan masalah
diatas diantaranya apa yang dimaksud dengan evaluasi strategi, apa saja criteria dan teknik
dalam mengevaluasi strategi, serta apa yang dimaksud dengan pengendalian strategi, tujuan,
tipe dan langkah-langkah dalam penendalian strategi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Evaluasi strategi
Strategi yang telah dilaksanakan perlu dievaluasi. Evaluasi diperlukan untuk
mempelajari strategi tersebut berhasil atau gagal. Proses evaluasi juga bisa dijadikan
pembelajaran untuk proses perumusan strategi selanjutnya. Perusahaan biasanya melihat
keberhasilan strategi dari beberapa faktor seperti peningkatan penjualan,pendapatan
perusahaan atau posisi perusahaan setelah strategi dilaksankan.
Richard Rumelt memberikan 4 (empat) kriteria dalam mengevaluasi strategi. Keempat
kriteria tersebut diantaranya :[2]
1. Konsistensi
Sebuah strategi harusnya konsisten pada kebijakan dan juga tujuan strategi itu sendiri.
Permasalahan dalam organisasi kadang dapat menyebabkan terjadinya inkonsistesi. Ada 3
tanda permasalahan organisasi dapat menyebabkan strategi yang tidak konsisten. Ketiga
tanda tersebut yaitu :
a. Jika permasalahn manajerial berlanjutkan dengan berubahnya personil dan jika mereka
bergantung pada dasar isu yang ada bukan pada orangnya.
b. Jika sukses dari satu organisasi berarti kegagalan dari organisasi lainnya.
c. Jika permasalahan kebijakan dan isu berlanjut pada resolusi tingkat atas.
2. Kecocokan
Faktor internal dan eksternal perushaan harus dicocokkan. Sebuah strategi harus dapat
merepresentasikan respon adaptif pada lingkungan eksternal serta perubahan yang terjadi.
3. Kemungkinan
Sebuah strategi jangan sampai membuat permasalahan baru yang sulit untuk
diselesaikan. Pada evaluasi strategi, penting untuk mengetahui apakah organisasi mempunyai
kemampuan,kompetensi,keterampilan,dan bakat yang diperlukan untuk strategi yang
diberikan.
4. Keuntungan
Sebuah strategi harus dapat menyediakan pembuatan atau pengaturan dari keunggulan
kompetitif. Keunggulan kompetitif normalnya merupakan hasil dari 3 hal yaitu sumber daya,
skill,dan posisi.
Serupa dengan keempat criteria tersebut, ada pula 4 (empat) tes yang bisa dilakukan
untuk mengetahui apakah yang ada dapat diterima. Keempat tes tersebut di antaranya :
1) Tes Konsistensi Tujuan
2) Tes Kerangka
3) Tes Kompetensi
4) Tes Kemungkinan Dilaksanakan
Evaluasi strategi juga dapat dilaksanakan dengan memperhatikan matrik IFE dan
EFE. Faktor internal dan eksternal perusahaan dapat dianalisis kembali setelah proses
pelaksanaan strategi. Misalnya jika posisi internal perusahaan tidak eksternal perusahaan
sama sekali tidak berubah lebih baik dan tujuan juga tidak tercapai, maka perlu adanya
perbaikan strategi. Namun jika posisi perusahaan tidak berubah dan tujuan tercapai maka
strategi dapat dilanjutkan.
b. Survei Pendahuluan
Pada fase ini, auditor melakukan penilaian pendahuluan atas efektivitas yang akan
dinilai. Hasilnya adalah berupa informasi mengenai fungsional perusahaan untuk memonitor
kinerja perusahaan. Jadi tujuan fase ini adalah untuk memperoleh pandangan umum
mengenai fungsional perusahaan dan operasinya serta beberapa petunjukan dari aktivitas
khusus yang dapat menjamin dilakukannya penelaahan yang detail selama fase audit.
d. Pengujian detail
Pada fase ini, akan ditentukan kemuktakhiran, kelengkapan , dan akurasi data. Tujuan
secara keseluruhan adalah mengidentifisikan area yang akan menjamin perhatian manajemen.
f. Pelaporan
Keberhasilan pemeriksaan manajemen tergantung pada mutu laporan yang dihasilkan.
