Anda di halaman 1dari 5

Tugas Kelompok Ke 2

Minggu ke 6

Nama Anggota Kelompok:

Andi Nadia Amelia (2101800866)

Maudyni Zyakirah (2101804971)

Muhammad Hifmi Syahrial (2101801585)

Nita Sri Ayu Nurlaila Syam (2101807664)

Zefanya Angelina (2101801250)

PT. Waskita Karya


Terungkapnya kasus Waskita Karya, salah satu BUMN Jasa Konstruksi yang diduga melakukan
rekayasa laporan keuangan patut dicermati secara mendalam. Di tengah gembar gembor pelaksanaan
implementasi good corporate governance (GCG) BUMN, kasus ini memberikan tamparan keras untuk
Kementerian Negara BUMN. Kasus Waskita, yang disebut-sebut sebagai Enron-nya Indonesia
menunjukkan bahwa Kementerian Negara BUMN perlu berupaya lebih keras lagi dalam implementasi
GCG di BUMN.

Terbongkarnya kasus ini berawal saat pemeriksaan kembali neraca dalam rangka penerbitan
saham perdana tahun lalu. Direktur Utama Waskita yang baru, M. Choliq yang sebelumnya menjabat
Direktur Keuangan PT Adhi Karya (Persero) Tbk, menemukan pencatatan yang tak sesuai, dimana
ditemukan kelebihan pencatatan Rp 400 miliar. Direksi periode sebelumnya diduga melakukan rekayasa
keuangan sejak tahun buku 2004-2008 dengan memasukkan proyeksi pendapatan proyek multitahun ke
depan sebagai pendapatan tahun tertentu.

Kasus ini memberikan beberapa pelajaran berharga. Pertama, implementasi GCG di Indonesia
ternyata masih sekedar formalitas belaka. Fakta ini terungkap dari keengganan Direksi Waskita
melaksanakan GCG di Waskita. Walaupun di Waskita telah beberapa kali assessment (pemetaan)
implementasi GCG, namun tetap saja kasus ini tidak terlacak. Hal ini menunjukkan betapa canggih dan
cermatnya penutupan jejak dari kasus ini. Hasil assessment GCG yang dilakukan Konsultan, pada
akhirnya kemungkinan besar hanya menjadi hiasan lemari Direksi belaka, yang digunakan sebagai
“penggugur kewajiban” terhadap kewajiban implementasi GCG. Hal ini menguatkan hipotesa penulis
yang beberapa kali mengungkapkan bahwa jika GCG hanya sekedar menjadi formalitas, maka tunggulah
saat kehancurannya. Tunggulah saatnya dimana bom waktu siap meledak dan menimbulkan guncangan
skandal sebagai akibat lemahnya implementasi GCG.

Kedua, terlihat bahwa terjadi kerjasama sistemik melakukan rekayasa keuangan yang dilakukan
karena lemahnya fungsi internal control. Hal ini menunjukkan bahwa pihak-pihak yang melakukan
internal control mulai dari Dewan Komisaris sampai dengan Internal Audit tidak melakukan fungsinya
dengan baik. Hal ini patut disayangkan mengingat GCG merupakan alat kontrol yang menciptakan check
and balances yang digunakan dalam pengawasan pengelolaan perusahaan. Kementerian BUMN selaku
pemegang saham dalam hal ini tidak dapat disalahkan, mengingat selaku pemegang saham Kementerian
BUMN telah menempatkan wakilnya untuk melakukan pengawasan yang melekat pada diri Dewan
Komisaris. Selain itu, potensi terjadinya kerjasama dengan Auditor Eksternal semakin mencuatkan
dugaan kasus ini sebagai kasus Enron-nya Indonesia.

Ketiga, GCG di BUMN belumlah menjadi corporate culture. Implementasi GCG pada hakikatnya
adalah menjadi corporate culture. Lemahnya implementasi GCG menunjukkan bukti bahwa GCG baru
sampai tataran compliance driven, belum menjadi culture. Tidak menjadi culture pada hakikatnya
membuka peluang terjadinya fraud. Fraud dapat dengan mudah terjadi, apabila insan perusahaan
mendiamkan saja terjadinya pelanggaran. Kebijakan whistleblower yang memungkinkan terjadinya
pelaporan pelanggaran secara dini penulis nilai juga belum diterapkan di Waskita.

