Anda di halaman 1dari 13

Jurnal PPKM III (2015) 228-240 ISSN: 2354-869X

PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP PASAR TRADISONAL


DAN PASAR MODERN : MARKETING MIX
(STUDI KASUS PADA PASAR TRADISIONAL “PASAR INDUK WONOSOBO”
DAN PASAR MODERN “RITA PASAR RAYA WONOSOBO ”)

Ahmad Guspul a
a
Program Studi Manajemen Universitas Sains Al Qur’an (UNSIQ) Wonosobo
a
E-mail: aguspul@yahoo.co.id

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Riwayat Artikel : Tujuan penelitian ini adalah Untuk menganalisis apakah terdapat
Diterima : 13 Juli 2015 perbedaan persepsi konsumen terhadap pasar tradisional dan
Disetujui : 2 Agustus 2015 pasar modern : Marketing Mix.
Kata Kunci : Persepsi Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif kuantitatif dan
Konsumen, marketing mix jenis penelitiannya studi kasus didukung dengan survei. Sifat
penelitian ini adalah Explanatoring Research. dimana untuk
mencapai tujuan penelitian akan digunakan alat analisis yaitu uji
beda (uji independent t test). Uji independent t test didapatkan
hasil bahwa terdapat perbedaan persepsi konsumen pasar
modern dengan pasar tradisional untuk kajian marketing mix.
Berdasarkan t hitung untuk produk dengan equal variance
assumed untuk 9.862, 10.091, 11.383, 13.347, 15.508 hingga
17.283 dengan probabilitas 0.000. kesemua hasil untuk uji dua
sisi probabilitas tetap 0.000. Karena 0.000 < 0.025 maka H0
ditolak yang artinya rata-rata persepsi konsumen pasar modern
terhadap produk benar-benar berbeda dengan rata-rata persepsi
konsumen pasar tradisional.

ARTICLE INFO ABSTRACT


Riwayat Artikel : The purpose of this study was to analyze the consumer
Diterima : July 13, 2015 perception differences towards traditional markets and
Disetujui : August 2, 2015 modern markets: Marketing Mix
Key words: Consumer This case study was carried out by descriptive quantitative
Perceptions, marketing mix approach. It was an Explanatory Research used analysis
tools of t test independent . It showed that there were
differences in consumer perception of the modern market
with traditional markets to study marketing mix.
Based on t measurement for products with equal variance
assumed for 9862, 10 091, 11 383, 13 347, 15 508 to 17 283
with a probability of 0.000. for all of the test results of the
two sides was 0.000. Because 0.000 <0.025 then H0 is
rejected, which means that the average consumer's
perception of the modern market for the product is
completely different to the average consumer's perception of
traditional markets

1. PENDAHULUAN dan konsumen mengenai keberadaan pasar


Seperti yang kita ketahui bersama bahwa tradisional dan pasar modern. Sejak tahun
saat ini, banyak sekali perdebatan para pelaku 1970-an, di Indonesia sudah banyak

228
Jurnal PPKM III (2015) 228-240 ISSN: 2354-869X
berkembang supermaket lokal, meskipun bersih, dan pembeli bisa memilih barang
masih terkonsentrasi di kota-kota besar. dengan leluasa.
Supermarket berlabel asing mulai masuk ke Secara umum pengertian pasar merupakan
Indonesia pada akhir 1990-an semenjak kegiatan penjual dan pembeli yang melayani
kebijakan investasi asing langsung dalam transaksi jual-beli (www.id.wikipedia.org).
sektor usaha ritel dibuka pada 1998. Pengkategorian pasar tradisional dan pasar
Meningkatnya persaingan telah mendorong modern sebenarnya baru muncul belakangan
kemunculan supermarket di kota-kota kecil ini ketika mulai bermunculannya pasar
dalam rangka mencari pelanggan baru. swalayan, supermarket, hypermarket, dsb.
Akibatnya, bila supermarket Indonesia hanya Pasar tradisional merupakan tempat
melayani masyarakat kelas menengah-atas bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai
pada era 1980-an sampai awal 1990-an (CPIS dengan adanya transaksi penjual pembeli
1994), penjamuran supermarket hingga ke secara langsung, bangunan biasanya terdiri dari
kota-kota kecil dan adanya praktik kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka
pemangsaan melalui strategi pemangkasan yang dibuka oleh penjual maupun suatu
harga memungkinkan konsumen kelas pengelola pasar. Sedangkan Pasar modern
menengah-bawah untuk mengakses adalah pasar yang penjual dan pembeli tidak
supermarket (Suryadarma, 2007). bertransaksi secara langsung melainkan
Peraturan presiden yang mengatur tentang pembeli melihat label harga yang tercantum
hal ini pun juga telah dikeluarkan. Yaitu dalam barang (barcode), berada dalam
peraturan presiden (Perpres) No 112 Tahun bangunan dan pelayanannya dilakukan secara
2007 tentang penataan dan pembinaan pasar mandiri (swalayan) atau dilayani oleh
tradisional, pusat perbelanjaan, serta toko pramuniaga (www.id.wikipedia.org).
modern (biasa disebut perpres pasar modern), Hal ini tidak terlepas dari pola perilaku
akhirnya ditandatangani oleh Presiden Susilo belanja pelanggan yang sedikit demi sedikit
Bambang Yudhoyono pada 27 Desember 2007. berubah yang perlu direspons secara aktif oleh
Dan dalam Peraturan Daerah No 2 Tahun 2002 peritel untuk dapat mempertahankan
tentang perpasaran swasta, sudah diatur bahwa keberlanjutan usahanya.Dalam hal ini
jarak antara pasar tradisional dan modern pelanggan sangat memperhatikan hal-hal yang
minimal 2,5 kilometer. Sementara itu, pada terkait dengan nilai tambah terhadap
kenyataannya, hampir setiap 500 meter di kenyamanan mereka dalam melakukan
wilayah kota atau dipinggiran kota, kita akan aktivitas belanja mengingat berubahnya
sangat mudah menemukan pasar modern dan pandangan bahwa belanja adalah merupakan
supermarket. Akan tetapi bukan bararti aktivitas rekreasi, maupun pemenuhan
masalah ini bisa sepenuhnya bisa teratasi. keanekaragaman kebutuhan mereka dalam satu
Seiring dengan perkembangan waktu, adanya lokasi (one stop shopping).(husnul
modernisasi dan meningkatnya kesejahteraan chotimah.2010)
masyarakat, banyak masyarakat Wonosobo Berdasarkan latar belakang masalah
yang berbelanja di pasar modern (supermarket) diatas, sebagai rumusan masalah dalam
dan mulai enggan berbelanja di pasar penelitian ini adalah sebagai berikut:
tradisional (kecuali untuk produk-produk yang 1. Apakah terdapat perbedaan persepsi
tidak ada di supermarket ). Tidak sedikit konsumen terhadap pasar tradisional dan
konsumen yang merubah perilaku belanjanya pasar modern : Marketing Mix ?
dari pasar tradisional pindah, coba-coba (trial), 2. Tujuan yang ingin diperoleh pada penelitian
dan cari alternatif (switching) ke pasar modern. ini, yaitu:
Hal ini wajar karena kondisi pasar tradisional 3. Untuk mengetahui apakah terdapat
selalu identik dengan becek, semerawut, perbedaan persepsi konsumen terhadap
kurang nyaman. Kelemahan dari pasar pasar tradisional dan pasar modern :
tradisional inilah yang menjadi daya jual bagi Marketing Mix
pasar modern,yang menyediakan tempat yang
nyaman, teratur, bergengsi, ber-AC, aman, 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu

