Anda di halaman 1dari 11

Buletin Psikologi ISSN 0854-7106 (Print)

2018, Vol. 26, No. 2, 126 – 136 ISSN 2528-5858 (Online)


DOI: 10.22146/buletinpsikologi.38895 https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi

Menggunakan Studi Kasus sebagai Metode Ilmiah dalam


Psikologi
Unika Prihatsanti1, Suryanto2, & Wiwin Hendriani3
1Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
2,3

Abstract
As a research method, case studies are often used in qualitative research, but there is no
agreement on research procedures. Case studies have been widely used in psychology,
which is not only used in the context of research but it has different meanings. The purpose
of this article is to provide a description of the case study as a research method, by providing
an overview of the procedures for conducting research which includes when case studies can
be used, research design, data collection, data validity, and data analysis. This article seeks to
help emerging researchers in the field of psychology with several views from Robert Yin and
Robert Stake. This article helps researchers to familiarize themselves with the procedures of
qualitative research using case studies. A case study approach that is applied correctly can be
a valuable method for conducting research, especially in the field of psychology as a means
of developing theory, evaluating programs, developing interventions..
Keywords: case study; psychology; qualitative

Pengantar praktik seperti studi lingkungan, pendi-


dikan, maupun bisnis (Johanson, 2003).
Mempelajari 1kasus, sudah sering diguna-
Studi kasus (case study) berciri kualitatif
kan dalam ranah bidang kesehatan,
namun sebagian lagi tidak. Misalnya studi
psikologi, organisasi, dan bidang lain untuk
kasus penyakit pada kedokteran, rekam
menunjukkan hal-hal penting dari kasus
medis lebih bercorak kuantitatif daripada
yang dipelajari. Studi kasus digunakan
kualitatif. Sebagai pendekatan, kunci
untuk memberikan pemahaman akan
penelitian studi kasus memungkinkan
sesuatu yang menarik perhatian, proses
untuk menyelidiki suatu peristiwa, situasi,
sosial yang terjadi, peristiwa konkret, atau
atau kondisi sosial tertentu dan untuk
pengalaman orang yang menjadi latar dari
memberikan wawasan dalam proses yang
sebuah kasus. Sebuah studi kasus diharap-
menjelaskan bagaimana peristiwa atau
kan dapat menangkap kompleksitas satu
situasi tertentu terjadi (Hodgetts & Stolte,
kasus dan metodologi ini semakin berkem-
2012). Lebih lanjut Hodgetts & Stolte (2003)
bang dalam ilmu-ilmu sosial, termasuk
menjelaskan bahwa studi kasus individu,
dalam bidang yang berorientasi pada
kelompok, komunitas membantu untuk
menunjukkan hal-hal penting yang menjadi
perhatian, proses sosial masyarakat dalam
1 Korespondensi artikel ini dapat dilakukan melalui: peristiwa yang konkret, pengalaman
unik0206@gmail.com; suryanto@psikologi.unair.ac. pemangku kepentingan. Kasus dapat
id; wiwin.hendriani@unair.ac.id

