Skip to content
wiwiksunaryatipujilestari
Beranda
Perihal
1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
24 Februari 2015 | wiwikspl
A. Pengertian
Yang dimaksud dengan 1000 hari ialah 1000 hari pertama kehidupan anak. Dihitung mulai
dari anak masih dalam kandungan (9 bulan 10 hari = 280 hari) dan sampai anak tersebut
berusia 2 tahun (720 hari), dengan catatan 1 bulan=30 hari.
Jika 1000 hari tersebut dibagi berdasarkan tahapan kehidupan anak, maka ada 5 titik kritis
yang harus diperhatikan pada seorang anak ialah :
Pastikan ibu memiliki status gizi baik sebelum dan selama hamil, tidak mengalami
kurang energi kronik (KEK) dan anemia.
Selama hamil ibu mengonsumsi makanan bergizi sesuai kebutuhan, porsi kecil tapi
sering jau lebih baik serta memperbanyak konsumsi sayur dan buah.
Suplemen tablet besi (Fe), asam folat, vitamin C sangat dibutuhkan untuk menjaga ibu
dari kemungkinan mengalami anemia.
Ibu harus memeriksakan kehamilan secara rutin.
Memasuki kehamilan trimester ke-3, sebaiknya ibu dan suami sudah mendapatkan
informasi tentang menyusui, seperti manfaat menyusui, posisi dan teknik menyusui
yang tepat, cara menangani masalah-masalah yang muncul saat menyusui (seperti
puting lecet, ASI tidak keluar dll).
Pastikan ibu mengetahui jenis dan bentuk (konsistensi) makanan serta frekuensi
pemberian makanan yang tepat diberikan pada periode ini.
Ajarkan ke ibu transisi pemberian makan mulai dari makanan cair atau lumat (6-8
bulan), lembek dan lunak/semi padat (8-12 bulan) dan padat (12-24 bulan).
Dukung ibu untuk terus memberikan ASI sampai periode ini.
Ajarkan ibu untuk mengolah dan memilih makanan yang murah dan bernilai gizi
tinggi.
Memantau pertumbuhan dan memeriksakan kesehatan anak secara teratur.
1. Visi
Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi untuk memenuhi hak dan berkembangnya potensi
ibu dan anak.
2. Misi
C. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai pada akhir tahun 2025 disepakati sebagai berikut :
D. Pemangku Kepentingan
Dalam Gerakan 1000 HPK ditekankan pentingnya kemitraan dengan berbagai pihak atau
pemangku kepentingan untuk mengatasi masalah gizi. Program perbaikan gizi tidak hanya
menjadi tanggungjawab dan dilakukan oleh pemerintah, tetapi perlu melibatkan berbagai
pemangku kepentingan yang terdiri dari Kementerian dan Lembaga, dunia usaha, mitra
pembangunan internasional, lembaga sosial kemasyarakatan, dan didukung oleh organisasi
profesi, perguruan tinggi, serta media.
1. Pemerintah
Pemerintah berperan sebagai inisiator, fasilitator, dan motivator gerakan 1000 HPK, yang
terdiri dari K/L, mitra pembangunan, organisasi masyarakat, dunia usaha dan mitra
pembangunan.
1. Organisasi Kemasyarakatan
1. Dunia Usaha
Dunia usaha bertugas untuk pengembangan produk, control kualitas, distribusi, riset,
pengembangan teknologi informasi, komunikasi, promosi perubahan perilaku untuk hidup
sehat.
Mitra pembangunan bertugas untuk memperluas dan mengembangkan kegiatan gizi sensitif
dan spesifik melalui harmonisasi keahlian dan bantuan teknis antar mitra pembangunan
antara lain UNICEF, WHO, FAO dan IFAD, SCN (Standing Committee on Nutrition).
1. Intervensi spesifik
Tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya ditujukan khusus untuk kelompok 1000
HPK. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan. Intervensi spesifik
bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek.
