Anda di halaman 1dari 109

RCF – 02 : STANDAR DAN RENCANA KERJA PEMBUATAN

PEMBESIAN / PENULANGAN BETON

PELATIHAN
MANDOR PEMBESIAN /
PENULANGAN BETON

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Standar dan Rencana Kerja Pembuatan
Pelatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton Pembesian / Penulangan Beton

KATA PENGANTAR

Laporan UNDP tentang : Human Development Index (HDI) tertuang dalam Human
Development Report, 2004, mencantumkan Indeks Pengembangan SDM Indonesia pada
urutan 111, satu tingkat di atas Vietnam urutan 112 dan jauh di bawah dari Negara-
negara ASEAN terutama Malaysia urutan 59, Singapura urutan 25, dan Australia urutan
3, merupakan sebuah gambaran kondisi pengembangan SDM kita.

Bagi para pemerhati dan khususnya bagi yang terlibat langsung dalam pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM), kondisi tersebut merupakan tantangan sekaligus sebagai
modal untuk berpacu mengejar ketinggalan dan obsesi dalam meningkatkan kemampuan
SDM paling tidak setara dengan Negara tetangga ASEAN, terutama menghadapi era
globalisasi.

Untuk mengejar ketinggalan telah banyak daya upaya yang dilakukan termasuk perangkat
pengaturan melalui penetapan undang-undang antara lain :

 UU. No. 18 Tahun 1999, tentang : Jasa Konstruksi beserta peraturan


pelaksanaannya, mengamanatkan bahwa setiap tenaga : Perencana, Pelaksana,
dan Pengawas harus memiliki sertifikat, dengan pengertian sertifikat kompetensi
keahlian atau ketrampilan kerja. Untuk melaksanakan kegiatan sertifikasi
berdasarkan kompetensi diperlukan tersedianya “Bakuan Kompetensi” untuk semua
tingkatan kualifikasi dalam setiap klasifikasi di bidang Jasa Konstruksi.

 UU. No. 13 Tahun 2003, tentang : Ketenagakerjaan, mengamanatkan (Pasal 10 Ayat


(2)). Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu
pada standard kompetensi kerja.

 UU. No. 20 Tahun 2003, tentang : Sistem Pendidikan Nasional, dan peraturan
pelaksanaannya, mengamanatkan Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan
pengembangan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi).

 UU. No. 7 Tahun 2004, tentang : Sumber Daya Air menetapkan pada Pasal 71 Ayat 1
dan 2 bahwa :

- (1) Menteri yang membidangi sumber daya air dan menteri yang terkait dengan
bidang sumber daya air menetapkan standar pendidikan khusus dalam bidang
sumber daya air

i
Standar dan Rencana Kerja Pembuatan
Pelatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton Pembesian / Penulangan Beton

(2) Penyelenggaraan pendidikan bidang sumber daya air dapat dilaksanakan, baik
oleh Pemerintah, pemerintah daerah maupun swasta sesuai dengan standar
pendidikan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Mengacu pada amanat undang-undang tersebut di atas, diimplementasikan kedalam


konsep Pengembangan Sistem Pelatihan Jasa Konstruksi, yang oleh PUSBIN KPK
(Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi) pelaksanaan programnya
didahului dengan mengembangkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia), SLK (Standar Latih Kompetensi), dimana keduanya disusun melalui analisis
struktur kompetensi sektor/sub-sektor konstruksi sampai mendetail, kemudian dituangkan
dalam jabatan-jabatan kerja yang selanjutnya dimasukan ke dalam Katalog Jabatan
Kerja.

Modul Pelatihan adalah salah satu unsur paket pelatihan sangat penting karena
menyentuh langsung dan menentukan keberhasilan peningkatan kualitas SDM untuk
mencapai tingkat kompetensi yang ditetapkan, disusun dari hasil inventarisasi jabatan
kerja yang kemudian dikembangkan berdasarkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia) dan SLK (Standar Latih Kompetensi) yang sudah disepakati dalam
suatu Konvensi Nasional, dimana modul-modulnya maupun materi uji kompetensinya
disusun oleh Tim Penyusun/tenaga professional dalam bidangnya masing-masing,
merupakan suatu produk yang akan dipergunakan untuk melatih, dan meningkatkan
pengetahuan dan kecakapan agar dapat mencapai tingkat kompetensi yang
dipersyaratkan dalam SKKNI, sehingga dapat menyentuh langsung sasaran pembinaan
dan peningkatan kualitas tenaga kerja konstruksi agar menjadi kompeten dalam
melaksanakan tugas pada jabatan kerjanya.

Dengan penuh harapan modul pelatihan ini dapat dimanfaatkan dengan baik, sehingga
cita-cita peningkatan kualitas SDM khususnya di bidang jasa konstruksi dapat terwujud.

Jakarta, Nopember 2006

Kepala Pusat
Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

Ir. Djoko Subarkah, Dipl. HE.


NIP : 110016435

ii
Standar dan Rencana Kerja Pembuatan
Pelatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton Pembesian / Penulangan Beton

PRAKATA

Modul : Standar dan rencana kerja pembuatan pembesian / penulangan beton merupakan
uraian, penjelasan serta prinsip – prinsip umum mengenai Standar yang dipakai beserta
rencana kerja umum pada pelaksanaan pembuatan pembesian / penulangan beton.
Sebelum memulai pekerjaan, seorang mandor tentunya harus mempelajari dan
menguasai dulu standar – standar pekerjaan yang ada, spesifikasi pembesian sesuai
dokumen kontrak serta rencana kerja yang ada berupa gambar-gambar kerja, schedule
kerja dan instruksi kerja. Dengan menguasai hal-hal tersebut baru seorang mandor bisa
menghitung harga borongan yang berisi volume pekerjaan dikalikan harga satuan ongkos
kerja.
Perlu diketahui bahwa modul ini salah satu unsur dalam satu kesatuan paket pelatihan
Mandor pembesian / penulangan beton berdasarkan metodologi pelatihan berbasis
kompetensi (Competency Based Training – CBT).
Biarpun telah dipersiapkan secara matang yang mengacu kepada SKKNI (Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) dan SLK (Standar Latih Kompetensi) yang sudah
dibahas dalam konvensi nasional yang dihadiri para pakar atau ahlinya dan asosiasi
profesi, dimaklumi bahwa materi pelatihan ini dimasa mendatang perlu terus
disempurnakan.
Sehubungan dengan itu sumbang saran dan koreksi dari semua pihak sangat diharapkan.

Jakarta, November 2006

Tim Penyusun

iii
Standar dan Rencana Kerja Pembuatan
Pelatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton Pembesian / Penulangan Beton

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : MANDOR PEMBESIAN / PENULANGAN BETON


JUDUL MODUL : STANDAR DAN RENCANA KERJA PEMBUATAN
PEMBESIAN / PENULANGAN BETON

TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Umum Pelatihan
Setelah selesai mengikuti pelatihan, peserta diharapkan mampu :
Menyiapkan, mengkoordinir dan memeriksa pembesian / penulangan pada
pekerjaan konstruksi beton bertulang.

B. Tujuan Khusus Pelatihan


Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu :
1. Menerapkan UUJK, K3 dan ketentuan pengendalian lingkungan kerja
2. Menguasai rencana pembuatan pembesian/penulangan beton sesuai
spesifikasi pembesian, gambar kerja, Instruksi kerja (IK), jadwal (schedule)
kerja proyek
3. Membuat jadwal (schedule) kerja harian dan mingguan
4. Melakukan pekerjaan persiapan pembesian/penulangan beton
5. Mengkoordinir dan mengawasi pembuatan dan pemasangan
pembesian/penulangan beton
6. Memeriksa, mengevaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan pembuatan
dan pemasangan pembesian/penulangan beton.
7. Menguasai dan melaksanakan kontrak/perjanjian kerja

NOMOR / JUDUL MODUL : RCF – 02 : STANDAR DAN RENCANA KERJA


PEMBUATAN PEMBESIAN /
PENULANGAN BETON

iv
Standar dan Rencana Kerja Pembuatan
Pelatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton Pembesian / Penulangan Beton

TUJUAN PEMBELAJARAN :
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah modul ini dipelajari peserta mampu : Menguasai standar dan rencana pembuatan
pembesian / penulangan beton sesuai standar dan spesifikasi, gambar kerja, instruksi
kerja, schedule kerja serta dapat menghitung harga satuan ongkos kerja.

Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Setelah modul ini selesai dipelajari, peserta mampu :
1. Menguasai spesifikasi pekerjaan pembesian
2. Menguasai standar pekerjaan pembesian
3. Menguasai gambar kerja pembesian
4. Menguasai instruksi kerja pekerjaan pembesian
5. Menguasai schedule kerja pekerjaan pembesian
6. Menghitung harga satuan ongkos kerja

v
Standar dan Rencana Kerja Pembuatan
Pelatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton Pembesian / Penulangan Beton

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


PRAKATA ............................................................................................................. iii
LEMBAR TUJUAN ................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................... vi
DESKRIPSI SINGKAT DAN DAFTAR MODUL .................................................. viii
PANDUAN PEMBELAJARAN ................................................................................. x

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1 - 1


1.1 Umum ........................................................................................1 - 1
RANGKUMAN
LATIHAN

BAB 2 SPESIFIKASI PEMBESIAN / PENULANGAN BETON ...................... 2 - 1


2.1. Umum ................................................................................... 2 - 1
2.2. Contoh Spesifikasi Pembesian ..................................................2 - 3
RANGKUMAN
LATIHAN

BAB 3 STANDAR PEMBESIAN / PENULANGAN BETON ............................3 - 1


3.1. Umum ..................................................................................... 3 - 1
3.2. Standar Menurut PBI 1971 .........................................................3 - 1
3.3. Standar Menurut SNI 07 – 2052 - 1997 ......................................3 - 7
3.4. Standar lainnya ........................................................................3 - 11
RANGKUMAN
LATIHAN

BAB 4 GAMBAR KERJA ............................................................................. 4 - 1


4.1. Membaca Gambar Kerja dan Sket Detail Konstruksi ................4 - 1
4.2. Gambar Pembesian / Penulangan Beton .............................4 - 11
4.2.1. Lantai ...........................................................................4 - 11
4.2.2. Dinding .........................................................................4 - 12
4.2.3. Balok .............................................................................4 - 13
4.2.4. Kolom (Pilar) .................................................................4 - 13
4.2.5. Penulangan Jaringan ...................................................4 - 14

vi
Standar dan Rencana Kerja Pembuatan
Pelatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton Pembesian / Penulangan Beton

4.3. Membaca gambar rencana / gambar kerja Pembesian


dan Pembuatan Daftar Lengkung Pembesian
(Bar Bending Schedule) dan Daftar Potong Pembesian .......4 - 17
RANGKUMAN
LATIHAN

BAB 5 INSTRUKSI KERJA ........................................................................ 5 - 1


5.1. Umum ...................................................................................5 - 1
5.2. Contoh Instruksi Kerja ..............................................................5 - 2
RANGKUMAN
LATIHAN

BAB 6 SKEDUL KERJA ............................................................................ 6 - 1


6.1. Umum .......................................................................................6 - 1
6.2. Contoh Schedul Kerja Pekerjaan Beton Bertulang ....................6 - 2
6.2.1. Schedul pekerjaan struktur beton bertulang ................... 6 - 2
6.2.2. Gambar kerja pembesian ...............................................6 - 3
6.2.3. Bar Bending Schedule .....................................................6 - 3
6.2.4. Contoh rencana kerja harian / mingguan .........................6 - 4
RANGKUMAN
LATIHAN

BAB 7 HITUNGAN HARGA SATUAN ONGKOS KERJA .............................. 7 - 1


7.1. Menghitung Ongkos Kerja .........................................................7 - 1
7.2. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Harga Borongan ............7 - 2
7.2.1. Produktifitas dan Waste ................................................7 - 3
7.2.2. Waste Bahan ..................................................................7 - 6
7.2.3. Produktifitas Tenaga Kerja .............................................7 -10
7.2.4. Produktifitas Alat ...........................................................7 - 13
7.3. Anggaran Biaya Pelaksanaan Dan Keuntungan Mandor .....7 - 16
7.4. Contoh Perhitungan ..................................................................7 - 18
7.4.1. Contoh Perhitungan Pekerjaan Batu Kali ......................7 - 18
7.4.2. Contoh Perhitungan Pekerjaan
Pembesian / Penulangan Beton ..................................7 - 20
Rangkuman
Latihan

DAFTAR PUSTAKA

vii
Standar dan Rencana Kerja Pembuatan
Pelatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton Pembesian / Penulangan Beton

DESKRIPSI SINGKAT
PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Mandor Pembesian /


Penulangan Beton dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) yang didalamnya sudah dirumuskan uraian jabatan, unit-unit kompetensi
yang harus dikuasai, elemen kompetensi lengkap dengan kriteria unjuk kerja dan
batasan-batasan penilaian serta variable-variablenya.
2. SLK (Standar Latih Kompetensi) disusun dengan mengacu kepada SKKNI, dimana
uraian jabatan dirumuskan sebagai Tujuan Umum Pelatihan dan Unit-unit kompetensi
dirumuskan sebagai Tujuan Khusus Pelatihan, kemudian elemen kompetensi dan
kriteria unjuk kerja (KUK) dikaji dan dianalisis unsur kompetensinya, yaitu :
Pengetahuan, Ketrampilan dan sikap kerja, selanjutnya kurikulum, silabus dan
indikator keberhasilan pembelajaran ditetapkan sesuai level kompetensinya.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan pelatihan tersebut, berdasarkan rumusan
kurikulum, silabus dan indikator keberhasilan pembelajaran yang ditetapkan dalam
SLK, disusunlah seperangkat modul-modul sebagai bahan pembelajaran pelatihan
seperti tercantum dalam “ DAFTAR MODUL “ dibawah ini.

DAFTAR MODUL

PELATIHAN : Mandor Pembesian / Penulangan Beton

NO. KODE JUDUL NO. REPRESENTASI UNIT


KOMPETENSI
1. RCF - 01 UUJK, K3 dan Pengendalian 1 Menerapkan UUJK, K3 dan
Dampak Lingkungan ketentuan pengendalian
lingkungan kerja
2. RCF - 02 Standar dan Rencana Kerja 2 Menguasai rencana
Pembuatan Pembesian / pembuatan pembesian /
Penulangan Beton penulangan beton sesuai
spesifikasi pembesian /
penulangan beton,
gambar kerja, Instruksi
Kerja (IK) dan Schedule
Kerja Proyek
3. RCF - 03 Jadwal kerja harian dan mingguan 3 Membuat jadwal (schedule)
kerja harian dan mingguan
4. RCF - 04 Prosedur dan teknik pembuatan
dan pemasangan pembesian /
penulangan beton

viii
Standar dan Rencana Kerja Pembuatan
Pelatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton Pembesian / Penulangan Beton

A. Pekerjaan Persiapan 4 Melakukan Pekerjaan


Persiapan Pembesian /
Penulangan Beton
B. Pembuatan dan Pemasangan 5 Mengkoordinir dan
Pekerjaan Pembesian / mengawasi pembuatan dan
Penulangan Beton pemasangan pembesian /
penulangan beton
C. Pemeriksaan, Evaluasi dan 6 Memeriksa, mengevaluasi
Pelaporan pelaksanaan dan melaporkan hasil
pekerjaan pembesian / pelaksanaan pembuatan
Penulangan Beton dan pemasangan
pembesian / penulangan
beton
5. RCF - 05 Perjanjian Kerja dan Manajemen 7 Menguasai dan
Untuk Mandor melaksanakan kontrak /
perjanjian kerja

ix
Standar dan Rencana Kerja Pembuatan
Pelatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton Pembesian / Penulangan Beton

PANDUAN PEMBELAJARAN

Pelatihan : Mandor Pembesian / Penulangan Beton


Seri / Judul : RCF – 02. Standar dan Rencana Kerja Pembuatan Pembesian /
Penulangan Beton
Deskripsi : Materi ini membahas mengenai bagaimana seorang mandor
sebelum melaksanakan pekerjaannya, harus mempelajari dan
menguasai standar dan rencana kerja pembesian yang meliputi
spesifikasi, standar pembesian, gambar kerja, instruksi kerja
dan schedule kerja. Setelah itu baru mandor dapat menghitung
harga satuan ongkos kerja
Tempat kegiatan : Di dalam ruang kelas
Waktu Kegiatan : 4 jam pelajaran (1 jam pelajaran = 45 menit)

No. Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

1. Ceramah : Pembukaan
- Menjelaskan Tujuan Pembelajaran - Mengikuti penjelasan TPU & OHT
Umum dan Khusus (TPU & TPK) TPK dengan tekun dan aktif No. 1.1 s/d 1.5
- Merangsang motivasi peserta dengan - Mengajukan pertanyaan
pertanyaan atau pengalamannya apabila kurang jelas
dalam menguasai standar dan rencana
kerja pembesian
- Waktu : 5 menit
2. Ceramah : Pendahuluan
- Sebelum melaksanakan pekerjaan - Memperhatikan penjelasan OHT
dilapangan, mandor harus mempelajari instruktur dengan tekun dan No. 1.6 s/d 1.8
dulu standar dan rencana kerja aktif
pembesian - Mencatat hal-hal yang perlu
- Bertanya bila perlu
- Waktu : 5 menit
- Bahan : Materi Serahan (Bab.1 :
Pendahuluan)
3. Ceramah : Spesifikasi pembesian
- Menjelaskan mengenai perlunya - Memperhatikan penjelasan OHT
mandor menguasai spesifikasi beserta instruktur dengan tekun dan No. 2.1 s/d 2.4
contoh spesifikasi aktif
- Mencatat hal-hal yang perlu
- Bertanya bila perlu

x
Standar dan Rencana Kerja Pembuatan
Pelatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton Pembesian / Penulangan Beton