126 Buletin Psikologi


PRIHATSANTI, SURYANTO & HENDRIANI

mengilustrasikan bagaimana masalah dapat Pembahasan


diatasi melalui penelitian.
Penelitian studi kasus sering digambar- Definisi Studi Kasus
kan sebagai metodologi yang fleksibel, Penting untuk dipahami bahwa mendefini-
menantang dan paling umum digunakan sikan studi kasus, tidak ada definisi tunggal
dalam penelitian ilmu sosial. Namun termasuk dalam ilmu sosial terdapat
demikian dukungan dan perhatian definisi yang luas dan terbagi dalam empat
terhadap studi kasus paling sedikit karena kategori (Hentz, 2017). Teaching case tidak
tidak adanya protokol yang terdefinisi perlu menggambarkan individu, peristiwa
dengan baik (Cope, 2015), tidak ada atau proses tertentu secara akurat, karena
standardisasi atau formula bagaimana tujuan utamanya untuk meningkatkan
melakukan penelitian studi kasus (Yin, pembelajaran. Teaching case dapat berupa
2002). Adanya kritik terhadap studi kasus ilustrasi dan meskipun berasal dari
didasarkan bahwa penelitian ini tidak dapat pengamatan studi kasus tidak selalu sesuai
memberikan wawasan kausalitas dan dengan metodologi penelitian tertentu.
generalisasi. Namun Krampen & Krampen Untuk tujuan pendidikan Yin menyatakan
(2016) dalam artikelnya menjelaskan adanya “A case study need not contain a complete or
peningkatan besar studi kasus dalam accurate rendition of actual events, rather, its
publikasi ilmiah berdasarkan temuan purpose is to establish a framework for
penelitian Glanxel & Schubert. Sejumlah discussion and debate among students”. (Yin,
artikel dengan istilah “studi kasus” atau 2002).
“laporan kasus” lebih banyak diterbitkan
Kriteria untuk mengembangkan kasus
dalam ilmu kedokteran, biomedis, biologi
berasal dari single case, dan jauh berbeda
dan diikuti ilmu sosial dan humaniora.
dari studi kasus untuk tujuan penelitian.
Meskipun tidak secara spesifik menyebut-
Misalnya studi kasus gangguan psikologi
kan psikologi, laporan dimasukkan dalam
klinis yang didasarkan pada penelitian
bidang illmu kedokteran, dan atau sosial.
tertentu. Studi kasus ini dikembangkan
Pendekatan studi kasus banyak digunakan
menggunakan kombinasi kriteria diagnostik
pada kasus klinis, dengan pendekatan
dan observasi klinis. Case history digunakan
interpretatif atau naratif kualitatif untuk
untuk peyimpanan catatan, tujuan utama-
mendukung kasus tunggal yang lebih
nya bukan penelitian namun kasus-kasus
kuantitatif dan sistematis (Krampen &
Krampen, 2016). Studi kasus memiliki fokus ini bisa jadi berguna sebagai data dalam
pada satu unit tertentu, yang dapat berupa penelitian. Case work digunakan untuk
individu, kelompok, organisasi, masyarakat. menggambarkan manajemen perawatan
Artikel ini akan mendeskripsikan dan kesehatan untuk pasien atau populasi. Case
mendiskusikan penelitian studi kasus dan research/case study research dimaksudkan
mengeksplorasi penggunaan metodologi ini dengan tujuan menyelidiki kegiatan atau
dalam penelitian psikologi. Pendekatan ini proses kompleks yang tidak mudah
bermanfaat untuk penelitian dalam dipisahkan dari konteks sosial di mana hal
mengembangkan teori, mengevaluasi itu terjadi. Kategori ini mempertahankan
program, dan mengembangkan intervensi penggunaan metodologi dalam penelitian-
karena fleksibilitas dan ketelitiannya (Baxter nya untuk menyajikan temuan yang akurat
& Jack, 2008). dan dapat diandalkan untuk mewakili data.