Jenis-jenis intervensi gizi spesifik yang cost efektif adalah sebagai berikut :
1. Ibu Hamil
2. Usia 0 – 6 Bulan
Promosi menyusui.
KIE perubahan perilaku untuk perbaikan MP – ASI.
Suplementasi Zink.
Zink untuk manajemen diare
Pemberian Obat Cacing
Fortifikasi besi
Pemberian kelambu berinsektisida dan malaria
Kegiatan Indikator
Ibu Hamil
· cakupan Suplementasi besi-folat .
b. Perlindungan terhadap
ibu mengkonsumsi garam beriodium.
kekurangan Iodium
· cakupan ibu hamil mendapat
c. Perlindungan ibu hamil pengobatan malaria.
terhadap malaria
· Kelambu berinsektisida.
Ibu Menyusui
· cakupan Promosi ASI perorangan dan
kelompok .
ASI Ekslusif
· cakupan sasaran ter-ekspos KIE Gizi.
Anak Umur 0 – 23 bulan
Makanan Pendamping ASI · Cakupan KIE Pemberian MP-ASI.
(MP-ASI), imunisasi, zat gizi
mikro · cakupan Pemberian MP-ASI anak
usia > 6 bulan.
· anak memperoleh akses garam
beriodium.
1. Intervensi Sensitif
1. Pendataan
2. Pengadaan
3. Pelatihan
4. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE).
5. Pemantauan
6. Bimbingan teknis (supervisi)
7. Regulasi
Kegiatan Indikator
· cakupan Akses terhadap air bersih.
Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi · Persentase sanitasi yang layak
· Persentase penduduk yang menikmati
produk pangan difortifikasi.
Fortifikasi Pangan
· Jumlah jenis produk pangan yang
difortifikasi.
Pendidikan Gizi Masyarakat · Meningkatnya materi KIE untuk
sosialisasi dan advokasi.
· Meningkatnya pengetahuan
masyarakat terhadap perilaku hidup bersih
dan sehat.
· usia menikah pertama anak
perempuan.
Remaja Perempuan
· Jumlah remaja yang mengalami
kehamilan.
· Menurunnya persentase penduduk
Pengentasan Kemiskinan yang hidup di bawah garis kemiskinan
nasional.
Selain kegiatan dalam intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif, dalam rangka
meningkatkan kemitraan dan pencapaian target Gerakan 1000 HPK, telah disusun rencana
kegiatan utama dari tiap pemangku kepentingan. Kegiatan ini dibagi atas kegiatan jangka
pendek (18 bulan) dan jangka menengah (36 bulan). Uraian dari kegiatan utama tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah
Kegiatan utama pemerintah yang memiliki peran sebagai inisiator, fasilitator, dan motivator
meliputi kegiatan dari proses inisiasi dasar-dasar Gerakan 1000 HPK (dasar hukum dan
dokumen pendukung) hingga pelaksanaan dan evaluasi Gerakan 1000 HPK. Rincian kegiatan
pemerintah diuraikan pada tabel berikut :
2. Mitra pembangunan
Kegiatan utama mitra pembangunan yang meliputi kegiatan dari proses inisiasi dasar-dasar
Gerakan 1000 HPK (dasar hukum dan dokumen pendukung) hingga pelaksanaan dan
evaluasi Gerakan 1000 HPK. Rincian kegiatan mitra pembangunan diuraikan pada tabel
berikut :
Kegiatan utama Lembaga Sosial Kemasyarakatan yang meliputi kegiatan dari proses inisiasi
dasar-dasar Gerakan 1000 HPK (dasar hukum dan dokumen pendukung) hingga pelaksanaan
dan evaluasi Gerakan 1000 HPK. Rincian kegiatan Lembaga Sosial Kemasyarakatan
diuraikan pada tabel berikut :
1. Dunia Usaha
Kegiatan utama Dunia Usaha yang meliputi kegiatan dari proses inisiasi dasar-dasar Gerakan
1000 HPK (dasar hukum dan dokumen pendukung) hingga pelaksanaan dan evaluasi
Gerakan 1000 HPK. Rincian kegiatan Dunia Usaha diuraikan pada tabel berikut :
Kegiatan utama Mitra Pembangunan yang meliputi kegiatan dari proses inisiasi dasar-dasar
Gerakan 1000 HPK (dasar hukum dan dokumen pendukung) hingga pelaksanaan dan
evaluasi Gerakan 1000 HPK. Rincian kegiatan Mitra Pembangunan diuraikan pada tabel
berikut :
1. Pembiayaan
Pendanaan bagi pelaksanaan Gerakan 1000 HPK bersumber dari APBN, APBD dan sumber-
sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai peraturan perundang-undangan.