- Waktu : 15 menit
- Bahan : Materi Serahan (Bab.2 :
Spesifikasi Pembesian)
4. Ceramah : Standar pembesian
- Menjelaskan mengenai macam-macam - Memperhatikan penjelasan OHT
standar pembesian yang harus instruktur dengan tekun dan No. 3.1 s/d 3.8
dikuasai oleh mandor sebagai aktif
pedoman pelaksanaan pekerjaan - Mencatat hal-hal yang perlu
dilapangan - Bertanya bila perlu
- Waktu : 30 menit
- Bahan : Materi Serahan (Bab.3 :
Standar pembesian)
5. Ceramah : Gambar Kerja
- Menjelaskan mengenai cara membaca - Memperhatikan penjelasan OHT
gambar kerja penulangan instruktur dengan tekun dan No. 4.1s/d 4.12
aktif
- Mencatat hal-hal yang perlu
- Bertanya bila perlu
- Waktu : 45 menit
- Bahan : Materi Serahan (Bab.4 :
Gambar kerja)
6. Ceramah : Instruksi kerja
- Menjelaskan pentingnya - Memperhatikan penjelasan OHT
melaksanakan sistem mutu dengan instruktur dengan tekun dan No. 5.1 s/d 5.4
melaksanakan proses pekerjaan aktif
sesuai instruksi kerja (IK) - Mencatat hal-hal yang perlu
- Bertanya bila perlu
- Waktu : 20 menit
- Bahan : Materi Serahan (Bab.5 :
Instruksi Kerja)
7. Ceramah : Schedule kerja
- Menjelaskan mengenai schedule kerja - Memperhatikan penjelasan OHT
yang menjadi pedoman waktu instruktur dengan tekun dan No. 6.1 s/d 6.6
pelaksanaan pekerjaan dilapangan aktif
- Mencatat hal-hal yang perlu
- Bertanya bila perlu
- Waktu : 15 menit
- Bahan : Materi Serahan (Bab.6 :
Schedule kerja)

xi
Standar dan Rencana Kerja Pembuatan
Pelatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton Pembesian / Penulangan Beton

8. Ceramah : Hitungan harga satuan


ongkos kerja
- menjelaskan cara menghitung / analisa - Memperhatikan penjelasan OHT
harga satuan ongkos kerja dan instruktur dengan tekun dan No. 7.1s/d 7.13
membuat penawaran harga borongan aktif
- Mencatat hal-hal yang perlu
- Bertanya bila perlu

- Waktu : 45 menit
- Bahan : Materi Serahan (Bab.7 :
Hitungan harga satuan ongkos kerja)

xii
Standar dan Rencana Kerja Pembuatan
Pelatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton Pembesian / Penulangan Beton

MATERI SERAHAN

xiii
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Umum
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, mandor harus menguasai
standar dan rencana pembuatan pembesian / penulangan beton. Pada Kompetensi
Menguasai Standar dan Rencana Kerja, yang dilakukan pertama kali adalah
mempelajari dokumen – dokumen yang ada, mencatat hal-hal yang penting, dapat
menjelaskan substansi dari dokumen – dokumen tersebut dan yang terpenting
nantinya standar dan rencana kerja tersebut akan diterapkan sebagai pedoman
pelaksanaan pekerjaan dilapangan.

Apa saja yang harus dikuasai seorang mandor akan diuraikan pada bab-bab berikut,
dimulai dengan pada bab 2, yaitu spesifikasi pembesian / penulangan beton.
Spesifikasi merupakan standar yang utama di dalam melaksanakan pekerjaan, dan
seorang mandor harus betul-betul mempelajari dan menguasai spesifikasi yang
diberikan oleh pemberi pekerjaan sebelum melaksanakan pekerjaan di lapangan.
Selanjutnya pada bab berikutnya yaitu bab 3 akan diuraikan hal-hal mengenai
standar pembesian dan penulangan beton.

Pada item spesifikasi, diuraikan apa yang harus dilakukan kontraktor dalam
hubungan kerja dengan owner misalnya dalam persyaratan administrasi dimana
kontraktor harus menyerahkan brosur spec. dari baja beton dan permohonan izin
apa saja yang harus dilakukan sebelum melaksanakan pekerjaan pembesian.

Selain itu pada item spesifikasi, owner menyebutkan standar apa saja yang harus
menjadi pedoman pelaksanaan pekerjaan di lapangan, misalnya ukuran
pembengkokan harus sesuai PBI (Peraturan Beton Indonesia) atau bahkan proyek –
proyek dengan dana dari luar negeri memakai standar luar negeri pula yang
persyaratannya tentunya berbeda dengan standar SNI, NI2 dan PBI 71.

Pengenalan standar pembesian / penulangan beton baik dari SNI atau PBI atau
standar lainnya diperlukan seorang mandor meskipun biasanya mandor sudah hafal
ukuran pembengkokkan misalnya, tetapi yang bersangkutan tidak tahu standar
tersebut dari mana.

1-1
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Beberapa spesifikasi memberikan detail standar yang diberlakukan termasuk


ukuran-ukuran pembengkokkan dan sebagainya, tetapi ada juga spesifikasi yang
tidak menyebutkan detail tersebut tetapi hanya menyebutkan bahwa pelaksanaan
pekerjaan pembesian berdasarkan standar sesuai SNI dan PBI 71 saja.

Selain spesifikasi, pemberi pekerjaan atau kontraktor juga memberikan gambar


kerja pembesian beserta Daftar pembengkokkan besi atau Bar Bending Schedule
(BBS) kepada mandor. Dari kedua dokumen itu dapat dibuat daftar pemotongan
besi yang berisi panjang besi beton yang akan dibengkok dan juga pemanfaatan
besi beton sisanya sehingga waste besi beton betul-betul seminimal mungkin. Agar
mandor dapat mempelajari dokumen gambar-gambar tersebut maka pada bab 4
akan diuraikan bagaimana kita membaca gambar kerja.

Pada prosedur Quality Assurance atau Jaminan Mutu sesuai ISO 9000 (untuk
perusahaan kontraktor yang sudah melaksanakannya), terdapat suatu prosedur
yang dinamakan Instruksi Kerja. Isi prosedur tersebut berupa format atau check list
yang memuat langkah-langkah pekerjaan beserta kriteria keberterimaan (artinya
kriteria apa saja yang harus dipedomani agar langkah pekerjaan tersebut bisa
diterima dengan baik). Dengan adanya setiap langkah pekerjaannya selalu dicheck
apakah betul-betul dilaksanakan dan betul-betul sesuai dengan kriteria yang ada,
maka diharapkan hasil pekerjaan tersebut akan sesuai seperti yang diharapkan.
Mengenai Instruksi Kerja tersebut akan diuraikan pada bab 5.

Mandor sebelum melaksanakan pekerjaannya, perlu melihat rencana kerja dari


kontraktor. Dari schedule kerja kontraktor itulah nantinya mandor merencanakan
pekerjaannya dengan membuat detail schedule harian dan mingguan. Bagaimana
mandor mempelajari dan menguasai schedule kerja tersebut akan diuraikan pada
bab 6.

Terakhir, apabila seorang mandor sudah mempelajari dan menguasai semua hal
mengenai standar dan rencana kerja yang diberikan oleh pemberi pekerjaan, maka
mandor tersebut bisa menghitung analisa harga satuan pekerjaan dan jumlah harga
borongan. Bagaimana prinsip – prinsip perhitungan harga satuan ongkos kerja,
dapat dilihat pada bab 7. Dengan mengetahui prinsip-prinsip perhitungan tersebut,
diharapkan sang mandor dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik sesuai
mutu, waktu dan biaya yang telah ditentukan dan terhindar dari kerugian.

1-2
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

RANGKUMAN

 Standar dan rencana kerja harus betul-betul dipelajari, diketahui dan dikuasai
oleh seorang mandor sebelum melaksanakan pekerjaannya sehingga
pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan baik sesuai persyaratan yang ada.
 Didalam spesifikasi, diuraikan apa saja yang harus dilakukan kontraktor dalam
hubungan kerja dengan owner beserta standar apa saja yang harus dipedomani
di dalam melaksanakan pekerjaan.
 Standar pelaksanaan pekerjaan pembesian / penulangan beton di dalam negeri
biasanya mengacu pada SNI dan PBI’ 71.
 Membaca gambar kerja merupakan pengetahuan yang perlu untuk para mandor
agar kondisi lapangan, letak-letak posisi pembesian dll dapat diketahui terlebih
dahulu.
 Prosedur instruksi kerja (IK) berisi check list yang memuat langkah-langkah
pekerjaan beserta kriteria keberterimaan,
 Rencana kerja secara umum atau schedule kerja kontraktor harus dipahami dulu
sebelum mandor membuat rencana kerja harian dan mingguan.
 Perhitungan analisa harga satuan pekerjaan atau analisa harga satuan ongkos
kerja harus melihat standar dan rencana kerja yang ada.
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

LATIHAN

a). Apa saja isi dari spesifikasi ?


b). Kenapa mandor harus tahu juga standar pembesian sesuai PBI dan SNI ?
c). Gambar apa saja yang diberikan kontraktor kepada mandor sebelum
pelaksanaan pekerjaan ?
d). Apa isi dari instruksi kerja ?
e). Apakah gunanya mandor bisa menghitung analisa harga satuan pekerjaan ?
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

BAB 2
SPESIFIKASI PEMBESIAN / PENULANGAN BETON

2.1. Umum
Spesifikasi pembesian / penulangan beton merupakan pedoman teknis bagi
kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan dilapangan sehingga otomatis juga
merupakan pedoman pelaksanaan bagi seorang mandor.
Spesifikasi merupakan bagian dari dokumen kontrak yang mengikat antara owner /
pemberi kerja dan kontraktor dan biasanya terdiri dari spesifikasi umum, spesifikasi
khusus dan spesifikasi teknik.
Untuk mandor pembesian, biasanya hanya diberi oleh kontraktor berupa spesifikasi
khusus pembesian / penulangan beton.
Spesifikasi teknik harus dipelajari oleh para mandor sebelum menghitung biaya
pelaksanaan pekerjaan sehubungan banyak ketentuan dan aturan yang
menyangkut biaya atau harga satuan pekerjaan dan proses pengadaan material dan
alat. Dengan mempelajari dan menguasai spesifikasi teknik diharapkan harga
borongan yang ditawar oleh mandor menjadi realistis.
Spesifikasi teknis berisi tentang :
1. Lingkup pekerjaan
2. Ketentuan, aturan dan standar yang mengikat untuk dilaksanakan
3. Syarat – syarat bahan dan alat
4. Syarat – syarat pelaksanaan menyangkut sumber daya, cara kerja dan segala
sesuatu yang tercantum dalam dokumen kontrak yang berhubungan dengan
teknis pelaksanaan.
Perlu diketahui bahwa spesifikasi teknis tidak boleh mengarah kepada merk/ produk
tertentu, metode pelaksanaan pekerjaan harus logis dan semaksimal mungkin
diupayakan menggunakan standar nasional misal SNI atau PBI’ 71.
Sekali lagi seorang mandor harus mempelajari secara teliti dan cermat semua
ketentuan dalam spesifikasi teknis yang dapat menimbulkan biaya dalam
pelaksanaannya. Agar tidak lupa, catatlah hal-hal yang penting pada spesifikasi
teknis tersebut antara lain spesifikasi bahan, syarat – syarat pelaksanaan, standar
yang dipakai serta syarat-syarat untuk peralatan.

2-1
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

 Pengaruh spesifikasi teknis pada perkiraan biaya pelaksanaan pekerjaan


Ketentuan dan aturan dalam dokumen spesifikasi teknis berpengaruh kepada
harga satuan dasar bahan, upah dan alat, dimana harga satuan dasar ini akan
dipakai sebagai dasar perhitungan harga satuan ongkos kerja. Pengaruh
spesifikasi teknis atas biaya terjadi pada :

- Metode Kerja
Untuk penyusunan biaya pelaksanaan diperlukan penetapan metode kerja
yang akan digunakan. Mandor yang berpengalaman biasanya sudah
mempunyai beberapa alternative metode kerja yang efisien. Dengan
pemilihan metode kerja yang efisien dan efektif akan berakibat perhitungan
harga satuan pekerjaan yang kompetitif.

- Bahan
Pada umumnya kontrak berdasarkan unit price, sehingga secara otomatis
perjanjian borongan seorang mandor juga berdasarkan unit price.
Perhitungan pada bahan yang akan digunakan meliputi :
a). Pengecekan atas spesifikasi bahan dan harganya bila ada kesalahan
spesifikasi perlu dikoreksi, demikian juga pada harga, apabila ada
perubahan harga perlu dikoreksi.
b). Perhitungan atas kuantitas / volume bahan untuk pekerjaan lumpsum.
c). Perhitungan volume bahan dilakukan dengan ditambah angka koefisien
bahan atau waste pada perhitungan analisa harga satuan pekerjaan /
ongkos kerja.

- Upah
Perhitungan yang perlu dilakukan pada upah :
a). Perhitungan atas biaya upah dilakukan dengan ditambah angka koefisien
upah berdasarkan produktifitas pekerja pada perhitungan analisa harga
satuan pekerjaan / ongkos kerja sesuai metode kerja yang direncanakan.
b). Perhitungan atas biaya upah dilakukan pada pekerjaan lumpsum
Bila ada perubahan volume pekerjaan merupakan resiko bagi pelaksana
pekerjaan, untuk itu khusus pekerjaan lumpsum harus ada faktor resiko.

2-2
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

- Alat
Perhitungan yang perlu dilakukan pada alat
a). Perhitungan atas alat dilakukan pada biaya alat yang terjadi sesuai
rencana metode kerja.
b). Perhitungan atas alat dilakukan dengan di tambah koefisien sesuai
kondisi dan produktifitas alat.

 Pekerjaan Persiapan
Untuk pelaksana pekerjaan borongan yang dikerjakan mandor, biasanya
pekerjaan persiapan merupakan hal khusus menyangkut hubungan kerja
dengan kontraktor dan tidak ada hubungan dengan pekerjaan persiapan sesuai
kontrak antara kontraktor dan owner.
Pekerjaan persiapan antara lain mobilisasi pekerja dan tukang, akomodasi pada
lokasi proyek, penyediaan peralatan K3 dan lain sebagainya.
Pada uraian berikut akan disampaikan contoh-contoh dari spesifikasi teknis
khusus pekerjaan pembesian / penulangan beton sedangkan standar – standar
yang biasa dipakai pada pekerjaan tersebut akan diuraikan pada bab 3.

2.2. Contoh Spesifikasi Pembesian


Tulangan Baja
(1) Umum
Tulangan baja terdiri atas dua jenis yang akan digunakan yaitu tulangan baja
polos atau tulangan baja ulir, yang kebutuhannya harus disesuaikan dengan
standar yang tersebut pada klausul pada spesifikasi umum, dan sesuai seperti
yang dibawah ini :

Bentuk Tulangan Bulat berulir Bulat polos


Kuat tarik, kg/ mm2 49 - 63 49 - 63
Tegangan leleh, kg / mm2 30 atau lebih 30 atau lebih
Perpanjangan, % 14 atau lebih 16 atau lebih

Potongan melintang dari setiap tulangan baja yang akan digunakan harus
mempunyai bentuk yang sama dan memiliki diameter yang spesifik pada
setiap titik. Diameter rata-rata tulangan yang akan dipilih secara acak dari
setiap pengiriman yang memiliki perbedaan diameter lebih atau kurang dari

2-3
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

dua persen (2 %). Tulangan harus bersih dari sisik, oli, kotoran dan cacat
produksi.
Apabila di minta oleh Direksi, kontraktor harus menyerahkan tiga (3) buah
fotocopy dari brosur pabrik / lembaran spesifikasi pabrik untuk mendapat
persetujuan sebelum pengiriman dilaksanakan dan pemeriksaan dilapangan
harus dilakukan oleh Direksi berdasarkan spesifikasi dan berdasarkan brosur
pabrik.
(2) Daftar Bengkokkan
Kontraktor harus memahami sendiri semua penjelasan yang diberikan dalam
gambar dan spesifikasi, kebutuhan akan tulang yang tepat untuk dipakai dalam
pekerjaan. Daftar bengkokkan yang mungkin diberikan oleh Direksi kepada
kontraktor harus memeriksa dan teliti.
Tulangan baja harus dipotong dari batang yang lurus, yang bebas dari belitan
dan bengkokkan atau kerusakan lainnya dan dibengkokkan dalam keadaan
dingin oleh tukang yang berpengalaman. Batang dengan garis tengah 20 mm
atau lebih harus dibengkokkan dengan mesin pembengkok yang direncanakan
untuk itu dan disetujui oleh Direksi. Ukuran pembengkokkan harus sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia. NI-2, PBI 1971 kecuali jika ditentukan
lain, atau diperintahkan oleh Direksi. Bentuk-bentuk tulangan baja harus
dipotong sesuai dengan gambar, tidak boleh menyambung tulang tanpa
persetujuan Direksi.
(3) Pemasangan
Kontraktor harus menempatkan dan memasang tulang baja dengan tepat pada
tempat kedudukan yang ditunjukkan dalam gambar dan harus ada jaminan
bahwa tulangan itu akan tetap pada kedudukannya pada waktu pengecoran
beton. Pengelasan tempel dengar, adanya persetujuan Direksi lebih dahulu
dapat diijinkan untuk menyambung tulangan – tulangan yang saling tegak
lurus, tetapi cara pengelasan lain tidak akan dibolehkan. Penggunaan ganjal,
alat peregangan dan kawat harus mendapat persetujuan dari Direksi.
Perenggangan dari beton harus dibuat dari beton dengan mutu yang sama
seperti mutu beton yang akan dicor. Perenggang tulang dari besi beton dan
kawat harus sepadan dengan bahan tulangannya. Selimut beton yang
ditentukan harus terpelihara.