Buletin Psikologi 127


STUDI KASUS SEBAGAI METODE ILMIAH DALAM PSIKOLOGI

Merriam & Tisdell (2015) mendefinisikan diperlukan detail yang cukup untuk
studi kasus sebagai diskripsi dan analisis memberikan gambaran tentang sebuah
mendalam dari bounded system. Yin (2002) kasus. Studi kasus biasanya spesifik, namun
mendefinisikan studi kasus sebagai proses bukan berarti tidak dapat diterapkan pada
penelitian. “A case study is an empirical proses sosial yang lebih luas. Penelitian
inquiry that ivestigates a contemporary studi kasus terdiri dari penyelidikan yang
phenomenon (the ‘case’) within its real-life terperinci, seringkali data dikumpulkan
context, especially when the boundaries between pada periode waktu, fenomena dan konteks
phenomenon and context may not clearly tertentu yang tujuannya untuk memberikan
evident” (p.16). Sebuah studi kasus pene- analisis tentang konsteks dan proses yang
litian bertujuan untuk menguji pertanyaan berkaitan dengan isu teoritis yang sedang
dan masalah penelitian, yang tidak dapat dipelajari. Fenomena ini tidak dapat
dipisahkan antara fenomena dan konteks di dipisahkan dari konteksnya, tetapi menjadi
mana fenomena tersebut terjadi. menarik ketika tujuannya memahami
perilaku yang dipengaruhi oleh kontens
Kapan Studi Kasus Digunakan tertentu (Hartley, 2004).
Pendekatan studi kasus, menurut Yin (2002) Ruang lingkup studi kasus yang digu-
digunakan dengan mempertimbangkan (a) nakan dalam penelitian ketika studi kasus
fokus penelitian adalah untuk menjawab menyelidiki fenomena konteks kehidupan
pertanyaan “bagaimana” dan “mengapa”; terutama ketika batasan antara fenomena
(b) peneliti tidak dapat memanipulasi dan konteks tidak dapat dipisahkan dengan
perilaku mereka yang terlibat dalam jelas. Kedua, penyelidikan studi kasus
penelitian; (c) peneliti ingin menutupi berhubungan dengan situasi yang khas di
kondisi kontekstual karena yakin hal itu mana banyak variabel yang menarik,
relevan dengan yang diteliti; (d) batas tidak bergantung pada banyaknya sumber bukti
jelas antara fenomena dan konteks. atau sumber data dengan data yang
Misalnya studi Yuliawan & Himam (2007) membutuhkan triangulasi dan pengecekan
tentang fenomena grasshopper, studi kasus dengan hasil lainnya. Preposisi teoritis
profesional yang berpindah-pindah peker- sebelumnya memberikan manfaat untuk
jaan yang berusaha menentukan alasan para memandu pengumpulan data dan analisis
profesional ini berpindah pekerjaan. Studi (Yin, 2002).
kasus dipilih, karena kasusnya adalah para Hartley (2004) menjelaskan studi kasus
profesional yang berpindah kerja namun dapat digunakan pada beberapa konteks.
kasus tersebut tidak dapat dipertimbangkan Pertama, pada konteks yang lebih luas,
tanpa konteks, yaitu di mana para profe- misalnya organisasi. Contohnya ketika
sional ini bekerja. Tidaklah mungkin pene- menjelaskan job insecurity pada kasus
liti mendapatkan gambaran benar tentang kemunduran organisasi, peneliti dapat
alasan profesional ini berpindah kerja tanpa mengeksplorasi tentang job insecurity,
mempelajari atau mempertimbangkan bagaimana karyawan mengalami secara
konteks di mana hal itu terjadi. berbeda terkait hal tersebut, bagaimana
Peneliti studi kasus berfokus pada tindakan yang dilakukan organisasi untuk
kasus tertentu secara mendalam sehingga memperbaiki kondisi tersebut. Sehingga
dapat mengidentifikasi hubungan sosial, studi kasus dapat berguna untuk mengeks-
proses dan kategori yang secara bersamaan plorasi proses atau perilaku yang muncul.
dapat dikenali, khas, dan unik. Sehingga “Case studies have an important function in