Laporan pemeriksaan manajemen adalah alat formal untuk memberitahukan menejemen
puncak tentang temuan auditor yang signifikan serta rekomendasinya.
C. Strategic Audit
Strategi adalah cara pemimpin bisnis perusahaan merealisasikan filosofinya. Dengan audit
strategi, perusahaan menguji asumsi-asumsi yang dibutuhkan untuk bersaing didalam pasar.
Kemampuan daya saing dan sumberdaya merupakan unsure yang pokok dalam eveluasi
tersebut.
Proses audit dilakukan untuk mengembangkan benchmarks perusahaan. Proses tersebut
melibatkan langkah-langkah berikut :
1) Identifikasi fungsi atau proses, biasanya aktivitas yang dapat memberikan unit bisnis sebuah
keunggulan kompetitif maka itu yang harus diaudit.
2) Menentukan pengukuran performa dari fungsi atau proses.
3) Mengevaluasi performa akhir
4) Me-review perusahaan pemerintahan
5) Amati lingkungan eksternal
6) Amati lingkungan internal
7) Analisis strategi menggunakan SWOT
8) Mengevaluasi strategi alternative
9) Mengimplementasikan strategi
10) Evaluasi dan kontrol.
Selain metode-metode tersebut ada juga metodelogi lain yang dapat mengukur
performa menggunakan multiple variable. Beberapa metode tersebut anatara lain :
a) Zero Based Budgeting (ZBB)
ZBB merupakan sebuah sistem yang me-review proses strategi dan budget organisasi dari
pertma kali mereka melakukannya, atau zero “zero base”. ZBB menggukur beberapa hal di
antaranya ;
a. Biaya opportunity
b. Prioritas
c) Six Sigma
Hasil dari pengukuran Six sigma mencakup :
a. Pengurangan biaya
b. Pertumbuhan pendapatan
c. Optimaliasasi sumber daya
d. Perbaikan kepuasan pelanggan
e. Perbaikan kepuasaan pelanggan
f. Perbaikan produktivitas dan kepuasan karyawan
g. Perbaikan penggunaan waktu
h. Pengukuran risiko
i. Perbaikan kompetitif dan performa pasar
D. Pengendalian Strategi
1. Pengertian pengendalian strategi[5]
Pengendalian (control) adalah pengaturan aktivitas-aktivitas organisasi agar elemen-
elemen kinerja yang menjadi target tetap berada pada batas-batas yang dapat diterima. Tanpa
pengaturan ini, organisasi tidak memiliki petunjuk tentang seberapa baik kinerja mereka
dalam kaitanya dengan tujuan-tujuan yang telah ditetepkan.
Kontrol dapat dikembangkan dengan memfokuskan diri pada output,behavior,atau
input. Hasil atau output adalah performa perusahaan pada saat strategi telah dilaksanakan.
Behavior merupakan aktivitas yang menghasilkan performa. Sedangkan input merupakan
sumber daya yang digunakan dalam perushaan.
Ada beberapa panduan yang bisa diikuti untuk mengembangkan pengendalian dalam
sebuah organisasi. Panduan tersebut diantaranya ;[6]
1) Pengendalian sebaiknya melibatkansedikit informasi yang diperlukan untuk memberikan
gambaran yang dipercaya.
2) Pengendalian sebaiknya mengawasi hanya aktivitas dan hasil yang berarti.
3) Pengendalian sebaiknya tepat pada waktunya.
4) Pengendalian sebaiknya dapat digunakan dalam jangka waktu lama dan jangka pendek.
5) Pengendalian sebaiknya menunjukkan sesuatu dengan tepat tanpa kecuali.
6) Pengendalian sebaiknya menggunakan penghargaan daripada hukuman.
d. Meminimasi biaya
Jika dipraktekan secara efektif, pengendalian juga bisa membantu pengendalian biaya
dan meningkatkan output.
b. Level-level pengendalian
Selain dapat dipisahkan menurut area, pengendalian juga dapat dipisah-pisahkan
menurut level dalam organisasi.
1) Pengendalian operasional
Berfokus pada proses-proses yang digunakan organisasi untuk merubah sumberdaya
menjadi produk atau jasa (pengontrolan kualiatas adalah salah satu tipe pengontrolan
operasi).