2-4
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

(4) Selimut Beton


Kecuali ditentukan lain dalam gambar, tulangan baja harus dipasang
sedemikian, hingga terdapat selimut / penutup minimum sampai permukaan
penyelesaian beton, sebagai berikut :

Kelas Beton Jenis pekerjaan Selimut Minimum


(mm)
K225 Pelat Beton Pra cetak Pipa Beton 25
K175 Beton Bertulang Umumnya 40

2-5
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

RANGKUMAN

 Spesifikasi pembesian / penulangan beton merupakan pedoman teknis para


mandor untuk menghitung biaya pelaksanaan pekerjaan serta dalam
melaksanakan pekerjaan dilapangan itu sendiri.
 Spesifikasi teknis berisi tentang :
- Lingkup pekerjaan
- Ketentuan, aturan dan standar yang mengikat untuk dilaksanakan
- Syarat-syarat bahan dan alat
- Syarat-syarat pelaksanaan menyangkut sumber daya, cara kerja dan segala
sesuatu yang tercantum dalam dokumen kontrak yang berhubungan dengan
teknis pelaksanaan.
 Pengaruh spesifikasi teknis pada pekerjaan biaya pelaksanaan :
- Metode kerja
- Bahan
- Upah
- Alat
 Pekerjaan persiapan untuk mandor tidak ada hubungan dengan pekerjaan
persiapan antara kontraktor dan owner. Biasanya pekerjaan persiapan untuk
mandor terdiri dari mobilisasi dan demobilisasi pekerja dan tukang, akomodasi
dilokasi proyek, penyediaan peralatan K3 dan lain sebagainya
 Spesifikasi pembesian umumnya terdiri dari :
- Macam-macam tulangan baja dan spesifikasinya serta syarat penyerahan
material
- Daftar bengkokkan dan cara memotong dan membengkok

- Pemasangan tulangan
- Selimut beton
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

LATIHAN

a). Mengapa spesifikasi pembesian harus betul-betul dipelajari dan dikuasai oleh
mandor pembesian !
b). Spesifikasi teknis berpengaruh kepada perkiraan biaya pelaksanaan
pekerjaan. Uraikan secara singkat !
c). Uraikan jenis bahan baja beton beserta persyaratannya !
d). Standar pembesian diindonesia ada berapa macam ?
e). Uraikan apa saja pekerjaan persiapan yang harus dilakukan mandor
pembesian !
Standar dan rencana kerja pembuatan
Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

BAB 3
STANDAR PEMBESIAN / PENULANGAN BETON

3.1 Umum
Sebelum menghitung harga borongan suatu pelaksanaan pekerjaan, seorang mandor
akan diberikan dulu spesifikasi teknis oleh pemberi pekerjaan, dalam hal ini biasanya
perusahaan kontraktor. Ada beberapa macam spesifikasi teknis dimana ada yang
mencantumkan di dalamnya bahwa standar pelaksanaan yang akan digunakan
adalah PBI’ 71 misalnya, tanpa diuraikan detail dari standar tersebut. Tetapi ada juga
spesifikasi teknis yang menguraikan di dalamnya detail dari pada standar yang
digunakan, misalnya digunakan standar dari luar negeri. Pada spec tersebut
diuraikan bagaimana cara pembengkokkan tulangan, toleransi pemotongan dan
pembengkokkan tulangan, maupun pemasangan tulangan beserta toleransinya.

Karena menyangkut angka keamanan konstruksi maka standar dari luar negeri
mensyaratkan standar yang berbeda dibanding standar dari PBI’ 71 misalnya. Untuk
itu seorang mandor meskipun sudah hafal cara-cara yang lazim dalam pelaksanaan
pekerjaan, tetapi yang bersangkutan harus meminta kepada pemberi pekerjaan, apa
standar yang dipakai beserta uraian detailnya.

Pada sub bab berikut akan diberikan contoh-contoh standar pembesian / penulangan
beton menurut PBI’71, SNI maupun standar lainnya yang digunakan pada proyek –
proyek konstruksi di Indonesia. Contoh standar tersebut hanya diambil khusus untuk
item-item pelaksanaan pekerjaan dilapangan antara lain pemotongan tulangan,
toleransi pemotongan, pembengkokkan tulangan, pemasangan tulangan dan
toleransi pemasangan tulangan. Hal-hal lain misalnya perhitungan penulangan beton
yang tidak diperlukan oleh mandor, tidak dicantumkan pada contoh berikut.

3.2 Standar Menurut PBI 1971


Setiap jenis baja tulangan yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik baja yang terkenal
dapat dipakai. Pada umumnya setiap pabrik baja mempunyai standar mutu dan jenis
baja, sesuai dengan yang berlaku di Negara yang bersangkutan. Namun demikian,
pada umumnya baja tulangan yang terdapat di pasaran Indonesia dapat dibagi dalam
mutu-mutu yang tercantum dalam Tabel 3.2.1

3-1
Standar dan rencana kerja pembuatan
Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Tabel 3.2.1
Mutu Baja Tulangan

Tegangan leleh karakteristik (  au ) atau


Mutu Sebutan tegangan karakteristik yang memberikan
regangan tetap 0,2 % (  0, 2 ) (kg/cm2)

U – 22 Baja lunak 2.200


U – 24 Baja lunak 2.400
U – 32 Baja Sedang 3.200
U – 39 Baja Keras 3.900
U – 48 Baja Keras 4.800

Pembengkokkan Tulangan
(1) Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan dengan cara – cara
yang merusak tulangan itu
(2) Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan diluruskan kembali
tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokkan sebelumnya
(3) Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak boleh
dibengkok atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan di dalam
gambar-gambar rencana atau disetujui oleh perencana
(4) Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam
keadaan dingin, kecuali apabila pemanasan diijinkan oleh perencana.
(5) Apabila pemanasan diijinkan batang tulangan dari baja lunak (polos atau
diprofilkan) dapat dipanaskan sampai kelihatan merah padam tetapi tidak
boleh mencapai suhu lebih dari 850 o C .
(6) Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami pengerjaan dingin
o
dalam pelaksanaan ternyata mengalami pemanasan diatas 100 C yang
bukan pada waktu di las, maka dalam perhitungan – perhitungan sebagai
kekuatan baja harus diambil kekuatan baja tersebut yang tidak mengalami
pengerjaan dingin
(7) Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali apabila
diijinkan oleh perencana

3-2
Standar dan rencana kerja pembuatan
Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

(8) Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak boleh didinginkan
dengan jalan disiram dengan air.
(9) Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalam jarak 8
kali diameter (diameter pengenal) batang dari setiap bagian dari
bengkokkan.

TOLERANSI PADA PEMOTONGAN DAN PEMBENGKOKKAN TULANGAN


(1) Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai dengan yang
ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana dengan toleransi-toleransi yang
disyaratkan oleh perencana. Apabila tidak ditetapkan oleh perencana, pada
pemotongan dan pembengkokkan tulangan ditetapkan toleransi-toleransi
seperti tercantum dalam ayat-ayat berikut (lihat gambar 5.4.1)
(2) Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurut ukuran dan
terhadap panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkok
ditetapkan toleransi sebesar ± 25 mm, kecuali mengenai yang ditetapkan
dalam ayat (3) dan (4). Terhadap panjang total batang yang diserahkan
menurut sesuatu ukuran ditetapkan toleransi sebesar + 50 mm dan - 25 mm.
(3) Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi
sebesar ± 6 mm untuk jarak 60 cm atau kurang dan sebesar ± 12 mm untuk
jarak lebih dari 60 cm
(4) Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan ditetapkan
toleransi sebesar ± 6 mm

PEMASANGAN TULANGAN
(1) Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling dan karat lepas serta
bahan – bahan lain yang mengurangi daya lekat
(2) Tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama
pengecoran tidak berubah tempatnya
(3) Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton.
Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari
beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.
Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-
gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap m2 cetakan
atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak ini harus tersebar merata.

3-3
Standar dan rencana kerja pembuatan
Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Gambar 5.4.1
Toleransi pada pemotongan dan pembengkokkan tulangan

(4) Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang
pada tulangan bawah oleh batang-batang penunjang atau ditunjang
langsung pada cetakan bawah atau lantai kerja oleh blok-blok beton yang
tinggi. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan letak dari
tulangan – tulangan pelat yang dibengkok yang harus melintasi tulangan
balok yang berbatasan.

TOLERANSI PADA PEMASANGAN TULANGAN


(1) Batang tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai dengan yang
ditentukan dalam gambar-gambar rencana. Apabila tidak ditetapkan lain oleh
perencana pada pemasangan tulangan ditetapkan toleransi – toleransi
seperti tercantum dalam ayat-ayat berikut.

3-4
Standar dan rencana kerja pembuatan
Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

(2) Terhadap kedudukan diarah ukuran konstruksi yang terkecil ditetapkan


toleransi sebesar ± 6 mm untuk ukuran 60 cm atau kurang dan sebesar ±
12 mm untuk ukuran lebih dari 60 cm.
(3) Terhadap kedudukan bengkokkan diarah memanjang ditetapkan toleransi
sebesar ± 50 mm, kecuali pada bengkokkan akhir.
(4) Terhadap kedudukan bengkokkan akhir dari batang ditetapkan toleransi
sebesar ± 25 mm, dengan syarat tambahan bahwa tebal penutup beton
diujung batang memenuhi yang disyaratkan
(5) Terhadap kedudukan batang-batang tulangan pelat dan dinding ditetapkan
toleransi di dalam bidang tulangan sebesar ± 50 mm.
(6) Terhadap kedudukan dari sengkang – sengkang, lilitan – lilitan spiral dan
ikatan-ikatan lainnya ditetapkan toleransi sebesar ± 25 mm.
(7) Apabila pipa-pipa atau benda – benda lain direncanakan menembus beton
atau di tanam di dalam beton, maka tulangan tidak boleh dipotong dan tidak
boleh digeser tempatnya lebih jauh dari pada toleransi-toleransi yang
ditentukan dalam ayat (2) s/d (6).

Umum
1) Ketentuan – ketentuan mengenai tulangan yang ditetapkan dalam bab ini berlaku
umum untuk setiap bagian konstruksi yang bersifat strukturil.
2) Untuk konstruksi – konstruksi tertentu, kecuali harus dipenuhi ketentuan-ketentuan
mengenai tulangan yang ditetapkan dalam bab ini, juga harus dipenuhi ketentuan-
ketentuan mengenai tulangan yang ditetapkan dalam bab – bab lain dari peraturan ini
yang berlaku untuk konstruksi – konstruksi itu.

Kait dan Bengkokkan


1) Kait harus berupa kait penuh seperti ditunjukkan dalam gambar, atau kait miring
seperti ditunjukkan dalam gambar, dengan memperhatikan ayat (2), dimana d adalah
diameter batang polos dan dp adalah diameter pengenal batang yang diprofilkan
menurut pasal 3.7 ayat (4).
2) Kait-kait sengkang harus berupa kait miring, yang melingkari batang-batang sudut dan
mempunyai bagian yang lurus paling sedikit 6 kali diameter batang dengan minimum
5 cm, seperti ditunjukkan dalam gambar.
3) Bengkokkan harus mempunyai diameter intern sebesar paling sedikit 5 d atau 5 dp
seperti ditunjukkan dalam gambar , dimana d adalah diameter batang polos dan dp
adalah diameter pengenal batang yang diprofilkan menurut pasal 3.7 ayat (4).

3-5
Standar dan rencana kerja pembuatan
Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Gambar
Kait penuh

Gambar
Kait miring

Gambar
Kait miring pada sengkang

3-6
Standar dan rencana kerja pembuatan
Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Gambar
Pembengkokkan tulangan

3.3 Standar Menurut SNI 07-2052-1997


Standar ini meliputi definisi, istilah, jenis, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara
uji, syarat uji, syarat penandaan dan cara pengemasan Baja Tulangan Beton.

Definisi
Yang dimaksud dengan baja tulangan beton adalah baja berbentuk batang
berpenampang bundar yang digunakan untuk penulangan beton, yang diproduksi dari
bahan baku ingot atau Billet Baja dengan cara canai panas (hot rolling).

Jenis
Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu
Baja tulangan polos dan baja tulangan sirip.
(1) Baja Tulangan beton polos
Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar
dengan permukaan rata tidak bersirip disingkat BjTP
(2) Baja Tulangan beton sirip
Baja tulangan beton sirip adalah baja tulangan beton dengan bentuk khusus,
yang permukaannya memiliki sirip melintang dan rusuk memanjang yang
dimaksud untuk meningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan
membujur dari batang secara relative terhadap beton, disingkat BjTS.

3-7
Standar dan rencana kerja pembuatan
Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Syarat Mutu
(1) Sifat tampak
Baja tulangan beton tidak boleh mengandung serpihan, lipatan, retakan
gelombang, cerna yang dalam dan hanya diperkenankan berkarat ringan pada
permukaan.
(2) Bentuk
Persyaratan bentuk baja tulangan beton adalah sebagai berikut :
a. Baja tulangan beton polos
Permukaan batang baja tulangan beton polos harus rata tidak bersirip
b. Baja tulangan beton sirip
 Permukaan batang baja tulangan beton sirio harus bersirip teratur. Setiap
batang diperkenankan mempunyai rusuk memanjang yang searah dan
sejajar dengan sumbu batang, serta sirip-sirip lain dengan arah melintang
sumbu batang.
 Sirip-sirip melintang sepanjang batang baja tulangan beton harus terletak
pada jarak yang teratur, serta mempunyai bentuk dan ukuran yang sama.
Bila diperlukan tanda angka-angka atau huruf –huruf pada permukaan
baja tulangan beton, maka sirip melintang pada posisi dimana angka
atau huruf diletakkan dapat ditiadakan.
 Sirip melintang tidak boleh membentuk sudut kurang dari 45 o
terhadap
sumbu batang, apabila membentuk sudut antara 45 o sampai 70 o
, arah
yang berlawanan tidak diperlukan.

Ukuran
Diameter, berat dan ukuran sirip
Diameter dan berat per meter baja tulangan beton polos seperti pada tabel 1.
Diameter, ukiran sirip dan berat per meter baja tulangan beton sirip seperti pada
table 2.

3-8
Standar dan rencana kerja pembuatan
Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Tabel 1.
Ukuran baja tulangan beton polos

Luas
Diameter
Penampang Berat nominal
No. Penamaan nominal
nominal (kg/m)
(mm)
(mm)

1 P6 6 0,2827 0,222
2 P8 8 0,5027 0,395
3 P10 10 0,7854 0,617
4 P12 12 1.131 0,888
5 P14 14 1,539 1,21
6 P16 16 2,011 1,58
7 P19 19 2,835 2,23
8 P22 22 3,801 2,98
9 P25 25 4,909 3,85
10 P28 28 6,158 4,83
11 P32 32 8,042 6,31

Tabel 2.
Ukuran Baja Tulangan beton polos dan sirip

No. Penamaan Diameter Luas Diameter Tinggi sirip Jarak sirip Lebar rusuk Berat
nominal penampang dalam melintang melintang memanjang nominal
(mm) nominal (mm) (diameter maksimum maksimum
dalam)
Min Maks
Cm2 mm mm mm mm Mm Kg/m
1 s 6 6 0,2827 5,5 0,3 0,6 4,2 4,7 0,222
2 s 8 8 0,5027 7,3 0,4 0,8 5,6 6,3 0,395
3 s 10 10 0,7854 8,9 0,5 1,0 7,0 7,9 0,617
4 s 13 13 1,327 12,0 0,7 1,3 9,1 10,2 1,04
5 s 16 16 2,011 15,0 0,8 1,6 11,2 12,6 1,58
6 s 19 19 2,835 17,8 1,0 1,9 13,3 14,9 2,23
7 s 22 22 3,801 20,7 1,1 2,2 15,4 17,3 2,98
8 s 25 25 4,909 23,6 1,3 2,5 17,5 19,7 3,85
9 s 29 29 6,605 27,2 1,5 2,9 20,3 22,8 5,18
10 s 32 32 8,042 30,2 1,6 3,2 22,4 25,1 6,31
11 s 36 36 10,18 34,0 1,8 3,6 25,2 28,3 7,99
12 s 40 40 12,57 38,0 2,0 4,0 28,0 31,4 9,88
13 s 50 50 19,64 48,0 2,5 5,0 35,0 39,3 15,4

3-9
Standar dan rencana kerja pembuatan
Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Gambar
Beberapa bentuk baja tulangan sirip

Syarat penandaan
 Setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda (marking) dengan huruf
timbul yang menunjukkan inisial pabrik pembuat serta ukuran diameter
nominal.
 Setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda pada ujung – ujung
penampangnya dengan warna yang tidak mudah hilang sesuai dengan kelas
bajanya, seperti tabel 7

Tabel 7
Tabel untuk tanda kelas baja tulangan

Kelas Warna
Bj. TP 24 Hitam
Bj. TP 30 Bj. TS 30 Biru
Bj. TS 35 Merah
Bj. TS 40 Kuning
Bj. TS 50 Hijau

3 - 10
Standar dan rencana kerja pembuatan
Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

 Setiap kemasan harus diberi label dengan mencantumkan :


- Nama atau nama singkatan dari pabrik pembuat
- Ukuran (diameter dan panjang)
- Kelas baja
- Nomor leburan (No. Heat)
- Nomor seri produksi dan tanggal produksi
- Nomor SNI

Cara Pengemasan
 Baja tulangan beton berbentuk batangan / lonjoran yang ukuran, jenis dan
kelasnya sama, dibundel dan diikat secara kuat, rapih dan kokoh.
 Baja tulangan beton berbentuk batangan / lonjoran yang ditekuk dengan
panjang yang sama harus diikat secara kuat, rapih dan kokoh. Berat tiap
bundel minimum 500 kg.

3.4 Standar lainnya


Berikut contoh standar pembesian pada proyek High Rise Building sesuai spesifikasi
yang dipakai konsultan PT. Wiratman Ass. (diambil sebagian saja).