128 Buletin Psikologi


PRIHATSANTI, SURYANTO & HENDRIANI

generating hypotheses and building theory” litasi pemahaman peneliti tentang sesuatu
(Hartley, 2004); kedua, studi kasus diguna- yang lain. Kasus dilihat secara mendalam,
kan ketika memiliki tujuan untuk mengeks- konteksnya diteliti, kegiatannya dirinci
plorasi kasus yang ‘aneh’ atau ekstrim, karena membantu peneliti menemukan
misalnya perubahan organisasi yang tujuan penelitian. Sedangkan Yin (2002)
ekstrim; ketiga, studi kasus berguna membagi studi kasus menjadi, studi kasus
menangkap sifat yang muncul dan berubah eksplanatori, eksploratori, diskriptif. Studi
dalam organisasi, yang tidak dapat kasus eksploratori, lapangan dan pengum-
ditangkap melalui survei karena proses atau pulan data dapat dilakukan sebelum
aliran aktivitasnya yang demikian cepat, adanya pertanyaan penelitian dan hipotesis.
misalnya turnover karyawan yang tinggi; Jenis penelitian ini dianggap sebagai studi
keempat, studi kasus merupakan teknik pendahuluan dalam beberapa penelitian
untuk mengeksplorasi perilaku organisasi sosial. Namun demikian, kerangka kerja
informal, tidak biasa, rahasia bahkan penelitian tetap harus dibuat sebelumnya.
terlarang; kelima, studi kasus digunakan Studi pendahuluan berguna untuk menen-
untuk memahami praktik sehari-hari, di tukan protokol/urutan akhir yang diguna-
mana orang-orang yang terlibat tidak dapat kan. Pertanyaan survei dapat ditambahkan
dieksplorasi dalam kontak atau waktu yang berdasarkan studi pendahuluan. Studi
singkat. kasus explanatori cocok digunakan dalam
studi kasus kausal. Pada kasus yang
Jenis Studi Kasus kompleks dan multivariat, analisis dilaku-
kan dengan teknik pencocokan pola. Studi
Peneliti perlu mempertimbangkan jenis
kasus deskriptif merupakan bentuk diskrip-
studi kasus apa yang akan dilakukan, hal
si atas suatu kasus dan mengharuskan
ini bergantung pada tujuan studi secara
peneliti mulai dengan teori diskriptif
keseluruhan. Stake (1995) membagi studi
kasus menjadi studi kasus intrinsik dan
Desain Studi Kasus
instrumental. Studi kasus instrinsik dilaku-
kan karena peneliti menginginkan pema- Yin (2002) mendefinisikan desain sebagai
haman lebih baik pada kasus khusus yang “the logical sequence that connects the empirical
diteliti. Hal ini tidak dilakukan karena data to a study’s initial research questions and,
kasus tersebut mewakili permasalahan ultimately, to its conclusions,” dan
tertentu, tetapi dengan semua kekhususan menyarankan empat tipe desain penelitian yang
dan keserupaan dalam kasus membuat dapat digunakan. Single holistic design, single
kasus itu menjadi menarik. Tujuannya embedded design, multiple holistic design dan
bukan untuk memahami fenomena umum multiple embedded design”. Holistic design
melainkan lebih pada minat intrinsik pada membutuhkan satu unit analisis, sementara
fenomena tertentu, sehingga meskipun embedded design membutuhkan unit analisis
peneliti dapat membangun teori dari studi ganda. Pada perspektif ini desain studi
ini, hal itu bukan menjadi tujuan utama. kasus terdiri dari lima komponen, yaitu
Studi kasus instrumental digunakan ketika pertanyaan penelitian, preposisi jika, unit
kasus diteliti terutama untuk memberikan analisis, logika yang menghubungkan data
wawasan tentang masalah atau untuk dengan analisis, kriteria untuk menafsirkan
koreksi atas penelitian sebelumnya. Kasus temuan. Komponen keempat dan kelima
bukan merupakan hal yang utama namun menjadi perhatian karena digunakan untuk
memiliki peran yang mendukung, memfasi- merencanakan analisis data.

