Anda di halaman 1dari 11

KENDALA DALAM PEMBORAN

KENDALA-KENDALA TEKNIS

Dalam kenyataannya pengeboran tidak selalu berjalan dengan lancar, berbagai


macam hambatan sering terjadi. Hambatan ini sering disebut sebagai hole
problems atau downhole problems, dapat terjadi karena masalah-masalah di dalam
lubang bor maupun di permukaan. Penyebab permasalahan ini misalnya karena
mesin mati, rangkaian bor rusak, penyebab dari formasi, dan lain sebagainya.

Hambatan dalam pengeboran ini dapat dikelompokan sebagai berikut:


• Tidak sempurnanya inti yang diperoleh (khusus pada pengeboran inti)
• Caving shale problem
• Hilangnya lumpur pengeboran (lost circulation/water lost)
• Pipa terjepit
• Semburan liar (blow out)
Jenis-jenis hambatan ini dapat terjadi sendiri-sendiri, bersama-sama, atau satu akan
mengakibatkan yang lain. Hambatan-hambatan tersebut sering terjadi dan dapat
menimbulkan kerugian yang besar. Namun demikian dengan penanganan yang
benar diharapkan hambatan dan kerugian tersebut dapat dikurangi.

1. Masalah Pada Pengeboran Inti (Coring)


Idealnya inti yang diperoleh pada pengeboran berbentuk sempurna dan tidak
mengalami kehilangan tetapi pada kenyataanya hal ini sukar diperoleh.
Bentuk-bentuk permasalahan pada inti yang mungkin dapat dijumpai di
lapangan berupa:
 Inti terpotong menyerupai spiral yang diakibatkan oleh gangguan pada
bit
 Perubahan mendadak pada diameter inti yang diakibatkan oleh
pergantian bit setelah menembus batuan induk
 Inti berbentuk ulir yang diakibatkan karena tekanan bit yang terlalu
besar
 Core blocking yang diakibatkan karena adanya displacement fragmen
batuan sepanjang bidang belahannya

2. Caving/Shale Problem
Pengertian
Pengeboran menembus lapisan shale mempunyai permasalahan tersendiri.
Menjaga agar shale stabil, tidak runtuh atau logsor merupakan suatu
masalah, tidak terdapat suatu cara pasti yang dapat diterapkan untuk semua
keadaan. Untuk mengurangi masalah ini maka biasanya pengeboran
dilaksanakan dengan menerapkan drilling practice yang baik dan
penggunaan mud practice yang tepat. Karena runtuhan atau longsornya
shale maka akibat seterusnya yang dapat timbul antara lain:
• lubang bor membesar
• masalah pembersihan lubang bor
• pipa bor terjepit
• bridges dan fill up
• kebutuhan lumpur bertambah
• penyemenan yang kurang sempurna
• kesulitan dalam pelaksanaan logging
• dan lain-lainya