229
Jurnal PPKM III (2015) 228-240 ISSN: 2354-869X
Penelitian Anisa Susanti (2008) ”Analisis menghindari konflik dan memiliki
Perbandingan Persepsi Konsumen Mini Market kecenderungan untuk mengikuti orang lain.
Indomaret dengan Alfamart di Komplek c). Neuroticism (N)
Cahaya Kemang Permai Pondok Gede Neuroticism menggambarkan seseorang
Bekasi”. Hasil penelitian ini adalah adanya yang memiliki masalah dengan emosi yang
perbedaan persepsi konsumen indomart dengan negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak
persepsi konsumen Alfamart pada indikator aman. Secara emosional mereka labil, seperti
lokasi, pelayanan, kelengkapan produk yg juga teman-temannya yang lain, mereka juga
ditawarkan, harga dan promosi. mengubah perhatian menjadi sesuatu yang
Husnul Chotimah (2010) “Analisis berlawanan.
Aksibilitas Konsemun Pada Pasar Tradisional d). Openness (O)
Dan Pasar Modern (Studi Kasus Pada Pasar Openness mempunyai ciri mudah
Wonokromo Dan Darmo Trade Center bertoleransi, kapasitas untuk menyerap
Surabaya). Hasil penelitian ini adalah bahwa informasi, menjadi sangat fokus dan mampu
faktor-faktor penelitian yang ada berpengaruh untuk waspada pada berbagai perasaan,
secara signifikan terhadap perilaku konsumen pemikiran dan impulsivitas. Seseorang dengan
dalam memilih pasar modern yaitu Darmo tingkat openness yang tinggi digambarkan
Trase Center. sebagai seseorang yang memiliki nilai
imajinasi, broadmindedness, dan a world of
2.2. Teori Tentang Perilaku Konsumen beauty.
Perilaku konsumen ditimbulkan oleh e). Conscientiousness (C)
adanya interaksi antara faktor faktor Conscientiousness dapat disebut juga
lingkungan dan individu. Dalam interaksi dependability, impulse control, dan will to
tersebut sosialisasi antara individu achieve, yang menggambarkan perbedaan
mengakibatkan terjadinya transfer dan keteraturan dan self discipline seseorang.
interaksi perilaku (Swastha dan Handoko, Seseorang yang conscientious memiliki nilai
2000:27). kebersihan dan ambisi. Orang-orang tersebut
Perilaku menurut teori the big five biasanya digambarkan oleh teman-teman
personality di pengaruhi oleh lima macam mereka sebagai seseorang yang well-organize,
kepribadian yaitu extraversion, agreeableness, tepat waktu, dan ambisius.
conscientiousness, neuoriticism, openness to
experiences. Perilaku-perilaku dalam domain- 2.3. Teori Tentang Pasar
domain dari The Big Five Personality Costa & Pasar adalah salah satu dari berbagai
McCrae (1997).adalah sebagai berikut: sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan
a). Extraversion (E) infrastruktur dimana usaha menjual barang,
Faktor pertama adalah extraversion, atau jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang
bisa juga disebut faktor dominan-patuh dengan imbalan uang.(wikipedia.co.id)
(dominance-submissiveness). Faktor ini 2.4. Pasar Tradisional Dan Pasar Modern
merupakan dimensi yang penting dalam Pasar tradisonal adalah pasar yang
kepribadian, dimana extraversion ini dapat dikelola secara sederhana dengan bentuk fisik
memprediksi banyak tingkah laku sosial.. tradisional yang menerapkan system transaksi
Extraversion dicirikan dengan afek positif tawar menawar secara langsung dimana fungsi
seperti memiliki antusiasme yang tinggi, utamanya adalah untuk melayani kebutuhan
senang bergaul, memiliki emosi yang positif, masyarakat baik di desa, kecamatan, dan
energik, tertarik dengan banyak hal, ambisius, lainnya (Sinaga,2008).
workholic juga ramah terhadap orang lain. Pasar tradisional adalah pasar yang
b). Agreeableness (A) dikelola dengan manajemen yang lebih
Agreebleness dapat disebut juga social tradisional (Pemerintah Daerah) dan simpel
adaptibility atau likability yang daripada pasar modern, umumnya pasar
mengindikasikan seseorang yang ramah, tradisional tersebut terdapat di pinggiran
memiliki kepribadian yang selalu mengalah, perkotaan/jalan atau lingkungan perumahan.
Pasar tradisional diantaranya yaitu warung

