Anda di halaman 1dari 2

B.

Korupsi Direktur Teknologi dan Produksi


Kasus korupsi yang dilakukan oleh salah satu direktur PT. Krakatau Steel bersifat
tidak begitu material. Namun dampak yang dihasilkan dari tindakan tersebut dapat
menurunkan nilai perusahaan dimata para stakeholder lain seperti masyarakat dan investor.
Hal ini dapat menandakan bahwa tata kelola pada PT. Krakatau Steel masih kurang baik.
Tata kelola perusahaan yang baik harus sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan. Adapun prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yaitu :
1. Transparansi (transparancy)
Harus memastikan bahwa pengungkapan yang tepat waktu dan akurat dibuat dari
semua hal yang bersifat material tentang perusahaan. Termasuk status keuangan
struktur tata kelola, kinerja dan kepemilikan.
2. Pertanggungjawaban (responsibility)
Perusahaan harus memahami hak para stakeholder yang ditetapkan oleh undang-
undang dan mendorong kerja sama antara perusahaan dengan stakeholders dalam
menciptakan laba, pekerjaan dan keberlanjutan
3. Kewajaran (Fairness)
Harus melindungi hak-hak pemegang saham dan memastikan perlakuan yang adil
terhadap pemegang saham termasuk pada pemilik saham minoritas dan asing.
Semua pemegang saham memiliki kesempatan untuk mendapatkan ganti rugi atas
pelanggaran yang dilakukan peprusahaan.
4. Akuntabilitas (accountability)
Memastikan pedoman strategis perusahaan, monitoring manajemen yang efektif
oleh dewan, dan pertanggungjawaban dewan dan pemegang saham.
5. Independensi (independency)
manajemen harus menyadari bahwa mereka tidak boleh terikat dengan pihak
manapun dan tidak bisa dipengaruhi kepentingan kalangan tertentu baik secara
mandiri, kelompok maupun organisasi.
Dalam hal ini, PT. Krakatau Steel telah melanggar beberapa prinsip tata kelola
perusahaan yang baik.
a. Transparansi
Dimana direktur teknologi dan produksi Wisnu Kuncoro telah melakukan
penyalahgunaan kekuasaan dalam penerimaan proyek pengadaan barang dari
PT. Grand Kartech dan GrupTjokro melalui Alexander Muskitta. Tidak ada
pengungkapan alasan penerimaan proyek tersebut kepada masyarakat dan
proyek diterima berdasarkan alasan pribadi
b. Pertanggungjawaban
Direktur Teknologi dan Produksi Wisnu Kuncoro menerima suap untuk kerja
sama proyek bukan untuk perusahaan melainkan kepentingan sendiri dan tidak
bertanggungjawab dalam menggunakan hak nya sebagai direktur.
c. Akuntabilitas
PT. Krakatau Steel gagal memonitoring manajemennya sehingga terjadi
korupsi yang dilakukan oleh Wisnu Kuncoro selaku Direktur teknologi dan
produksi.
d. Independensi
Wisnu Kuncoro selaku direktur teknologi dan produksi PT. Krakatau Steel
telah melakukan pelanggaran dengan terikat dengan kalangan tertentu yaitu
Alexander Muskitta yang mana merupakan perantara dari PT Grand Kartech
dan Grup Tjokro sehingga menyebabkan korupsi terjadi.
Selain melanggar prinsip-prinsip tata kelola perusahaan, Wisnu Kuncoro juga telah
melanggar peraturan yang dibuat oleh PT. Krakatau Steel sendiri yaitu larangan gratifikasi
yang diatur dalam Surat Keputusan Direktur Utama No. : 114A/DU-KS/Kpts/2014 yang
bertugas untuk melakukan pengelolaan dan pengendalian gratifikasi secara konsisten di
lingkungan Perusahaan yang pada point kedua berisi :
“Dewan Komisaris, Direksi dan seluruh Karyawan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk tidak
akan meminta atau menerima suap, gratifikasi yang dilarang dalam bentuk apapun dari
perseorangan atau kelembagaan, perusahaan domestik atau perusahaan asing terkait
dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagimana dilarang oleh perundang-
undangan.”
Dari analisis kasus pelanggaran yang dilakukan Wisnu Kuncoro selaku direktur
teknologi dan produksi PT. Krakatau Steel menandakan bahwa PT. Krakatau Steel belum
mampu mengelola dan menerapkan tata kelola perusahaan dengan baik. Padahal pada
Assessment Good Corporatiom Governance (GCG) sesuai kriteria Surat Menteri Negara
BUMN No. SK-16/S.MBU/2012 tanggal 6 Juni 2012 yang dilakukan pada tahun 2014, 2016
dan 2018, PT. Krakatau Steel mendapatkan nilai 82,46 ; 89,01 ; 89,44 dengan kategori baik
pada tahun 2014 dan sangat baik pada tahun 2016 dan 2018. Pelanggaran tersebut bisa saja
terjadi akibat manajemen lengah mengawasi karena pada tiga kali berturut-turut PT. Krakatau
Steel telah mendapatan nilai memuaskan pada assessment GCG.

Anda mungkin juga menyukai