Jenis-Jenis Shale
Shale biasanya merupakan lapisan yang diendapkan pada cekungan
marine, terdiri terutama dari lumpur, silt, dan clay, dalam bentuknya yang
lunak biasanya disebut clay.
Semakin dalam maka tekanan dan temperatur akan semakin tinggi sehingga
endapan ini (clay) akan mengalami perubahan bentuk dan disebut sebagai
shale. Selanjutnya, perubahan bentuk karena proses metamorfosa disebut
slate, phylite, atau mica schist.
Bila shale mengandung banyak pasir disebut arenaceous shale sedangkan
yang mengandung banyak material organik disebut carbonaceous shale.
Shale mengandung berbagai jenis mineral lempung yang sebagian
berhidrasi tinggi. Shale yang mengandung banyak mineral montmorilonite
akan berhidrasi tinggi yaitu akan menyerap air dalam kapasitas yang besar.
Biasanya shale terdapat dalam formasi yang relatif tidak dalam.
• Pressure shale
Shale merupakan batuan endapan yang biasanya terdapat di daerah yang
luas, adakalanya terdapat pula kontak dengan endapan pasir. Dengan
semakin tebal lapisan di atasnya karena proses pengendapan terus
berlangsung maka tekanan overburden akan semakin besar. Pada proses
compaction atau pemadatan ini cairancairan yang berada di dalam lapisan
shale akan tertekan keluar dan masuk ke dalam batuan yang porous
(permeabel) dan tidak kompresibel misalnya batupasir. Akibatnya cairan
terperangkap dan tertekan di dalam pasir dan tekanan dapat mencapai
tekanan yang relatif tinggi bahkan dapat menyamai tekanan overburden itu
sendiri. Selanjutnya pada waktu lapisan tersebut dilakukan pengeboran bisa
terjadi situasi dimana tekanan hidrostatis lumpur lebih kecil daripada tekanan
formasi. Perbedaan tekanan ini dapat mengakibatkan runtuhnya dinding
lubang bor pada waktu pengeboran sedang berlangsung.
Cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menaikan tekanan pada
dasar lubang bor, dalam hal ini menaikan berat lumpur. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah menjaga agar lubang bor tetap terisi penuh pada waktu
mencabut dan memasukkan stang bor, dengan jalan
menurunkan viskositas dan gel strength.
• Mud Making Shale
Jenis lain adalah shale yang sangat sensitif terhadap air atau lumpur. Jenis
ini dapat berupa shale bentonit yang bisa menghisap air (hidrasi).
Cara menghadapi shale jenis ini adalah pengeboran dengan memakai cairan
pengeboran yang tidak berpengaruh atau bereaksi dengan shale. Jenis-jenis
lumpur yang dipakai dalam hal ini antara lain lime mud, gyp mud, calcium
chloride mud, salt mud, dan yang banyak dipakai saat ini adalah
lignosulfonate mud serta oil mud.
Namun demikian jenis-jenis lumpur ini pun tidak seluruhnya mampu
mengatasi masalah shale ini. Sehingga yang dapat diusahakan adalah agar
shale ini tidak terhidrasi atau bereaksi dengan lumpur ataupun air fitrasi,
salah satu cara bisa dipakai lumpur dengan air filtrasi yang sangat rendah.
Hal lain yang berpengaruh dalam menghadapi shale ini antara lain:
- Keasaman diusahakan konstan pada pH sekitar 8,5 – 9,5
- Densitas atau berat lumpur cukup untuk menahan dinding lubang bor
- Air filtrasi diusahakan rendah
• Stressed shale
Shale jenis ini tidak banyak bereaksi atau terhidrasi dengan air tetapi mudah
runtuh.
Problem ini akan makin besar bila lapisan miring dan ditambah lagi bila
menjadi basah oleh air atau lumpur.

Sebab-Sebab dan Cara Penanganan Shale Problem


• Sebab dan Gejala
Penyebab masalah shale ini dapat dikelompokkan dari segi lumpur
maupun dari segi drilling practice atau mekanis. Beberapa penyebab dari
kelompok mekanis antara lain:
 Erosi karena kecepatan lumpur di annulus yang telalu tinggi
 Gesekan pipa bor terhadap dinding lubang bor
 Adanya penekanan (pressure surge) atau penyedotan (swabbing)
pada waktu mencabut dan memasukkan stang bor/mata bor
 Adanya tekanan dari dalam formasi
 Adanya air filtrasi atau lumpur yang masuk ke dalam formasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa pembesaran lubang bor dan
masalah shaleberkaitan dengan dua masalah pokok, yaitu tekanan formasi
dan kepekaan terhadap lumpur atau air filtrasi. Gejala-gejala yang sering
tampak bila sedang menghadapi masalah shale antara lain:
 Tekanan (beban) pompa naik
 Serbuk bor (cutting) bertambah banyak
 Lumpur menjadi kental
 Air filtrasi bertambah
 Bridges dan fill up, adanya endapan cutting di dalam lubang bor
 Torsi bertambah besar
 Bit baling
• Penanganan
Usaha-usaha untuk menanggulangi masalah shale antara lain:
 Penggunaan lumpur yang baik:
 Densitas lumpur yang cukup untuk menahan tekanan formasi
 Keasaman lumpur yang sesuai (pH sekitar 8,5 – 9,5)
 Filtrasi rendah
 Mengurangi kecepatan aliran lumpur di annulus
 Pipa bor diusahakan betul-betul dalam keadaan tegang
 Mengurangi/menghindari kemiringan lubang bor
 Mengindari swabbing atau pressure surge pada saat mencabut dan
memasu kkan stang bor atau mata bor