230
Jurnal PPKM III (2015) 228-240 ISSN: 2354-869X
rumah tangga/ kelontong, warung kios, dan penelitian akan dilaksanakan selama tiga
padagang kaki lima dan sebagainya. Barang bulan Maret, April, dan Mei 2015.
yang dijual disini hampir sama seperti barang- 3.2. Populasi Dan Sampel
barang yang dijual di pasar modern dengan Populasi menurut Arikunto (2002:108)
variasi jenis yang beragam. Tetapi pasar adalah keseluruhan obyek penelitian.
tradisional cenderung menjual barang-barang Populasi dalam penelitian ini adalah semua
lokal saja dan jarang ditemui barang impor. konsumen yang berbelanja dipasar
Sinaga (2008) mengatakan bahwa pasar tradisional “Pasar Induk Wonosobo” dan
modern adalah pasar yang dikelola dengan pasar modern “Rita Pasar Raya
manajemen modern, umumnya terdapat di Wonosobo”.
kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang Sampel, menurut Arikunto (2002:109)
dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik adalah sebagian atau wakil populasi yang
kepada konsumen (umumnya anggota akan diteliti. Dalam penelitian ini, tekhnik
masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar pengambilan sampel dengan menggunakan
modern antara lain mall, supermarket, metode accidental sampling, yaitu metode
departement store, shopping centre, waralaba, dengan cara pengambilan sampel secara
toko mini swalayan, pasar serba ada, toko kebetulan. Anggota populasi yang secara
serba ada dan sebagainya. Barang yang dijual kebetulan dijumpai oleh peneliti pada saat
disini memiliki variasi jenis yang beragam. penelitian, maka dialah yang akan menjadi
Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar sampelnya. Jadi setiap konsumen yang
modern juga menyediakan barang impor. datang untuk berbelanja dengan disengaja
akan dijadikan sampel. Penentuan jumlah
2.5. Kerangka berfikir teoritis sampel dalam penelitian ini melalui
Berdasarkan studi pustaka yang telah di pendekatan statistik, dimana dengan
kemukakan, penelitian ini akan menganalis menggunakan rumus dari Djarwanto :
persepsi konsumen terhadap pasar tradisional
dan pasar modern. Analisis tersebut dilihat dari Zα/2 2
kajian Marketing Mix yakni produk, harga, n = ------------
tempat, pelayanan, promosi dan Lay Out. Hal E
ini dapat dijelaskan dalam gambar / model
penelitian dapat dilihat pada gambar berikut. Keterangan :
Berdasarkan kerangka berpikir di atas,  n = Jumlah populasi
maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut:  Zα/2 = nilai standart kurve normal
terdapat perbedaan persepsi konsumen pada tingkat kepercayaan 95% (α= 5%)
terhadap pasar tradisional dan pasar modern:  E = Tingkat Kesalahan pengambilan
kajian Marketing Mix sampel

3.3. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada penelitian ini
dilakukan dengan cara:
1. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada para
konsumen di pasar Induk Wonosobo dan
Rita Pasar Raya Wonosobo.
2. Daftar Pertanyaan
Gambar 1. Kerangka Berpikir Daftar pertanyaan yang diberikan kepada
responden untuk mengetahui kenyataan
3. METODE PENELITIAN yang terjadi di lapangan. Daftar
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian pertanyaan berisi tentang persepsi
Penelitian ini dilakukan di Pasar Induk konsumen di pasar Induk Wonosobo
Wonosobo dan Rita Pasar Raya Wonosobo dan Rita Pasar Raya Wonosobo dilihat
dari kajian marketing mix yang meliputi

231
Jurnal PPKM III (2015) 228-240 ISSN: 2354-869X
: produk, harga, tempat, pelayanan, dapat diturunkan variabel item-item yang
promosi dan Lay Out diteliti berdasarkan letak/lokasi yaitu:
3. Studi Dokumentasi kemudahan mencapai lokasi atau pasar,
Studi dokumentasi dilakukan untuk dan letak lokasi strategis.
memperoleh data yang terkait dengan Pelayanan adalah segala hal pengeluaran
jumlah konsumen rata-rata perhari yang industri yang di keluarkan industri yang
berbelanja ke pasar Induk Wonosobo dan mendukung operasi suatu perusahaan
Rita Pasar Raya Wonosobo. kegiatan tidak berwujud intangible yang
3.4. Jenis Dan Sumber Data secara terpisah bisa di identifikasikan
Jenis dan sumber data yang digunakan berfungsi memuaskan keinginan serta
dalam penelitian ini adalah: tidak terikat kepada penjualan suatu
1. Data primer adalah data yang diperoleh produk atau jasa lain (Amin Wijaya
dan dikumpulkan dari para konsumen Tunggal,1996:95). Dalam variabel ini
pasar Induk Wonosobo dan Rita Pasar dapat diturunkan variabel item-item yang
Raya Wonosobo berdasarkan daftar diteliti berdasarkan pelayanan dari
pertanyaan. personalia yang ada yaitu: keterampilan
2. Data sekunder adalah data yang dalam memperagakan kegunaan barang,
diperoleh dari dokumen di pasar keramahan dan kesopanan penjual, dan
modern “Rita Pasar Raya Wonosobo” layanan pengembalian barang.
seperti; selebaran dan website yang Promosi adalah mengkomunikasikan
mendukung data primer. informasi antara penjual dan pembeli
untuk mempengaruhi sikap dan perilaku.
3.5. Definisi Operasional Variabel Menginformasikan, membujuk dan atau
1. Marketing mix meliputi : mengingatkan para pelanggan target pada
Produk adalah segala sesuatu yang bisa perusahaan dan bauran pemasaranya
ditawarkan ke pasar dan dapat memenuhi (Amin Wijaya Tunggal, 1996:103). Dalam
kebutuhan konsumen. Dalam variabel ini variabel ini dapat diturunkan variabel
dapat diturunkan variabel item-item yang item-item yang diteliti berdasarkan
diteliti berdasarkan produk yang ada promosi yaitu : informasi word of mouth,
ditempat belanja yaitu : variasi produk di informasi melalui brosur/pamflet.
tempat belanja, kelengkapan produk di
tempat belanja dan kualitas produk di
tempat belanja. Lay Out Produk
Harga adalah apa yang dibayar seseorang Kenyamanan berbelanja (atmosfer dalam
untuk apa yang di perolehnya yang gerai) ialah pengaruh yang timbul dari
nilainya dinyatakan dalam mata uang faktor-faktor yang khusus untuk waktu
(Amin Wijaya Tunggal,1996:97). Dalam dan tempat tertentu dan tidak lepas dari
variabel ini dapat diturunkan variabel karateristik konsumen dan objek (Amin
item-item yang diteliti berdasarkan harga Wijaya Tunggal, 1996:125). Dalam
produk yang ada ditempat belanja yaitu : variabel ini dapat diturunkan variabel
harga yang kompetitif, kesesuaian harga item-item yang diteliti berdasarkan
barang dan potongan harga. promosi yaitu: keamanan dan ketenangan
Lokasi berhubungan dengan pemilihan dalam berbelanja, tata letak barang rapi,
dan penggunaan spesialisasi pemasaran suasana ruangan yang nyaman.
perdagangan perantara dan transportasi 2. Persepsi Konsumen terhadap Pasar
serta penyimpanan pergudangan untuk Tradisional dan Pasar modern
melengkapi para pelanggan target dengan Adalah cara pandang konsumen terhadap
kegunaan waktu tempat dan pemilikan pasar tradisional dan pasar modern.
kemanfaatan yang tercipta melalui
penyediaan produk di tempat yang di 3.6. Uji Analisis Data
kenali konsumen (Amin wijaya 1. Uji Validitas
tunggal,1996:123). Dalam variabel ini