Status gizi dan kesehatan ibu dan anak sebagai penentu kualitas sumber daya manusia,
semakin jelas dengan adanya bukti bahwa status gizi dan kesehatan ibu pada masa pra-hamil,
saat kehamilannya dan saat menyusui merupakan periode yang sangat kritis.
Periode seribu hari, yaitu 270 hari selama kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan
pertama bayi yang dilahirkannya, merupakan periode sensitif karena akibat yang ditimbulkan
terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Dampak
tersebut tidak hanya pada pertumbuhan fisik, tetapi juga pada perkembangan mental dan
kecerdasannya, yang pada usia dewasa terlihat dari ukuran fisik yang tidak optimal serta
kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi.
Didalam kandungan, janin akan tumbuh dan berkembang melalui pertambahan berat dan
panjang badan, perkembangan otak serta organ-organ lainnya seperti jantung, hati, dan ginjal.
Janin mempunyai plastisitas yang tinggi, artinya janin akan dengan mudah menyesuaikan diri
terhadap perubahan lingkungannya baik yang menguntungkan maupun yang merugikan pada
saat itu. Sekali perubahan tersebut terjadi, maka tidak dapat kembali ke keadaan semula.
Perubahan tersebut merupakan interaksi antara gen yang sudah dibawa sejak awal kehidupan,
dengan lingkungan barunya.
Pada saat dilahirkan, sebagian besar perubahan tersebut menetap atau selesai, kecuali
beberapa fungsi, yaitu perkembangan otak dan imunitas, yang berlanjut sampai beberapa
tahun pertama kehidupan bayi. Kekurangan gizi yang terjadi dalam kandungan dan awal
kehidupan menyebabkan janin melakukan reaksi penyesuaian. Secara paralel penyesuaian
tersebut meliputi perlambatan pertumbuhan dengan pengurangan jumlah dan pengembangan
sel-sel tubuh termasuk sel otak dan organ tubuh lainnya.
Hasil reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi di ekspresikan pada usia dewasa dalam
bentuk tubuh yang pendek, rendahnya kemampuan kognitif atau kecerdasan sebagai akibat
tidak optimalnya pertumbuhan dan perkembangan otak. Reaksi penyesuaian akibat
kekurangan gizi juga meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit tidak menular (PTM)
seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan diabetes dengan berbagai risiko ikutannya
pada usia dewasa.
Berbagai dampak dari kekurangan gizi yang diuraikan diatas, berdampak dalam bentuk
kurang optimalnya kualitas manusia, baik diukur dari kemampuan mencapai tingkat
pendidikan yang tinggi, rendahnya daya saing, rentannya terhadap PTM, yang semuanya
bermuara pada menurunnya tingkat pendapatan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
Dengan kata lain kekurangan gizi dapat memiskinkan masyarakat. Suatu yang
menggembirakan bahwa berbagai masalah tersebut diatas bukan disebabkan terutama oleh
faktor genetik yang tidak dapat diperbaiki seperti diduga oleh sebagian masyarakat,
melainkan oleh karena faktor lingkungan hidup yang dapat diperbaiki dengan fokus pada
masa 1000 HPK. Investasi gizi untuk kelompok ini harus dipandang sebagai bagian investasi
untuk menanggulangi kemiskinan melalui peningkatan pendidikan dan kesehatan.
