Nomor Absen: 17
2020
BAB I
RINGKASAN
Demokrasi Baru
Semenjak tahun 1970-an, telah terdapat gelombang pasang yang nyata dari
bersifat ototriter atau totaliter. Yang dimulai dari bagian Selatan Eropa, ke
Amerika Latin kemudian ke bagian Timur Eropa, dan Afrika Selatan serta
pelanggaran HAM yang ditinggalkan oleh rezim otoriternya yang baru berlalu.
Menurut Samuel P Huntington, dalam dua (hingga tiga) decade terakhir ini,
kita melihat terjadinya revolusi politik yan luar biasa dimana transisi dari
mempunyai kesamaan dalam satu hal: hubungan sipil – militer mereka tidak
2
sebagaimana yang ada di negara industrial yang demokratis , yang disebutnya
dengan istilah “control sipil obyektif”. Itilah ini mengandung hal-hal sebagai
berikut:
mereke;
dan militer;
tersebut dalam drajat yang bervariasi. Dalam rezim militer tidak ada ontrol sipil,
dan pemimpin serta organisasi militer sering melakukan fungsi yang luas dan
Rezim Sebelumnya
rezim demokrasi baru telah mencari sesuatu kebijakan untuk menjadikan mereka
sebagai suatu “negara bersih”, yakini, pencarian untuk mengubur masa lalunya
3
dan untuk mendahulukan segala bentuk pertanggungjawaban terhadap masalah
tersebut. Dalam kedua kasus tersebut telah sukses, jika sukses pertama diukur
tidak dapat dipercara, bahkan dalam konteks ini, bahwa tuntutan untuk
mewujudkan kebenaran dan keadilan akan hilang secara sederhana, jika luka-
Dalam konteks wacana tentang transisi politik ini, salah satu hal yang paling
kedudukan dan peranan miter, yang kemudian menjadi suatu institusi yang
4
konsepsi yang kemudian banyak dinyatakan dalam penyusunan konstitusi
monopoli yang tidak dapa dipersengketakan tentang hal-hal apa yang menjadi
kepentingan pihak mereka, dan kapan dan bagaimana hal-hal itu dapat menjadi
ancaman. Hal ini, pada gilirannya, akan “memerintahkan” pihak militer untuk
yang terjadi tidak dapat diterima oleh mereka, misalnya bila ada partai “subversif”
tingkat “ketidakaturan” atau konflik yang telah terjadi, atau beberapa kakuatan
pada tanggal 18 Agustus 1977, Steven Biko, pendiri dari Gerakan Kesadaran
Kaum Kulit Hitam (Black Consciousness Movement) dan pemimpin kulit hitam
paling kharismatis yang muncul di Afrika dalam masa penahanan yang Panjang
dari Nelson Mandela, ditahan di suatu pos polisi penghadang jalan. Dia
telanjang di atas tikar dari lantai batu di rumah sakit penjara Pretoria, dengan
5
merupakan salah satu bentuk kejahatan dari sederetan kekejaman mengerikan
suatu system yang diberi lebel oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) sebagai suatu kejatan terhadap kemanusiaan. Dua puluh tehun kemudian,
lima orang dari kelompok polisi yang membunuh Biko mengajukan permohonan
selatan.
Ntsiki Biko, jan da dari Steven Biko, menilai bahwa argumentasi tersebut
katanya, “namun hal itu harus datang dengan sesuatu. Ia harus datang dengan
6
Sebagaimana diketahui, dalam gugatannya kepada Mahkama Konstitusi
fungsi khusus dari penghukuman dan amnesti harus dibandikan; dan prioritas
relative diantara kedua hal tersebut tidak dapat disusun secara teoritis.