Operasional merupakan aktivitas yang terjadi dalam memproduksi barang atau jasa
dalam perusahaan. Pengendalian operasionalkan sendiri merupakan Janis pengendalian
jangka pendek. Pengendalian operasional sendiri terdiri dari 3 hal yaitu
a) Anggaran
Anggaran berkaitan dengan keuangan perusahaan. Anggaran digunakan untuk kebutuhan
proses opersional. Penggunaan anggaran harus diawasi karena rawan akan terjadinya
pelanggaran atau penyimpangan.
b) Jadwal
Jadwal juga penting dalam sebuah proses operasional perusahaan. Menurut edy (2008 :307) ,
penjadwalan adalah pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi,yang mencakup kegiatan
mengalokasikan fasilitas,peralatan maupun tenaga. Kriteria penjadwalan antara lain :
4.Persaingan ,indikatornya ;
a. Jumlah perusahaan yang bersaing langsung
b. Jumlah produk baru yang diperkenalkan
2) Pengendalian keuangan
Berfokus pada sumberdaya keuangan organisasi. Pemantauan piutang untuk memastikan
konsumen membayar hutang mereka adalah salah satu contoh pengendalian keuangan.
3) Pengendalian sruktural
Berupaya memastikan agar elemen-elemen dari struktur organisasi berfungsi
sebagaimana semestinya. Pemantauan rasio administrative untuk memastikan biaya staf tidak
berlebihan adalah sebuah contoh pengendalian structural.
4) Pengendalian strategic
Berfokus pada seberapa efektif strategi-strategi korporasi, strategi-strategi bisnis, dan
strategi-strategi fungsioanal membantu organisasi meraih tujuannya. Sebagai contoh jika
sebuah korporasi tidak sukses dalam mengimplementasi strategi diversifikasi, menejer-
manajernya perlu mengidentifikasi penyebab kegagalan dan kemudian mengubah strateginya
atau memperbaharui upaya implementasi mereka.
2. Mengukur kinerja
Langkah kedua dalam proses pengendalian adalah mengukur kinerja. Pengukuran
kinerja adalah aktivitas konstan dan kontinu bagi sebagian besar organisasi. Agar
pengendalian efektif, ukuran-ukuran kinerja harus valid. Angka-angka penjualan harian,
mingguan, bulanan mengukur kinerja penjualan, dan kinerja produksi dapat diekspresikan
dari segia biaya perunit, kualitas produk, atau volume produksi, kinerja karyawan biasanya
diukur beerbasis kuantitas dan kualitas output tetapi bagi banyak pekerjaan, mengukur kinerja
tidak sesederhana itu.
A. Kesimpulan
Strategi yang dilaksanakan haruslah dievaluasi hasilnya, evaluasi dilakukan untuk
mempelajari strategi tersebut berhasil atau tidak. Proses evaluasi juga bisa dijadikan
pembelajaran untuk proses perumusan strategi yang akan digunakan selanjutnya. Perusahaan
biasanya melihat keberhasilan strategi dari beberapa factor diantaranya peningkatan
penjualan, pendapatan perusahaan, atau posisi perusahaan setelah strategi dilaksanakan.
Sedangkan pengendalian strategi dilaksanakan karena dapat mengkontrol dan dapat
dikembangkan dengan mengfokuskan diri pada output, behavior atau input. Hasil atau output
adalah performa perusahaan pada saat strategi telah dilaksanakan. Behavior merupakan
aktivitas yang menghasilkan performa. Sedanhgkan input merupakan sumberdaya yang
digunakan perusahaan untuk menghasilkan sebuah output.
Pengendalian strategi diperlukan untuk menghasilkan umpan balik yang diperlukan. Ada
tiga elemen yang perlu diawasi dan control dalam pengendalian strategi. Ketiga elemen
tersebut meliputi lingkungan makro, lingkungan industry, dan operasional perusahaan.