Langkah Selanjutnya

Apa yang harus dilakukan selanjutnya? Citra BUMN yang beberapa tahun terakhir menunjukkan
tren positif seiring dengan pelaksanaan implementasi GCG berpotensi terpuruk kembali. Tidak bisa
tidak, penyelesaian masalah ini harus dilakukan secara menyeluruh dan sistemik dengan
menggabungkan paradigma GCG dan penegakan hukum.

Langkah pertama adalah dengan mengusut tuntas dan jelas pihak-pihak yang terlibat.
Kementerian BUMN telah melakukan langkah tepat dengan mengganti direksi yang diduga terlibat
dalam perkara ini. Namun demikian, mengganti direksi saja tidaklah cukup. Perlu dilakukan pembersihan
besar-besaran terhadap intern Waskita dengan mengganti para pihak yang terlibat. Jika hanya
pimpinannya saja yang diganti, tidak tertutup kemungkinan dimasa mendatang kasus ini akan terulang.
Auditor Eksternal yang membantu pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab di Waskita dalam
melakukan rekayasa keuangan harus dihukum seberat-beratnya, baik perusahaan maupun individunya.

Langkah kedua adalah dengan memperkuat implementasi GCG. Kementerian BUMN harus
menyadari bahwa penguatan implementasi GCG mutlak diperlukan agar kasus yang sama tidak terulang.
Kementerian BUMN tidak cukup hanya dengan “memaksa” BUMN memiliki kelengkapan infrastruktur
dan softstructure, namun harus menekankan pada tataran implementasi. Perusahaan dapat menunjuk
konsultan yang akan menginternalisasi dan menginstitusionalisasi penerapan GCG secara menyeluruh
dan holistik. Paradigma pendekatan GCG yang compliance driven harus ditinggalkan dan diganti dengan
penerapan GCG sebagai corporate culture. GCG haruslah menjadi sistem, struktur dan budaya yang satu
sama lain tidak terpisahkan. Kasus ini diharapkan menjadi pemicu maraknya implementasi GCG, yang
selama beberapa tahun ini kelihatannya adem ayem belaka.

Langkah ketiga adalah dengan menerapkan dan memperkuat internal control system dan
kebijakan whistleblower. Internal control system yang dimiliki BUMN selama ini sangatlah lemah dan
tidak tertata dengan rapi. Tindakan yang dilakukan baru sebatas mengobati sesuatu yang telah terjadi,
belum sampai pada tahap pencegahan.

Selain itu, sangat sedikit BUMN yang memiliki kebijakan whistleblower dan menerapkannya.
Kebijakan ini akan sangat bermanfaat untuk mendeteksi terjadi fraud. Pelapor harus dilindungi dari
kemungkinan balas dendam dan tindakan berbahaya lainnya dari pihak yang dilaporkan. Berkaca pada
Cinthya Cooper, whistleblower kasus Worldcom yang meraih persons of the year dari majalah Time,
maka Cinthya hanyalah seorang internal auditor biasa. Cinthya hanya internal auditor yang
melaksanakan tugasnya sehari-hari. Dalam pelaksanaan tugasnya inilah Cinthya menemukan
kecurangan yang dilakukan jajaran top management Worldcom. Ini menunjukkan bahwa dengan sistem
yang kuat, pelanggaran akan dapat diminimalisir. Bayangkan beban yang harus ditanggung tidak hanya
oleh negara namun juga oleh karyawan Waskita? Bayangkan kerugian yang ditanggung hanya demi
memperoleh citra dan kebaikan belaka.

Instruksi :

1. Buatlah analisis pengendalian internal yang terdapat pada PT. Waskita Karya sesuai narasi
tersebut diatas!

Jawab :

 Implementasi GCG di Indonesia ternyata masih sekedar formalitas belaka. Fakta


ini terungkap dari keengganan Direksi Waskita melaksanakan GCG di Waskita.