3. Hilangnya Lumpur Pengeboran (Lost Circulation / Water Lost)


• Pengertian
Hilangnya lumpur pengeboran merupakan proses masuknya lumpur ke
dalam formasi. Hilangnya lumpur ini merupakan problem lama di dalam
pengeboran, banyak terjadi dimana-mana serta pada kedalaman yang
berbeda-beda. Hilangnya lumpur ini dapat terjadi bila tekanan hidrostatis
lumpur melebihi tekanan formasi.
• Sebab-Sebab
Ditinjau dari segi formasi maka hilangnya lumpur dapat disebabkan oleh
hal-hal sebagai berikut:
- Coarseley permeable formation
Contoh dari jenis formasi ini adalah pasir dan gravel. Namun tidak semua
jenis formasi ini menyerap lumpur, formasi ini dapat menyerap lumpur
dimana tekanan hidrostatis lumpur harus lebih besar daripada tekanan
formasi. Selain itu ada pengertian bahwa lumpur mampu masuk ke
dalam formasi bila diameter lubang atau pori-pori sedikitnya tiga kali
lebih besar terhadap diameter butiran atau partikel padat dari Lumpur.
- Cavernous formation
Hilangnya lumpur ke dalam reef, gravel, atau pun formasi yang
mengandung banyak gua-gua sudah dapat diduga sebelumnya. Gua-
gua ini banyak terdapat pada formasi batu kapur (limestone dan
dolomite).
- Fissure, fractures, faults
Ini merupakan celah-selah dan retakan di dalam formasi. Bila terjadinya
hilangnya lumpur tidak pada formasi permeabel atau batukapur,
biasanya ini terjadi karena celah-celah dan retakan tersebut. Fractures
dapat bersifat alamiah karena prosesproses geologi tetapi juga dapat
terjadi karena sebab-sebab mekanis selama pengeboran (induced
fractures). Fractures ini dapat disebabkan antara lain:
o Penekanan (pressure surge) pada waktu masuknya stang bor / mata
bor
o Kenaikan tekanan karena drilling practice yang tidak benar, misalnya
tekanan pompa terlalu tinggi, lumpur terlalu kental, gel strength
terlalu besar. Dapat juga karena perlakuan yang kurang sesuai
misalnya menjalankan pompa secara mengejutkan, dan lain
sebagainya.
Hilangnya lumpur bor tidak hanya dipengaruhi oleh faktor formasi saja akan
tetapi juga dipengaruhi oleh sifat lumpur dan juga operasional pengeboran
yang akan dijelaskan sebagai berikut:
- Squeeze effect
Saat menurunkan rangkaian stang bor terlalu cepat dan ditambah lumpur
yang kental maka lumpur yang berada di bawah mata bor akan terlambat
naik ke annulus di atas mata bor. Hal ini menyebabkan lumpur di bawah
mata bor tertekan ke formasi karena kondisi antara rangkaian stang bor
dengan lubang seperti sebuah piston. Peristiwa ini dikenal sebagai
squeeze effect. Akibat dari squeeze effect dapat menyebabkan formasi
pecah dan lumpur masuk ke formasi.
- Berat jenis lumpur yang tinggi
Karena berat jenis lumpur yang digunakan tinggi maka tekanan hidrostatis
lumpur akan menjadi besar. Bila menemui lapisan yang tekanan
rekahannya kecil maka formasi akan terjadi rekahan-rekahan dan
akibatnya adalah sama seperti yang diuraikan di atas.
- Viskositas lumpur yang tinggi Bila viskositas lumpur tinggi maka tekanan
sirkulasi lumpur di annulus akan cukup tinggi yang mengakibatkan formasi
pecah bila formasi tidak kuat.
- Gel strength lumpur yang tinggi Gel strength sangat penting di waktu tidak
ada sirkulasi yaitu akan menahan cutting supaya tidak turun ke dasar
lubang. Dalam kondisi ini material pembuat lumpur diusahakan tidak
menumpuk di dasar lubang. Apabila gel strength tinggi maka untuk
memulai sirkulasi yang sempat terhenti akan diperlukan tenaga pompa
yang cukup besar. Bila formasi tidak sanggup menahan tekanan pompa
yang besar ini maka formasi akan pecah.
- Pemompaan yang mengejutkan
Pemompaan lumpur yang mengejutkan akan menyebabkan formasi pecah
jika formasi tidak kuat. Akibatnya adalah seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Pada waktu mata bor menembus formasi ini maka lumpur
akan mengisi gua, celah, dan rekahan yang ada.