Seperti telah diuraikan dimuka, perbaikan gizi pada kelompok 1000 HPK akan menunjang
proses tumbuh kembang janin , bayi dan anak sampai usia 2 tahun, sehingga siap dengan baik
memasuki dunia pendidikan. Selanjutnya perbaikan gizi tidak saja meningkatkan pendapatan
keluarga tetapi juga pendapatan nasional. Di Banglades dan Pakistan misalnya, masalah
kekurangan gizi termasuk anak pendek, menurunkan pendapatan nasional (GNP) sebesar 2
persen – 4 persen tiap tahunnya (IFPRI, 2000). Gambar 1. Siklus Gangguan Pertumbuhan
intergenerasi
Masalah kekurangan gizi 1000 HPK diawali dengan perlambatan atau retardasi pertumbuhan
janin yang dikenal sebagai IUGR (Intra Uterine Growth Retardation). Di negara berkembang
kurang gizi pada pra-hamil dan ibu hamil berdampak pada lahirnya anak yang IUGR dan
BBLR. Kondisi IUGR hampir separuhnya terkait dengan status gizi ibu, yaitu berat badan
(BB) ibu pra-hamil yang tidak sesuai dengan tinggi badan ibu atau bertubuh pendek , dan
pertambahan berat badan selama kehamilannya (PBBH) kurang dari seharusnya. Ibu yang
pendek waktu usia 2 tahun cenderung bertubuh pendek pada saat meninjak dewasa. Apabila
hamil ibu pendek akan cenderung melahirkan bayi yang BBLR (Victoria CG dkk, 2008).
Apabila tidak ada perbaikan terjadinya IUGR dan BBLR akan terus berlangsung di generasi
selanjutnya, sehingga terjadi masalah anak pendek intergenerasi. (lihat gambar).
Siklus tersebut akan terus terjadi apabila tidak ada perbaikan gizi dan pelayanan kesehatan
yang memadai pada masa-masa tersebut. Kelompok ini tidak lain adalah kelompok 1000
HPK yang menjadi fokus perhatian dokumen ini. Mengapa penting kelompok 1000 HPK
diperhatikan. Jawabnya adalah karena akan mengurangi jumlah anak pendek di generasi yang
akan datang dan seterusnya. Dengan itu, akan ditingkatkan kualitas manusia dari aspek
kesehatan, pendidikan dan produktivitasnya yang akhirnya bermuara pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat. ((Barker, 2007b; Victora CG, 2008), (IFPRI, 2000)). Para ahli
ekonomi dunia perbaikan gizi pada 1000 HPK adalah suatu investasi pembangunan yang
“cost effective”. (Copenhagen Declaration, 2012).
HOME
OUR SERVICES
o
o
o
o
HEALTHY TIPS
HEALTHY LIFESTYLE VIDEO
ABOUT
HUBUNGI
DISCLAIMER
Untuk mencetak anak Indonesia yang sehat dan cerdas, langkah awal yang paling penting
untuk dilakukan adalah pemenuhan gizi pada anak sejak dini, bahkan saat masih di dalam
kandungan atau yang dikenal dengan 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). 1000 HPK
dimulai sejak dari fase kehamilan (270 hari) hingga anak berusia 2 tahun (730 hari).
Seribu hari pertama kehidupan telah disepakati oleh para ahli di seluruh dunia sebagai saat
yang terpenting dalam hidup seseorang. Sejak saat perkembangan janin di dalam kandungan,
hingga ulang tahun yang kedua menentukan kesehatan dan kecerdasan seseorang. Makanan
selama kehamilan dapat mempengaruhi fungsi memori, konsentrasi, pengambilan keputusan,
intelektual, mood, dan emosi seorang anak di kemudian hari.