gelombang pasang yang nyata dari demokrasi-demokrasi beru yang muncul dari
bagian Selatan Eropa, ke Amerika Latin, kemudian ke bagian Timur Eropa dan
7
faktor internasional lebih menguntungkan transisi politik yang terjadi di
pertentangan itu juga mendukung suatu prediksi yang lebih optimis prihal
bahwa Amerika Latin lebih cenderung untuk lebih heterogen daripada Eropa
negara Amerika Latin pra transisi politik sebagai “otoriterisme birokratis”. Ada
kategori ini, sebagaimana pula Rezim Batista di Kuba, dan Rezim Stoessner
di Paraguay, yang merupakan sisa terakhir dari sesuatu yang dulu menjadi
8
membedakan kasus Peru dari bentuk-bentuk populisme Amerika Latin yang
lebih tua dan lebih tipikal, menurut Cotler, Peru tetap termasuk dalam
tradisional kediktatoran militer. Di sisi lain, rezim militer yang populis di Peru
dalam kebijakan rezim Peru, niatnya untuk secara cepat meperluas industry
dan peran ekonomi di sebuah negara yang tidak seberapa maju dalam segi-
segi tersebut, dan ketidaan hasrat untuk menyingkirkan secara paksa sektor
golongan di sektor ini. Hal ini penting bahkan bila upaya ini yang dalam pola
9
e. Beberapa Kasus Lainnya
Kasus-kasus lainnya di Amerika Latin yang dapet ditinjau ialah Chile. Dari
segi konfigurasi politiknya Chile tergolong dalam tipe birokratik otoriter. Yang
dibalikkan, dan tidak pasti menuju liberalisasi. Rezim ini menunjukkan begitu
otoriter.
Kejatuhan rezim otoriter Yunani pada tangal 23 Juli 1974 telah membuka
Yunani modern. Keadaan yang melingkupi pendirian rezim ini dan kondisi-
terutama kalangan para ahli ilmu politik. Padahal dalam konteks ini ada suatu
10
dari system kekuasaan kehakimannya untuk menyelesaikan kasus-kasus
laanya yang kacau. Permasalahan tentang apa yang harus dilakukan dengan
yang memiliki apparat yang represif. Halini lagi-lagi membuka kekuatan yang
tengah yakini tidak terjadi perusakan terhadap arsip masalalu, namun juga
11
Berbeda dengan transisi-transisi yang melalui proses negosiasi
terdapat perlawanan dari par elit militer di sayap-sayap yang menunggu saat
D. Keadilan Tansisional
Eksis
Sebagaimana diuraikan di muka, pada masa akhir abad yang baru lalu,
dengan masa lalu tetap eksis? Konsep keadilan transisional telah membawa
12
pencarian terhadap “ kebenaran dan rekonsiliasi”, dan hal ini telah
terkait dengan hal-hal lain yang membahas permasalahan dari kairan antara
perlakuan dari masa lalu suatu negara terhadap masa depannya, yang
transformatif?
13
4. Hukum apakah yang potensial sebagai penganta ke arah
liberalisasi?
dengan “consodology” ada dalam bagian yang berjudul “The More Posaic
Origins of Consodology”.
1. Internasionalisasi Permasalahan
membersikan suatu kelompok besar dari para mantan pejabat komunis dan
kolabolatornya, hal itu kemudian menjadi suatu focus perhatian utama dari
14
“Commision of Inquiry into the Crimes and Misappropriations Commited by
suatu peta dan gambaran tentang negara tersebut – yang dengan nyata
Konsep penengah yang lain dari aturan hukum transisional adalah hukum
alternative dari hukum yang, walaupun terdapat suatu perubahan politik yang
periode pasca perang. Uatu perdebatan yang berkaitan dengan ilmu hukum
hukum yang di lontarkan oleh keadilan oengganti dalam waktu transisi dan
15
3. Keadilan Retrospektif di Belgia, Perancis, dam Belanda
penghormatan terhadap HAM dan aturan-aturan justru lemah atau tidak ada.
Hal ini setelah itu kemudian mengalami perubahan. Dewan Eropa kemudian
4. UU Lustrasi Cekoslovakia
partai melakukan control terhadap negara. Kerja paksa menjadi suatu yang
terutama bagi orang-orang yang sangat dibatasi. Agama, budaya, media dan
perjalanan luar negri dangat dibatasi. Selama awal tahun 1950-an, Partai
16
kamp-kam perburuhan, dan ribuan lainnya di bunuh oleh kekuatan-kekuatan
pemerintah.