• Tindakan Pencegahan
Pengalaman menunjukkan bahwa sekitar 50% dari hilangnya lumpur
pengeboran terjadi karena induced fracture. Dalam hal ini hilangnya lumpur
dapat terjadi dimana-mana tidak terlalu terpengaruh oleh jenis formasi.
Dengan demikian pencegahan akan lebih murah daripada mengatasi
hilangnya lumpur pengeboran bila sudah terjadi. Beberapa hal yang perlu
diingat untuk pencegahan antara lain:
- Berat lumpur
Berat Lumpur perlu dijaga agar tetap minimum sekedar mampu
mengimbangi tekanan formasi. Serbuk bor (cutting) yang berada di annulus
juga mengakibatkan penambahan berat lumpur. Sehingga pembersihan
lubang bor memegang peranan yang penting.
- Viscosity dan gel strength
Gel strength juga dijaga agar tetap kecil, gel strength yang besar
memerlukan tenaga yang besar pula untuk menyirkulasikan gel tersebut,
tenaga yang besar ini akan dapat mengakibatkan pecahnya formasi.
Disarankan agar rotary table dan spindle digerakkan terlebih dulu sebelum
menjalankan pompa, disamping itu dalam menjalankan pompa tidak
dilakukan dengan mengejutkan (perlahan-lahan dalam membuka
kran/katup).
- Pada waktu menurunkan stang bor dan mata bor harus dihindari terjadinya
pressure surge untuk mencegah pecahnya formasi, juga pada waktu
mencabut atau menaikkan stang bor dan mata bor harus dihindari
terjadinya swabbing.
- Harus dipergunakan lumpur pengeboran yang baik dan stabil. Hal ini dapat
mengurangi negative mud seperti caving dan sloughing bridging.