 Walaupun di Waskita telah beberapa kali assessment (pemetaan)


implementasi GCG, namun tetap saja kasus ini tidak terlacak.

 Adanya kerjasama sistematik dalam melakukan rekayasa keuangn dapat dilihat


dari KAP yang melakukan audit terhadap perusahaan, dan tidak memberitahukan
bahwa perusahaan yang diaudit sudah melakuka kecurangan terhadap laporan
keuangan. Hal ini menunjukan lemahnya fungsi internal control.

 Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di BUMN belum mejadi


corporate culture seperti transparansi dan akuntanbilitas dalam perusahaan.
 Internal control system yang dimiliki masih lemah dan tindakan yang dilakukan
belum sampai pada tahap pencegahan. Pendekatan GCG yang Compliance
driven harus ditinggalkan dan diganti dengan penerapan GCG sebagai
Corporate Culture.

 GCG haruslah menjadi sistem, struktur dan budaya yang satu sama lain tidak
terpisah. Langkah selanjutnya dengan menerapkan dan memperkuat internal
control system dan memiliki kebijakan whistleblower dan menerapkannya.
Kebijakan whistleblower ini akan sangat bermanfaat untuk mendeteksi
terjadinya fraud.

2. Buatlah usulan perbaikan pengendalian internal untuk PT. Waskita Karya!

Jawab :

Rekomendasi untuk PT Waskita Karya adalah sebagai berikut:

 Membangun kultur perusahaan yang baik, dengan mengutamakan integritas, etika


profesi dan kepatuhan pada seluruh aturan, baik internal maupun eksternal,
khususnya tentang otorisasi.
 Corporate Governance dilakukan oleh manajemen yang dirancang dalam
rangka mengeliminasi atau setidaknya menekan kemungkinan terjadinya fraud.
Corporate governance meliputi budaya perusahaan, kebijakan-kebijakan, dan
pendelegasian wewenang.
 Dalam merekrut karyawan, harus memilih yang berintegritas dan memiliki moral
yang baik, dan pentingnya integritas yang baik bagi kelangsungan usaha
perusahaan.
 Melakukan review atau evaluasi sistem pengendalian internal perusahaan.
 Transaction Level Control Process yang dilakukan oleh auditor internal,
pada dasarnya adalah proses yang lebih bersifat preventif dan pengendalian yang
bertujuan untuk memastikan bahwa hanya transaksi yang sah, mendapat otorisasi
yang memadai yang dicatat dan melindungi perusahaan dari kerugian.
 Investigasi yang dilakukan auditor forensik. Dalam Perananya auditor forensik
yaitu menentukan tindakan yang harus diambil terkait dengan ukuran dan tingkat
kefatalan fraud, tanpa memandang apakah fraud itu hanya berupa pelanggaran
kecil terhdaap kebijakan perusahaan ataukah pelanggaran besar yang berbentuk
kecurangan dalam laporan keuangan atau penyalahgunaan asset.
 Penyusunan Standar yang jelas mengenai siapa saja yang pantas menjadi apa baik
untuk jabatan fungsional maupun struktural ataupun untuk posisi tertentu yang
diangg apstrategis dan kritis. Hal ini harus diiringi dengan sosialisasi dan
implementasi (enforcement) tanpa ada pengecualian yang tidak masuk akal.
 Diadakan tes kompetensi dan kemampuan untuk mencapai suatu jabatan
tertentudengan adil dan terbuka. Siapapun yang telah memenuhi syarat
mempunyaikesempatan yang sama dan adil untuk terpilih.
 Akuntabilitas dan Transparansi setiap “proses bisnis” dalam organisasi agar
memungkinkan monitoring dari setiap pihak sehingga penyimpangan yang
dilakukan oknum-oknum dapat diketahui dan diberikan sangsi tanpa kompromi.
 Menerapkan kebijakan whistleblower.

Referensi :

https://www.liputan6.com/news/read/242306/dua-direksi-waskita- dicopot?
utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.0&utm_referrer=https%3A%2F%2Fwww.go
ogle.com%2F

http://evannathanael26.blogspot.com/2018/06/tugas-makalah-bumn-perilaku-organisasi.html

Anda mungkin juga menyukai