Lesi Endo Perio PDF
Lesi Endo Perio PDF
ENDODONTIK-PERIODONTIK
MAKALAH
OLEH :
NIP : 130779423
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2005
Mengetahui :
NIP : 130321244
ABSTRAK
Jaringan pulpa dan periodontal mempunyai hubungan yang erat, baik secara
anatomis maupun fungsional. Hubungan ini dapat dibagi dua kelompok : vaskular dan
adalah adanya saluran lateral. Pembuluh darah yang berjalan pada saluran lateral
membentuk hubungan antara pulpa dan ligamen periodontal atau sebaliknya. Tubuli
dentin yang terbuka dapat berfungsi sebagai saluran antara pulpa dan ligamen
periodontal.
lesi endodontik primer, 2) lesi endodontik primer dengan lesi periodontal sekunder, 3)
lesi periodontal primer, 4) lesi periodontal primer dengan lesi endodontik sekunder,
menghindari kesalahan diagnosis, untuk memastikan prognosis yang tepat dan untuk
menentukan perawatan yang tepat, diperlukan evaluasi hasil serangkaian tes, misalnya
and functionally. Their communications can be divided into two groups : vascular
and tubular. The possitbility that periodontal disease might be related to our cause
pulpal disease, that are termed lateral canals. The vessels running in lateral canals,
they do provide a major comminication between the pulp and the periodontal
ligament and vice versa, Exposed dentinal tubules may serve as a pathway the pulp
origin are 1) Primary endodontic lesion, 2) Primary endodontic lesion with secondary
treatment, evaluation of results from a series of test is equired, for example subjective
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala
rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
pengarahan dan bantuan, baik berupa ilmu pengetahuan maupun dukungan moril.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Hj. Roosye Rosita Oewen, drg, Sp.Ped. selaku Dekan Fakultas
2. Prof. Dr. H. Moch. Richata Fadil, drg, Sp.KG sebagai Ketua Jurusan Konservasi
3. Prof. Dr. H. Setiawan Natasasmita, drg, Sp.KG yang telah memberikan dorongan
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
ABSTRAK ……………………………..………………………………..… i
ABSTRACT ……………………………….…………………………….. ii
DONTIK …………….…………………………………… 3
Periodontik ……………………………………… 5
Periodontik ……………………………………… 7
Sekunder ……………………………………….. 9
PERIODONTIK …………….………………………… 11
PERIODONTIK …………………………….. 16
HALAMAN
HALAMAN
PENDAHULUAN
sehat, berfungsi maupun dalam keadaan sakit. Jaringan pulpa dan ligamen periodontal
mempunyai hubungan yang erat, baik secara anatomis maupun fungsional. Masuknya
menjalar ke arah koronal dan hubungan dengan rongga mulut, biasanya melalui
bahwa mekanisme yang terlibat dalam penyakit periodontium sama dengan yang
terlibat pada lesi periradikuler. Perbedaan yang penting antara keduanya adalah
arah apikal, sedangkan lesi periapikal dapat meluas baik ke apikal maupun koronal.
periodontik atau terapi endodontik dapat disebabkan oleh diagnosis yang kurang tepat
dari masalah yang mengenai jaringan periodontium atau jaringan pulpa (Walton &
Torabinejab, 1996).
Makalah tentang hubungan kelainan endodontik-periodontik (endo-perio) ini
diagnosis banding.
BAB II
KLASIFIKASI ENDODONTIK-PERIODONTIK
Walton & Torabinejab (1996), menurut Oliet & Pollock (Grossman, 1988) dan
menurut Cohen & Burn (1994) dan Simon dkk (Harty, 1990)
diagnosis klinis, terbagi menjadi tiga defek, yaitu defek yang berasal dari endodontik,
defek yang berasal dari periodontik dan defek yang berasal dari endodontik-
Defek periodontium yang berasal dari pulpa dihubungkan dengan gigi yang
pulpanya nekrosis atau gigi yang telah mendapat perawatan endodontik yang kurang
baik. Biasanya probing menunjukkan sulkus yang normal di sekeliling gigi kecuali
pada satu daerah dengan defek kecil. Bila terdapat fistula, pasien dapat sensitif atau
tidak, kadang-kadang terjadi abses lokal. Lesi primer endodontik, lesi sekunder
Keadaan lesi ini dimulai dan diperparah oleh iritan di dalam sistem saluran
akar melalui periapikal, sehingga pembersihan dan pembentukan saluran akar yang
cukup serta obturasi yang baik biasanya menghasilkan penyembuhan. Lesi ini tidak
memerlukan perawatan periodontik tambahan. Prognosisnya baik dan bergantung
akibat pertama dari pembentukkan plak dan kalkulus, gigi biasanya masih vital. Defek
saluran akar tidak merupakan indikasi, terutama bila jaringan pulpanya masih vital.
atau hemiseksi untuk mengangkat akar yang periodontiumnya telah terkena dan tidak
terjadi bersamaan, satu merupakan lesi periradikuler yang berasal dari pulpa nekrosis,
yang lain lesi periodontik yang berdiri sendiri yang meluas ke apikal menuju
periradikuler.
dingin, panas, listrik atau tes kavitas. Pada gambaran radiologi, terlihat adanya
beberapa kerusakan krista tulang dan lesi periradikuler yang berasal dari pulpa.