3 - 11
Standar dan rencana kerja pembuatan
Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

COMPRESSION DEVELOPMENT LENGTH


DIAMETER ℓd (mm)
fc - 30 fc - 25
D - 10 200 200
D - 13 240 220
D - 16 295 270
D - 19 350 325
D - 22 425 375
D - 25 460 425
D - 29 530 490
D - 32 595 546

3 - 12
Standar dan rencana kerja pembuatan
Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Bar Size D 180 Books 80 Books


(mm) (mm) A or G J A or G
10 60 190 80 155
13 80 165 105 205
16 100 180 130 255
19 115 205 156 305
22 135 265 180 360
25 155 200 205 410
29 245 385 300 485
32 275 435 340 560

3 - 13
Standar dan rencana kerja pembuatan
Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

BEAM HEIGHT WEB REINFORCEMENT

hb < 600 -
600  hb < 900 2 x 1 D10
900  hb < 1200 2 x 2 D10
1200  hb < 1500 2 x 3 D13
1500  hb < 1800 2 x 4 D13
1800  hb < 2100 2 x 5 D13

3 - 14
Standar dan rencana kerja pembuatan
Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

3 - 15
Standar dan rencana kerja pembuatan
Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

3 - 16
Standar dan rencana kerja pembuatan
Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

3 - 17
Standar dan rencana kerja pembuatan
Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

RANGKUMAN

 Standar pembesian / penulangan beton merupakan bagian dari spesifikasi teknik


yang menjelaskan detail dari pemotongan dan toleransinya, pembengkokkan dan
toleransinya, selimut beton dan penggunaan ganjal / spacer / tahu beton,
perangkaian / penganyaman dan pemasangan pembesian / penulangan beton.
 Mandor harus betul-betul menguasai dan menerapkan standar pembesian yang
dipakai dilapangan. Untuk itu detail dari standar pembesian tersebut harus diminta
kepada pemberi pekerjaan.
 Standar yang dipakai pada proyek-proyek lokal diindonesia biasanya mengacu
pada standar menurut PBI’ 71 dan SNI.
Standar dan rencana kerja pembuatan
Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

LATIHAN

a). Untuk keperluan pekerjaan dilapangan, apa saja yang harus dikuasai oleh
mandor sehubungan dengan isi dari standar pembesian !
b). Secara garis besar isi dari standar menurut SNI 07 – 2052 – 1997, sebutkan !
c). Sebutkan secara garis besar isi dari standar menurut PBI’ 71 !
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

BAB 4
GAMBAR KERJA

4.1. Membaca Gambar Kerja dan Sket Detail Konstruksi


Sebagai Mandor anda bertanggung jawab atas mutu kerja dan mutu hasil kerja.
Spesifikasi atau syarat teknis yang berkaitan dengan mutu, banyak disampaikan
lewat gambar-gambar rencana. Maka Mandor harus mampu membaca gambar
agar dapat menentukan langkah-langkah awal pelaksanaan pekerjaan.

Pengertian dan manfaat membaca gambar :


Pada pekerjaan konstruksi sebelum pelaksanaan di lapangan, lebih dulu dibuat
gambar rencana konstruksi. Gambar-gambar, sket atau diagram digunakan untuk
menjelaskan spesifikasi atau syarat teknis dan prosedur pelaksanaan pekerjaan
tersebut. Bagaimanapun membaca gambar adalah tuntutan pekerjaan dan
merupakan kemampuan dasar yang sangat penting dan harus dimiliki mandor.
Membaca gambar ialah memperhatikan sampai memahami yang tercantum pada
gambar dan selanjutnya dapat menyatakan dalam langkah-langkah pelaksanaan.

Manfaat membaca gambar :


Sebagai mandor borong, anda bertanggung jawab atas penyelesaian pekerjaan
yang harus memenuhi mutu kerja dan mutu hasil kerja yang telah ditentukan. Agar
dapat melaksanakan pekerjaan sesuai yang diharapkan mandor harus memahami
pesan, perintah, dan syarat-syarat teknis atau spesifikasi dalam gambar berarti
harus mampu membaca gambar, menerjemahkannya ke dalam langkah-langkah
operasional.
Jika Mandor tidak bisa membaca gambar, yang terjadi adalah salah ukur, ukuran
tidak sesuai spesifikasi, pengerjaan salah, hasil tidak memenuhi mutu, ditolak,
dibongkar. Dengan membaca gambar dapat memahami seluk beluk pekerjaan
dan dapat menentukan langkah-langkah pelaksanaan secara benar,
mempermudah dalam memberikan perintah atau tugas, mempermudah dalam
mengarahkan kerja tukang dan pekerja, mempermudah dalam mengendalikan
kerja terutama berkaitan dengan prosedur atau tata cara kerja serta mutu hasil
kerja.

4-1
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Gambar yang digunakan di bidang Konstruksi juga banyak macamnya antara lain :
Gambar situasi, gambar denah, gambar detail.

MACAM-MACAM GAMBAR
Beberapa gambar dan keguanaannya :
Gambar situasi
Gambar situasi adalah gambar sebidang lahan yang akan digunakan untuk tempat
bangunan, dilihat dari atas, dengan batas-batas yang mengelilinginya depan,
belakang, kanan dan kiri. Bisa digambar dengan skala 1 : 500 sampai 1 : 200
tergantung kebutuhan. Digunakan untuk menunjukkan posisi atau letak bangunan
pada lahan itu dan hubungannya dengan sekelilingnya.

Perhatikan contoh ini :


Posisi bangunan gudang A-B-C-D dari depan 8m, samping kanan : 7m,
belakanang :10m, samping kiri : 50m – (7+10m) = 35m.

4-2
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Gambar Denah Bangunan


Gambar denah bangunan adalah gambar tampak atas suatu bangunan
merupakan potongan badan bangunan tersebut.

Gambar detail
Gambar detail adalah gambar suatu bagian tertentu, untuk menjelaskan bentuk
dan motif yang sebenarnya, dilengkapi petunjuk dan ukuran, dan skala lebih besar
(1:40; 1:25; 1:20: 1:10; 1:5)

4-3
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Gambar tampak depan/samping


Gambar tampak ialah gambar yang memperlihatkan tampak keseluruhan suatu
sisi bangunan dari tempat memandang bangunan tersebut.

Gambar potongan atau panampang


Gambar potongan atau penampang adalah gambar yang menjelaskan bentuk
penampang atau potongan keseluruhan dilihat dari satu sisi arah tempat
bangunan atau benda dipotong.

Penampang jalan dan selokan samping

Penampang pondasi beton

4-4
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Perbedaan antara gambar rencana konstruksi dan sket


Gambar-gambar sket-sket atau diagram digunakan untuk menjelaskan spesifikasi
konstruksi dan prosedur yang perlu untuk melaksanakan pekerjaan
Gambar tersebut merupakan dokumen resmi untuk acuan pelaksanaan pekerjaan.
Maka perlu tercantum catatan tentang nama gambar dan pengesahannya.
Gambar rencana konstruksi biasanya dibuat oleh perencana atau konsultan.
Gambar dibuat secara jelas, rinci, tepat, benar dan selalu mencantumkan
spesifikasi dengan baik.

Dibagian atas ini dapat anda lihat pula catatan tentang spesifikasi menyangkut
ketentuan mutu, yaitu : MUTU BETON K175 MUTU BAJA U. 24.
Sedangkan sket-sket dibuat dengan tangan, artinya tidak menggunakan alat
gambar khusus tertentu. Cukup alat tulis biasa jadi hasilnya juga sederhana, tidak
sehalus dan seteliti gambar rencana. Sket-sket dibuat dengan maksud
memberikan petunjuk-petunjuk khusus.
Pada pekerjaan acuan atau bekisting, sketsket dapat dibuat oleh tukang kayu, jadi
tidak perlu oleh perencana. Sket-sket tersebut dibuat dengan menyatakan ukuran-
ukuran yang diperlukan bagi komponen acuan, atau cara menyetelnya. Perhatikan
sket di sebelah ini, dan coba kenalilah detail acuan itu.

4-5
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

PERBEDAAN ANTARA SKET/ GAMBAR DUA DIMENSI DAN TIGA DIMENSI


 Sket atau gambar dua dimensi memperlihatkan obyek atau benda seperti
yang tampak dari satu sisi yang persis berada tegak lurus di depan benda.
Sket di bawah ini adalah sket dua dimensi yang memperlihatkan bentuk
acuan tembok.

4-6
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

 Sket atau gambar tiga dimensi memperlihatkan obyek atau benda seolah
duplikat atau tiruan benda sebenarnya tampak tiga bidang sisinya
Sket di bawah ini memperlihatkan sket 3 dimensi bagian acuan atau
bekisting, yaitu penutup samping.

SIMBOL, TANDA, DAN NOTASI PADA GAMBAR DAN SKET


Agar sket dan gambar dapat digunakan sebagai perintah kepada tukang, perlu
dicantumkan catatan atau notasi, yang banyak berupa simbol, tanda, singkatan
dan keterangan. Digunakan simbol, tanda, dan singkatan agar mengurangi
banyaknya tulisan, agar gambar atau sket lebih jelas.

SIMBOL DAN TANDA UMUM DAN KHUSUS


Simbol arah Utara yang sering digunakan adalah seperti di bawah ini :

Garis-garis arsir umumnya untuk menunjukkan irisa, potongan, atau penampang.


Agar sket bertambah jelas, bagian sket dapat diarsir sehingga terkesan berbeda
dengan bagian lain.

4-7
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Sket dibawah ini memperlihatkan potongan acuan dinding, yang menggunakan


arsiran dengan simbol khusus yang menunjukkan jenis bahan tertentu.

Garis putus-putus biasa digunakan untuk menunjukkan bagian yang sebenarnya


tidak tampak, karena terlindung, berada di dalam atau di belakang. Perhatikan
contoh sket-sket berikut ini.

4-8
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Titik pusat lubang atau lingkaran atau baut dinyatakan dengan silang garis tengah
lubang atau lingkaran seperti di bawah ini.

SKALA, UKURAN, SINGKATAN DAN CATATAN


Skala adalah perbandingan antara jarak di atas gambar atau peta, dan jarak yang
sama pada benda yang digambar atau benda sebenarnya. Misalnya jarak antara
titik pada gambar adalah 1 cm sedangkan jarak sebenarnya 1m, maka skala
gambar ialah 1 cm berbanding 1m, atau 1 : 100.
Skala ditunjukkan dengan skala angka 1 di kiri, tanda bagi, dan satu angka di
kanan. Angka di kiri adalah angka aktual, sedangkan yang di kanan menunjukkan
berapa kali ukuran tersebut diperkecil pada gambar. Jadi 1 : 200 berarti gambar
adalah 1/ 200 kali ukuran benda yang digambar. Jika pada gambar 10 mm, maka
ukuran sebenarnya ialah 10 x 200 mm = 2.000 mm atau 2m.

4-9
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Jadi, sesuai gambar untuk sengkang perlu besi dengan diameter 8 mm, jarak satu
sama lain 15 cm, lalu : 5 ø 16 berarti 5 batang besi diameter 16 mm, dan ø 19 - 16
artinya besi dengan diameter 19 mm, jarak pemasangan 16 cm. Ingat, ø besi :
mm, sedangkan jarak pemasangan dalam satuan cm.
Ingat !
Ø besi = mm
Jarak = cm

Sengkang  8 - 15

5  16

 19 - 16

4 - 10
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

4.2. Gambar Pembesian / Penulangan Beton


4.2.1. Lantai
Umumnya bentuk gambar penulangan lantai digambarkan seperti gambar
4.2.1. Cara membaca/ memahami gambar ini dari atas ke bawah. Mula-
mula kita menjumpai tulangan atas kemudian tulangan bawah. Selanjutnya
bila memakai batang tulangan utama yang dibengkokkan atau ujungnya
berkait, maka urutannya dilihat dari atas ke bawah yang terdiri dari jaringan
atas dari batang tulangan polos kemudian batang tulangan utama (deform)
dan akhirnya jaringan bawah tulangan polos.
Untuk membaca tulangan-tulangan yang terletak tegak lurus dengan
tulangan utama dimulai dari arah kiri ke kanan. Bila ada beberapa batang
tulangan yang sama besar serta jarak dari sumbu ke sumbunya sama,
maka cukup digambar satu batang tulangan saja dan di atas batang
tulangan tersebut ditulis keterangan sebagai berikut, yaitu : jumlah batang
tulangan, diameter serta jenis baja kemudian jarak sumbu ke sumbu
tulangan. Misalnya : 10 ΦD 6 – 400 (Gambar 4.21).

Gambar 4.2.1 Tulangan lantai

4 - 11
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Untuk menyatakan jenis baja dan menunjukkan tempat lapisan batang tulangan,
diberikan notasi sebagai berikut :
 Untuk menyatakan jenis baja :
Baja tulangan polos 24, atau Bj. Tp 24 tandanya  P
Baja tulangan deform 40, atau Bj. Tp 40 tandanya  D
 Untuk menyatakan tempat lapisan tulangan :
Lapisan terluar
Lapisan kedua dari luar
Lapisan kedua dari luar
Lapisan terluar
Segitiga hitam menunjukkan arah pusat bagian konstruksi. Jumlah segitiga
hitam menerangkan letaknya dilihat dari arah luar.

Catatan :
Hal di atas ini sudah jelas bahwa untuk menyatakan jenis baja maupun petunjuk/
notasi dari letak lapisan tulangan harus diterangkan di bawah renvooi (daftar
keterangan gambar, biasanya dipojok kanan bawah). Apabila ada suatu lantai
atau bagian dari lantai memakai tulangan yang sama, maka notasi tulangan
identik ini tidak perlu diulang kembali. Pada gambar 4.2.1 ini,  D 6 – 250 adalah
tulangan pembagi yang menyatakan tulangan berada di jalur tulangan A (jalut
tulangan adalah suatu jalur dimana penulangan harus didistribusikan). Untuk
tulangan yang identik cukup bila notasinya hanya pada jalur A saja. Notasi ini juga
berlaku untuk jalur B.

4.2.2. Dinding
Suatu tulangan dinding (Gambar 4.2.2) yang tampak penampangnya
seperti pada gambar tersebut akan dibaca seperti cara membaca gambar
tulangan lantai.

Gambar 4.2.2
Tulangan Dinding

4 - 12
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

4.2.3. Balok
Gambar tulangan balok pada Gambar 4.2.3 adalah gambar tampak dari
sisi balok.

Gambar 4.2.3.a Gambar Tulangan Balok

Gambar 4.2.3.b Gambar Variasi Tulangan Balok

Bagian atas dan bagian bawah dari tampak sisi balok menerangkan jumlah
batang-batang tulangan, kemudian diameter serta jenis bajanya (deform),
selanjutnya batang-batang tulangan ditandai dengan huruf. Bila diperlukan,
tanda dengan huruf-huruf tersebut dapat ditulis kembali pada ujung batang
tulangan.
Supaya lebih jelas, ujung batang yang tidak berkait akan digambar dengan
sedikit dibengkokkan (misalnya lihat batang tulangan b). Letak dari
tulangan akan dinyatakan pada gambar potongan penampangnya,
sedangkan bentuk dari sengkang hanya digambarkan pada potongannya.
Pada garis ukur bagian bawah tampak sisi balok diterangkan jumlah
sengkang, diameternya serta jenis bajanya dan jarak sumbu ke sumbu
(misalnya 20 sk  D 10 – 250).

4.2.4. Kolom (pilar)


Tulangan kolom akan diterangkan di samping tampak sisi kolom (lihat
gambar 4.2.4). Pada batang-batang tulangan kolom ini tercantum
keterangan (informasi) sebagai berikut : jumlah tulangan, diameter serta
jenis baja dan tandanya (misalnya 8  P 16a). Sedangkan letak dari batang

4 - 13
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

tulangan ini dinyatakan pada gambar potongan penampangnya dan


sengkang hanya digambar pada potongan ini juga.

Gambar 4.2.4 Tulangan Kolom

Pada garis ukur di samping potongan tersebut tercantum juga sengkang


yang dipakai yaitu : jumlah sengkang, diameter serta jenis bajanya dan
jarak sumbu ke sumbu (misalnya 12 sk  P 8 – 300). Untuk perubahan
tulangan kolom ke balok (gambar 4.2.4.b) terkadang dibutuhkan dua
tampak yang dilihat dari sisi balok (misalnya 6  P 25 a dan 2  P 20 b).
Hasil dari gambar tulangan pada umumnya cenderung digambar di luar
gambar tampak, dimana untuk batang-batang yang sama hanya satu
batang tulangan yang digambar.

4.2.5. Penulangan jaringan


Bila penulangan konstruksi beton menggunakan tulangan jaring, maka
akan berlaku peraturan sebagai berikut : jaringan digambar dalam bentuk
empat persegi panjang (gambar 4.2.5.a) dimana ukurannya sesuai dengan
ukuran jaring luar, pada empat persegi panjang itu ditarik garis diagonal
dari kiri-bawah ke kanan-atas.

4 - 14
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Gambar 4.2.5.a Tulangan Jaring

Tanda yang dipakai untuk tulangan jasing adalah angka 1, 2, 3 dan


seterusnya ditulis dalam lingkaran yang terletak pada garis diagonal.
Diameter tulangan dan jarak sumbu tulangan ke sumbu jaring dinyatakan
dengan garis yang berujung pada lingkaran (tanda jaringan) menuju ke
arah tulangan. Ukuran luar dari jaringan (dalam mm) ditulis di bagian
bawah garis tersebut. Contoh untuk tulangan lantai dan dinding dengan
memakai jaringan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 4.2.5.b Tulangan Lantai, jaringan tulangan bawah

4 - 15
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Gambar 4.2.5.c Tulangan Lantai, jaringan tulangan atas

Gambar 4.2.5.d Tulangan Dinding, jaringan tulangan sisi belakang

Gambar 4.2.5.e Tulangan Dinding, jaringan tulangan sisi depan

4 - 16
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Tulangan lantai dengan jaringan tulangan atas dan jaringan tulangan


bawah masing-masing digambarkan. Di tempat sambungan lewatan dari
jaringan akan digambarkan potongan penampangnya, sehingga letak
sambungan lewatan satu dan yang lainnya dapat terlihat. Di samping itu
panjang pengelasan juga dituliskan dan dalam gambar dicantumkan pula
nomor-nomor tulangan serta jumlahnya yang akan dimasukkan dalam
tabel. Sebenarnya bentuk tulangan jaring ada bermacam-macam, namun
hal ini tidak akan dibahas karena akan terlalu jauh dan menyimpang.