Fase Kehamilan
Trimester 3 (minggu 28-40), Berat janin mulai bertambah dengan pesat, organ mulai matang
Setelah lahir juga tetap harus diperhatikan kebutuhan gizinya karena sebagian organ masih
terus berkembang hingga usia 2 tahun, misalnya otak. Perkembangan fungsi melihat,
mendengar, berbahasa, dan fungsi kognitif juga mencapai puncaknya pada usia 0-2 tahun.
Tantangan gizi yang dialami selama fase kehamilan adalah status gizi seorang wanita
sebelum hamil sangat menentukan awal perkembangan plasenta dan embrio. Berat badan ibu
pada saat pembuahan, baik menjadi kurus atau kegemukan dapat mengakibatkan kehamilan
beresiko dan berdampak pada kesehatan anak dikemudian hari. Kebutuhan gizi akan
meningkat pada fase kehamilan, khususnya energi, protein, serta beberapa vitamin dan
mineral sehingga ibu harus memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan yang
dikonsumsinya.
Janin memiliki sifat plastisitas (fleksibilitas) pada periode perkembangan. Janin akan
menyesuaikan diri dengan apa yang terjadi pada ibunya, termasuk apa yang diasup oleh
ibunya selama mengandung. Jika nutrisinya kurang, bayi akan mengurangi sel-sel
perkembangan tubuhnya. Oleh karena itu, pemenuhan gizi pada anak di 1000 Hari Pertama
Kehidupan menjadi sangat penting, sebab jika tidak dipenuhi asupan nutrisinya, maka
dampaknya pada perkembangan anak akan bersifat permanen.
Perubahan permanen inilah yang menimbulkan masalah jangka panjang. Mereka yang
mengalami kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan, mempunyai tiga resiko,
diantaranya:
Resiko terjadinya penyakit tidak menular/ kronis, tergantung organ yang terkena. Bila ginjal,
maka akan menderita gangguan ginjal, bila pankreas maka akan beresiko penyakit diabetes
tipe 2, bila jantung akan beresiko menderita penyakit jantung.
Bila otak yang terkena maka akan mengalami hambatan pertumbuhan kognitif, sehingga
kurang cerdas dan kompetitif;
Gangguan pertumbuhan tinggi badan, sehingga beresiko pendek/stunting .
Keadaan ini ternyata tidak hanya bersifat antar-generasi (dari ibu ke anak) tetapi bersifat
trans-generasi (dari nenek ke cucunya). Sehingga diperkirakan dampaknya mempunyai kurun
waktu 100 tahun, artinya resiko tersebut berasal dari masalah yang terjadi sekitar 100 tahun
yang lalu, dan dampaknya akan berkelanjutan pada 100 tahun berikutnya.
Masalah pada periode 730 hari selama pasca kelahiran bayi disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan dan sikap gizi orangtuanya yang menyebabkan tidak berkualitasnya asupan gizi
dan pola asuh yang akan berdampak pada status gizi anak. Hal tersebut dapat dicegah jika ibu
memiliki status gizi, kondisi fisik dan kesehatan yang baik. Pengetahuan gizi ibu akan
mempengaruhi keseimbangan konsumsi zat gizi yang pada akhirnya berdampak pada
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pemenuhan gizi yang optimal selama periode 1000 HPK, selain memberi kesempatan bagi
anak untuk hidup lebih lama, lebih sehat, dan lebih produktif, juga berisiko lebih rendah dari
menderita penyakit degeneratif. Analisis dari penelitian kohor di 5 negara memberikan bukti
kuat bahwa gizi yang cukup di dalam kandungan dan di usia 2 tahun pertama kehidupan
sangat kritis untuk pembangunan sumber daya manusia.
Pertumbuhan anak pada periode emas berlangsung secara cepat, yaitu selama tahun pertama
dan kedua usia anak. Namun, dalam kasus-kasus kekurangan gizi, justru fakta menunjukkan
bahwa penurunan status gizi terjadi pada periode ini. Oleh karena itu asupan makanan selama
kehamilan sangatlah perlu untuk diperhatikan.