Pemeriksaan periodontium dan probing menunjukan adanya plak, kalkulus,
periodontitis dan poket yang lebar dan konus, khas kerusakan periodontium.
periodontium, pembersihan dan obturasi yang baik akan menghambat masuknya iritan
dari lesi periradikuler ke dalam defek periodontium. Perawatan saluran akar yang
tiga kategori perawatan yang berbeda, yaitu lesi yang hanya memerlukan prosedur
1. Tiap gigi dengan jaringan pulpa nekrosis dan jaringan granulomatus apikal yang
menggantikan membran periodontium dan tulang, dengan atau tanpa fistula (abses
periapikal kronis).
2. Abses periapikal kronis dengan fistula melalui krevis gingival, lewat melalui
6. Implan endodontik.
dengan :
periodontium.
3. Pembentukan poket supraboni atau infraboni yang dirawat dengan pengikisan akar
pulpa.
4. Pembentukan poket infraboni yang ekstensif, meluas melebihi apeks akar dan
Endodontik-Periodontik
pada keadaan :
1. Tiap lesi pada kelompok satu yang menghasilkan reaksi ireversibel pada membran
2. Tiap lesi kelompok dua yang menghasilkan reaksi ireversibel pada jaringan pulpa
Menurut Cohen & Burn (1994) dan Simon dkk (Harty, 1990) lesi endodontik-
periodontik diklasifikasi berdasarkan sumber utamanya, terbagi atas lima kelas, yaitu
lesi endodontik primer, lesi endodontik primer dan lesi periodontik sekunder; lesi
periodontik primer; lesi periodontik primer dan lesi endodontik sekunder; lesi
kombinasi.
2.3.1 Lesi Endodontik Primer
Eksaserbasi akut dari lesi apikal kronis pada gigi dengan pulpa nekrosis dapat
ini terdapat gejala sakit, bengkak dan mobilitas gigi yang mirip dengan abses
periodontal. Lesi endodontik primer biasanya sembuh setelah terapi saluran akar,
Lesi endodontik primer meluas ke sulkus gingiva atau daerah furkasi, biasanya
pada tahap kronis tanpa gejala. Prognosisnya bergantung pada keberhasilan perawatan
periodontik sekunder dapat terjadi sebagai akibat perfokasi akar selama terapi saluran
akar atau adanya fraktur akar pada gigi yang dirawat endodontik atau yang direstorasi
dengan mahkota pasak. Gejalanya dapat akut, dengan terjadinya abses periodontal
yang menyebabkan rasa sakit, bengkak, eksudat nanah, pembentukan poket dan
goyangnya gigi. Respon yang kronis kadang-kadang terjadi tanpa menimbulkan rasa
sakit.
mencapai apikal. Gigi biasanya masih vital. Perawatan saluran akar tidak akan
menghasilkan perubahan, karena lesi ini bukan berasal dari pulpa. Prognosis lesi ini
vitalitas pulpa. Jaringan pulpa mempunyai pertahanan yang baik, selama suplai darah
melalui apikal masih utuh. Dari segi klinis, penyakit periodontium yang berhubungan
dengan plak jarang menimbulkan perubahan patologis pada jaringan pulpa. Kerusakan
jaringan pulpa dapat terjadi bila poket periodontal sudah mencapai foramen apikal.
perawatan dan prognosisnya bergantung pada karakteristik ke dua lesi. Bila derajat
kerusakan pelekatan pada tipe lesi ini sangat besar, maka prognosisnya buruk, ini
Sekunder
N : Pulpa Nonvital
V : Pulpa vital
BAB III
lesi pulpa atau periodontium atau faktor lain yang berpengaruh terhadap lesi
Periodontium
akar yang dapat menyebabkan timbulnya kelainan pada jaringan periodontium, yaitu
(Weine, 1976; Cohen & Burn, 1994; Walton & Torabinejab, 1996) :
terutama ke arah furkasi dan tidak selalu hanya melalui membran periodontium.
ikat inflamasi tanpa kerusakan permanen dari pelekatan jaringan ikat pada
permukaan akar.
alveolar.
dasar kamar pulpa atau perfokasi akar atau terjadi fraktur vertikat saat obturasi
Bahan yang dipakai di dalam saluran akar selama perawatan, dapat meresap
melalui tulubus dentin dan menyebabkan nekrosis pada sementum. Hal ini akan
Pulpa
ke arah apikal dan terbukanya permukaan akar pada rongga mulut dan masuknya
iritan (bakteri plak). Saluran akar yang terbuka dapat meneruskan produk toksik
dan resorptif. Akumulasi plak pada akar dekat apeks, dapat menyebabkan
merusak pembuluh darah di apikal dan menyebabkan nekrosis pilpa. Skeling dan
terbukanya tubulus dentin dan saluran akar lateral. Hal ini masih diperdebatkan,
pulpa.