232
Jurnal PPKM III (2015) 228-240 ISSN: 2354-869X
Sebuah instrument dikatakan valid apabila hasil kuesioner dapat dipercaya atau
instrument itu mampu mengukur apa yang tidak. Pengujian reliabilitas instrumen
diinginkan. Untuk memperoleh instrument dapat dilakukan secara eksternal
yang valid, langkah awal peneliti adalah maupun internal. Secara eksternal dapat
memecah variabel menjadi sub variabel dilakukan dengan test retest (stability),
dan indikator kemudian disusun instrumen eguivalent, dan gabungan keduanya.
berupa kuesioner, yang secara cermat dan Secara internal reliabilitas instrumen
kritis sebisa mungkin diusahakan dapat dapat diuji dengan menganalisis
mencerminkan dan sesuai dengan konsistensi butir-butir yang ada pada
indikator yang ada. instrumen dengan teknik tertentu.
Langkah kedua yang dilakukan peneliti Perhitungan reliabilitas pada
adalah menguji validitas internal kuesioner penelitian ini menggunakan analisis
melalui analisis butir. Cara yang dilakukan yang dikembangkan oleh Alpha
dengan mencoba angket tersebut kepada Cronbach. Pada uji ini, reliabel jika
sasaran penelitian dari populasi yang alpha hitung lebih besar nilai DW yang
dijadikan sampel. ditetapkan yaitu sebesar 0,60.
Untuk menguji validitas setiap butir maka  ≥ 0,60 artinya instrumen reliabel.
skor-skor yang ada pada butir yang 
dimaksud dikorelasikan dengan skor total. reliabel.
Skor butir dipandang sebagai nilai X dan
skor total dipandang sebagai Y. Rumus 3. Model Analisis Data
korelasi yang dipakai adalah rumus Uji Beda (Independent sample t-test)
korelasi product moment dari pearson, Dalam penelitian ini teknik analisis yang
yaitu : digunakan dengan analisi komparatif yaitu
dengan menggunakan test “t” (uji beda)
r = N ΣXY - (ΣX) (ΣY yakni untuk mencari perbedaan yang
signifikan dari dua buah mean, baik antara
√ [NΣX2 – (Σ(X))2 ΣY2 – (ΣY2)2 ] dua sampel data atau antara beberapa
sampel data. Dalam kasus tertentu juga
Keterangan : bisa mencari perbedaan antara satu sampel
r = Koefisien korelasi produk moment dengan nilai tertentu. Menurut (James
N = Banyaknya sampel uji coba Lani:2009) independent sample t-test
Y = Skor total adalah: Independent sample t-test is
X = Skor pertanyaan tertentu statistical technique that is used to analize
XY = Skor pertanyaan tertentu the mean comparison of two independent
X2 = Jumlah varian butir group.
Y2 = Kuadrat skor pertanyaan total Independent sample t-test (Uji Beda)
dugunakan ketika kita mengambil dua
Adapun dasar pengambilan keputusan sampel dari populasi yang sama dan dari
suatu item valid atau tidak valid menurut dua sampel dari populasi tersebut
Sugiono (2001) dapat diketahui dengan dimungkinkan identik, akan tetapi jika kita
cara mengkorelasikan antara skor butir mengambil sampel dari dua populasi yang
dengan skor total bila korelasi (r) di atas berbeda maka dimgkinkan sampel akan
0,30 maka dapat disimpulkan bahwa butir berbeda atau tidak identik. Dalam kasus
instrument tersebut valid, sebaliknya bila ini independent sampel t-test digunakan
korelasi (r) di bawah 0,30 maka dapat intuk menggambarkan kesimpulan tantang
disimpulkan bahwa butir instrument perpedaan antara dua populasi, dan untuk
tersebut tidak valid harus diperbaiki atau melihat apakah kedua populasi tersebut
dibuang. identik atau tidak.
Dalam hal ini hipotesis yang akan diuji
2. Uji Reliabilitas adalah :
Uji Reliabilitas adalah menguji apakah

233
Jurnal PPKM III (2015) 228-240 ISSN: 2354-869X

 H0 = Kedua varians Populasi perempuan, sedangkan untuk laki-laki 23


adalah identik (varians populasi orang (39%). Hal ini menunjukkan bahwa
konsumen pasar modern dan sebagian besar konsumen di pasar tradisional
tradisonal adalah sama ) Wonosobo pada saat penelitian adalah
 Ha = Kedua varians Populasi perempuan, dan hal ini bisa dianggap wajar
adalah tidak identik (varians populasi karena pada dasarnya aktivitas belanja
konsumen pasar modern dan merupakan kegiatan atau rutinitas bagi kaum
tradisonal adalah berbeda ) perempuan.
Dalam penelitian ini kriteria penerimaan
dan penolakan hipotesis untuk Tabel 2. Karakteristik Responden Rita Pasar
pengambilan keputusan sebagai berikut : Raya-Berdasarkan jenis kelamin
1. Apabila probabilitas > 0,05 maka H0 Jenis Frekuensi Prosentase
No Kelamin
diterima atau Ha ditolak.
2. Apabila probabilitas < 0,05 maka H0 1 Laki-laki 27 45 %
2 Perempuan 33 55 %
ditolak atau Ha diterima. Total 60 100 %