4.3. Membaca gambar rencana / gambar kerja pembesian dan pembuatan Daftar
Lengkung Pembesian (Bar Bending Schedule) dan Daftar Potong Pembesian
 Mengingat, bahwa pekerjaan pembesian merupakan salah satu unsur
pekerjaan konstruksi yang sangat penting, maka seorang mandor harus
dapat membaca gambar rencana dan gambar kerja. Agar tidak salah dalam
melaksanakan pekerjaan.
 Setelah memahami gambar-gambar tersebut ia dapat merencanakan segala
sesuatunya untuk mengadakan persiapan-persiapan untuk mengawali
pekerjaan tersebut.
Macam-macam baja tulangan :
Baja tulangan terbagi dalam dua macam tulangan, menurut bentuknya, yaitu :
1. Batang polos

 Batang polos, rata :


 Mempunyai tanda ø di dokumen (untuk garis tengah tulangannya).
 Disebut juga dengan singkatan : BJTP (Baja Tulangan Polos)
2. Batang yang diprofilkan

 Batangnya dapat mempunyai rusuk-rusuk, berulir.


 Mempunyai tanda D di dokumen (untuk garis tengah tulangannya).
 Disebut juga dengan singkatan Bj TD (Baja Tulangan Diform).

4 - 17
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Ukuran Garis Tengah Tulangan :


Garis tengah tulangan atau diameter tulangan mempunyai satuan ukuran : dalan mm
atau dalam inchi .
Ukuran diameter dalam satuan mm :
6, 8, 10, 12, 14, 16, 19, 22, 25, 28, 30, 38, 40, 45 dan 50.
Ukuran diameter dalam satuan inchi :
1/4”, 5/16”, 3/8”, 1/2”, 5/8”, 3/4” 7/8” 1”, 11/4” dan 11/2”.
Contoh :
Ø 6, Ø 25, dan seterusnya.
Ø 1/4”, Ø 1”, dan seterusnya.
D 6, D 25, dan seterusnya.
D 1/4”, D 1”

Kualitas Besi Beton :


Tanda pada dokumen yang menunjukkan kualitas (mutu) besi beton yang disyaratkan
ialah : u dengan disertai angka yang menunjukkan nilai titik lelahnya (dalam Kg/ mm2).
Contoh :
u 24, u 40, u 50, dan seterusnya.
Jadi mutu besi beton (kekuatannya) ada berbagai macam (tanda mutu besi beton
biasanya dicantumkan dalam gambar/ spesifikasi).
PERINGATAN : jangan sembarangan menukar mutu besi beton.

Peraturan-peraturan Pekerjaan Pembesian :


Ada standar-standar yang dapat kita pakai pada pekerjaan pembesian, antara lain :
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI ’71)
 Standar Nasional Indonesia (SNI).
Untuk dapat mengetahui benar dan salah dalam praktek pekerjaan kita harus merujuk
pada standar yang berlaku.

4 - 18
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

DAFTAR LENGKUNG DAN DAFTAR POTONG BESI BETON

Berdasarkan gambar rencana/


gambar kerja pembesian

Perlu dibuat :
Daftar Lengkung Pembesian

Lalu :
Daftar Potong Pembesian

4 - 19
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

GAMBAR RENCANA PEMBESIAN


Contoh gambar denah pondasi gedung Pelat pondasi sloof dan kolom-kolomnya.

Contoh Denah Pembesian Plat Fondasi :

4 - 20
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Tanda di atas ini memberitahukan bahwa pembesian yang diberi tanda O hanya dipasang
sampai batas panah, berarti dipasang sampai batas panah kiri dan kanan.
Yakni agar dapat membedakan garis itu garis pembesian atau garis tanda, sebab kadang-
kadang pada plat ada pembesian tanpa kait, terutama pembesian tambahan, biasanya
gambar pembesian ada gambar kaitnya.

DAFTAR LENGKUNG BESI BETON

4 - 21
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

DAFTAR POTONG BESI BETON


Untuk dapat melakukan pemotongan besi beton yang seefisien mungkin untuk
menghindarkan pemborosan akibat asal memotong besi, sehingga menjadi potongan
bagian-bagian yang dapat mengakibatkan sisa potongan yang mubazir, maka perlu
diperhatikan daftar ke 2, yaitu : DAFTAR POTONG BESI BETON.

Usahakan membuat kombinasi bagian-bagian a, b, c, dan seterusnya, sehingga bagian


sisa sependek mungkin.

4 - 22
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

RANGKUMAN

 Membaca gambar merupakan kemampuan dasar yang sangat penting dan


harus dimiliki oleh mandor.
 Pada pekerjaan konstruksi (bangunan gedung, jalan dan jembatan, bangunan
pengairan) sebelum pelaksanaan dilapangan, lebih dulu dibuat gambar
rencana konstruksi.
 Gambar- gambar, sket atau diagram digunakan oleh perencana untuk
menyampaikan atau menjelaskan spesifikasi atau syarat-syarat teknis dan
prosedur pelaksanaan pekerjaan.
 Membaca gambar merupakan tuntutan pekerjaan mandor, mandor harus
mampu membaca gambar, yaitu memahami pesan, perintah, syarat-syarat
teknis atau spesifikasi, dan prosedur yang ditentukan serta menentukan
langkah-langkah operasional.
 Membaca gambar adalah memperhatikan sampai memahami yang tercantum
pada gambar, dan dapat menyatakan ke dalam langkah-langkah pelaksanaan.
 Dalam industri konstruksi digunakan banyak macam gambar rencana, antara
lain : Gambar situasi, gambar denah bangunan, gambar detail, gambar
tampak, gambar potongan dan sebagainya.
 Masing-masing macam gambar mempunyai maksud dan kegunaan sendiri,
namun semua sebagai sarana untuk menyampaikan pesan atau perintah dari
perencana kepada yang akan melaksanakan pekerjaan.
 Perbedaan antara gambar rencana konstruksi dan sket :

PERBEDAAN ANTARA GAMBAR RENCANA KONSTRUKSI DAN SKET

GAMBAR KONSTRUKSI SKET

 Dibuat oleh Perencana  Bisa dibuat oleh mandor atau


 Membuatnya menggunakan alat tukang, tidak perlu Perencana
dan perlengkapan khusus untuk  Membuatnya cukup dengan alat
menggambar tulis
 Sebagai dokumen resmi perlu  Bukan merupakan dokumen
keterangan tentang : nama resmi, sehingga tidak
gambar, pemeriksaan/ memerlukan keterangan
persetujuan dan seterusnya
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

 Agar sket dan gambar rencana dapat digunakan sebagai perintah kepada
tukang, perlu dilengkapi catatan atau notasi.
 Untuk catatan atau notasi banyak digunakan simbol, tanda, singkatan,
maksudnya agar tidak terlalu banyak tulisan dan agar gambar / sket tampak
lebih jelas.
 Ada simbol – simbol, tanda – tanda dan singkatan – singkatan yang terdapat
pada gambar dan sket.
 Ada simbol-simbol, tanda – tanda maupun singkatan yang bersifat umum,
antara lain :

 Ada pula simbol-simbol, tanda-tanda maupun singkatan yang khusus dimiliki


oleh bidang – bidang pekerjaan tertentu, antara lain :
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

 Sebagai contoh terdapat beberapa gambar pembesian yaitu :


- Gambar pembesian lantai
- Gambar pembesian dinding
- Gambar pembesian balok
- Gambar pembesian kolom
- Gambar pembesian jaringan
 Didalam membaca gambar rencana pembesian, urutannya adalah :
a). Membaca gambar denah konstruksi beton bertulang
b). Membaca gambar potongan denah tersebut
c). Dari gambar potongan denah pembesian tersebut bisa dibuat daftar
lengkung pembesian atau Bar bending schedule
d). Dari Bar bending schedule akan bisa dibuat daftar pemotongan besi beton
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

LATIHAN

a). Mengapa mandor harus bisa membaca gambar konstruksi ? jelaskan !


b). Sebutkan beberapa macam gambar beserta kegunaannya ?
c). Sebutkan 2 hal yang merupakan perbedaan antara gambar rencana konstruksi
dan sket ?
d). Mengapa dalam membaca gambar harus dapat mengartikan simbol-simbol,
tanda-tanda dan singkatan – singkatan yang terdapat pada gambar tersebut !
e). 8  10 – 15 Berdasar notasi ini :
- Berapa batang besi beton yang diperlukan ?
- Berapa ukuran besi tersebut ?
- Berapa panjang jarak antara besi pertama sampai besi terakhir ?
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

BAB 5
INSTRUKSI KERJA

5.1 Umum
Sebagaimana diketahui, pemerintah Indonesia c/q Menteri Pekerjaan Umum sudah
mensyaratkan kontraktor harus melaksanakan sistem jaminan mutu atau Quality
Assurance pada pelaksanaan proyek di Indonesia.
Pelaksanaan Quality Assurance biasanya berupa system manajemen mutu
ISO 9000 (untuk kontraktor berupa seri ISO 9002) yang harus dilaksanakan oleh
seluruh personil pelaksanaan proyek termasuk juga seorang mandor borong.
Salah satu prosedur mutu yang harus dilakukan adalah instruksi kerja atau IK.
Instruksi kerja menjelaskan proses kerja secara detail dan merupakan petunjuk kerja
bagi mandor yang melaksanakan pekerjaan tersebut.
Biasanya seorang mandor dalam melaksanakan pekerjaannya membuat langkah-
langkah kerja tertentu tetapi tidak tertulis sehingga sulit diketahui apakah langkah
kerja itu urutan dan isinya sudah benar dan apakah langkah kerja itu betul-betul
sudah dilaksanakan.
Pada pelaksanaan di lapangan prosedur mutu ISO 9000 mensyaratkan bahwa
mandor harus mengendalikan pekerjaan dengan melaksanakan pengisian check list
Instruksi Kerja sesuai contoh pada halaman berikut.
Manfaat bagi mandor dan karyawannya dalam penerapan prosedur mutu tersebut
antara lain :
- Tugas dan tanggung jawab menjadi jelas
- Menumbuhkan keyakinan kerja, karena bekerja berdasarkan prosedur kerja
yang jelas dan benar.
- Berkurang atau tidak adanya kerja ulang karena system mutu yang baik,
Manfaat bagi unit kerja mandor borong antara lain :
- Efektifitas dan efisiensi operasional mandor meningkat
- Produktifitas meningkat dan biaya pekerjaan ulang berkurang.
- Karena proses / langkah kerja dimonitor dan dikendalikan secara tertulis dapat
diketahui siapa saja tukang atau pekerja yang potensial.
Ada kesan pelaksanaan Jaminan Mutu hanya memperbanyak pekerjaan
administratif saja sehingga perlu sosialisasi kepada seluruh karyawan yang ada.

5-1
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Setelah hal tersebut betul-betul dikerjakan di lapangan, manfaat yang ada akan
segera terlihat.
Sudah saatnya seorang mandor mengetahui konsep dasar penerapan ISO 9000,
yaitu :
- Tulis apa saja yang anda kerjakan
- Kerjakan apa yang anda tulis
- Sudah efektif? Perbaiki yang perlu.
- Rekam dan catat hasil pelaksanaannya.
Pada bab berikut akan diuraikan contoh dari Instrukrur Kerja untuk pekerjaan
pembesian/penulangan beton.

5.2 Contoh Instruksi Kerja

5-2
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

5-3
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Bagian teknik

5-4
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

RANGKUMAN

 Instruksi kerja (IK) merupakan salah satu prosedur sistem manajemen mutu
yang harus dilaksanakan oleh seluruh pelaksanaan pekerjaan konstruksi
termasuk mandor dan pekerjanya.
 Instruksi kerja (IK) berupa check list yang berisi detail dari langkah-langkah
pekerjaan yang harus dilaksanakan seorang mandor beserta kriteria apa saja
yang menjadi dasar langkah pekerjaan itu dapat diterima dengan baik
 Manfaat bagi mandor dan pekerjnya dari penerapan prosedur mutu tersebut
antara lain :
- Tugas dan tanggung jawab menjadi jelas
- Menumbuhkan keyakinan kerja, karena bekerja berdasarkan prosedur kerja
yang jelas dan benar.
- Berkurangnya kerja ulang karena sistem mutu yang baik.
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

LATIHAN

a). Apa keuntungan seorang mandor melaksanakan IK dilapangan


b). Dengan melaksanakan IK, diharapkan efektifitas dan efisiensi mandor dan
meningkat, jelaskan !
c). Uraikan konsep dasar penerapan ISO 9000.
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

BAB 6
SKEDUL KERJA

6.1. Umum
Pekerjaan pembesian/penulangan beton merupakan sebagian saja dari seluruh
kegiatan proyek konstruksi, bahkan hanya merupakan bagian dari pekerjaan beton
bertulang, tetapi karena pekerjaan beton bertulang biasanya merupakan pekerjaan
utama maka pembesian memegang peran penting baik dalam hal mutu maupun
waktu pelaksanaan. Mutu harus sesuai spesifikasi dan standar yang telah
ditentukan, sedangkan waktu pelaksanaan harus sesuai dengan skedul kerja proyek
secara keseluruhan.
Dalam pelaksanaan, mandor akan diberi oleh Pemberi Pekerjaan/Kontraktor yaitu
skedul pekerjaan beton bertulang atau concreting scheduling dan ditambah rencana
kerja bulanan dan mingguan.
Misalnya pada rencana kerja mingguan tertera = (lihat sub bab berikut)
Pekerjaan plat lantai
- Bekisting : 210m2
- Pembesian : 26.716kg
- Pengecoran : 80m2
Maka tugas mandor adalah mempelajari dan menguasai skedul pekerjaan beton
bertulang secara keseluruhan kemudian juga menelaah skedul atau rencana kerja
bulanan atau mingguan dan dilakukan pengecekan dengan gambar kerja dan bar
bending schedule.
Hasil dari pengecekan tersebut akan menjadi input bagi pembuatan skedul
harian/mingguan khusus pekerjaan pembesian yang dalam contoh minggu pertama
harus menyelesaikan pekerjaan pembesian dengan volume 26.716kg.
Cara pembuatan skedul harian/mingguan berikut skedul tenaga kerja, peralatan dan
bahan akan dibahas pada modul RCF-03 : Jadwal kerja harian dan mingguan
sedangkan gambar kerja dan bar bending schedule dapat dilihat pada bab. 4 :
Gambar Kerja, pada modul ini.

6-1
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

6.2. Contoh Schedule kerja pekerjaan beton bertulang


Berikut akan dilampirkan contoh urutan pelaksanaan pembuatan schedule kerja
pembesian yaitu :
1. Kontraktor akan melihat schedule kerja pekerjaan beton bertulang dalam hal ini
diberikan contoh schedule kerja pekerjaan struktur high rise building.
2. Kemudian akan dilihat gambar pembesian dari pekerjaan struktur tersebut,
dalam hal ini diberikan contoh gambar pembesian kolom bangunan
3. Kontraktor akan membuat daftar pembengkokkan besi (Bar Bending Schedule)
dari gambar pembesian tersebut.
4. Dari kumpulan Bar Bending Schedule maka akan bisa dibuat rencana kerja
harian mingguan seperti pada contoh terlampir.