Dengan meningkatkan kualitas kesehatan ibu hamil dan anak sejak dalam kandungan akan
didapatkan generasi penerus yang lebih produktif sehingga dapat memajukan kualitas
generasi muda. Sembilan pesan inti 1000 HPK yaitu:
Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan dilakukan untuk memantau status gizi ibu hamil. Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 828/Menkes/SK/IX/2008 pemeriksaan kehamilan dianjurkan
dilakukan minimal empat kali selama kehamilan. Pemeriksaan yang dianjurkan minimal satu
kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga
umur kehamilan. Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan minimal adalah pengukuran berat
badan dan tinggi badan, pengukuran tekanan darah, skrining status imunisasi tetanus dan
pemberian tetanus toksoid, pengukuran tinggi fundus uteri, pemberian tablet besi/tablet
tambah darah (90 tablet selama kehamilan), temu wicara (komunikasi interpersonal dan
konseling) serta tes laboratorium sederhana (hb, protein urin), dan atau berdasarkan indikasi
(HbsAg, sifilis, HIV, malaria dan tubercolosis (TBC)).
Pemberian tablet tambah darah berfungsi untuk mencegah terjadinya risiko anemia. Selain
itu, untuk mendeteksi terjadinya anemia sejak dini pada ibu hamil maka dilakukan tes kadar
hemoglobin. Pemberian imunisasi tetanus toksoid kepada ibu hamil dilakukan untuk
mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi yang akan dilahirkan. Pemeriksaan
kehamilan harus dilakukan secara teratur sejak awal kehamilan. Hal ini disebabkan karena
pelayanan kesehatan yang tepat dan penyuluhan selama kehamilan diperlukan untuk
menjamin lancarnya proses kelahiran.
Zat besi merupakan mineral mikro vital yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin. Zat besi berperan dalam perkembangan syaraf selama janin dan
sebelum masa kanak-kanak. Kebutuhan zat besi selama kehamilan meningkat menjadi 27
mg/hari khususnya pada kehamilan trimester kedua dan ketiga. Pemenuhan zat besi selama
kehamilan dapat diperoleh dari cadangan besi, akan tetapi jika cadangan ini sedikit dan
kandungan serta penyerapan zat besi dari diet sedikit maka diperlukan suplementasi zat besi.
Dampak yang ditimbulkan akibat anemia saat kehamilan adalah perdarahan pasca melahirkan
dan berat bayi lahir rendah. Anemia yang terjadi pada ibu hamil akan berpengaruh pada
fungsi imunitas tubuh. Infeksi pada ibu hamil akan meningkatkan risiko terjadinya kelahiran
bayi prematur.
Kebutuhan gizi selama kehamilan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan saat
tidak hamil. Kebutuhan protein, asam folat, kalsium dan zat besi ibu hamil meningkat. Porsi
makan untuk ibu hamil harus lebih banyak dengan kualitas makanan yang baik dibandingkan
dengan saat sebelum hamil. Jika ibu hamil mengalami mual, muntah serta tidak nafsu makan
sebaiknya mengonsumsi makanan yang tidak mengandung lemak dan menyegarkan.
Zat gizi yang dibutuhkan ibu hamil meliputi karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan
protein. Karbohidrat dan lemak bertindak sebagai sumber tenaga, yang dapat diperoleh dari
serealia, umbi-umbian. Vitamin B kompleks berguna untuk melindungi sistem saraf, otot
serta jantung. Sumber vitamin B kompleks ada pada serealia, biji-bijian, kacang-kacangan,
sayuran hijau, telur serta produk susu. Protein sebagai sumber zat pembangun terdapat pada
daging, ikan, telur, dan kacang-kacangan. Kalsium diperlukan untuk pertumbuhan tulang
serta gigi janin dan membuat perlindungan ibu hamil dari osteoporosis. Jika keperluan
kalsium ibu hamil tidak tercukupi maka kekurangan kalsium dapat diambil dari tulang ibu.