4. HASIL PENELITIAN DAN Dari hasil penyebaran kuesioner, pada


PEMBAHASAN tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian
4.1. Gambaran Responden besar responden atau konsumen Rita Pasar
Responden dalam penelitian ini sebanyak Raya berjenis kelamin perempuan dengan
120 orang. Dengan pembagian 60 orang perbandingan yang cukup jauh yaitu 33 orang
responden diambil dari konsumen pasar (27%) konsumen perempuan, sedangkan untuk
tradisional Wonosobo dan 60 orang responden laki-laki 27 orang (32%). Hal ini menunjukkan
diambil dari Konsumen Rita Pasar Raya. Dari bahwa sebagian besar konsumen di Rita Pasar
120 orang tersebut dapat diketahui gambaran Raya pada saat penelitian adalah perempuan,
responden yang diteliti diantaranya; jenis dan hal ini bisa dianggap wajar karena pada
kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, dan dasarnya aktivitas belanja merupakan kegiatan
pendapatannya. Semua responden yang atau rutinitas bagi kaum perempuan.
diambil ini merupakan konsumen atau
pelanggan yang sering berbelanja dikedua b). Distribusi Responden Berdasarkan
pusat perbelanjaan tersebut. Tingkat Usia
Berdasarkan karakteristik ini usia
a). Distribusi Responden Berdasarkan dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu
Jenis Kelamin responden yang berusia antara 15 tahun – 25
Untuk karakteristik jenis kelamin ini tahun, antara 26 tahun – 35 tahun, antara 36
pengelompokannya dapat dilihat pada tabel di tahun – 45 tahun, antara 46 tahun – 55 tahun.
bawah ini: Adapun jumlah dari masing-masing responden
dalam kelompok usia tersebut adalah sebagai
Tabel 1.Karakteristik Responden Pasar Induk berikut :
Tradisional Wonosobo- Berdasarkan jenis
kelamin Tabel 3. Karakteristik Responden Pasar Induk
Jenis
NO
kelamin
Frekuensi Prosentase Tradisional Wonosobo- Berdasarkan Tingkat
1 Laki-laki 23 39 % Usia
2 Perempuan 37 51 % No Usia Frekuensi Prosentase
Total 60 100 % 1 15 – 26 Tahun 11 18%
2 26 – 35 Tahun 24 40%
3 36 – 46 Tahun 15 25%
Dari hasil penyebaran kuesioner, pada 4 46 – 56 Tahun 10 17%
tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian Total 60 100%
besar responden atau konsumen pasar
tradisional wonosobo berjenis kelamin Berdasarkan tabel di atas, dapat kita
perempuan dengan perbandingan yang cukup ketahui karakteristik responden pasar
jauh yaitu 37 orang (51%) konsumen tradisional Wonosobo berdasarkan usia dapat
234
Jurnal PPKM III (2015) 228-240 ISSN: 2354-869X
diketahui bahwa konsumen pasar Induk Tabel 6. Karakteristik Responden Rita Pasar
Wonosobo berusia antara 26-35 tahun yaitu 24 Raya- Berdasarkan Tingkat Pendidikan
orang (40%), sedangkan sisanya dengan No Pendidikan Frekuensi Prosentase
rincian; konsumen berusia antara 15-25 tahun Terakhir
1 Lulus SD 5 8%
sejumlah 11 orang (18%), 36-45 tahun 15
2 Lulus SMP 16 27%
orang (25%), dan 46-55 tahun 10 orang (17%). 3 Lulus SMA 25 41%
4 Sarjana 14 24%
Tabel 4. Karakteristik Responden Rita Pasar Total 60 100%
Raya- Berdasarkan Usia
No Usia Frekuensi Prosentase Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui
1 15 – 26 Tahun 29 48% bahwa konsumen yang paling banyak dan yang
2 26 – 35 Tahun 21 35%
paling sering datang maupun belanja di Rita
3 36 – 46 Tahun 7 11%
4 46 – 56 Tahun 3 6% Pasar Raya adalah konsumen yang mempunyai
Total 60 100% taraf pendidikan terakhir SMU/SMK dengan
rincian jumlah; 25 orang (41%) sedangkan
Berdasarkan tabel dan di atas, dapat kita sisanya konsumen yang mempunyai taraf
ketahui karakteristik responden Rita Pasar pendidikan terakhir SD adalah 5 orang (8%),
Raya berdasarkan tingkat usia dapat diketahui SMP 16 orang (27%), dan Sarjana 14 orang
bahwa konsumen Rita Pasar Raya berusia (24%). Hal ini dapat disimpulkan, data di atas
antara 15-25 tahun yaitu 29 orang (48%), menunjukkan konsumen yang berbelanja di
sedangkan sisanya dengan rincian; konsumen Rita Pasar Raya mempunyai taraf pendidikan
berusia antara 26-35 tahun sejumlah 21 orang yang cukup tinggi. Sehingga dapat
(35%), 36-45 tahun 7 orang (11%), dan 46-55 mempermudah mereka dalam memilih barang
tahun 3 orang (6%) yang akan mereka beli dengan
pertimbanganpertimbangan yang cukup.
c). Distribusi Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan d). Distribusi Responden Berdasarkan
Jenis Pekekerjaan
Tabel 5. Karakteristik Responden Pasar Induk Tabel 7. Karakteristik Responden Pasar
Tradisional-Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tradisional- Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No Pendidikan Frekuensi Prosentase No Jenis Pekerjaan Frekuensi Prosentase
Terakhir 1 PNS / POLRI / 2 3%
1 Lulus SD 25 41% TNI
2 Lulus SMP 20 33 % 2 Wiraswasta 26 45%
3 Lulus SMA 13 22 % 3 Karyawan 10 16%
4 Sarjana 2 4% 4 Pelajar / 7 11%
Total 60 100% Mahasiswa
5 Lain-lain 15 25%
Total 60 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui
bahwa konsumen yang paling banyak dan yang
Berdasarkan tabel dan pie chart di atas
paling sering datang maupun belanja di Pasar
dapat kita ketahui bahwa konsumen pada pasar
Induk Tradisional adalah konsumen yang
tradisional Wonosobo sebagian besar
mempunyai taraf pendidikan terakhir SD
mempunyai pekerjaan atau profesi sebagai
dengan rincian jumlah; 25 orang (41%)
Wiraswaata, yaitu 26 orang (45%). Sedangkan
sedangkan sisanya konsumen yang mempunyai
tingkatan kedua konsumen yang berprofesi
taraf pendidikan terakhir SMP 20 orang
sebagai Lain-lain yaitu 15 orang (25%), 2
(33%), SMA 13 orang (22%), dan Sarjana 2
orang (3%) sebagai PNS/POLRI/PNS, 10
orang (4%). Hal ini dapat disimpulkan, data di
orang (16%) sebagai karyawan dan 7 orang
atas menunjukkan konsumen yang berbelanja
(11%) Pelajar/ mahasiswa.
di Pasar Tradisional mempunyai taraf
pendidikan yang Rendah.
Tabel 8. Karakteristik Responden Rita Pasar
Raya- Berdasarkan Jenis Pekerjaan