6.2.1. Schedul pekerjaan struktur beton bertulang

6-2
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

6.2.2. Gambar kerja pembesian

6.2.3. Bar Bending Schedule

6-3
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

6.2.4. Contoh rencana kerja harian / mingguan

RENCANA KERJA MINGGUAN


BULAN : SEPTEMBER ……... TAHUN : 2006
VOLUME
MINGGU KE : III
NO. JENIS PEKERJAAN ANIS KETERANGAN
TANGGAL
RENCANA REALISASI
SN/18 SL/19 RB/20 KM/21 JM/22 SB/23 MG/24
1 Plat Lantai 5 AP 11' - 12' / G-H
- Bekisting 210 M2
- Pembesian 26.716 Kg
- Pengecoran 80 M3

2 Dinding kolam renang AP 14 - 16 / D - E


- Bekisting 81 M2
- Pembesian 1.25 Kg
- Pengecoran 6 M3

3 Tangga core AP 12 - 13 / E

4 Lantai 3 AP 13 - 15 / G - H'
- Bekisting 56 M2
- Pembesian 2.7 Kg
- Pengecoran 15 M3

5 Dinding retaining wall AP 7 - 8 / G - H'

6 Lantai 3 AP 9 - 12 / G' - H'


- Bekisting 37 M2
- Pembesian 3.74 Kg
- Pengecoran 20 M3

Jakarta, 18 September 2006


Mengetahui Disetujui Dibuat oleh,
Kepala Proyek Kepala Lapangan Pelaksana

6-4
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

RANGKUMAN

 Sebelum melaksanakan pekerjaan dilapangan, mandor harus mempelajari dan


menguasai dulu schedule kerja. Apabila dalam bidang mutu, mandor harus
mempelajari dan menguasai spesifikasi pembesian termasuk standar yang
dipakai, maka dalam hal mutu maka schedule kerja pembesian harus betul-betul
dikuasai dan diterapkan di lapangan.
 Pemberi pekerjaan dalam hal ini kontraktor biasanya memberikan schedule
khusus pekerjaan struktur / pekerjaan beton bertulang dan ditambah schedule
harian / mingguan pada lokasi tertentu. Pada schedule harian tersebut dapat
dilihat per hari berapa ton pekerjaan pembesian harus diselesaikan.
 Dengan berbekal schedule harian tersebut, maka mandor akan dapat membuat
programnya sendiri termasuk pengajuan dan pengadaan bahan, tenaga kerja
maupun peralatan.
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

LATIHAN

a). Apa gunanya schedule pekerjaan struktur / beton bertulang bagi seorang
mandor pembesian !
b). Program apa yang perlu dibuat mandor apabila diberi schedule harian pekerjaan
pembesian !
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

BAB 7
HITUNGAN HARGA SATUAN ONGKOS KERJA

Sebagai mandor, bukan hanya pemasok tenaga tetapi juga pemimpin kelompok kerja dan
usahawan atau wirausahaan. Sebagai wirausahawan, mandor dituntut memiliki
pandangan luas dan pandai memperhitungan kemungkinan yang akan terjadi, sehingga
pekerjaan yang akan dilaksanakan tidak mengalami kegagalan dan memberikan
keuntungan wajar, maka mandor harus pandai menghitung harga satuan ongkos kerja
bagi pekerjaan yang ditawarkan oleh kontraktor atau pemberi kerja. Modul ini
dimaksudkan untuk membantu anda, sehingga dapat menghitung harga satuan ongkos
kerja secara lebih teliti, dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Bab ini terdiri dari 4 bagian yaitu :
1. Menghitung ongkos kerja
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi harga borongan
3. Anggaran biaya pelaksanaan dan keuntungan mandor
4. Contoh perhitungan

7.1. Menghitung Ongkos Kerja


 Pentingnya Menghitung Harga satuan ongkos kerja secara teliti
Dengan menghitung secara teliti dan cermat, anda akan dapat mengajukan
harga penawaran yang wajar, karena tiap pekerjaan memiliki ciri khas sendiri-
sendiri. Keadaan tempat, waktu, lingkungan dsb, tentu berbeda-beda. Faktor –
faktor ini ada pengaruhnya terhadap harga borongan, anda harus memahaminya
dan mempertimbangkan dalam menghitung harga.
Ada cara - cara kalkulasi dan analisa biaya yang umum digunakan dalam bidang
jasa konstruksi. Ini juga harus diterapkan dalam membuat perhitungan, jadi
wajar berarti tidak terlalu tinggi tetapi juga tidak terlalu rendah, dan masuk akal
karena didasari perhitungan yang cermat sesuai tata cara yang umum dan
dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi, sehingga
kemungkinan besar harga yang kita tawarkan dapat diterima, berarti dapat order
dapat dilaksanakan secara baik dan dapat untung yang cukup.
Sebagai usahawan anda memang mencari keuntungan tetapi anda juga perlu
memikirkan mutu hasil kerja, berkaitan dengan kepuasan dan kepercayaan
pemberi kerja sehingga order berikutnya bisa diharapkan.

7-1
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

 Dasar dan ketentuan perhitungan


Bagi mandor borong yang berpengalaman memang dapat langsung mengira-
ngira harga atau biaya bagian pekerjaan dan biasanya tidak jauh berbeda
dengan hasil kalkulasi dan analisa biaya, tetapi wirausahawan tidak boleh main
kira-kira, bisa meleset dan rugi karena salah hitung.
Dahulu sebagai dasar perhitungan biaya masih digunakan analisa BOW. Namun
saat ini telah banyak dikembangkan cara-cara baru, sesuai perkembangan
teknologi. Hitungan harga satuan ongkos kerja bisa berbeda-beda tergantung
keahlian dan pengalaman masing-masing.

7.2. Faktor - faktor yang mempengaruhi harga borongan


 Faktor - faktor yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungannya
Pekerjaan beserta lingkungannya itu sendiri merupakan faktor yang
mempengaruhi kerja, misalnya jenisnya, keadaan pekerjaan itu, resiko yang
ada, volume dan sebagainya.
Jika volume pekerjaan besar maka harga dapat ditekan. Sedangkan pekerjaan
yang sulit dan berbahaya, banyak resiko, harga satuan pekerjaannya menjadi
tinggi karena harus memperhitungkan faktor keamanan dan timbulnya biaya
tambahan.
Jadi proyek yang tempatnya terpencil dan jauh dari jalan besar, susah
transportasi, itu harga borongannya tentu tinggi. Keadaan cuaca pun
berpengaruh. Pada musim hujan pekerjaan banyak terganggu mengakibatkan
biaya naik.
Peraturan setempat bila tidak dipahami dan diikuti, dapat menimbulkan biaya tak
terduga, sehingga harga naik.
 Faktor sumber daya manusia
Anda sebagai mandor pun mempengaruhi kerja dan biaya, juga para tukang dan
pekerja. Kalau mandor tidak pandai mengatur bawahan serta jalannya proses
pekerjaan, pasti timbul pemborosan dan harga atau biaya jadi mahal.
Ringkasnya kecakapan, pengalaman dan kepemimpinan dapat mempengaruhi
harga dan biaya. Tukang tidak terampil dan lamban, pekerjaan jadi lambat,
waktu bertambah berarti biaya juga naik. Juga keterampilan tukang,
produktifitas, tingkat upah serta efisiensi penggunaan tenaga, juga sangat
mempengaruhi.

7-2
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

 Faktor sumber daya lain


Waktu pelaksanaan pekerjaan jelas sangat berpengaruh, jika pekerjaan harus
dilaksanakan dalam waktu singkat, maka akan timbul biaya lembur,menyewa
alat dan sebagainya yang berakibat menaikkan biaya pelaksanaan. Jika bahan
tidak tersedia dan harus didatangkan dari jauh, tentu biaya angkutan mahal dan
biaya pelaksanaan naik.
Dan yang menyangkut uang, bila anda tidak menerima uang muka dan terpaksa
harus meminjam kepada bank tentu akan menaikkan biaya karena harus
membayar bunga, sehingga harga borongan juga naik.
Semua faktor tadi harus dipertimbangkan dalam menghitung harga satuan
ongkos kerja, kalau tidak perhitungan anda bisa meleset.
 Faktor Produktifitas dan Waste
Didalam kita menghitung harga borongan, ada dua faktor yang sangat penting
yang mempengaruhi hal tersebut yaitu produktifitas dan waste. Faktor
produktifitas dipakai menghitung kebutuhan sumber daya tenaga kerja dan
peralatan dan faktor waste dipakai untuk menghitung kebutuhan sumber daya
bahan / material konstruksi. Dengan menghitung produktifitas tenaga kerja dan
peralatan serta waste bahan bahan secara benar maka tercapai penawaran
harga borongan yang realistis sesuai kemampuan mandor. Artinya penawaran
harga borongan tersebut diharapkan menghasilkan biaya pelaksanaan yang
sesuai rencana dan akan menghasilkan pula laba sesuai rencana pula.
Mengenai produktifitas dan waste akan dibahas pada uraian berikut.

7.2.1. Produktifitas dan Waste


Analisis kebutuhan sumber daya untuk proyek, terutama yang menyangkut
“produktivitas” dan “waste” harus disesuaikan dengan kenyataan, karena hal
tersebut sangat berkaitan dengan kemampuan manajemen bapak mandor itu
sendiri.
Data tentang kedua hal tersebut perlu diketahui secara jelas untuk
keperluanhal-hal sebagai berikut :
(a) Mengetahui secara jelas tingkat kemampuan mandor dalam bidang
efisiensi.
(b) Untuk dapat dipakai sebagai pedoman/ dasar program peningkatan
efisiensi seorang mandor borong.
Butir (a) di atas sangat terkait dalam penyusunan penawaran harga
borongan agar dapat menghasilkan harga penawaran yang realistic (sesuai

7-3
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

dengan kemampuan mandor). Sedang butir (b) merupakan program yang


menerus dalam upaya selalu meningkatkan efisiensi untuk mempertinggi
daya saing mandor borong.

 Produktivitas
Untuk mencari tingkat produktivitas yang ada, baik produktivitas tenaga
maupun alat, perlu diketahui/ dipahami hal-hal sebagi berikut :
(1) Pengertian produktivitas
Secara teori, produktivitas adalah output dibagi input, yang dapat
digambarkan sebagai berikut :
OUTPUT PER SATUAN WAKTU
PRODUKTIVITAS =
INPUT
Pembahasan disini dibatasi pada produktivitas tenaga dan alat
yang output-nya berupa kuantitas pekerjaan proyek konstruksi.
Output dalam proyek konstruksi dapat berupa kuantitas (atau
volume) :
 Pekerjaan galian (m3)
 Pekerjaan timbunan (m3)
 Pekerjaan pemasangan beton (m3)
 Pekerjaan pemasangan formwork (m2)
 Pekerjaan penulangan beton (kg)
 Pekerjaan dinding bata (m2)
 Pekerjaan plesteran, lantai, plafond dan seterusnya.
Sedang input-nya dalah tenaga kerja atau alat (dalam hal ini alat
termasuk operatornya). Bila tenaga atau alat bekerja secara
individual, maka prodduktivitas yang diukur adalah produktivitas
individu. Bila tenaga atau alat bekerja secara kelompok, maka
produktivitas yang diukur adalah produktivitas kelompok.
Produktivitas kelompok sangat dipengaruhi oleh komposisi dari
anggota kelompok.
(2) Faktor yang mempengaruhi produktivitas
Produktivitas tenaga atau alat, dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan, dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain sebagai
berikut :
 Kondisi pekerjaan dan lingkungan
 Keterampilan tenaga kerja/ kapasitas alat.

7-4
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

 Motivasi tenaga kerja/ operator


 Cara kerja (metode)
 Manajemen (SDM dan alat)
 Waste
Tingkat waste juga berkaitan dengan kemampuan mandor dalam
mengelola sumber daya material. Untuk mencapai tingkat waste yang
kecil, perlu diketahui / dipahami hal-hal sebagai berikut :
 Pengertian waste
Waste adalah kelebihan kuantitas material yang digunakan/
didatangkan yang tidak menambah nilai suatu pekerjaan. Waste,
hampir selalu ada, apapun penyebabnya. Oleh karena itu, upaya/
program yang realistik adalah menekan waste serendah mungkin.
 Jenis waste
Jenis waste ada dua yaitu waste individu, yaitu yang menyangkut satu
jenis material dan waste campuran, yaitu yang menyangkut material
campuran.
Material campuran seperti beton, hot mix dan lain-lain, berasal juga
dari raw material (bahan baku). Oleh karena itu, terjadi waste ganda
yaitu waste individu untuk bahan bakunya dan waste campuran
setelah jadi material campuran. Hal ini perlu mendapat perhatian
khusus.
 Penyebab waste material
Waste dengan pengertian tersebut di atas dapat terjadi karena hal-hal
sebagai berikut :
 Produksi yang berlebihan (lebih banyak dari kebutuhan), termasuk
disini dimensi struktur bangunan yang lebih besar dari persyaratan
dalam gambar.
 Masa tunggu/ idle, yaitu material yang didatangkan jauh sebelum
waktu yang diperlukan.
 Masalah akibat transportasi/ angkutan, baik yang di luar lokasi (site)
maupun transportasi di dalam lokasi (site) khususnya untuk
material lepas seperti pasir, batu pecah dan lain-lain.
 Proses produksi, termasuk disini mutu yang lebih tinggi dari
persyaratan. Misal, diminta beton K 350 tetapi yang dibuat beton
K 450, sehingga mungkin terjadi waste untuk semen.
 Persediaan (stok) yang berlebihan.

7-5
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

 Kerusakan/ cacat, baik material maupun produk jadi, termasuk


disini material/ produk yang ditolak (reject).
 Kehilangan, termasuk disini berkurangnya kuantitas material akibat
penyusutan.
Khusus untuk pekerjaan pembesian / penulangan beton, hal tersebut
termasuk kemampuan seorang mandor borong di dalam mengatur /
menghitung dan menempatkan besi beton sisa untuk dimanfaatkan.
Sebagaimana diketahui, oleh pemberi pekerjaan, dari gambar kerja
konstruksi pembesian / penulangan beton dibuat Bar Bending Schedule
(BBS) atau daftar pembengkokkan besi. Apabila pembengkokkan besi
beton tersebut dilaksanakan maka akan terjadi besi beton sisa. Untuk
memanfaatkan besi beton sisa tersebut, oleh mandor borong dibuat
daftar pemotongan besi dimana disebutkan panjang dari besi beton sisa
tersebut, akan dipakai dimana dan bentuk dari konstruksinya seperti apa.
Kemampuan seorang mandor melaksanakan pekerjaannya dan
memperkecil “waste“ dalam arti besi beton sisa yang betul-betul tidak
bisa dipakai menjadi minimal, akan mempertinggi kredibilitasnya.

7.2.2. Waste Bahan


Untuk jenis-jenis proyek tertentu, peranan sumber daya material sangat
dominan terhadap kelancaran pelaksanaan. Oleh karena itu, perhitungan
jenis dan jumlah bahan yang diperlukan harus dihitung secara cermat.
Didalam proses menghitung kuantitas material yang dibutuhkan termasuk
jadwalnya, sangat penting untuk menetapkan tingkat waste material yang
akan terjadi. Karena jumlah pengadaan harus meliputi quantity waste yang
ada.
Tingkat waste material merupakan kemampuan organisasi, dimana masing-
masing organisasi tentunya memiliki tingkat waste yang berbeda-beda.
Bahkan dalam suatu organisasi, waste yang terjadi pada tiap sub organisasi
dapat berbeda-beda.
Tingkat waste yang kecil menunjukkan bahwa organisasi yang bersangkutan
efisien. Oleh karena itu, penting sekali diketahui tingkat waste yang ada,
agar dapat membuat program peningkatan efisiensi.
Seperti diuraikan diatas perlu ditekankan lagi bahwa yang dimaksud dengan
waste material, adalah : “kelebihan quantity material yang digunakan /
didatangkan, tetapi tidak menambah nilai pekerjaan”.

7-6
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Dengan definisi tersebut, sudah selayaknya waste harus dikurangi seminimal


mungkin. Waste material dapat terjadi karena bermacam-macam sebab,
yaitu:
(1) Penyusutan quantity
Penyusutan quantity dapat terjadi pada saat transportasi ke site dan
pada saat pembongkaran material untuk ditempatkan pada gudang atau
lokasi penumpukan.
Penyusutan quantity juga dapat terjadi pada proses pemindahan material
dari satu tempat ke tempat lain dalam lokasi proyek, terutama untuk
material lepas seperti pasir, kerikil.
(2) Quantity yang ditolak (reject)
Penerimaan material yang kurang teliti di site dapat mengakibatkan
ditolaknya sebagian dari material yang tidak memenuhi persyaratan
(mutu, ukuran, bentuk, warna dan lain-lain)
(3) Quantity yang rusak
Penyimpanan material yang kurang baik dapat menyebabkan kerusakan,
khususnya untuk jenis-jenis material yang sangat dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan (temperature, kelembaban udara, tekanan dan lain-
lain). Kerusakan material juga dapat terjadi karena kegiatan “ handling”
(pengambilan, pengangkutan dan pemasangan) yang kurang baik.
(4) Quantity yang hilang
Material – material yang mudah dijual dipasaran atau banyak diperlukan
oleh masyarakat (seperti semen, solar dan lain-lain) rawan hilang akibat
pencurian, baik dari dalam maupun dari luar.
Sistem pengamanan yang lemah dengan system control yang lemah
akan memperbesar kemungkinan hilangnya material-material tersebut.
Material fiktif (quantity ada tetapi fisik materialnya tidak ada) termasuk
dalam kelompok quantity yang hilang
(5) Quantity akibat kelebihan penggunaan
Waste jenis ini biasanya dilakukan oleh para pelaksana yang
menggunakan material secara langsung. Waste ini juga dapat
disebabkan oleh over method, over quality atau ketidaktelitian tentang
ukuran/ dimensi, sehingga dimensi pekerjaan yang terjadi lebih besar
dari gambar, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

7-7
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Kelebihan penggunaan material juga dapat disebabkan oleh metode


yang kurang efisien dan juga akibat pekerjaan ulang yang terjadi.

Dilihat dari prosesnya, waste material dibagi menjadi empat kelompok, yaitu :
(a) Raw material (bahan baku)
Yang dimaksud dengan raw material adalah material buatan pabrik
yang didatangkan ke site / proyek masih berupa bahan baku untuk
diproses di site seperti, batu, pasir, kayu, besi beton, semen dan lain-
lain.
Untuk kelompok ini, waste yang terjadi paling tinggi, yang biasanya
meliputi penyebab (1), (2), (3), (4) dan (5). Terutama untuk material
jenis curah (bulk material), waste yang terjadi dapat mencapai angka
yang cukup fantastik bila tidak dikendalikan dengan baik.
(b) Material jadi
Yang dimaksud dengan material jadi adalah material buatan pabrik
yang didatangkan ke site / proyek untuk langsung dipasang, seperti :
tegel, batu, plafond, kaca, genteng dan lain-lain.
Untuk kelompok ini, waste yang terjadi agak tinggi, umumnya terjadi
akibat penyebab no. (3) dan kemungkinan kecil penyebab No. (2).
Adakalanya pada material kelompok ini, untuk menghindari waste
dipergunakan pola subkontrakting yaitu beli material dengan quantity
terpasang.
(c) Material campuran
Yang dimaksud dengan material campuran adalah material yang
didatangkan ke site / proyek sudah dalam bentuk tercampur seperti
beton ready mix, asphalt hot mix.
Proses pencampuran material dilakukan oleh pihak lain di luar site /
proyek. Untuk kelompok ini, waste yang terjadi lebih sedikit, karena
waste bahan bakunya telah terjadi di luar (pihak lain). Pada umumnya
waste kelompok ini terjadi akibat penyebab no. (5) di atas.
(d) Material prefab
Yang dimaksud dengan material prefab adalah material yang dirangkai/
dicetak di luar site oleh pihak lain, dan kegiatan site/ proyek tinggal
memasasng saja, seperti misalnya beton precast, rangka baja, kusen
serta daun pintu/ jendela dan lain-lain.