Buletin Psikologi 129


STUDI KASUS SEBAGAI METODE ILMIAH DALAM PSIKOLOGI

Berkaitan dengan komponen-kompo- dilakukan bersamaan dengan pengumpulan


nen tersebut, Yin (2002) menyarankan data.
bahwa peneliti perlu meninjau literatur Sebagai bentuk penelitian, studi kasus
yang relevan dan memasukkan proposisi ditentukan oleh minat pada kasus indivi-
teoritis mengenai kasus yang diteliti dual, apa yang dapat dipelajari dari sebuah
sebelum melakukan pengumpulan data. kasus tunggal (Stake, 1995). Studi kasus
Hal inilah yang membedakan studi kasus dapat berupa single atau multiple case, di
dengan metode yang lain seperti grounded mana multiple case dilakukan dengan
dan etnografi. Peneliti perlu meyakinkan mereplikasi kasus. Penggunaan studi kasus
bahwa desain yang dipilih merupakan tunggal dapat dilakukan ketika kasus
desain yang ketat dan kuat dengan mewakili (1) kasus kritis untuk menguji
melakukan pengecekan secara terperinci. teori, (2) kasus yang tidak biasa atau unik,
Jika terjadi perubahan desain pada saat (3) kasus umum yang dapat menambah
pengambilan data, terutama ketika terjadi pemahaman pada peristiwa tertentu, (4)
perubahan besar pada desain, peneliti kasus yang sebelumnya tidak dapat diakses,
seharusnya kembali ke langkah pertama (5) kasus longitudinal (Yin, 2002). Misalnya
konseptualisasi dan memulai kembali peneliti ingin mempertimbangkan topik
merancang penelitian. Yin memberikan tentang resiliensi karyawan yang terkena
struktur desain yang ketat pada metode PHK, maka peneliti dapat menentukan hal
studi kasus, sebaliknya Stake (1995) ini menjadi satu kasus dengan satu karya-
menyarankan desain yang fleksibel di mana wan atau satu kelompok karyawan yang di-
peneliti dapat membuat perubahan meski- PHK. Namun demikian peneliti perlu
pun terjadi pada proses penelitian. Stake mempertimbangkan juga konteksnya
hanya mengusulkan pada desain awal apakah para karyawan ini berada dalam
penelitian berkaitan dengan fenomena atau satu lingkungan yang khusus/ekstrim. Jika
isu yang akan mengarahkan pada desain demikian bisa jadi desain kasus tunggal bisa
pertanyaan penelitian, yaitu “for intrinsic dipilih. Penelitian Yuliawan & Himam
case study, case is dominant; the case is of (2007) dan Hendriani (2016) merupakan
highest importance. For instrumental case contoh penelitian menggunakan studi kasus
study, issue is dominant; we start and end with tunggal.
issues dominant” (Stake, 1995). Multiple case dipilih ketika peneliti
Merriam (2009) menjelaskan proses tertarik untuk memeriksa kondisi atau
rancangan penelitian kualitatif dengan lebih temuan serupa yang dapat direplikasi.
rinci, termasuk di dalamnya adalah Ketika memilih beberapa kasus, tidak ada
melakukan tinjauan literatur, membangun rumus tertentu yang menyebutkan berapa
kerangka teoritis, mengidentifikasi masalah banyak kasus yang diperlukan. Secara
penelitian, menyusun dan mempertajam umum dengan lebih banyak kasus akan
pertanyaan penelitian dan memilih sampel meningkatkan taraf kepercayaan. Bedanya
(purposive sampling). Pendekatan Merriam adalah, studi kasus tunggal hanya memung-
merupakan kombinasi pendekatan Yin dan kinkan peneliti untuk memahami satu kasus
Stake, dengan merekomendasikan desain yg unik/khas, sementara pada studi kasus
yang fleksibel sampai pada batas tertentu. ganda, peneliti dapat meneliti beberapa
Sampling purposive terjadi sebelum data kasus untuk mengetahui persamaan atau
dikumpulkan, sedangkan sampling teoritis perbedaan di antara kasus. Multiple case
dapat digunakan ketika (1) memprediksi