B. Saran
Demi terciptanya makalah yang lebih baik dikemudian hari,maka kami selaku penulis
sekaligus penyusun, mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Sondang P. Siagian, 2005, Manajemen Stratejik, Jakarta: PT Bumi Aksara. Hlm 257
[2] Senja Nilasari, 2014, Manajemen Strategi itu Gampang, Jakarta: Dunia Cerdas. Hlm
153.
[3] Husein Umar, 2001, Strategic Management in Action, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. Hlm 366.
[4] Op Cit, Senja Nilasari, Hlm 155.
[5] Griffin, 2002, Manajemen, Boston America : Houghton Mifflin Company
(diterjemahkan dalam bahasa Indonesia 2003, Jakarta: Erlangga). Hlm 162.
[6] Log Cit, Senja Nilasari. Hlm 161.
[7] Op cit, Griffin. Hlm 162.
[8] Ibid Griffin. Hlm 165.
[9] Op cit, Senja Nilasari. Hlm 164.
[10] Log cit, Griffin. Hlm 167.
MAKALAH PENGENDALIAN DAN EVALUASI STRATEGI
DI SUSUN OLEH:
1. Benly prima 201210170311440
2. Fauziah Dwi Nurainin 201210170311439
3. Anggaheny Zurmalina Sunedi 201210170311447
4. Endah Lailatul Mu’arofah 201210170311452
5. Lupita Asmara Tanjung Widjanarko 201210170311462
6. Kartika wulandari 201210170311470
7. Hasun machae 201210170311485
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya karena kami dapat
meyelesaikan makalah ini yang berjudul Implementasi Strategi. Atas dukungan moral dan
materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapakan banyak
terimakasih kepada:
1. Dra. Rila Anggraeni, S.E, selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Stategi.
2. Teman-teman kelas Akuntansi 5J.
Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna.Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah
ini.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Manajemen strategi merupakan proses atau rangkaian kegiatan pengambilan
keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakanya,
yang dibuat oleh pimpinan dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran didalam suatu
organisasi, untuk mencapai tujuan. Sedangkan manajemen strategi menurut Hadar Nawawi
(2005;148-149), adalah perencanaan berskala besaryang berorientasi pada jangkauan masa
depan yang jauh (disebut visi), dan ditetapkan sebagai keputusan pimpinan tertinggi
(keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil, agar memungkinkan organisasi berinteraksi
secara efektif (disebut misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operasional
untuk menghasilkan barang dan / atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan
diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan strategis) dan berbagai sasaran
(tujuan operasional) organisasi.Implementasi strategis merupakan proses dimana beberapa
strategi dan kebijakan diubah menjadi tindakan melalui pengembangan program, anggaran
dan prosedur. Implementasi strategi ini merupakan wujud pelaksanaan dari perencanaan
strategi yang telah dibuat oleh manajemen guna mencapai tujuan perusahaan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian pengendalian dan evaluasi strategi?
2. Bagaimana proses pengendalian strategi ?
3. Apa jenis dan tipe pengendalian ?
4. Apa saja pengukuran pengendalian dan evaluasi strategi ?
5. Apa saja criteria evaluasi strategi ?
1.3 TUJUAN
1. Memahami. pengertian pengendalian dan evaluasi strategi
2. Memahami.proses pengendalian strategi
3. Memahami jenis dan tipe pengendalian
4. Mengetahui pengukuran pengendalian dan evaluasi strategi
5. Mengetahui criteria evaluasi strategi
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Pengendalian Asumsi
1. Asumsi pokok (utama) harus dicatat dan diindentifikasi selama proses perencanaan
2. Tanggung jawab untuk memantau asumsi ini harus dibebankan pada
orang/departemen yang merupakan sumber informasi yang memenuhi syarat.
2. Pengendalian Implementasi
Pengendalian implementasi dirancang untuk menilai apakah strategi keseluruhan perlu
dirubah dengan melihat hasil-hasil dari sebagai tindakan dalam mengimplementasikan
strategi total.
1. Laba bersih
2. Harga saham
3. Tingkat deviden
4. Laba per lembar saham
5. ROI
6. Market share
7. Pertumbuhan penjualan
8. Jumlah jam kerja yang hilang karena pemogokan karyawan
9. Biaya produksi dan efisiensinya
10. Labor turn over
11. Tingkat kemangkiran
12. Indeks kepuasan buruh
13. Rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas
B. Kriteria Kualitative
a. Konsistensi
Apakah rencana yang terpadu dan komprehensif sudah konsisten dengan tujuan, asumsi
lingkungan dan kondisi internal ?