7-8
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Untuk kelompok ini, waste yang terjadi paling kecil dan bahkan
mungkin tanpa waste. Satu-satunya penyebab waste yang terjadi
adalah penyebab no (3), yaitu kerusakan sebagai akibat handling yang
kurang baik.
Dengan demikian, pada saat membuat rencana kebutuhan dengan jadwal
material harus didahului dengan kebijakan penggunaan 4 (empat) jenis
material tersebut di atas.
Kebijakan ini harus dijadikan pedoman dalam proses pelaksanaan. Bila
kebijakan penggunaan jenis material telah ditetapkan, maka langkah
berikutnya adalah menetapkan besarnya waste yang realistik. Bila untuk
keperluan persaingan, misalnya dalam menawarkan harga bahan yang
kompetitif, ditetapkan waste yang penuh tantangan artinya waste tersebut
dapat dicapai bila dilakukan tindakan-tindakan khusus.
Untuk waste yang penuh tantangan, berarti harus dilakukan strategi yang
berisi upaya-upaya untuk menurunkan tingkat waste pada semua jenis
material.
Upaya-upaya tersebut dapat diuraikan, antara lain sebagai berikut :
 Pilihan material prefab diutamakan.
 Untuk material campuran, diupayakan diadakan/ dibeli dalam kondisi
sudah dicampur (sesuai spec), tidak diproses sendiri.
 Untuk pembelian material jadi (fabrikasi) diupayakan dengan sistem
quantity terpasang.
 Khusus besi beton, tidak membeli besi lonjoran tetapi beli dalam ukuran
potongan sesuai dengan kebutuhan.
 Untuk material lepas seperti batu pecah, pasir dan lain-lain dibuatkan
ukuran yang jelas, seperti bak material dengan ukuran tertentu. Untuk
kebutuhan skala besar, quantity didasarkan atas berat sehingga tinggal
menimbang dump truck yang bermuatan material.
 Mengurangi kegiatan perpindahan material untuk menghindari risiko
penyusutan dan kerusakan akibat handling.
 Membuat sistem pengamanan dan pengawasan yang baik untuk
mencegah terjadinya pencurian material-material tertentu.
 Menunjuk petugas penerima material yang menguasai spesifikasi
material.

7-9
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Pada pelaksanaan pekerjaan pembesian / penulangan beton, faktor waste


untuk besi beton sangat memegang peran utama. Sebagai contoh dalam
pelaksanaan pekerjaan, fihak kontraktor menetapkan apabila waste besi
beton lebih dari yang disyaratkan (misal 3 % dari berat) maka kelebihannya
akan menjadi tanggungan mandor dan dipotongkan dari hasil kerjanya.
Dengan demikian mandor harus memanfaatkan besi beton sisa untuk
dipakai lagi (misal dipakai untuk besi begel) sehingga besi beton yang betul-
betul tidak bisa dimanfaatkan harus lebih kecil dari yang ditetapkan misalnya
3 % dari berat total besi beton.

7.2.3. Produktifitas Tenaga Kerja


Penggunaan sumber daya tenaga kerja (mandor, tukang, pekerja) harus
diperhitungkan berdasarkan produktifitas mereka dalam menghasilkan
produk yang sesuai dengan persyaratan (tidak termasuk quantity waste).
Dengan demikian yang menjadi inti analisis kebutuhan dan jadwal sumber
daya tenaga kerja adalah perihal produktifitas. Produktifitas tenaga kerja sulit
diketahui sebelum dipekerjakan karena tidak adanya sertifikat ketrampilan
dari tenaga kerja. Sebenarnya tingkat sertifikat keterampilan dari tenaga
kerja memiliki hubungan erat sekali dengan produktifitas.
Dengan demikian melalui sertifikat keterampilan yang mereka miliki, kita
dengan mudah dapat memperkirakan produktifitas mereka. Produktifitas
tenaga kerja diukur dari hasil kerja mereka yang memenuhi persyaratan
yang ada. Oleh karena itu, tenaga kerja (tukang) harus diberitahu secara
jelas tentang persyaratan hasil kerja yang dapat diterima. Untuk dapat
menunjukkan secara jelas tentang kualitas pekerjaan. (biasanya pekerjaan
yang bersifat finishing) maka dapat dibuat mock up, yaitu contoh nyata yang
berbentuk fisik dengan skala yang sama (1 : 1).
Indikasi lain yang dapat dipakai untuk memperkirakan produktifitas tenaga
kerja adalah gabungan antara pengakuan yang bersangkutan tentang hasil
kerja yang dapat diselesaikan per satuan waktu dan harga satuan pekerjaan
yang mereka tawarkan serta upah harian tenaga kerja.
Contoh :
Seorang tukang batu yang dibantu dengan 2 orang pekerja mengaku dapat
menyelesaikan pasangan bata per hari seluas 12 m2 . Harga borongan yang
ia tawarkan adalah Rp. 6.000,00 per m2 dan bila dipekerjakan secara harian,

7 - 10
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

upahnya adalah Rp. 30.000,00 untuk tukang dan Rp. 15.000,00 untuk
pekerja per hari.

Data tersebut dapat kita analisis sebagai berikut :


 Biaya per hari :
1 (tukang) x Rp 30.000,00 = Rp. 30.000,00
2 (pekerja) x Rp. 15.000,00 = Rp. 30.000,00
Total = Rp. 60.000,00
 Harga borongan yang ia tawarkan Rp. 6.000,00 per m2
 Pengakuan produktifitas per hari 12 m2.
Dari butir (1) dan (2) diketahui bahwa produktifitasnya adalah minimal =
60.000 : 6.000 m2 = 10 m2 per hari.
Menurut analisis upah per hari dan harga borongan per m2 tersebut, dapat
disimpulkan bahwa produktifitas minimal tenaga tersebut adalah 10 m2 per
hari.
Pengakuan produktifitas per hari sebesar 12 m2 dapat diterima secara logika,
karena didorong oleh motivasi atau kelebihan jam kerja, angka produktifitas
tersebut mungkin sekali untuk dicapai. Bila ada tukang lain yang menajukan
tawaran borongan sebesar Rp. 7.000,00 per m2, tetapi menjamin
produktifitas sebesar 15 m2 per hari, maka patut jadi bahan pertimbangan.
Bila tawaran tukang yang terakhir ini kita analisis maka dibandingkan dengan
tukang yang pertama adalah sebagai berikut :
 Tukang yang pertama, memberikan tawaran Rp. 6.000,00 per m2 dengan
produktifitas 12 m2.
 Tukang yang kedua dengan produktifitas 15 m2, berarti tawarannya = 15/
12 x Rp. 6.000,00 = Rp. 7.500,00 (dengan standar produktifitas 15 m2 per
hari).
 Jadi kesimpulannya tukang yang kedua lebih murah karena waktu
penyelesaiannya akan lebih cepat, atau bila tukang yang pertama diminta
meningkatkan produktifitasnya sebesar 15 m2 per hari, dia akan
menambah tenaga atau menambah jam lembur yang mengakibatkan
harganya akan naik menjadi lebih besar dari Rp. 7.000,00 per m2 (tawaran
tukang yang kedua).
Di dalam kenyataan proyek, waktu pelaksanaan telah menjadi komitmen
sehingga harus dipenuhi. Ini berarti produktifitas tidak dapat ditawar-tawar.

7 - 11
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Oleh karena itu dalam pengadaan kebutuhan tenaga kerja, persyaratannya


adalah sebagai berikut :
 Kualitas pekerjaan sesuai spesifikasi pekerjaan (mutu)
 Produktifitas sesuai jadwal (waktu)
 Harga satuan sesuai anggaran (biaya)
Ketiga hal tersebut pada dasarnya adalah variabel-variabel mutu, waktu dan
biaya. Yang ideal tentunya bila ketiga persyaratan tersebut diatas dapat
dipenuhi. Oleh karena itu dalam proses pengadaan tenaga kerja, harga
bukan satu-satunya persyaratan. Persyaratan lain yang harus
dipertimbangkan adalah kualitas hasil pekerjaan dan produktifitasnya.
Penggunaan tukang dengan produktifitas yang tinggi lebih dipilih, karena
berkaitan langsung dengan jumlah tenaga yang harus diadakan. Semakin
sedikit tenaga yang digunakan tentu akan banyak mengurangi problem, yaitu
fasilitas kerja dan lahan kerja. Dalam upaya menjaga dan meningkatkan
produktifitas tenaga kerja, maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk
mengurangi penyebab dari turunnya produktifitas,yaitu :
(a) Keterampilan tenaga kerja
Tenaga kerja harus diseleksi, baik keterampilan kerjanya (referensi,
surat keterangan atau sertifikat) maupun kondisi kesehatannya. Khusus
untuk bekerja di daerah ketinggian (untuk gedung bertingkat tinggi),
maka harus diseleksi agar jangan mempekerjakan tenaga kerja yang
takut akan ketinggian. Kalau hal ini dipaksakan, jelas akan menurunkan
produktifitasnya dan bahkan dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan
kerja.
(b) Motivasi tenaga kerja
Pada saat seleksi tenaga kerja, tidak hanya keterampilan kerjanya saja
yang dipertimbangkan tetapi perlu juga diketahui motivasi mereka
dalam bekerja.
Dengan demikian motivasi mereka dapat kita tingkatkan dengan
kebijakan-kebijakan tertentu yang dapat mendorong motivasi mereka.
Misalkan penyediaan fasilitas kerja, memenuhi keinginan – keinginan
mereka yang wajar dan lain sebagainya.

7 - 12
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

(c) Cara Kerja (metode)


Kita berikan cara-cara kerja yang baik dan efisien , namun perlu juga
dipertimbangkan usulan-usulan mereka dalam menyelesaikan
pekerjaan. Dengan demikian kondisi pekerjaan yang sulit diharapkan
tidak terlalu banyak menurunkan produktifitasnya termasuk
memberikan jaminan keamanan dan keselamatan kerja. Menerapkan
peraturan secara disiplin dan memberikan fasilitas agar tidak banyak
waktu terbuang (idle), seperti misalnya penyediaan makan minum dan
keperluan toilet secara bersama.
(d) Manajemen
Manajemen harus mendukung semua kebutuhan tenaga kerja dalam
hal memperlancar pekerjaan, misal penyediaan material yang cukup,
alat transportasi material yang memadai, terutama transportasi vertical.
Dan tidak kalah penting adalah memberikan hak mereka tepat waktu,
seperti pembayaran dan lain-lain.

7.2.4. Produktifitas Alat


Seperti hal nya sumber daya tenaga, maka penggunaan sumber daya alat
harus memperhitungkan produktifitas alat yang bersangkutan. Biasanya
pabrik memberikan data tentang kapasitas alat yaitu kemampuan maksimal
dari alat. Misalnya :
- Dump truck dengan kapasitas angkut 8 ton.
Kapasitas alat pabrik adalah kapasitas maksimal. Didalam praktek biasanya
kapasitas riil diberikan angka faktor, misal 75%. Sehingga dengan demikian
kapasitas yang dipertimbangkan dalam praktek hanya sebagian dari
kapasitas pabrik, agar alat tersebut dapat mencapai umur ekonomi yang
diharapkan.
Dari kapasitas riil tersebut baru diperhitungkan produktifitasnya. Dump truck
dengan kapasitas angkut riil 6 ton atau 4 m3 dapat mengangkut material
sebanyak 6 (enam) rit tiap jam, ini berarti produktifitas angkutan material dari
dump truck tersebut adalah 24 m2 per jam (4 m3 x 6 rit). Dengan demikian
bila diperlukan mengangkut 240 m3 per jam diperlukan 10 (sepuluh) dump
truck.

7 - 13
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Di dalam kenyataan / praktek, produktifitas ada dua macam, yaitu :


 Produktifitas individu alat
 Produktifitas kelompok alat
Produktifitas individu alat dapat dipergunakan bila alat bekerja sendiri dan
tidak dipengaruhi oleh alat lain. Bila alat harus bekerja secara kelompok,
yang disebabkan oleh pekerjaan yang memerlukan beberapa fungsi dari alat,
maka produktifitas individu alat tidak dapat langsung dipergunakan, tetapi
harus melihat komposisi dari anggota kelompok alat tersebut.
Dari berbagai komposisi, dapat diperoleh berbagai produktifitas kelompok
alat. Untuk produktifitas kelompok yang tidak sama, dari beberapa alternatif
komposisi , maka perlu diuji komposisi mana yang paling efisien. Komposisi
alat yang diperlukan untuk suatu pekerjaan dapat bermacam-macam dan
melibatkan beberapa jenis alat sesuai dengan fungsi masing-masing.
Dalam hal seperti itu, biasanya komposisi alat terdiri dari alat yang paling
mahal sampai alat yang paling murah. Strategi menyusun komposisi alat,
umumnya didasarkan atas alat yang paling mahal. Dengan strategi ini,
produktifitas individu alat yang paling mahal dimaksimalkan. Bila tidak dapat
dimaksimalkan, berarti setengah idle. Didalam konsep biaya, idle adalah
biaya (idle cost). Idle cost alat yang mahal tentunya lebih tinggi dari idle cost
alat yang murah.
Oleh karena itu untuk menghindari idle cost yang tinggi, diupayakan agar
alat yang paling mahal tidak idle. Strategi tersebut adalah suatu strategi
dasar, selanjutnya masih dipengaruhi oleh tersedianya jenis dan jumlah alat
yang ada atau yang dapat diadakan.
Adakalanya komposisi alat yang diputuskan dipengaruhi oleh dapat atau
tidaknya alat tersebut diadakan dan tidak dapat membuat berbagai alternatif.
Dalam hal ini apabila alternatif hanya satu, ya apa boleh buat. Tetapi bila
terbuka kesempatan membuat bermacam-macam alternatif, harus dicoba
dan dianalisis komposisi mana yang paling menguntungkan dan mungkin
dilaksanakan.

7 - 14
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Sedangkan produktifitas alat secara lebih luas dipengaruhi oleh beberapa


hal, yaitu :
(1) Kondisi pekerjaan
Semakin sulit kondisi pekerjaan, maka produktifitas alat akan turun.
Begitu juga pekerjaan yang ada di luar, yang sangat terpengaruh oleh
cuaca sehingga produktifitasnya turun karena banyaknya idle time.
(2) Kondisi Alat
Bila kondisi alat baik (terawat secara baik) tentu produktifitasnya juga
ikut terjaga dengan baik. Sehingga untuk umur alat yang sama,
produktifitasnya akan lebih tinggi pada alat yang kondisinya terawat
dengan baik.
(3) Ukuran alat (kapasitas)
Alat konstruksi memang dibuat dengan bermacam-macam ukuran /
kapasitasnya. Tentu alat yang memiliki kapasitas / ukuran yang besar,
produktifitasnya lebih besar daripada alat yang ukurannya lebih kecil.
(4) Keterampilan dan motivasi operator
Sebaik apapun kondisi alat dan kondisi pekerjaan, bila operatornya
tidak terampil dan kurang motivasi maka produktifitasnya akan rendah,
seperti istilah “man behind the gun” memiliki peran besar sekali
(5) Cara Kerja (method of work)
Alat dengan cara kerja (metode) yang tepat akan menaikkan
produktifitasnya dibanding cara kerja yang kurang tepat. Peran metode
disini sangat menonjol, khususnya untuk menghadapi kondisi
pekerjaan yang sulit. Artinya dengan metode yang tepat, kesulitan yang
ada dapat diatasi dengan baik.
(6) Manajemen / pengelolaan alat
Untuk menunjang bekerjanya alat, diperlukan manajemen yang baik,
terutama untuk menekan idle time. Bila idle time alat kecil berarti
produktifitasnya meningkat. Didalam pengelolaan alat, yang penting
adalah menjaga agar “utilitasnya” tinggi. Ini berarti alat harus selalu
dalam keadaan digunakan (tidak idle), sehingga dapat menghasilkan
produktifitas yang tinggi. Untuk alat berat, penyediaan dan penggunaan
suku cadang (spare part) sangat penting, khususnya untuk menjaga
utilitasnya. Agar dihindari jangan sampai alat berhenti bekerja hanya
karena menunggu suku cadang.

7 - 15
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

(7) Jumlah dan komposisi alat.


Khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan bermacam-macam alat
sesuai dengan fungsinya, diperlukan jumlah dan komposisi dari
masing-masing alat agar mencapai produktifitas yang maksimal. Hal ini
telah diuraikan di atas.

Dengan demikian untuk dapat menghitung kebutuhan dan biaya alat,


diperlukan analisis tentang produktifitasnya alat, baik produktifitas individu
maupun produktifitas kelompok untuk dapat mencapai efisiensi biaya serta
jadwal waktu yang telah ditetapkan.
Khusus untuk mandor, produktifitas alat baik produktifitas individu maupun
produktifitas kelompok akan sangat tergantung pada pengalaman yang
bersangkutan, untuk itu penting sekali dilakukan komunikasi antar mandor
untuk menyerap pengalaman dari mandor yang sudah senior.
Sebagai contoh untuk mandor pembesian / penulangan beton, yang
bersangkutan bisa memilih kelompok alat mekanis yaitu bar bender dan bar
cutter beserta alat Bantu lainnya sedangkan pemilihan lain yaitu kelompok
alat manual baik mesin bengkok dan potong manual yang tentunya
produktifitasnya rendah dan hanya cocok untuk proyek berskala kecil.

7.3. Anggaran biaya pelaksanaan dan keuntungan mandor


Setelah mempelajari bagian ini, mandor akan dapat menghitung anggaran biaya
pelaksanaan pekerjaan sesuai tata cara yang berlaku dalam pekerjaan konstruksi,
serta menghitung keuntungan dan harga borongan.
 Anggaran biaya pelaksanaan
Anggaran biaya pelaksanaan adalah jumlah biaya yang dianggarkan untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai spesifikasi yang ada. Dalam menghitung harga
satuan ongkos kerja maka pekerjaan dipecah-pecah ke dalam bagian – bagian.
Tiap bagian dirinci lagi hingga menjadi satu kesatuan kerja. Biasanya makin besar
volume pekerjaan akan diikuti dengan harga satuan pekerjaan yang lebih murah.
Sebagai contoh, bagian-bagian atau jenis-jenis pekerjaan suatu konstruksi
bangunan SDA, secara garis besar terdiri atas pekerjaan persiapan, pekerjaan
utama, dan sebagainya.