Hal yang lebih signifikan ialah, terlepas dari berbagai referensi terhadap
17
Pandangan-pandangan tersebut adalah sebagai berikut: apakah perubahan
perubahan politik.
hal ini terdapat di dalam teori politik dimana pandangan yang dominan
tentang bagaimana transisi yang liberal terjadi terdiri dari suatu urutan
dicari dalam masa ini hanya bias dijelaskan dengan cara yang terbaik dalam
perubahan politik.
18
menyatakan secara sederhana dengan kesimpulan-kesimpulan yang besifat
bagi transisi liberal, namun demikian penyusunan teori semacam ini tidak
sesuai dengan aturan hukum? Dilemma yang dihadapi oleh keadilan yang
meggantikan ini membawa kita ke arah permaslahan yang lebih luas dari
teori mengenai sifat dan peranan hukum dalam proses transformasi menuju
19
2. Perdebatan Hukum tentang Penyelenggaraan Persidangan Terhadap
Debat antara Hart dan Fuller tentang sifat hukum berfokus pada
suatu hal yang sah. Menurut Hart, hukum tertulis berlaku sebelumnya,
walaupun tidak bermoral, tetap harus dinyatakan berlaku dan harus I ikuti
atau diganti dengan yang baru. Sedangkan dalam pandangan Fuller, aturan
hukum Nazi. Karenanya, para mantan kolaborator Nazi harus diadili dengan
20
BAB II
TANGGAPAN
Dalam hubungan tolak tarik antara politik dan hukum, maka hukumlah
energi yang lebih besar daripada hukum. 1 Dapat dilihat bahwa kedudukan hukum
lebih lemah dari politik. Sehubungan dengan “lebih kuatnya energi” politik dalam
mendukung kepatuhan kepada hukum. Dengan cara ini, negara bisa membeli
1
Satjipto Rahardjo, Beberapa Pemikiran tentang Ancangan antar Disiplin dalam Pembinaan Hukum
Nasional, (Bandung: Sinar Baru, 1985), hal. 79.
2
Ralf Dahrendor oleh Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2014), hal. 21.
21
kepatuhan yang lebih besar dibandingkan bila ia hanya menggunakan sanksi
saja. Walhasil, dalam perilaku hukum, garis batas antara pengaruh yang berasal
dari sumber negara dan sumber non-negara tidak sejalan persis dengan garis
suatu tatanan yang saling mempengaruhi, terutama dampak politik untuk hukum
tersebut.
Namun, dalam hal kekuasaan maka negara sebagai objek yang dikuasai
daripada negara. Negara sebagai wadah bangsa untuk mencapai cita-cita atau
tatanan suatu negara. Tetapi sayangnya banyak orang melupakan ini dalam
menentukan arah tujuan dari negaranya. Namun semenjak tahun 1970 telah
terdapat gelombang pasang antara sifat negara demokrasi dan sifat otoriter.
otoriter yang tertutup sekalipun, kestabilan tetap ada bahkan mungkin dengan
derajat yang lebih stabil dibandingkan sistem demokratis. Hanya saja, kestabilan
3
Lawrence. M. Friedman, Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, terj. M. Khozim, (Bandung: Nusa Media,
2011), hal. 163
4
Soehino, Ilmu Negara, (Yogyakarta: Liberty, 1986), hal. 149.
22
pada rezim otoriter sangat tergantung pada pribadi seorang pemimpin. Jika
Lalu untuk melepaskan hasrat alami kebebasan kiranya demokrasi perlu untuk
demokrasi warga dapat mengartikulasi aspirasinya, dan dapat dengan jelas apa
6
Samuel. P. Huntington, Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia terj. M. Sadat Ismail
(Jakarta: Qalam, 2007), hal. 8.