Tujuan
Asumsi lingkungan
Kondisi internal
b. Ketepatgunaan (appropriateness)
Apakah rencana terpadu dan komprehensif sudah memperoleh sumber daya yang
diperlukan, preferensi risiko, dan wawasan waktu (time horizon)
Kelayakan sumber daya
Preferensi resiko
Wawasan waktu
c. Dapat Dilaksanakan (Workability)
Apakah rencana terpadu dan komprehensif layak dan merangsang ?
Kelayakan (Feasibility)
Simulasi
KONSEP PENGENDALIAN
STRATEGIS
Jumadi
Peran Strategis
(James M. Pappas, Karen E. Flaherty, C. Shane Hunt, 2007) dalam Literatur manajemen
pada proses strategis menyediakan daftar panjang strategis peran yang dimainkan oleh
berbagai tingkat manajemen (Floyd dan Wooldridge, 1992; Floyd dan Lane, 2000; Nonaka,
1994 Bartlett dan Ghoshal, 1993). Menurut Floyd dan Lane (2000), masing-masing peran
melibatkan pengolahan informasi dan mengambil tindakan terhadap perubahan
organisasi. Peran manajemen puncak yang dianggap pengambilan keputusan
kegiatan. Peran manajemen menengah berkisar sekitar komunikasi dan transfer informasi
antara operasi dan atas tingkatan manajemen. Akhirnya, peran manajemen operasi fokus
pada bereaksi terhadap informasi dan sesuai dengan manajemen atas.Tingkat
menengah peran strategis meliputi memperjuangkan, sintesis, memfasilitasi, dan
melaksanakan (Floyd dan Wooldridge, 1992). memperjuangkan secara formal
didefinisikan sebagai keberhasilan promosi dari inisiatif strategis untuk atasan, yang
mengarah ke pengembangan kemampuan organisasi baru atau perubahan penggunaan
dari kemampuan yang ada. Sintesis didefinisikan sebagai proses subjektif dimana makna
strategis dikombinasikan dengan informasi operasi saat ini dan interpretasi dari
pengetahuan ini dikomunikasikan kepada orang lain
dalam organisasi. Memfasilitasi mengacu pada pemeliharaan dan pengembangan
eksperimental program yang dirancang untuk mendorong pembelajaran organisasi dan untuk
memperluas strategi. Akhirnya, menerapkan didefinisikan sebagai pemindahan
organisasi kemampuan yang sering dianggap sebagai aktivitas top-driven.
Floyd dan di Lane (2000) meninjau literatur tentang peran strategis memberikan ringkasan
tentang bagaimana kegiatan ini beroperasi pada tingkat hirarkis
berbagai manajemen. Namun, penelitian terakhir yang melibatkan proses strategis
belum sepenuhnya dianggap bagaimana manajer arahan (atau MCS) mempengaruhi
anggota organisasi 'partisipasi dalam peran ini. Selanjutnya, penelitian terakhir
tidak dianggap secara empiris pengaruh kegiatan tersebut pada tingkat-individu hasilseperti
menjual kinerja, juga tak mempertimbangkan bagaimana iklim unit-tingkat partisipasi dalam
peran strategis mempengaruhi kinerja.
Premise Kontrol
Kontrol Premise telah dirancang untuk memeriksa secara sistematis dan berkesinambungan
apakah atau tidak set tempat selama proses perencanaan dan implementasi masih
berlaku. Dengan demikian, kontrol premis yang akan diselenggarakan di sepanjang
landasan tersebut. Tempat harus tercantum dan kemudian ditugaskan untuk orang atau
departemen yang berkualitas sumber informasi. Tenaga penjualan, misalnya, dapat menjadi
sumber yang berharga untuk memantau, toring kebijakan harga yang diharapkan dari
pesaing utama. Siklus ini secara konseptual terikat setelah-fakta-evaluasi. Bahkan jika satu
cek lebih sering ("adaptif kontrol"), pasca-aksi karakternya tidak pernah bisa diubah. Hal ini
tidak mungkin untuk mengintegrasikan ide feedforward kontrol premis tanpa
mempertimbangkan kembali peran baik perencanaan dan kontrol dalam kondisi ambiguitas.