• Cara Mengatasi Hilangnya Lumpur Pengeboran


Cara mengatasi hilangnya lumpur pengeboran ini sangat berbeda satu dari
yang lain, tergatung dari sebab-sebab, sifat formasi, dan sebagainya. Berikut
adalah beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk mengatasi hilangnya
lumpur pengeboran:
- Bahan penyumbat
Dalam mengatasi hilangnya lumpur pengeboran dipergunakan bahan
penyumbat antara lain:
o Granular material sepeti nut shells, nut plug, dan tuff plug
o Fibrous material seperti leather floc, fiber seal, dan chip seal
o Flakes seperti mica dan cellophare
o Kombinasi jenis bahan-bahan tersebut di atas. Demikian pula ukurannya
dapat dicampur dari yang halus (fine), medium, serta yang kasar (coarse)
o Heat expanded material seperti expandedperlite
o Bahan-bahan khusus seperti high filter loss slurry, bentonite diesel oil
slurry, atau bentonite diesel oil cemen slurry
- Seepage losses
Adalah bila hilangnya lumpur pengeboran dalam jumlah yang relatif kecil
yaitu kurang dari 15 bbl/jam, usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah:
o Mengurangi berat lumpur pengeboran, tekanan pompa, dan periode
menunggu
o Dapat dicoba menambahkan bahan penyumbat dengan cara:
Menyiapkan bahan penyumbat dengan lumpur khusus untuk
membawabahan-bahan tersebut sekitar 200 bbl.
Bahan penyumbat akan lebih baik apabila terdiri dari bermacam-
macam jenis serta ukuran dengan konsentrasi sekitar 25-35 lbs/bbl
lumpur. Apabila hilangnya lumpur pengeboran makin besar maka
jumlah serta ukuran bahan penyumbat harus diperbesar.
Bahan penyumbat dipompakan ke dalam lubang bor, pada saat
bahan penyumbat sampai pada dasar mata bor maka pengeboran
dapat dimulai lagi.
Dengan demikian sirkulasi lumpur bor akan kembali normal
(seimbang), apabila sirkulasi masih belum normal maka penyumbatan
dengan batchmethod ini dapat diulang hingga berhasil.
- Complete loss of returns
Adakalanya lumpur pengeboran tidak keluar kembali dari lubang bor tetapi
lubang bor tetap penuh. Hal yang dapat diusahakan antara lain dengan
memakai highfilterloss slurry atau soft plug.
- Lumpur tidak sampai ke permukaan
Keadaan ini sangat berbahaya karena akan terjadi pengurangan tekanan
hidrostatis lumpur pengeboran yang selanjutnya dapat terjadi wellkick.
Usaha yang harus segera dilakukan adalah mengisi lubang annulus
dengan air yang jumlahnya harus diperhitungkan atau lubang bor disumbat
terlebih dahulu dengan bahan penyumbat sebelum pengeboran
dilanjutkan.
- Blind drilling
Adakalanya pengeboran menembus formasi dengan tekanan yang sangat
rendah bahkan di bawah tekanan hidrostatis air. Usaha yang dapat
dilakukan antara lain pengeboran dengan lumpur yang sangat ringan
misalnya aeratedmud atau mistdrilling sampai mencapai formasi yang
cukup keras untuk kemudian dipasang casing dan disemen.

4. Stang Bor Terjepit


• Pengertian
Dalam kenyataannya operasi pengeboran tidak selalu berjalan lancar.
Seringkali stang bor terjepit, benda-benda asing terjatuh, atau benda yang
tertinggal di dalam lubang bor (stang bor patah), semua benda ini disebut
dengan fish. Hal ini dapat menggangu kelancaran operasi pengeboran,
peralatan-peralatan tersebut harus dikeluarkan dulu dari lubang bor
sebelum operasi pengeboran dapat dilanjutkan. Operasi pembersihan
lubang bor ini sering disebut sebagai pemancingan. Sedangkan peralatan
khusus yang dipakai dalam operasi pemancingan ini disebut sebagai alat
pancing. Selanjutnya jenis serta ukuran dan bentuk benda yang harus
dipancing sangat belainan dan ini memerlukan prosedur serta peralatan
yang berbeda pula.

