Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH BUDI PEKERTI

(SUKU JAWA)

Nama anggota kelompok 1 :


1) ZIRZA ZALZILLAH
2) ALDA AULIA FAHMI
3) ANGGI ASTUTI
4) ANITA SANTIRA
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga makalah ini dapat kami susun
dengan lancar tanpa ada suatu halangan apapun. Tak lupa kami haturkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami, sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Terimakasih pula, kepada pihak-pihak yang telah membantu tersusunnya makalah
ini.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Budi Pekerti. Kami berharap
manfaat ini dapat member manfaat bagi pembaca. Tentunya dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kesalahan-kesalahan yang ada, untuk itu kami berharap pembaca berkenan
memberikan kritik dan saran yang membangun agar selanjutnya kami dapat menyusun makalah
dengan lebih baik lagi.

Jakarta, september 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 1
1.3 Tujuan Pembahasan ............................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2
2.1 Konsep Etika Jawa .................................................................................. 2
2.2 Ciri ciri Etika Pada Budaya Suku Jawa ................................................... 3
2.3 Implementasi Etika Jawa Dalam Lingkungan Masyarakat Jawa ............ 4
BAB III PENUTUP...................................................................................... 5
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 5
3.2 Saran ...................................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masih banyak orang beranggapan bahwa etika hanya terjurus pada sesuatu hal-hal yang
baik. Namun sebenarnya etika ini adalah suatu tindakan yang dapat bersifat positif maupun
negatif. Etika dapat dikatakan pula sebagai moral. Namun lebih tepatnya ada perbedaan dari
keduanya. Masyarakat saat ini masih belum mampu membedakan mana etika dan mana moral.
Karena keduanya seperti hanya sebuah sinonim saja. Dapat dikatakan sama. Penerapan etika
dalam masyarakat Jawa pun masih ditanya-tanyakan, implementasi Etika Jawa yang seperti apa
yang diterapkan pada masyarakat Jawa.

Masyarakat Jawa, atau tepatnya suku bangsa Jawa, secara antropologi budaya adalah
orang-orang yang dalam hidup kesehariannya menggunkan bahasa Jawa dengan berbagai ragam
dialeknya secara turun temurun. Masyarakat Jawa ialah mereka yang bertempat tinggal di daerah
Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta mereka yang berasal dari kedua daerah tersebut.

Etika Jawa adalah keseluruhan norma dan penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat
jawa untuk mengetahui bagaimana seharusnya menjalani hidupnya. Pengetahuan tentang Etika
Jawa berguna untuk mengetahui bagaimana kebudayaan Jawa dapat menemukan dirinya dan
berkembang kekhasannya dalam pencernaan masukan-masukan cultural dari luar.
1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana konsep etika Jawa?


2) Apa ciri-ciri etika jawa ?
3) Bagaimana implementasi Etika Jawa dalam lingkungan masyarakat Jawa?

1.3 Tujuan Pembahasan

1) Untuk mengetahui konsep dasar etika dalam suku jawa.


2) Mengetahui ciri ciri etika jawa.
3) Untuk mengetahui implementasi Etika Jawa dalam lingkungan masyarakat Jawa. 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Etika Jawa


Begitu luas konsep etika Jawa itu. etika meliputi sebuah konstruksi sosial, budaya,
keyakinan, dan pandangan hidup secara total. Bahkan, etika Jawa juga terkait dengan wawasan
gender, tua-muda, senior-junior, atasan-bawahan, begitu seterusnya. Etika yang membangun
dikotomi dalam interaksi sosial semacam ini menjadi kunci pokok untuk memahami apakah
seseorang tahu etika Jawa atau belum. Apakah seseorang sudah “Jawa” atau “belum Jawa”.
            Dengan gambaran etika Jawa di atas, maka terbuka kemungkinan untuk
menempatkannya kedalam skema teori-teori etika normatif dan kemudian akan ditarik
kesimpulan dari kedudukan etika Jawa, simpulan tersebut akan banyak dipengaruhi oleh faktor-
faktor subjektif. Sebagai gambaran singkat tentang kepatuhan bawahan terhadap otoritas atau
pemerintah. Patuh dalam bahasa Jawa disebut  setya tuhu, tidak menolak, tidak membangkang,
dan karena itu orang tersebut disebut setia.
            Dari kepatuhan bawahan pada seorang atasan yang bijaksana diharapkan bahwa mereka
menemukan kedamaiaan. Ketika atasan dapat menemukan apa yang diperkirakan dan dirasakan
oleh bawahannya; bahwa ia mengusahakan suatu dialog sejati, walaupun tatakram pergaulan
menentukan bahwa yang boleh bicara hanyalah atasan sedangkan bawahan diam saja. Dalam
dialog itu ia berusaha meyakinkan para bawahannya bahwa sebaiknya ia hanya memberi
perintah-perintah dimana ia mengetahui bahwa bawahan juga bersedia untuk melaksanakannya.
Konsep etika demikian menandai hadirnya prinsip saling asah, asuh, dan asih dalam kehidupan.
Masing-masing pihak dapat menahan diri, memahami satu sama lain, demi terwujudnya rasa
enak. Mempergunakan kewajiban bawahan untuk tetap diam dan tetap mengatakan “setuju”
demi untuk memaksakan perintah-perintah dari atasan merupakan suatu penyalah gunaan prinsip
hormat, seperti prinsip kerukunan disalahgunakan apabila atas namanya salah satu kelompok
selalu dirugikan.
2.2 Ciri-ciri etika pada budaya suku jawa.