Pelaksanaan Pengendalian
Setelah pelaksanaan rencana strategis telah dimulai, tambahan sumber informasi
feedforward, efek dari tindakan, menjadi sia-sia-bisa. Penting untuk dicatat bahwa tugas dari
jenis kontrol tidak untuk melihat apakah implementasi strategi melanjutkan seperti yang
direncanakan. Ini adalah tugas pengendalian operasional. Tugas pengendalian
implementasi strategis adalah untuk menilai apakah program strategis keseluruhan harus
diubah dalam terang peristiwa masa lalu. Tidak seperti pengendalian operasional,
pengendalian implementasi strategis secara terus menerus mempertanyakan arah dasar
dari strategi. Hal ini metalevel kontrol (Camillus & Veliyath, 1984).Kontrol implementasi
strategis, tentu saja, tidak menggantikan pengendalian operasi, keduanya dibutuhkan untuk
mengelola proses strategis efektif. Kontrol implementasi strategis harus menerapkan strategi
saat ini (strategi lama) serta proyek-proyek strategis baru. Untuk membatasi
implementasinya kontrol untuk proyek strategis baru, seperti yang diusulkan oleh Ansoff
(1982, hal. 27) atau Lorange (1984, hal. 254), adalah sebuah kesalahan karena operasi
tahun berjalan adalah bagian dari strategi perusahaan dan oleh karena itu sebagai
"strategis" sebagai proyek baru. Dalam hal analisis portofolio, tidak ada alasan mengapa
pengendalian strategis boleh mengabaikan "Sapi Kas" atau "Anjing" dan
mempertimbangkan hanya "Wildcats." Untuk tujuan desain operasional, bagaimanapun,
tampaknya membantu untuk differenti-makan antara proyek baru dan strategi actu-sekutu
dalam operasi (strategi saat ini).
Strategis Surveillance
(Georg Schreyögg dan Horst Steinman, 1987; 93) By, premis kendali mereka sifat dan
implementasi kontrol terfokus kontrol. Perangkat kontrol yang ketiga, pengawasan strategis,
dirancang untuk memantau berbagai kejadian di dalam dan di luar perusahaan yang
mungkin mengancam tindakan strategis. Akibatnya, jika pengawasan strategis adalah untuk
berhasil, proses memantau, toring harus tetap terbuka. Restrukturisasi itu dengan
menyiapkan terlebih dahulu daftar masalah pengendalian kritis (Lorange, 1984), oleh karena
itu harus dihindari. Hanya kemudian apakah ada peluang bagus untuk mengangkat peristiwa
penting unforseeable atau sebelumnya tidak terdeteksi.Sepintas ide tentang mode kontrol
tidak fokus tampaknya paradoks dan tidak praktis. Bagaimana satu kontrol jika tidak ada
objek kontrol didefinisikan? Jawabannya datang sekali lagi dari pengalaman sehari-hari:
Perkembangan peristiwa penting membawa fokus dengan sendirinya dalam bentuk
krisis. Sebelumnya diabaikan atau unfore-seeable ancaman menjadi semakin obstrusive
sampai akhirnya tindakan krisis perintah (Luhmann, 1973). Tentu saja, pengawasan dari
krisis potensial adalah yang paling efektif jika terdeteksi dini. Deteksi dini memungkinkan
lebih banyak fleksibilitas dalam hal pilihan respon dan daun lebih banyak waktu untuk
tanggapan hati-hati disiapkan (Ansoff, 1984; Lorange, 1984). Menafsirkan sinyal sebagai
gejala awal krisis adalah tugas yang sulit karena peringatan dini sig-nals biasanya lemah
dan, karena itu, sangat ambigu.Kemungkinan salah menafsirkan sinyal-sinyal yang tinggi
dan dengan itu resiko salah dipandu perubahan. Akibatnya, mungkin digunakan-ful untuk
menunda tindakan sampai tambahan untuk informasi yang tersedia (Ansoff,
1975). "Surveilans Strategis" tampaknya serupa dalam beberapa cara untuk "pengamatan