• Jenis dan Sebab Jepitan


Ada 3 sebab utama dari terjepitnya rangkaian stang bor, yaitu:
- Caving soughing
Akibat pengeboran menembus formasi yang tidak stabil dan mudah runtuh
terutama shale, gejala yang tampak pada problem ini antara lain:
• tekanan pompa naik
• serbuk bor / cutting bertambah
• ada sangkutan (drag, bridges)
• torsi naik
• bit balling
• lumpur: viskositas naik, air fitrasi naik, gel strength naik
Cara pencegahan terhadap masalah ini adalah pemakaian mudpractice
serta drilling partice yang baik. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah ini antara lain sirkulasi yang intensif (turnkan water
loss,pelumasan), kemudian perendaman (spotting ) dengan minyak atau oil
soluble surfactant.
- Key seat
Key seat atau lubang kunci ini dapat terjadi pada lubang bor miring. Hal ini
terjadi karena gesekan rangkaian stang bor dengan dinding lubang bor
bagian atas dan membentuk semacam lubang kunci jika lubang bor dilihat
dari atas. Biasanya jepitan terjadi waktu mencabut stang bor. Untuk
pencegahannya dapat dilakukan dengan menghindari belokan tajam (dog
leg). Pada sumur miring belokan yang disarankan maksimum 3/100 ft.
- Defferential pressure sticking
Jepitan jenis ini terjadi apabila:
• formasi porous dan permeabel
• lumpur terlalu berat sehingga tekanan hidrostatis lumpur melebihi
tekanan formasi
• lumpur kurang stabil (water loss tinggi, mud cake tebal)
Dalam hal ini tidak tampak adanya gejala sebelum jepitan. Jepitan jenis ini
dapat terjadi pada sumur bor miring maupun sumur bor tegak. Sebagai
tindakan pencegahan antara lain:
mengurangi berat lumpur dan air filtrasi, pelumasan, dapat dipakai
oil emulsion mud, oil invert emulsion mud atau oil base mud
memakai stabilizer dan spiral grooved drill collar pada rangkaian bor

• Jenis dan Sebab Jepitan


Ada bermacam-macam jenis fish yang terdapat di dalam lubang bor. Jenis,
ukuran, dan bentuknya dapat bermacam-macam tergantung dari situasi
serta penyebab adanya fish tersebut. Secara umum jenis fish ini dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
 Stang bor terjepit
 Stang bor lepas / patah
 Stang bor terlepas seluruhnya atau sebagian dan terjatuh ke dalam
lubang bor
 Pipa selubung (casing) terjepit, pecah, atau lepas
 Kabel swab atau kabel loging putus
 Peralatan-peralatan kecil atau benda-benda asing lainnya yang
jatuh ke dalam lubang bor
Jenis, ukuran, dan bentuk fish serta situasi dan kondisi lubang bor banyak
menentukan cara pemancingan serta alat yang diperlukan.

• Pengenalan Masalah
Sebelum mulai operasi pembersihan lubang bor dari fish yang tertinggal
maka harus menentukan dulu perincian serta cirri-ciri dari fish tersebut,
dimana fish berada, dan sebab-sebab mengapa fish berada di situ.
Sebagai contoh pada stang bor terjepit. Sebelum atau dalam proses
pembebasannya perlu diketahui ukuran stang bor, ukuran lubang bor,
tempat jepitan, sebab stang bor terjepit, dan seterusnya. Contoh lainnya
pada stang bor yang patah dan tertinggal di dalam lubang bor. Maka perlu
diketahui ukuran stang bor dan ukuran lubang bor, berapa stang bor yang
tertinggal, dimana, bagaimana bentuk patahan, apakah lubang bor miring,
dan lain sebagainya. Dengan dasar pengetahuan tersebut dapat ditentukan
langkah atau cara pemancingan serta peralatan yang diperlukan.