 Etika jawa menekankan keharmonisan, keselarasan dalam setiap dimensi kehidupan


salah satunya dimensi dengan alam.

1. Mendahulukan kewajiban terlebih dahulu daripada menuntut hak.


Contoh : Ikut serta gotong royong. Kita ikut gotong royong itu adalah kewajiban kita sebagai
masyarakat di desa, dan saat istirahat terdapat suguhan makanan itu termasuk hak yang tidak
tertulis/sudah ada sendirinya.

2. Kerukunan dalam masyarakat jawa mendahulukan kerukunan sosial daripada kerukunan


pribadi, artinya semakin besar lingkup komunitasnya semakin mengecil kepentingan kelompok
yang ada di dalamnya.Kerukunan perlu dilandasi dengan adanya saling percaya antar pribadi,
adanya keterbukaan terhadap siapa saja, adanya bertanggung jawab dan merasa adanya saling
ketergantungan atau rasa kebersamaan.Prinsip kerukunan hidup adalah mencegah terjadinya
konflik karena bila terjadi konflik bagi masyarakat jawa akan berkesan secara mendalam dan
selalu diingat atau sukar melupakan.

3. Menekankan keharmonisan dan keselarasan dalam setiap dimensi kehidupan.


Keharmonisan dan keselarasan bisa diartikan masyarakat jawa itu seperti saudara atau
mengayomi dengan sesama (menganggap semua itu keluarga).
2.3 Implementasi Etika Jawa dalam lingkungan masyarakat Jawa

Filsafat moral atau kesusilaan merupakan bagian dari filsafat, yang memandang perbuatan
manusia dalam hubungannya dengan baik dan buruk. Filsafat moral mempunyai tujuan untuk
menerangkan hakikat kebaikan dan kejahatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan etika
normatif, yaitu pendekatan etika yang mendasarkan pada penilaian tentang perilaku manusia.
Penilaian itu dibentuk atas dasar normanorma.

Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul-salahnya sikap dan
tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku
peran tertentu dan terbatas. Pendekatan etika normatif meninggalkan sikap netral dengan
mendasarkan pendiriannya atas norma, menunjukkan perilaku manakah yang baik dan perilaku
manakah yang buruk. Etika normatif bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional dan dapat digunakan dalam praktik.

Serat Centhini sebagaimana diuraikan pada bagian A sampai H mengandung sejumlah


nilai moral yang disampaikan melalui tokoh Seh Amongraga, baik disampaikan secara eksplisit
maupun implisit, yaitu (a) hak dan kewajiban, (b) keadilan, (c) tanggung jawab, (d) hati nurani,
(e) kejujuran, (f) keberanian moral, (g) kerendahan hati, dan (h) kesetiaan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Budi pekerti secara operasional merupakan suatu prilaku positif yang dilakukan melalui
kebiasaan. Pendidikan budi pekerti sering juga diasosiasikan dengan tata krama yang berisikan
kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia. Dalam
menerapkan nilai-nilai budi pekerti dalam kehidupan sering terjadi benturan-benturan nilai dan
norma-norma yang kita rasakan oleh karena itu, pendidikan budi pekerti dalam pelaksanaanya
dilandasi oleh Visi dan Misi yang bertujuan untuk mencapai pembelajaran Pendidikan Budi
Pekerti yang lebih baik guna meluruskan benturan-benturan yang terjadi antara nilai dan norma
dalam kehidupan.

    Ilmu Etika jawa yaitu ilmu yang mempelajari tentang adat istiadat, pandangan hidup, nilai-
nilai, filsafat yang berlangsung di masyarakat Jawa. Etika jawa adalah ajaran hidup yang umum
atau berlaku di masyarakat Jawa.Budaya jawa yaitu orang-orang yang dalam hidup
kesehariannya menggunakan Bahasa Jawa dengan berbagai ragam dialeknya secara turun
menurun.

Ciri-ciri Etika Budaya Jawa :

1) Mendahulukan kewajiban terlebih dahulu daripada menuntut hak.


2) Kerukunan dalam masyarakat jawa mendahulukan kerukunan sosial daripada kerukunan
pribadi
3) Menekankan keharmonisan dan keselarasan dalam setiap dimensi kehidupan.
Bahasa budaya Jawa yang digunakan oleh masyarakat Jawa dibagi menjadi beberapa tingkatan
yaitu ngoko, madya krama, dan krama inggil yang biasanya diucapkan sesuai dialek daerah
masing-masing. Tata krama dalam budaya Jawa disebut anggah ungguh atau sopan santun yang
dijadikan pedoman oleh masyarakat Jawa dalam berperilaku ataupun berinteraksi dalam
kehidupan sehari-hari.

3.2 Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini,tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini. Kami penulis berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini.Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://amrtabhuana.blogspot.com/2013/01/makalah-budi-pekerti.html

http://febrianadwi19.blogs.uny.ac.id/2018/12/15/93/

http://ulfaung.blogspot.com/2015/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html

https://http300581940.wordpress.com/2018/02/22/makalah-etika-budaya-jawa/

Anda mungkin juga menyukai