7
H. Syaukani, HR, Afan Gaffar, M. Ryaas Rasyid, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hal. 11.
23
yang mengekang kebebasan mereka. Salah satu gerakan bersejarah terjadi
pada masa tahun 1998 yang dimotori oleh kelompok mahasiswa, guru besar,
pekerja LSM, intelektual, teknokrat sampai para dokter dan suster. Ini tipikal
gerakan kelas menengah yang sangat cantik. Gerakan ini sangat sistematis dan
disatukan oleh isu bersama menuntut perubahan sistem politik dan ekonomi
secara substansial.8
mengembalikan fungsi ABRI dan Polri sebagai struktur totaliter militer menjadi
aparat yang profesional dalam menjalankan tugas dan fungsi. Dalam rangka
penetralan dua institusi tersebut maka dikeluarkan TAP MPR Nomor VI Tahun
militer yang disebut sebagai dwi-fungsi ABRI itu adalah ABRI telah menjadikan
perannya itu sebagai senjata utama untuk mematikan segala bentuk kehidupan
yang demokratis. Dalam posisi seperti itu, ABRI (TNI AD) menjadi satu-satunya
8
Denny J. A, Jatuhnya Soeharto dan Transisi Demokrasi Indonesia (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta,
2006), hal. 27-28.
24
institusi politik yang berkuasa dan dapat mengatur sendiri seluruh kehidupan
memonopoli politik dan makna politik tetapi juga menyumbang secara luar biasa
dialog dengan rakyat (popular consultation), dan berdasarkan pada aturan suara
KEADILAN TRANSNASIONAL
9
Tim KontraS, Politik Militer dalam Transisi Demokrasi Indonesia, (Jakarta: KontraS, 2005), hal. 8.
10
Miftah Thoha, Birokrasi dan Politik di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), hal. 98-99.
11
Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat terj. Soejono Soemargono (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1986), hal.
359.
25
menurut Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) yaitu dari sengketa
tanah hingga tuduhan subersif, korbannya pun meluas. Orde Baru menyasar
kekerasan fisik, kehilangan nyawa dan dihilangkan secara paksa, mereka juga
lainnya.12 Menurut data dari Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak
Oleh karena itu pada masa Orde Baru sampai Reformasi diperlukan
Tim ELSAM, Penyelesaian Pelangaran HAM di Masa Lalu, (Jakarta: Creative Common, 2012), hal. 2.
12
26
manusia di masa lampau, sesuai dengan ketentuan hukum dan
Timor Timur dan Tanjung Priok, Lahir nya pengadilan ad hoc oleh amanat
Lihat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
14
Satya Arinanto, Hak Asasi Manusia Dalam Transisi Politik Di Indonesia, (Jakarta: Pusat Studi Hukum
15
27
didalam pasal 2 dan pasal 3 tidak mungkin dapat diwujudkan karena tidak
Korban.
Dalam hal ini pemerintah telah melakukan berbagai macam regulasi untuk
kekuatan itu akan muncul (manifest) ditangan penegak hukum yang menjalankan
keluarga. Maka keadilan tidak hanya rasa yang ditimbulkan dari hukum dan
16
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 006/PUUIV/ 2006 tentang Undang-Undang Nomor 27 Tahun
2004 tentang komisi kebenaran dan rekonsiliasi Tanggal 7 Desember 2006.
17
Paul Scholten dalam Satjipto Rahardho, Penegakan Hukum Progresif di Indonesia, (Jakarta: Kompas,
2010) hal. 79.
28
Daftar Pustaka
Buku
Denny J. A, Jatuhnya Soeharto dan Transisi Demokrasi Indonesia Yogyakarta: LKIS
Yogyakarta, 2006.
H. Syaukani, HR, Afan Gaffar, dan M. Ryaas Rasyid. Otonomi Daerah Dalam Negara
2014.
Moh. Mahfud MD. Politik Hukum di Indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
2014.
Samuel. P. Huntington, Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia.
Satya. Arinanto. Hak Asasi Manusia Dalam Transisi Politik Di Indonesia. Jakarta: Pusat
Tim KontraS. Politik Militer dalam Transisi Demokrasi Indonesia, Jakarta: KontraS,
2005.
29
Tim ELSAM. Penyelesaian Pelangaran HAM di Masa Lalu. Jakarta: Creative Common,
2012.
Jurnal
Putusan
Desember 2006.
Internet
2018.
30