235
Jurnal PPKM III (2015) 228-240 ISSN: 2354-869X
5 Lebih Dari Rp 2.000.000 7 12%
Total 60 100%
No Jenis Frekuensi Prosentase
Pekerjaan
1 PNS / POLRI 10 16% Berdasarkan tabel di atas dapat kita
/ TNI ketahui karakteristik responden berdasarkan
2 Wiraswasta 15 25% pendapatan, terlihat konsumen yang datang
3 Karyawan 8 14% atau belanja di Rita Pasar Rsebagian besar
4 Pelajar / 18 30%
mempunyai pendapatan per bulan berkisar
Mahasiswa
5 Lain-lain 9 15% antara Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 yaitu 21
Total 60 100% orang (35%), tingkatan kedua konsumen yang
mempunyai pendapatan Rp 500.000- Rp
Berdasarkan tabel di atas dapat kita 1.000.000 yaitu 14 orang (23%) Hal ini
ketahui bahwa konsumen pada Rita Pasar Raya menunjukkan bahwa konsumen tingkat
sebagian besar mempunyai pekerjaan atau menengah cenderung lebih memilih berbelanja
profesi sebagai pelajar dan mahasiswa, yaitu di Rita Pasar Raya Wonosobo.
18 orang (30%). Sedangkan tingkatan kedua
konsumen yang berprofesi sebagai wiraswasta 4.2. Hasil Uji Validitas Dan Realibilitas
yaitu 15 orang (25%), 10 orang (16%) sebagai instrumen Penelitian
PNS/ POLRI/ PNS, 8 orang (14%) sebagai Berdasarkan hasil uji validitas yang
karyawan dan 9 orang (16%) dengan kategori dibagikan kepada 120 responden, diperoleh
profesi lain-lain. hasil uji Validitas dan Reliabel sebagai berikut:
Uji Validitas
e). Distribusi Responden Berdasarkan Uji validitas menunjukkan suatu ukuran
Tingkat Pendapatan tingkat kevalitan atau ketepatan suatu
Tabel 9. Karakteristik Responden Pasar instrumen.
Tradisional-Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Tabel 11. Hasil Ujivaliditas Marketing Mix
No Pendapatan Frekuensi Prosentase untuk Pasar Modern dan Tradisional
1 Kurang Dari Rp 500.000 21 35% Indikator R-hitung R-kritis Ket
2 Rp 500.000 – Rp 1.000.000 17 28%
3 Rp 1.000.000 - Rp 1.500.000 12 20%
4 Rp 1.500.000 – Rp 2.000.000 8 10% Produk 1,000 0,30 Valid
5 Lebih Dari Rp 2.000.000 2 3% Harga 0,728 0,30 Valid
Total 60 100% Tempat 0,667 0,30 Valid
Pelayanan 0,560 0,30 Valid
Berdasarkan tabel di atas dapat kita Promosi 0,643 0,33 Valid
ketahui karakteristik responden berdasarkan Lay Out 0,509 0,30 Valid
pendapatan, terlihat konsumen yang datang Sumber: Hasil Penelitian, 2015
atau belanja di pasar tradisional Wonosobo Berdasarkan tabel di atas menunjukkan
sebagian besar mempunyai pendapatan per bahwa semua item pertanyaan dari semua
bulan berkisar antara Rp 500.000 – Rp variabel yang diteliti pada konsumen pasar
1.000.000 yaitu 21 orang (35%), tingkatan modern dan pasar tradisional Wonosobo
kedua konsumen yang mempunyai pendapatan mempunyai nilai R-hitung lebih besar dari R-
kurang dari Rp 500.000 yaitu 17 orang (28%) kritis. Hal ini menunjukkan bahwa dari
Hal ini menunjukkan bahwa konsumen tingkat kesemua item pertanyaan dari masing-
menengah ke bawah cenderung lebih memilih masing variabel yang diteliti dapat
berbelanja di pasar tradisional. dinyatakan valid.
Uji Reliabilitas
Tabel 10. Karakteristik Responden Rita Pasar Uji Reliabilitas adalah menguji apakah
Raya- Berdasarkan Tingkat Pendapatan hasil kuesioner dapat dipercaya atau tidak.
Pengujian reliabilitas instrumen dapat
No Pendapatan Frekuensi Prosentase dilakukan secara eksternal maupun dan
1 Kurang Dari Rp 500.000 8 10% gabungan keduanya. Secara internal
2 Rp 500.000 – Rp 1.000.000 14 23%
3 Rp 1.000.000 - Rp 1.500.000 21 35% reliabilitas instrumen dapat diuji dengan
4 Rp 1.500.000 – Rp 2.000.000 10 16%

236
Jurnal PPKM III (2015) 228-240 ISSN: 2354-869X
menganalisis konsistensi butir-butir yang ada 4.45, dan persepsi rata-rata terhadap lay out
pada instrumen dengan teknik tertentu. sebesar 4.07.
Sedangkan persepsi konsumen pasar
Tabel 12. Hasil Ujivaliditas Marketing Mix tradisional mengenai persepsi rata-rata
untuk Pasar Modern dan Tradisional tentang produk sebesar 2.83, persepsi rata-
Items Koefisien Tanda DW Ket rata terhadap harga sebesar 2.77, persepsi
Alpha (Durbi
n rata-rata terhadap tempat sebesar 3.28,
Wasto persepsi rata-rata terhadap pelayanan sebesar
n)
Marketing 0,817 > 0,60 Reliabel 3.33, persepsi rata-rata terhadap promosi
Mix sebesar 3.18, dan persepsi rata-rata terhadap
lay out sebesar 2.98.

Dari tabel 4.20. diatas dapat di terangkan Tabel 14. Hasil Perhitungan Independent t test
bahwa instrumen pertanyaan dari masing
item adalah Reliabel karena nilai koefisien
alpha > dari nilai DW yang ditetapkan yaitu
sebesar 0,60

4.3. Uji Beda (Independent sample t-test)


Dalam penelitian ini teknik analisis yang
digunakan dengan analisi komparatif yaitu
dengan menggunakan test “t” (uji beda)
yakni untuk mencari perbedaan yang
signifikan dari dua buah mean, baik antara
dua sampel data atau antara beberapa sampel
data.
Adapun hasil perhitungan dengan Berdasarkan tabel diatas dapat
menggunakan program SPSS ver.16 untuk dijelaskan bahwa persepsi konsumen pasar
independent t test sebagai berikut : modern dan pasar pasar tradisional kajian
marketing mix sebagai berikut :
Tabel 13. Group Statistik Konsumen Pasar
Modern dan Pasar Tradisional Kajian Produk :
Dari perhitungan uji F dapat di ketahui
bahwa hasil uji F hitung untuk produk dengan
Equal variance assumed adalah sebesar 6.021
dengan probabilitas sebesar 0.016. Karena
probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak, atau
kedua varians benar-benar berbeda. Karena ada
perbedaan yang nyata dari kedua varians maka
untuk membandingkan rata-rata populasi
menggunakan t test dengan dasar Equal
variance not assumed.
Berdasarkan hasil perhitungan
independent sampel test diatas telihat bahwa t
Berdasarkan data diatas dapat dijelaskan hitung untuk produk dengan equal variance not
bahwa untuk konsumen pasar modern assumed adalah 15.508 dengan probabilitas
mempunyai persepsi rata-rata terhadap 0.000. sehingga untuk uji dua sisi probabilitas
produk sebesar 4.47, persepsi rata-rata tetap 0.000. Karena 0.000 < 0.025 maka H0
terhadap harga sebesar 4.45, persepsi rata- ditolak yang artinya rata-rata persepsi
rata terhadap Tempat sebesar 4.67, persepsi konsumen pasar modern terhadap produk
rata-rata terhadap pelayanan sebesar 4.43, benar-benar berbeda dengan rata-rata persepsi
persepsi rata-rata terhadap promosi sebesar konsumen pasar tradisional.