• Jenis-Jenis Operasi dalam Pemancingan


- Sirkulasi
Sirkulasi merupakan cara yang sering diterapkan untuk membebaskan
stang bor yang terjepit, yaitu dengan cara :
Sirkulasi intensif dan diberi pelumas pada lumpur bor, bila stang terjepit
karena endapan atau longsoran pasir, shale, atau clay
bila jepitan karena perbedaan tekanan (differential pressure sticking)
berat lumpur dapat dikurangi.
- Perendaman
Bila pipa terjepit maka perlu dicari tempat jepitan, biasanya jepitan terjadi
karena endapan atau longsoran pasir, shale, atau clay. Bila demikian dapat
dipompakan cairan perendaman pada lokasi tempat jepitan. Sambil
direndam, pipa dicoba digerakan naik turun atau diputar. Waktu
perendaman dapat singkat atau sampai beberapa jam. Sebagai cairan
perendam dapat dipakai minyak, oil base mud, invert oil emulsion mud,
asam klorida (HCl), atau yang popular saat ini adalah oil soluble surfactant
(misalnya pipe lax) yang dilarutkan dalam diesel oil, dengan jumlah ratarata
satu galon surfactant untuk tiap barrel minyak. Dalam hal ini perlu
diperhatikan agar cairan perendam benar-benar berada di daerah jepitan.
- Pengeboran kurung (wash over)
Bila stang bor yang tertinggal di dalam lubang bor karena patah atau
dipotong dalam keadaan terjepit, maka jepitan harus dibersihkan dulu
sebelum pipa dapat diangkat.
Pembersihan sekeliling pipa ini dapat dilakukan dengan pengeboran
sekelilingnya.
- Sidetrack dan Abandon
Adakalanya stang bor yang terjepit tidak dapat dibebaskan. Terpaksa
lubang bor disumbat dengan semen (plug back) dan kemudian pengeboran
dilanjutkan kesamping (sidetrack). Kemungkinan lain adalah sumur
disumbat/ditutup lalu ditinggalkan.

• Alat Pancing
Alat pancing secara keseluruan dapat dikelompokkan dalam alat pancing itu
sendiri dan alat-alat pembantu untuk melaksanakan operasi pemancingan,
termasuk juga alat keselamatan agar rangkaian stang bor pemancignan itu
sendiri tidak terjepit.
- Alat pancing pipa:
• dari luar: die collar, overshot
• dari dalam: taper tap, pipe spear,
- Alat pancing benda-benda kecil :
• junk basket
• fishing magnet
- Alat pancing kabel:
• cable spear
- Alat pemukul:
• bumper sub
• jar: mechanical rotary jar, hydraulic jar, surface jar.
- Alat pemotong pipa: internal cutter dan external cutter
- Alat penyelamat: safety joint
- Lain-lain: milling shoe dan casing roller
• Rangkaian Alat Pancing
Untuk pemancingan benda–benda dimana ada kemungkinan tidak dapat
terlepas terutama untuk stang bor, maka disarankan agar dalam rangkaian
alat pancing tersebut dipasang :
- Safety joint, sebagai pengaman di atas alat pancing
- Jar/bumper sub, untuk memukul dan membantu melapaskan jepitan
- Drill collar, sebagai pemberat
- Jar accelerator, diperlukan bila jepitan tidak dalam

5. Semburan Liar (Blow Out)


Untuk menjelaskan arti semburan liar/blow out terlebih dahulu akan
diperkenalkan istilah kick yaitu masuknya fluida formasi (air, gas, atau
minyak) ke dalam lubang sumur. Hal ini dikarenakan lumpur pengeboran tidak
dapat mengontrol tekanan formasi yang disebabkan karena turunnya tekanan
hidrostatis lumpur pengeboran dan naiknya tekanan formasi. Lumpur
pengeboran memberikan tekanan hidrostatik kepada formasi yang akan
semakin besar sejalan dengan pertambahan kedalaman. Bila tekanan
hidrostatis lebih kecil dari tekanan formasi terjadilah kick. Fluida formasi yang
sudah masuk ke dalam lubang sumur ini mempunyai tekanan yang besar
sehingga fluida ini mengalir ke permukaan. Kalau tidak dapat dikontrol
dengan cepat maka akan terjadi semburan fluida formasi tersebut ke
permukaan, hal inilah yang disebut dengan blow out. Bila yang menyembur
adalah minyak dan atau gas maka akan sangat berbahaya sekali terutama
jika terdapat sepercik api yang akan menyebabkan kebakaran. Apabila blow
out berupa air maka masih dapat diusahakan untuk menutup peralatan-
peralatan pencegah semburan liar.
Faktor yang mempengaruhi tekanan hidrostatis lumpur adalah berat jenis
lumpur dan ketinggian kolom lumpur. Apabila terdapat salah satu atau
keduanya yang rendah maka akan menyebabkan turunya tekanan hidrostatis
lumpur.