Kombinasi
1) Susunan gigi yang jelek merupakan faktor pemicu trauma, misalnya impaksi
2) Adanya gigi berakar banyak pada posisi yang biasanya ditempati oleh gigi
berakar tunggal, atau pada gigi berakar banyak ada akar-akar tambahan,
5) Saluran-saluran lateral yang besar pada bagian koronal atau bagian tengah
akar.
2. Trauma
furkasi pada gigi berakar banyak. Bila terdapat saluran lateral yang besar pada
daerah poket, pulpa biasanya akan terbukan terhadap lingkungan mulut
penyakit periapikal.
dengan fistula yang mengalir melalui jaringan periradikuler dan keluar melalui
krevis gingival.
eksternal yang berhubungan dengan perfokasi akar. Trauma gigi dapat berasal
3. Faktor-faktor lainnya.
pada waktu terapi saluran akar, perfokasi akar pada waktu preparasi pasak,
atau perforasi apad bagian apikal akar bengkok pada waktu instrumentasi.
beberapa tes klinis (Grossman, 1988; Harty, 1990; Cohen & Burn, 1994; Walton &
Torabinejab, 1996).
Secara subjektif, riwayat lengkap dengan rincian tempat, lama, intensitas dan
seringnya rasa nyeri, juga obat yang di pakai untuk menghilangkan rasa nyeri dapat
Gejala subjektif biasanya disertai adanya (Harty, 1990; Walton & Torabinejab, 1996):
1. Rasa sakit
menimbulkan rasa sakit yang hebat yang memerlukan analgetik. Pada penyakit
periodontium yang bersifat kronis, prosesnya merata serta sedikit atau tidak ada
rasa sakit yang berarti. Pada tahap akut, dapat diikuti dengan derajat sakit
2. Pembengkakan
pada gigi dengan lesi endodontik, jarang terlihat pada gigi dengan pembentukan
abses periodontal yang pembengkakannya cenderung terlihat di daerah attached
ginginva.
lesi endodontik dan periodontik. Lesi periapikal merusak periodontium apeks yang
dengan kehilangan tulang anguler yang meluas dari serviks ke arah apikal, biasanya
tidak terisolasi pada satu gigi, sedangkan lesi endodontik sering terjadi hanya pada
Tes klinis harus dilakukan untuk menentukan asal kelainan, sehingga dapat
memastikan prognosis dan perawatan yang tepat. Tes klinis yang dilakukan adalah
1. Tes vitalitas
Hasil tes vitalitas biasanya dapat diandalkan, walaupun tidak sepenuhnya. Lesi
primer dan lesi periodontik primer. Pada kasus ini, pulpa nekrosis disebabkan oleh
Tes kavitas mungkin dapat memastikan vitalitas pulpa pada kasus-kasus yang
dengan pemeriksaan radiografik atau tes vitalitas yang lain hasilnya tidak dapat
memberikan tes kavitas positif (pulpa vital), sedangkan defek yang berasal dari
2. Periodontal probing
probing merupakan tes diagnostik banding yang sangat membantu. Probing defect
yang diakibatkan oleh lesi endodontik biasanya sempit dan meluas ke foramen
apikal atau ke saluran akar, sedangkan pada lesi periodontium biasanya lebar dan
menyerupai defek sempit yang berasal dari endodontik, dalam hal ini lesi
Palpasi jaringan lunak di atas gigi yang mengalami lesi periodontium atau lesi
periradikuler stadium lanjut sangat sedikit hasilnya. Palpasi pada gingiva bagian
koronal pada periodontitis atau palpasi pada lesi yang baru di atas apeks gigi
4. Pemeriksaan visual
Selain tes klinis dan temuan yang diperoleh, pemeriksaan visual pada gigi dan
Pada lesi endodontik primer, pasti ada penyebab kematian pulpa, misalnya karies,
restorasi yang luas, gigi fraktur, riwayat trauma, mahkota yang sudah berubah
warna. Lesi periodontik primer ditunjukan oleh tidak adanya kerusakan korona
yang jelas dalam hubungannya dengan poket periodontal, ada plak, kalkulus serta
PEMBAHASAN
Tidak diragukan lagi bahwa iritan dari sistem saluran akar dapat melewati
saluran lateral atau foramen apikal dan menyebabkan perubahan patologik di dalam
jaringan pulpa melalui saluran yang sama merupakan hal yang masih diperdebatkn.
beratnya inflamasi berbeda pada setiap jaringan (Walton & Torabinejab, 1996).
menyebabkan penyakit pulpa, karena inflamasi mengikuti drainase venan dan darah
vena mengalir keluar dari pulpa ke dalam periodontium melalui foramen apikal.