237
Jurnal PPKM III (2015) 228-240 ISSN: 2354-869X
Kajian Harga : menggunakan t test dengan dasar Equal
Dari perhitungan uji F dapat di ketahui variance assumed.
bahwa hasil uji F hitung untuk harga dengan Berdasarkan hasil perhitungan
Equal variance assumed adalah sebesar 0.701 independent sampel test diatas telihat bahwa t
dengan probabilitas sebesar 0.404. Karena hitung untuk produk dengan equal variance not
probabilitas > 0.05 maka H0 diterima, atau assumed adalah 10.091 dengan probabilitas
kedua varians sama. Karena tidak ada 0.000. sehingga untuk uji dua sisi probabilitas
perbedaan yang nyata dari kedua varians maka tetap 0.000. Karena 0.000 < 0.025 maka H0
untuk membandingkan rata-rata populasi ditolak yang artinya rata-rata persepsi
menggunakan t test dengan dasar Equal konsumen pasar modern terhadap produk
variance assumed. benar-benar berbeda dengan rata-rata persepsi
Berdasarkan hasil perhitungan konsumen pasar tradisional.
independent sampel test diatas telihat bahwa t Kajian Promosi :
hitung untuk produk dengan equal variance Dari perhitungan uji F dapat di ketahui
assumed adalah 17.283 dengan probabilitas bahwa hasil uji F hitung untuk produk dengan
0.000. sehingga untuk uji dua sisi probabilitas Equal variance assumed adalah sebesar 6.850
tetap 0.000. Karena 0.000 < 0.025 maka H0 dengan probabilitas sebesar 0.010. Karena
ditolak yang artinya rata-rata persepsi probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak, atau
konsumen pasar modern terhadap produk kedua varians benar-benar berbeda. Karena ada
benar-benar berbeda dengan rata-rata persepsi perbedaan yang nyata dari kedua varians maka
konsumen pasar tradisional. untuk membandingkan rata-rata populasi
Kajian Tempat : menggunakan t test dengan dasar Equal
Dari perhitungan uji F dapat di ketahui variance not assumed.
bahwa hasil uji F hitung untuk produk dengan Berdasarkan hasil perhitungan
Equal variance assumed adalah sebesar 5.168 independent sampel test diatas telihat bahwa t
dengan probabilitas sebesar 0.025. Karena hitung untuk produk dengan equal variance not
probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak, atau assumed adalah 11.383 dengan probabilitas
kedua varians benar-benar berbeda. Karena ada 0.000. sehingga untuk uji dua sisi probabilitas
perbedaan yang nyata dari kedua varians maka tetap 0.000. Karena 0.000 < 0.025 maka H0
untuk membandingkan rata-rata populasi ditolak yang artinya rata-rata persepsi
menggunakan t test dengan dasar Equal konsumen pasar modern terhadap produk
variance not assumed. benar-benar berbeda dengan rata-rata persepsi
Berdasarkan hasil perhitungan konsumen pasar tradisional.
independent sampel test diatas telihat bahwa t Kajian Lay Out :
hitung untuk produk dengan equal variance not Dari perhitungan uji F dapat di ketahui
assumed adalah 13.347 dengan probabilitas bahwa hasil uji F hitung untuk produk dengan
0.000. sehingga untuk uji dua sisi probabilitas Equal variance assumed adalah sebesar 1.652
tetap 0.000. Karena 0.000 < 0.025 maka H0 dengan probabilitas sebesar 0.201. Karena
ditolak yang artinya rata-rata persepsi probabilitas > 0.05 maka H0 diterima, atau
konsumen pasar modern terhadap produk kedua varians sama. Karena tidak ada
benar-benar berbeda dengan rata-rata persepsi perbedaan yang nyata dari kedua varians maka
konsumen pasar tradisional. untuk membandingkan rata-rata populasi
Kajian Pelayanan : menggunakan t test dengan dasar Equal
Dari perhitungan uji F dapat di ketahui variance assumed.
bahwa hasil uji F hitung untuk produk dengan Berdasarkan hasil perhitungan
Equal variance assumed adalah sebesar 1.533 independent sampel test diatas telihat bahwa t
dengan probabilitas sebesar 0.218. Karena hitung untuk produk dengan equal variance not
probabilitas > 0.05 maka H0 diterima, atau assumed adalah 9.862 dengan probabilitas
kedua varians sama. Karena tidak ada 0.000. sehingga untuk uji dua sisi probabilitas
perbedaan yang nyata dari kedua varians maka tetap 0.000. Karena 0.000 < 0.025 maka H0
untuk membandingkan rata-rata populasi ditolak yang artinya rata-rata persepsi
konsumen pasar modern terhadap produk