Asam folat berperan untuk perubahan sistem saraf dan sel darah, yang banyak ada pada
sayuran berwarna hijau gelap.
Harus dilakukan inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi yang baru dilahirkan. Inisiasi
menyusui dini merupakan kemampuan bayi menyusu sendiri segera setelah lahir. Pada
prinsipnya inisiasi menyusui dini merupakan kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayi,
yaitu dengan cara menengkurapkan bayi di dada atau perut ibu setelah seluruh badan
dikeringkan (bukan dimandikan). Inisiasi menyusui dini ini dapat dilakukan sekitar satu jam
sampai bayi selesai menyusu. Inisiasi menyusui dini mempunyai beberapa manfaat di
antaranya adalah mendekatkan kasih sayang antara ibu dan bayi. Menurut Unicef, inisiasi
menyusui dini dapat menurunkan risiko perdarahan pada ibu setelah melahirkan. Selain itu
bagi ibu, inisiasi menyusui dini juga dapat menstimulasi hormon oksitosin yang dapat
membuat rahim berkontraksi dalam proses pengecilan rahim kembali ke ukuran semula.
Selain melakukan IMD, bayi yang baru lahir juga harus diberikan kolostrum. Kolostrum
merupakan cairan kental berwarna kekuningan yang dikeluarkan oleh kelenjar payudara
setelah melahirkan. Kolostrum mempunyai kandungan energi lebih rendah, protein lebih
tinggi serta karbohidrat dan lemak yang lebih rendah daripada air susu ibu yang diproduksi
selanjutnya. Kolostrum mengandung beberapa zat antibodi, di antaranya adalah faktor bifidus
yang merupakan faktor spesifik yang dapat memacu pertumbuhan Lactobacillus bifidus,
bakteri yang dianggap dapat mengganggu kolonisasi bakteri patogen di dalam saluran cerna.
Sehingga kolostrum sangat baik untuk membentuk sistem imun bayi.
Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan pada saat menyusui merupakan makanan paling kompleks
yang mengandung zat gizi lengkap dan bahan bioaktif yang diperlukan untuk tumbuh
kembang dan pemeliharaan kesehatan bayi. Bagi bayi yang berumur di bawah 6 bulan ASI
merupakan makanan yang paling dianjurkan. Hal ini disebabkan sistem pencernaan bayi yang
masih belum bisa menerima makanan lain. ASI mempunyai beberapa manfaat, yaitu dapat
meningkatkan kondisi neurologi bayi. Hal ini disebabkan oleh kandungan yang terdapat di
dalam ASI seperti LCPUFA dapat mempercepat perkembangan otak bayi. Anak yang
diberikan ASI mempunyai perkembangan kognitif lebih tinggi dibandingkan dengan anak
yang diberikan susu formula. Hal ini disebabkan karena ASI dapat meningkatkan fungsi otak
dibandingkan dengan susu formula.
ASI mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan susu formula diantaranya, yaitu
ASI mengandung kolostrum untuk meningkatkan imunitas tubuh bayi, ASI mudah dicerna
dan mengandung zat gizi yang berkualitas, ASI mengandung zat anti infeksi, bersih, dan
bebas kontaminasi, mendekatkan hubungan kasih sayang ibu dan bayi, meningkatkan
kecerdasan anak, praktis, dan murah (Depkes 2001).