7 - 16
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Kemudian masing-masing bagian pekerjaan tersebut masih dirinci lagi menjadi


bagian-bagian yang lebih kecil lagi, yang sering disebut Pos Pekerjaan,
Contoh :
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Pasangan
3. Pekerjaan Beton
4. Pekerjaan lain-lain

Pos pekerjaan persiapan :


1. Pos pagar sementara
2. Pos gudang sementara
3. Pos los kerja
4. Pos lain-lain

Makin besar dan rumit serta sulit, maka makin banyak rincian bagian – bagian
pekerjaan, makin sulit pula menghitung anggaran biayanya. Sebaliknya makin
sederhana bangunan yang akan dikerjakan, rinciannya juga makin sedikit dan
perhitungan anggaran biaya pelaksanaannya juga makin mudah. Dengan
ketelitian yang cukup dapat dihitung anggaran biaya dengan tepat.
Dari masing-masing pos pekerjaan tersebut dapat dihitung harga satuan pos
pekerjaan, berdasarkan perhitungan analisa biaya. Misalnya kita gunakan analisa
biaya menurut BOW. Dan dengan perhitungan atau kalkulasi biaya yang terinci
seperti itu dapat diharapkan hasil perhitungan yang dapat dipertanggung
jawabkan, bukan perhitungan yang berdasar perkiraan atau tafsiran yang sering
meleset.
Yang perlu diingat ialah bahwa dalam praktek sehari-hari banyak hal-hal yang
mempengaruhi anggaran biaya pelaksanaan, karena adanya faktor - faktor
penyebab yang sering sulit diperkirakan.
Pelajaran dari pengalaman pahit dalam melaksanakan pekerjaan akan memberi
pengetahuan berharga untuk memperbaiki kekurangan yang pernah terjadi.
Pengalaman pahit bisa berupa pengalaman diri sendiri maupun pengalaman
orang lain. Maka kita wajib selalu belajar, agar dapat berkembang.
Mandor yang telah bekerja baik dan sungguh-sungguh, pantas untuk mendapat
keuntungan atau laba yang wajar atas jerih payahnya.

7 - 17
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Anggaran biaya pelaksanaan baru mencakup biaya pokok pekerjaan saja, jadi
merupakan harga pokok. Berdasarkan angka anggaran itu, perlu ditambahkan
pada harga pokok sekian persen untuk keuntungan mandor. Dan perlu ditambah
lagi dengan pajak sekian persen pula sesuai ketentuan pemerintah tentang
besarnya pajak. Pajak ini harus disetor ke pemerintah.
Dengan demikian maka harga jual yang ditawarkan adalah harga pokok ditambah
keuntungan dan ditambah pajak, seperti berikut ini :
HARGA POKOK = A Rupiah
KEUNTUNGAN = X % x A Rupiah
PAJAK = Y %xB
HARGA JUAL = B ( 1 + Y % ) Rupiah

HARGA POKOK = Rp. 1.000.000,-


KEUNTUNGAN 10 % = Rp. 100.000,-
= Rp. 1.100.000,-
PAJAK 15 % = Rp. 165.000,-
HARGA JUAL = Rp. 1.265.000,-

Keuntungan mandor diharapkan tidak terlalu kecil, karena akan menghambat


kemajuan mandor. Hindarkan mandor dari rugi. Sebaliknya keuntungan juga
jangan terlalu besar, karena akan berakibat harga jualnya tinggi, sehingga
mungkin ditolak oleh pemberi kerja.
Dari pengalaman, rata-rata besarnya keuntungan mandor cukup antara 10 %
sampai 15 % dan pada keadaan khusus dapat naik menjadi 17.5 %. Kemampuan
mandor bernegosiasi akan lebih menentukan besarnya keuntungan.

7.4. Contoh perhitungan


7.4.1. Contoh Perhitungan Pekerjaan Batu Kali
Pada umumnya perhitungan harga borongan masih menggunakan analisa
BOW, namun kini banyak analisa yang digunakan berdasarkan pengalaman.
Ada dua kelompok angka pecahan atau angka koefisien dalam daftar analisa
BOW.
Pertama : Angka pecahan untuk menghitung bahan-bahan yang diperlukan
Kedua : Angka pecahan untuk menghitung upah mengerjakan

7 - 18
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Angka koefisien bahan diperoleh dari hasil penelitian laboratorium pada


jumlah bahan pembentuk campuran di jaman belanda. Sedangkan angka
koefisien upah diperoleh dari hasil percobaan yang dilakukan oleh sejumlah
tenaga dengan jumlah volume pekerjaan selama 7 – 8 jam dalam satu hari.
Dalam buku Analisa BOW tercantum angka-angka pecahan seperti berikut :
1 m3 pekerjaan galian tanah :
Upah : 0,75 pekerja
0,025 Mandor
Tertinggi dengan 0,75 pekerja dan 0,025 mandor dalam satu hari dapat
diselesaikan pekerjaan galian tanah sebanyak 1 m3. Agar tidak bingung, kita
hilangkan angka pecahan itu dengan misalnya dikalikan dengan angka 40.
Jadi nya seperti berikut, jadi 40 m3 pekerjaan galian tanah dapat
diselesaikan oleh 30 pekerja dan 1 mandor dalam 1 hari.
Agar anggaran biaya yang ditawarkan itu memperoleh keuntungan dan
kepuasan pemilik pekerjaan, anda jangan melupakan BMW.
BMW artinya :
B = Biaya tepat sasarannya
M = Mutu dapat dipertanggungjawabkan
W = Waktu benar-benar sesuai rencana
Untuk lebih memahami, mari kita lihat contoh analisa BOW pada urutan G 32
L untuk Bahan, 625 untuk upah. Untuk 1 m3 pasangan 1 semen : 2 pasir
diperlukan bahan dan upah.
Misalnya :
Batu kali : Rp. 50.000,-/ m3
Semen : Rp. 20.000,-/ m3
Pasir : Rp. 50.000,-/ m3
Maka hitungannya seperti ini :
Bahan : 1,2 m3 batu kali
1,2 x Rp. 50.000,- = Rp. 60.000,-
5,294 zak PC
5, 294 x Rp. 20.000,- = Rp. 105.880,-
0,4275 m3 pasir
0,425 x Rp. 50.000,- = Rp. 21.375,-
Jumlah = Rp. 187.255,- (a)

7 - 19
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

Misalnya :
Tukang batu : Rp. 20.000,- / hari
Kep. Tk. Batu : Rp. 25.000,- / hari
Pekerja : Rp. 10.000,- / m3
Mandor : Rp.20.000,- / hari
Maka hitungannya seperti ini
Upah : 1,2 tukang batu
1,2 x Rp. 20.000,- = Rp. 24.000,-
0,12 kep tk. Batu
0,12 x Rp. 25.000,- = Rp. 3.000,-
3,60 pekerja
3,60 x Rp. 10.000,- = Rp. 36.000,-
0,18 mandor
0,18 x Rp. 20.000,- = Rp. 3.600,-
Jumlah = Rp. 66.600,- (b)
Jadi ongkos 1 m3 pekerjaan batu kali = a + b = Rp. 253.855,- dan untuk
realisasi harga bahan maupun upah mengikuti harga daerah setempat.
Walhasil anda pun bisa membuat analisa berdasarkan pengalaman sendiri
tanpa melepas patokan yang ditetapkan BOW.

7 - 20
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

7.4.2. Contoh Perhitungan Pekerjaan Pembesian / Penulangan Beton

Contoh analisa harga satuan pembesian / penulangan beton per Kg

Bahan :
Besi beton = …………… ( disediakan owner)
Transport lokal = Rp. .............................
A= Rp. …………………../ kg
Upah :
Koefisien x Rp. 150.000 = Rp. ..............................
Koefisien x Rp. 100.000 = Rp. ..............................
Koefisien x Rp. 50.000 = Rp. ..............................
B = Rp. .............................. / kg
Peralatan :
Koef Sewa Bar Bender = Rp. ..............................
Koef Sewa Bar Cutter = Rp. ..............................
Alat-alat bantu = Rp. ..............................
C = Rp. .............................. / kg

A + B + C = Rp. ………………… / kg
(Harga satuan pembesian per kg besi beton)
(Disediakan Owner)

Upah mandor = Rp. 150.000/ hari


Upah tukang = Rp. 100.000/ hari
Upah pekerja = Rp. 50.000/ hari


Catatan :
Koefisien upah bisa dari BOW atau pengalaman mandor. Agar harga
 bisa bersaing,
Koefisien bias sebaiknya tidakpengalaman
dari BOW atau mengambilmandor
nilai koefisien dari BOW.
 Semua biaya baik bahan, upah maupun peralatan di transfer menjadi
biaya per kg besi beton.
 Dapat dimasukkan biaya persiapan, mobilisasi dan akomodasi tukang
dan pekerja.
 Koefisien upah tergantung dari produktifitas tenaga kerja
 Koefisien alat tergantung dari produktifitas alat.
 Apabila termasuk penyediaan bahan, maka koefisien bahan tergantung
dari waste bahan.

7 - 21
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

RANGKUMAN

 Dengan menghitung harga satuan ongkos kerja secara teliti dan cermat, mandor
akan dapat menyusun harga borongan yang wajar untuk ditawarkan, tidak terlalu
tinggi dan tidak terlalu rendah.
 Dengan harga wajar, kemungkinan penawaran akan dapat diterima, dapat
dilaksanakan dengan tetap mempertahankan mutu, dan mendapat keuntungan
yang cukup, serta memperolah kepercayaan dan peluang order berikutnya dari
pemberi kerja.
 Perhitungan perlu dilakukan berdasar ketentuan dan satu cara yang berlaku,
dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga
seperti tempat, waktu dan sebagainya.
 Sebagai dasar perhitungan, dahulu masih digunakan analisa BOW. Namun
sekarang telah dikembangkan cara-cara lain sesuai perkembangan teknologi.
Karena itu hitungan harga satuan ongkos kerja bias berbeda-beda, tergantung
keahlian dan pengalaman masing-masing.
 Faktor-faktor yang berkaitan dengan pekerjaan yang dapat mempengaruhi biaya
dan harga borongan antara lain :
- Jenis dan sifat pekerjaan (misalnya mudah atau sulit / berbahaya)
- Tempat, letak, lokasi pekerjaan (jauh, dekat, transport sulit)
- Volume pekerjaan (volume besar, harga dapat ditekan)
- Keadaan cuaca di tempat pekerjaan (banyak hujan)
 Ketrampilan dan produktifitas tukang, efisiensi penggunaannya dan tingkat upah
juga sangat mempengaruhi biaya dan harga. Tukang yang tidak produktif dan
kurang efisien penggunaannya, akan menimbulkan pemborosan upah, sehingga
biaya dan harga borongan tinggi.
 Faktor waktu juga sangat mempengaruhi biaya / harga. Jika pekerjaan harus
selesai dalam waktu singkat, harga / biaya cenderung tinggi.
 Berkaitan dengan bahan yang dapat mempengaruhi biaya / harga antara lain :
langkanya bahan, salah beli, kelebihan, jarak tempat tersedianya barang jauh,
dan sebagainya.
 Penyediaan dana dan cara pembayaran juga mempengaruhi biaya/ harga. Jika
tidak ada uang muka, mandor terpaksa meminjam uang ke bank dengan resiko
membayar bunga, sehingga menaikkan biaya / harga borongan.
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

 Peraturan setempat, bila tidak dipahami oleh mandor, sering menimbulkan biaya
tambahan yang tidak terduga.
 Dalam menghitung harga borongan, ada 2 faktor yang sangat penting yang
mempengaruhi hal tersebut yaitu produktifitas dan waste.
 Faktor produktifitas dipakai untuk menghitung kebutuhan sumber daya tenaga
kerja dan peralatan dan faktor waste dipakai untuk menghitung kebutuhan
sumber daya bahan / material.
 Dengan menghitung produktifitas tenaga kerja dan peralatan serta waste bahan
secara benar maka tercapai penawaran harga borongan yang realistis sesuai
kemampuan mandor.
 Data produktifitas dan waste perlu diketahui untuk :
a) Mengetahui tingkat kemampuan mandor dalam efisiensi
b) Untuk dasar peningkatan efisiensi seorang mandor
Butir a) terkait penyusunan penawaran harga borongan agar menghasilkan
harga penawaran yang realistik
Butir b) berupa program menerus untuk meningkatkan efisiensi

OUTPUT PER SATUAN WAKTU


 PRODUKTIVITAS =
INPUT

Out put : Kuantitas atau volume


Input : Tenaga kerja atau alat
(alat termasuk operator)
 Faktor yang mempengaruhi produktifitas :
– Kondisi pekerjaan dan lingkungan
– Ketrampilan tenaga kerja / kapasitas alat
– Motivasi tenaga kerja / operator
– Cara kerja (metoda)
– Manajemen (SDM dan alat)
 Waste : kelebihan kuantitas material yang digunakan / didatangkan yang tidak
menambah nilai pekerjaan. Agar tercapai efisiensi, harus diusahakan waste
serendah mungkin.
 Kemampuan mandor pembesian menekan waste tercermin dari kemampuannya
mengatur / menghitung dan menempatkan besi beton sisa untuk dimanfaatkan.
 Jenis waste ada dua yaitu waste individu yang menyangkut satu jenis material
dan waste campuran yaitu menyangkut material campuran
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

 Penyebab waste material :


- Masa tunggu / idle, material di datangkan jauh sebelum waktu yang
diperlukan
- Akibat transportasi khusus material lepas (bulk) seperti pasir, koral dll.
- Stok bahan berlebihan
- Kerusakan / cacat, baik material maupun produk jadi termasuk material yang
ditolak (reject)
- Kehilangan, termasuk penyusutan
 Waste khusus mandor pembesian / penulangan beton :
- Mandor membuat daftar pembengkokkan besi. Apabila dilaksanakan maka
akan terjadi besi beton sisa.
- Mandor harus mampu menghitung dan mengatur penempatan besi beton
sisa.
- Kemampuan mandor memperkecil waste dalam arti beton sisa yang betul-
betul tidak bisa dipakai menjadi minimal akan mempertinggi kredibilitasnya.
 Anggaran biaya pelaksanaan adalah jumlah biaya yang dianggarkan untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai bentuk yang ada.
 Dalam menghitung harga satuan ongkos kerja, pekerjaan dipecah – pecah
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, disebut Pos Pekerjaan.
 Dari masing-masing pos pekerjaan dapat dihitung harga satuan pos pekerjaan,
berdasarkan perhitungan analisa biaya. Dari perhitungan biaya yang terinci
tersebut dapat diharapkan hasil perhitungan yang dapat dipertanggung
jawabkan.
 Harga jual adalah harga pokok (anggaran biaya pelaksanaan) ditambah
keuntungan mandor, ditambah lagi pajak yang harus disetor ke pemerintah.
 Ada dua kelompok angka pecahan yang disebut angka koefisien dalam daftar
analisa misalnya BOW. Pertama inilah angka pecahan untuk menghitung bahan-
bahan yang diperlukan berdasar satuan volume. Kedua, angka pecahan untuk
menghitung upah atau ongkos mengerjakan.
 Angka koefisien bahan diperoleh dari hasil penelitian laboratorium terhadap
jumlah bahan pembentuk campuran.
 Angka koefisien upah diperoleh dari hasil percobaan yang dilakukan oleh
sejumlah tenaga dengan sejumlah volume pekerjaan selama 7 – 8 jam dalam
satu hari.
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

 Agar anggaran biaya yang ditawarkan itu memperoleh keuntungan dan


kepuasan serta kepercayaan pemberi kerja, ingatlah BMW yaitu :
- Biaya tepat sasaran
- Mutu dapat dipertanggungjawabkan
- Waktu benar-benar sesuai rencana.
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

LATIHAN

a. Mengapa mandor harus pandai menghitung harga satuan ongkos kerja ?


b. Mengapa waktu yang singkat menyebabkan biaya pelaksanaan tinggi ?
c. Sebutkan hal-hal yang berkaitan dengan penyediaan bahan yang mempengaruhi
biaya / harga / anggaran pekerjaan.
d. Dalam BOW ada angka – angka pecahan, misalnya 0,75 pekerja, 0,625 mandor.
Apa itu ? Dan untuk apa ?
e. Apa artinya 5.294 zak PC pada 1 m3 pekerjaan pasangan batu kali ?
Standar dan rencana kerja pembuatan
Pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton pembesian / penulangan beton

DAFTAR PUSTAKA

Asiyanto Ir. MBA, Manajemen Produksi untuk jasa konstruksi, pradnya paramita,
2005

Dewan Standarisasi Nasional, Standar Nasional Indonesia SNI 07 – 2052 -1997. ICS

Departemen PUTL, Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 , Jakarta, April 1979.

Departemen Kimpraswil, Spesifikasi Umum dan Teknis proyek pembangunan Banjir


Kanal Timur, 2004

Ing.R.Sagel, Ing.P.Kole, Ir Gideon Kusuma M.Eng, Pedoman Pengerjaan Beton,


Erlangga, 1994.

Puslatjakons, Construction Industry Training for small Contractors and Mandor


Spesification, Jakarta 1999.

Waskita Karya PT, Proyek French Walk Kelapa Gading – 2006

Waskita Karya PT, Manual Beton , Baja Tulangan Beton

Dit Jen Pengairan, Pedoman Teknis Pekerjaan Pengairan Secara Padat Tenaga
kerja, Maret , 1998

Anda mungkin juga menyukai