238
Jurnal PPKM III (2015) 228-240 ISSN: 2354-869X
benar-benar berbeda dengan rata-rata persepsi berinteraksi jual beli dibandingkan pelayanan
konsumen pasar tradisional. yang diberikan oleh pengelola pasar tradisonal.
Hal ini lebih disebabkan karena pengelola
usaha pasar modern dituntut oleh manajemen
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian untuk melayani secara ekstra /lebih dan juga
Dari hasil perhitungan uji independent t untuk karyawan selalu ada pelatihan tentang
test tersebut diatas menyebutkan bahwa kepribadian dalam melayani. Sedangkan hal ini
terdapat perbedaan persepsi konsumen tidak ada di pengelola-pengelola pasar
terhadap pasar modern dan pasar tradisional : tradisional.
dalam kajian marketing mix yang meliputi Untuk kajian Promosi, dimana persepsi
produk, harga, tempat, pelayanan, promosi, atau penilaian konsumen terhadap promosi
dan lay out. penjualan yang telah dilakukan oleh pengelola
Untuk Kajian produk, dimana persepsi pasar modern (Rita Pasar Raya) jauh lebih
atau penilaian konsumen terhadap produk yang sering dibandingkan dengan para pengelola
dijual di pasar modern relatif lebih bervariatif pasar tradisional. Dalam hal promosi penjualan
atau lengkap dibandingkan dengan produk yang telah dilaksanakan oleh Rita Pasar Raya
yang dijual di pasar tradisional. Hal ini hampir bisa dilihat dibeberapa media,
disebabkan karena skala usaha pasar modern diantaranya elektronik (radio), cetak (spanduk,
(Rita Pasar Raya) relatif lebih besar dari skala banner dan brosur). Dilain sisi untuk pengelola
usaha yang dijalankan oleh para pengusaha pasar tradisional tidak pernah ada promosi
pasar tradisional. penjualan melalui media elektronik atau media
Untuk kajian harga, dimana persepsi atau cetak, promosi penjualan yang dilakukan
penilaian kosumen terhadap harga dari produk hanya melalui mouth to mouth dari para
yang dijual di pasar modern (Rita Pasar Raya) konsumen.
cenderung relatif lebih murah dibandingkan Untuk kajian Lay Out produk, dimana
dengan harga-harga produk yang ditetapkan persepsi atau penilaian konsumen terhadap lay
oleh pengusaha pasar tradisional. Hal ini out (tata letak) produk di Rita Pasar Raya jauh
sebagai akibat dari kebijakan yang telah lebih tertata rapih dan mudah untuk memilih
ditetapkan oleh pengelola Rita Pasar Raya produk satu dan yang lainnya. Sedangkan lay
mengenai penetapan harga produk jualnya. Hal out produk pada pasar tradisional produk satu
lain yang menyebabkan karena kebijakan dengan produk yang lainnya saling tumpang
pengelola pasar tradisional dalam menetapkan tindih sehingga konsumen sangat susah dalam
harga produk jual masih berorientasi mencari produk yang akan dibelinya.
tradisional yang artinya bahwa kebanyakan
pengelola menghendaki untung setinggi- 5. KESIMPULAN
tingginya disetiap produknya. Kesimpulan
Untuk kajian tempat,dimana persepsi atau Berdasarkan hasil penelitian dan
penilaian konsumen terhadap tempat jual di pembahasan yang telah dijelaskan pada bab
pasar modern (Rita Pasar Raya) relatif lebih sebelumnya, maka pada bab penutup ini
representatif dan nyaman untuk transaksi jual dapat diambil kesimpulan berdasarkan uji
beli dibandingkan tempat jual dipasar beda (independent t test) bahwa terdapat
tradisional. Hal ini disebabkan karena perbedaan persepsi konsumen pasar
pengelola pasar modern dalam mengelola modern(Rita Pasar Raya) dengan pasar
tempat cenderung lebih banyak dana yang tradisional (pasar induk Wonosobo) dalam
dikeluarkan untuk merealisasi pembiayaan kajian marketing mix : produk, harga,
tempat usaha. Sedangkan para pengelola usaha tempat, pelayanan, promosi, dan lay out.
tradisonal hanya berorientasi pada Saran
meminimialkan biaya untuk tempat usahanya. Berdasarkan hasil penelitian dan
Untuk kajian pelayanan, dimana persepsi pembahasan, sebagai saran untuk pengelola
atau penilaian konsumen terhadap pelayanan pasar modern hendaknya selalu
yang diberikan pada pasar modern cenderung menjaga,mempertahankan, dan bahkan
lebih cepat, tepat dan ramah pada saat meningkatkan kajian bauran pemasarannya

239
Jurnal PPKM III (2015) 228-240 ISSN: 2354-869X
(marketing mix) agar persepsi atau penilaian Prasetijo, Ristianty & Lhalauw, John. 2005.
konsumen selalu positif atau baik. Sedangkan Perilaku Konsumen, Yogyakarta:
untuk pengelola pasar tradisioanal sudah harus Schiffman, Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen,
memperhatikan kajian bauran pemasarannya, Edisi ketujuh. PT. INDEKS: Jakarta
agar penilaian konsumen cenderung meningkat Sugiono. 2001. Metodologi Penelitian Bisnis. Alfa
Betha: Bandung
dan bahkan bisa menyamai penilaian
Umar, Husein,2001, Metode PenelitianUntuk
konsumen terhadap pasar modern. Skripsi dan Teses Bisnis, Edisi baru, Cetakan
keempat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
6. DAFTAR PUSTAKA Whidya Utami, Christina, 2008. Strategi Pemsaran
Amstrong & Kotler. 2004. Dasar-dasar Ritel, Edisi revisi, Jakarta: PT. Indeks
Pemasaran; Jilid dua. Terjemahan: PT. Whidya Utami, Christina. 2006. Manajemen Ritel;
INDEKS: Jakarta Strategi dan Implementasi Ritel Modern,
ANDI Singarimbun, Massri dan Effendi Sofyan. Salemba Empat: Jakarta
1989. Metodologi Penelitian Bisnis Survey. Widjajakusuma, muhammad karebet, 2002,
Alfabeta: Bandung Menggagas Bisnis Islam, Jakarta Gema Insani
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Press
Suatu Pendekatan Praktis, edisi revisi VI. PT.
Rineka Cipta : Jakarta
ILMU: Yogyakarta Simamora, Bilson. 2004.
Panduan Riset Perilaku Konsumen, Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama
Indriantoro & Supomo, 1999, Metode Penelitian
Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi
Pertama, Jakarta: BPFE
Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol. 1, No. 2,
Oktober 2006: 53-64 Jurusan Manajemen
Pemasaran, Fakultas Ekonomi – Universitas
Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.ph
p?DepartmentID=MAR. (Tanggal 22-10-
2009)
Kinnear, Thomas & Taylor, james. 1987. Riset
Pemasaran, Jakarta : Penerbir Erlangga
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2007.
Manajemen Pemasaran. Indeks. Yogyakarta
Lani, James, 2009, Independen Samples t-test.
Statisticssolution.blogspot.com Tika,
Pabundu. 2006. Metodologi Riset Bisnis.
Jakarta: Bumi Aksara
Lini Zikrul Media Intelektual Sujana, Asep. 2005.
Paradigma Baru Dalam; Manajemen Ritel
Modern, GRAHA
Malhotra, Naresh. 2009. Riset Pemasaran;
Pendekatan Terapan, Jakarta: PT.Indeks
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2002. Perilaku
Konsumen. Bandung : PT. Refika Aditama
Masyhuri, dan M Zainiuddin. 2008. Metodologi
Penelitian; Pendekatan Praktis dan Aplikatif,
PT. Refika Aditama: Bandung
McCrae, R.R., & Allik, J. (2002). The Five Factor
Model of personality across cultures.
Muflih, Muhammad, 2006, Perilaku Konsumen
Dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam,
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
New York: Kluwer Academic/ Plenum Publishers.

240

Anda mungkin juga menyukai