Imunisasi
Bayi juga harus diberikan imunisasi. Imunisasi yang harus didapat oleh bayi, yaitu imunisasi
hepatitis B pada umur 0—7 hari, imunisasi BCG dan polio 1 pada usia 1 bulan, imunisasi
DPT/HB 1 dan polio 2 pada usia 2 bulan, DPT/HB 2 dan polio 3 pada usia 3 bulan, DPT/HB
3 dan polio 4 pada usia 4 bulan, dan imunisasi campak pada usia 9 bulan. Imunisasi yang
diberikan bermanfaat untuk mencegah beberapa penyakit yang dapat terjangkit pada anak-
anak. Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah terjadinya penyakit paru-paru/TBC pada
anak. Imunisasi DPT berfungsi untuk mencegah penyakit difteri, pertussis, dan tetanus.
Imunisasi campak bermanfaat untuk mencegah terjadinya penyakit campak. Imunisasi
hepatitis B berfungsi mencegah penyakit hepatitis B dan imunisasi polio berfungsi untuk
mencegah penyakit polio (Kemenkes 2011).
Periode usia 7—24 bulan terdiri dari beberapa kegiatan di antaranya adalah pemberian ASI
sampai usia dua tahun, Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), imunisasi, dan suplementasi
vitamin A. Makanan pendamping ASI merupakan makanan yang diberikan kepada bayi
selain ASI. Makanan pendamping ASI diberikan kepada bayi karena kebutuhan gizi bayi
semakin meningkat dan ASI saja sudah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.
Pemberian makan pada anak sebaiknya disesuaikan dengan tahap perkembangannya. Pada
saat bayi berumur 6 atau 7 bulan bayi baru belajar mengunyah dan siap untuk mengonsumsi
makanan padat.
Zat gizi yang harus terkandung dalam makanan pendamping ASI adalah karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, dan mineral. Kebutuhan protein dan zat gizi mikro seperti vitamin dan
mineral diperlukan dalam jumlah tinggi karena pada masa ini sampai anak usia dua tahun
merupakan masa pertumbuhan dan dengan laju metabolisme tinggi. Kandungan lemak pada
makanan pendamping ASI anak diperlukan sebagai sumber asam lemak esensial,
memfasilitasi penyerapan vitamin larut lemak. Kebutuhan lemak bagi anak dalam makanan
pendamping ASI berkisar antara 30%-45% kebutuhan energi.
Bayi dan anak mempunyai kebutuhan vitamin A yang tinggi untuk membantu masa
pertumbuhan dan mencegah infeksi. Kekurangan vitamin A yang parah pada anak dapat
menyebabkan gangguan penglihatan dan meningkatnya risiko kesakitan dan mortalitas anak
karena mudah terserang infeksi. Untuk mencegah hal tersebut maka dilakukan pemberian
suplementasi vitamin A dosis tinggi kepada bayi usia 6 bulan sampai anak usia 5 tahun.
Pemberian vitamin A dosis tinggi ini didasarkan pada vitamin A diabsorpsi tubuh dalam
jumlah besar kemudian disimpan di dalam hati dan dimobilisasi di dalam tubuh pada periode
yang cukup lama. Pemberian suplementasi vitamin A diberikan setiap bulan Februari atau
Agustus. Bayi berusia 6—11 bulan diberikan kapsul vitamin A berwarna biru sedangkan
anak usia 12—59 bulan diberikan kapsul vitamin A berwarna merah. Bayi 6—11 bulan
diberikan vitamin A dengan dosis 100.000 IU sedangkan untuk anak usia 12—59 bulan
diberikan vitamin A dengan dosis 200.000 IU (Kemenkes 2011).
Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan merupakan salah satu kegiatan yang termasuk dalam program 1000
HPK. Sanitasi merupakan penyebab tidak langsung yang berpengaruh pada status gizi balita.
Sanitasi lingkungan yang tidak baik akan mengakibatkan kejadian diare yang nantinya akan
menyebabkan infeksi sehingga berpengaruh terhadap kurang gizi.
Referensi :
Achadi EL. 2014. Periode Kritis 1000 Hari Pertama Kehidupan dan Dampak Jangka Panjang
terhadap Kesehatan dan Fungsinya. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.
http://kgm.bappenas.go.id/document/datadokumen/41_DataDokumen.pdf
inShare