lingkungan" (Agui-lar, 1967; Klein & Linnemann, 1984). Rasio-ale, bagaimanapun, adalah
berbeda: Lingkungan pemindaian biasanya dipandang sebagai bagian dari siklus
perencanaan kronologis yang ditujukan untuk menghasilkan informasi-tion untuk rencana
baru.Dengan cara Sebaliknya, pengawasan strategis dirancang untuk menjaga strategi
didirikan secara terus menerus. Dari sudut pandang dalam makalah ini, konsep pemindaian
lingkungan membingungkan kegiatan perencanaan dan kontrol. Mengamati lingkungan
untuk peluang baru adalah tugas dasar sistem perencanaan; pemantauan ancaman untuk
saat ini strategi-strategi EGY adalah tugas dasar sistem kontrol. Gambar 2 merangkum
sistem yang diusulkan kontrol strategis dan fitur yang membedakan utama dari berbagai
jenis kontrol. Di dasar sistem yang diusulkan terletak con ception-universal kontrol
strategis. Secara kasar, sistem ini dirancang untuk menjawab pertanyaan apakah atau tidak
program strategis perusahaan harus diubah mengingat ancaman lingkungan. Untuk
memungkinkan organisasi untuk menjawab pertanyaan mendasar terus menerus, maka
sistem con-trol harus mengadopsi metalevel (universal) perspektif yang tidak terlalu erat
terikat pada isi dari strategi yang ditetapkan. Contingency pendekatan pengendalian
strategis, seperti yang diusulkan baru-baru ini (Egelhoff, 1984; Grant, 1982), jalankan
bahaya hilang tujuan pusat. Ketika sistem pengendalian strategis dirancang untuk
mencocokkan rapi karakteristik EGY strategi-strategi yang ditentukan (misalnya,
pertumbuhan tinggi atau strategi pertumbuhan rendah), pandangan rabun dapat berakibat
yang tidak mampu menjawab pertanyaan metalevel dari apakah strategi keseluruhan harus
diubah. Sebuah sistem kontrol strategis-Gic membutuhkan perspektif-efektif dan tidak
dinamis desain cocok statis (Schreyogg, 1980).
Dalam teori manfaat dari sistem pengendalian strategis tampil menarik. Pada kenyataannya
ada kesulitan yang cukup besar dalam merancang sistem kontrol strategis yang memenuhi
kebutuhan organisasi. Kesulitan-kesulitan ini kemungkinan akan lebih jelas dalam beberapa
jenis bisnis. Dalam keadaan seperti sistem kontrol strategis mungkin harus dirancang
dengan mempertimbangkan sifat istimewa yang dihadapi oleh setiap organisasi. Sebagai
aturan umum kita bisa mengatakan bahwa sistem kontrol strategis akan menggunakan nilai
yang lebih tinggi di lingkungan bisnis yang stabil atau dewasa dan nilai kurang untuk
manajer dalam bisnis yang bergejolak dan berubah dengan cepat.
Referensi
James M. Pappas, Karen E. Flaherty, C. Shane Hunt, 2007, The Joint Influence of Control Strategies
and Market Turbulence on Strategic Performance in SalesDrivenOrganizations institute of
Behavioral and Applied Management. All Rights Reserved.
Georg Schreyögg and Horst Steinman 1987, Strategic Control: A New PerspectiveThe Academy of
Management Review, Vol. 12, No. 1 (Jan., 1987), pp. 91-103
B. E. A. Oghojafor O. L. Kuye 2011, Strategic Control and Corporate Performance in the Manufacturing
Industry: Evidence from Nigeria European Journal of Social Sciences – Volume 22, Number 2
Donald L. Caruth and John H. Humphrey, 2008, 6, Performance appraisal: essential characteristics for
strategic control, MEASURING BUSINESS EXCELLENCE VOL. 12 NO. 3 2008, pp. 24-
32, Q Emerald Group Publishing Limited, ISSN 1368-3047
Jordan, Leland G, 1996, Strategic control in reengineering the complex organizationHuman Systems
Management; 1996; 15, 4; ABI/INFORM Complete pg. 219