- Berat jenis lumpur turun


Bercampurnya fluida formasi dengan lumpur bor akan menyebabkan berat
jenis lumpur turun, hal ini dapat ditinjau dari beberapa sebab, yaitu:
• Swab effect
Terjadi apabila pencabutan rangkaian stang bor terlalu cepat maka
antara rangkaian stang bor dan dinding lubang bor akan mirip seperti
halnya piston dan silinder. Ruang di bawah bit yang ditinggalkan oleh
rangkaian pengeboran menjadi vakum dan fluida formasi akan tersedot
(terhisap ke dalam lubang bor). Ditambah lagi dengan viskositas lumpur
yang besar (lumpur kental) maka gerakan lumpur yang ada di atas bit
terlambat mengisi ruangan di bawah bit. Akibatnya akan masuk fluida
formasi ke dalam lubang dan bercampur dengan lumpur bor dan akan
menyebabkan berat jenis lumpur turun. Hal ini dapat menurunkan
tekanan hidrostatis dari lumpur bor.
• Menembus formasi gas
Saat menembus formasi gas maka cutting yang dihasilkan akan
mengandung gas. Walaupun mulanya tekanan hidrostatis lumpur dapat
membendung gas supaya tidak dapat masuk ke dalam lubang, tetapi
gas dapat masuk ke dalam lubang bersama cutting. Gas keluar dari
cutting masuk ke dalam lumpur, makin lama gas makin banyak sehingga
akan menurunkan berat jenis dari lumpur bor. Apabila hal ini terjadi
maka tekanan hidrostatis lumpur tidak dapat lagi membendung
masuknya gas ke dalam sumur secara lebih besar.
- Tinggi kolom lumpur turun
Bila formasi pecah atau ada celah dan rekahan-rekahan pada lapisan di
dalam lubang bor maka lumpur bor akan masuk ke dalam lapisan yang
pecah atau bercelah tersebut sehingga tinggi kolom lumpur akan turun.
Maksudnya di sini adalah tinggi kolom lumpur di annulus. Walaupun berat
jenis lumpur tidak turun, tekanan hidrostatisdari lumpur akan turun dengan
turunnya tinggi kolom lumpur.

2. KENDALA-KENDALA NON-TEKNIS
Banyak kendala non-teknis yang sering dijumpai saat proses pengeboran di
lapangan. Keberadaan kendala ini biasanya sangat mempengaruhi kemajuan
proses pengeboran.

Beberapa kendala tersebut diantaranya adalah:


- Lokasi base camp (tempat tinggal sementara bagi kru bor)
Pada daerah tertentu kondisi keberadan base camp ini harus benar-benar aman.
Gangguan dapat berasal dari manusia lain di sekitar lokasi dan juga karena
adanya gangguan dari binatang–binatang buas. Adanya kendala ini akan sangat
mempengaruhi kondisi psikologis dan ketenangan bagi kru bor yang akhirnya
akan mempengaruhi prestasi atau kecepatan pekerjaan pengeboran.
- Letak titik pengeboran harus terletak pada lokasi/daerah yang bebas dari
masalah kepemilikan seperti tanah daerah sengketa, daerah–daerah yang
dilindungi (cagar alam/budaya), dll. Kendala ini keberadaanya akan sangat
mempengaruhi proses pekerjaan pengeboran terutama apabila pekerjaan
pengeboran sudah berjalan.
- Proses kegiatan pengeboran harus diusahakan tidak mengganggu kondisi
lingkungan setempat terutama jika terletak di daerah pemukiman. Sehingga jam-
jam kerja harus diatur agar keberadaannya seperti kerja lembur.
- Kondisi kesehatan kru bor. Hal ini harus selalu diantisipasi agar mereka dapat
bekerja secara kontinyu dan tidak terhenti karena adanya gangguan kesehatan
dari salah satu kru bor. Hal ini akan sangat mempengaruhi efisiensi kerja
pengeboran.

Anda mungkin juga menyukai