Anda di halaman 1dari 2

Synopsis

Kuda lumping merupakan sebuah pertunjukan kesenian tradisional yang menggunakan


kekuatan magis dengan media utamanya berupa kuda- kudaan yang terbuat dari kulit kerbau,
atau kulit sapi yang telah dikeringkan atau terbuat dari anyaman bambu yang di beri motif atau
hiasan dan di reka seperti kuda. Kuda- kudaan itu tidak lebih berupa guntingan dari sebuah
gambar kuda yang di beri tali melingkar dari kepala hingga ekornya seolah- olah ditunggangi
para penari dengan cara meningkatkan talinya di bahu merka. Puncak kesenian kuda lumping
adalah ketika para penari mabuk, mereka memakan apa saja termasuk yang berbahaya dan
tidak terbiasa di makan manusia( misalnya bling atau pecahan kaca dan rumput) dan
berperilaku seperti binatang( misalnya ular dan monyet).

Kuda lumping yang lazim disebut jaran kepang, jaranan, dan jatilan merupakan kesenian
rakyat yang bersifat ritual warisan nenek moyang. Kuda lumping merupakan kesenian asli
masyarakat jawa, kesenian ini tidak hanya kesenian yang bersifat menghibur, tetapi juga
menjadi tradisi.

Kesenian kuda lumping berasal dari daerah Ponorogo Jawa Timur. Menurut sebuah
legenda, Raja Ponorogo selalu kalah dalam peperangan sang Raja akhirnya pergi kesebuah
pertapaan. Ketika sedang khusuk- khusuknya memohon kepada dewa Jawata sang raja
dikejutkan oleh sebuah suara. Suara ini ternyata wangsit dari Sang Jawata. Isinya apabila raja
ingin menang perang, ia harus menyiapkan pasukan berkuda. Ketika perang kemedan perang
para prajurit penunggang kuda itu di iringi dengan “ band dan rawe- rawe”.

Kesenian kuda lumping termasuk golongan seni pertunjukan karna agar dinikmati harus
diprtunjukan di depan orang banyak. Menurut I Made Bandm dalam Sudartomo Macaryus
bahwa seni scara umum dapat di kelompokkan menjadi empat kelompok yaitu seni pertunjukan (
tari, karawitan, pedalangan, music, pencak silat dan tat, seni rupa( lukis, patung, kriya, desain,
dan arsitktur), sni sastra ( puisi dan prosa), dan sni sinmatografi( film, video, dan animasi).

kesenian kuda lumping di samping berfungsi sebagai hiburan ternyata juga sebagai alat
komunikasi antar warga. artinya dengan menonton pertunjukan kuda lumping antar warga bisa
saling bertatap muka. menurut R. Djoko Prakoso kesenian jaranan ini mempunyai nilai sayuk,
guyub, dan rukun. sayuk merupakan istilah yang mengandung pengeetian dan aspek bekerja
sama, guyub mengarah pada aspek -aspek sikap menjaga karena keutuhan kelompok relevan
dengan etika yang ada, rukun lebih mencerminkan sikap dan perilaku yang mencerminkan tidak
suka bertengkar dan menjaga keutuhan kelompok.

menurut Djoko Prakoso bahwa kesenian jaranan ada nilai kultural seperti nilai sayuk, guyub,dan
rukun serta nilai regeng, gayeng dan marem. sedangkan menurut Sumarti dalam kesenian kuda
lumping terkandung nilai moral diantaranya: 1) nilai penghormatan terhadap sesama 2) nilai
estetika dan hiburan 3) nilai pemersatu, persaudaraan, persahabatan 4) nilai persamaan,
pemerataan, keadilan 5) nilai kerukunan dan keharmonisan 6) nilai kerja sama 7) nilai
kesederhanaan 7) nilai kebenaran dan kejujuran 8) nilai nasihan pendidikan 9) nilai tanggung
jawab 10) nilai menghindari kebatilan dan kejahatan.

Anda mungkin juga menyukai