Mazur dan Massler (1964) melaporkan hasil penelitiannya pada pulpa dan
periodontium yang menyatakan bahwa tidak ada bukti penyakit periodontium sebagai
penyakit jaringan pulpa. Czarnecki dan Schilder (1979) juga melaporkan tidak adanya
hubungan sebab musabab antara penyakit periodontium dengan penyakit pulpa. Peran
periodontik masih belum jelas. Apakah tiap saluran lateral atau aksesori yang terbuka
terlokalisasi pada jaringan pulpa di dekat saluran lateral yang terbuka. Akan tetapi
tidak setiap saluran lateral yang terbuka menyebabkan pulpitis ireversibel, karena
pulpa sebagai jaringan yang tahan, mempunyai kemampuan mempertahankan dan
endodontik sebagian dilakukan melalui prepasi dan medikasi saluran akar, diikuti oleh
terapi periodontium sampai diperoleh hasil yang baik, kemudian prosedur endodontik
Penentuan prosedur perawatan bergantung pada banyak faktor. Bila tes pulpa
normal terhadap semua tes vitalitas yaitu tes listrik, tes tesmis atau tes kavitas dan
pulpa tidak bereaksi secara abnormal dan berfungsi baik tanpa menyebabkan rasa
sakit, maka perawatannya dapat dibatasi pada masalah periodontal saja. Hasil
perawatan diamati sampai pada waktu yang layak dengan menunjukan penyembuhan,
Ada perkiraan bahwa lesi endodontik primer dan lesi periodontik sekunder
yang lama didiamkan, akhirnya akan menjadi lesi periodontik murni disertai dengan
hilangnya perlekatan, kemudian akan menjadi lesi kombinasi, oleh karena itu
ada bukti hal ini terjadi. Lesi periodontik yang lama berhasil dirawat dengan
menganjurkan coba dulu dilakukan perawatan saluran konvensional saja (Walton &
Torabinejab, 1996).
BAB VI
6.1 Kesimpulan
3. Diagnosis yang benar, prognosis dan rencana perawatan yang tepat, dapat
periodontik.
6.2 Saran
radiografik dan tes klinik dengan teliti, untuk menghindari kesalahan diagnostik,
untuk menghasilkan prognosis yang tepat dan untuk menentukan rencana perawatan
yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Chaker, F.M. : Dent. Clin. North Am., 18:393, 1974 dalam Grossman, L.I., Oliet, S.
& Del Rio, C.E. 1988. Endodontic practice. 11 th ed. Philadelphia : Lea &
Febiger.
Cohen, S. & Burn, R.C.1 1994. Pathways of the pulp. 6 th ed., St. Louis : C.V. Mosby
Co.
Czarnecki, R.T.& Schilder, H. : J.Endo., 5 : 242, 1979 dalam Grossman, L.I., Oliet, S.
& Del Rio, C.E. 1988. Endodontic Practice. 11 th ed. Philadelphia : Lea &
Febiger.
Grossman, L.I., Oliet, S. & Del Rio, C.E. 1988. Endodontic Practice. 11 th ed.
Philadelphia : Lea & Febiger.
Harty, F.J 1990. Endodontics in Clinical Practice. 3 nd ed. London : Butterworth &
Co.
Mazur, B., & Massler, M. : Oral Surg., 17 : 592. 1964 dalam Grossman, L.I., Oliet, S.
& Del Rio, C.E. 1988. Endodontic Practice. 11 th ed. Philadelphia : Lea &
Febiger.
Oliet, S. & Pollock,S. : Bull. Phila. Dent. Soc., 34:12, 1968 dalam Grossman, L.I.,
Oliet, S. & Del Rio, C.E. 1988. Endodontic Practice. 11 th ed. Philadelphia :
Lea & Febiger.
Seltzer,S. dan Bender, I.B. : The Dental Pulp. 3 nd ed. Philadelphia : j.B. Lippincot,
1954, h.303,306 dalam Grossman, L.I., Oliet, S. & Del Rio, C.E. 1988.
Endodontic Practice. 11 th ed. Philadelphia : Lea & Febiger.
Weine, F.S. 1976. Endodontic Therapy. 2 nd ed. St. Louis : C.V. Mosby Co.