130 Buletin Psikologi


PRIHATSANTI, SURYANTO & HENDRIANI

hasil serupa (direplikasi), (2) memprediksi pertanyaan yang ditentukan. (3) Observasi
hasil kontras tetapi dapat diprediksi. langsung dilakukan ketika kunjukan
Sebagai contoh, jika peneliti ingin meneliti lapangan selama studi kasus dan lebih
karyawan yang di PHK, maka peneliti handal jika dilakukan lebih dari satu orang.
melakukan penelitian pada berbagai setting Pengamatan partisipan dapat dilakukan
organisasi, menganalisisnya pada tiap untuk membuat peneliti terlibat aktif. (4)
setting atau lintas setting. Desain studi kasus Artefak, berupa bukti fisik lain yang
ganda dianggap lebih kuat dan dapat dikumpulkan selama pengambilan data
diandalkan tetapi membutuhkan waktu dan lapangan. Sedangkan Stake (1995) menya-
biaya yang tidak sedikit ketika dilakukan rankan penggunaan observasi, wawancara
(Baxter & Jack, 2008). Penelitian yang dan telaah dokumen dalam penelitian studi
menggunakan desain studi kasus ganda kasus
salah satunya adalah penelitian Rahardanto
& Subandi (2012). Analisis Data
Analisis data dapat menggunakan analisis
Pengumpulan Data
kualitatif, maupun kuantitatif. Kuantitatif
Sumber bukti yang digunakan dalam yang dimaksud adalah angka atau nomor
pengambilan data berasal dari berbagai yang mungkin digunakan sebagai diskripsi
sumber, Yin (2002) menyarankan peneliti data. Yin (2002) mendefinisikan analisis
menggunakan (1) dokumen, bisa berupa “consists of examining, categorizing, tabulating,
surat, memorandum, agenda, dokumen testing, or otherwise recombining both
administrasi, artikel surat kabar, atau quantitative and qualitative evidence to address
dokumen apapun yang erkaitan dengan the initial propotions of a study”. Yin mereko-
penyelidikan. Triangulasi bukti melalui mendasikan dalam analisis data dengan
dokumen berfungsi untuk menguatkan mengkategorikan data kemudian mengatur
bukti dari sumber lain. Dokumen juga data dengan empat cara, yaitu pencocokan
dapat digunakan untuk membuat kesim- pola, membangun penjelasan, menemukan
pulan pada suatu peristiwa, mengarah pada logika model, dan melakukan analisis time-
petunjuk palsu jika peneliti tidak berpe- series. Teknik tambahan dilakukan ketika
ngalaman. Dokumen dapat berbentuk arsip, menggunakan beberapa kasus, disebut
seperti catatan layanan, catatan organisasi, sebagai sintesis untuk mencari pengulangan
daftar nama, hasil survei. (2) Wawancara, dalam kasus. Produk akhirnya adalah
merupakan sumber paling penting. Bentuk narasi yang menceritakan tentang kasus,
wawancara terbuka, yaitu partisipan yang memungkinkan pembaca sepenuhnya
berkomentar tentang peristiwa tertentu, menjadi paham pada pada kasus yang
mereka dapat mengusulkan solusi atau terjadi.
memberikan wawasan atas suatu peristiwa,
menguatkan bukti dari sumber lain. Peneliti Validasi Data
harus menghindari ketergantungan pada
Para peneliti yang menggunakan studi
satu partisipan, dan perlu mencari data
kasus perlu menjamin validitas data melalui
yang sama dari sumber lain untuk
beberapa hal, yaitu validitas konstruk yang
memverifikasi kebenarannya. Wawancara
didapatkan melalui triangulasi berbagai
terfokus/terstuktur digunakan dalam situasi
sumber bukti, rantai bukti dan pengecekan
di mana partisipan diwawancarai untuk
data. Validitas internal didapatkan melalui
jangka waktu tertentu untuk menjawab
penggunaan teknik analitik yang telah

Buletin Psikologi 131


STUDI KASUS SEBAGAI METODE ILMIAH DALAM PSIKOLOGI

ditetapkan seperti pencocokan pola. Validi- menyebutkan desain studi kasus yang
tas eksternal melalui generalisasi analitik dimaksudkan, analisis data dilakukan
dan reliabilitas melalui protokol atau tata secara kuantitatif. Demikian pula dengan
cara urutan melakukan studi kasus penelitian Nurmala, Anam & Suyono (2006)
tentang studi kasus perempuan lesbian
Kritik terhadap Studi Kasus (butchy) di Yogyakarta kurang dapat
memberikan kesimpulan bagaimana dina-
Pendekatan studi kasus tidak lepas dari
mika psikologis perempuan lesbian yang
kritik. Idowu (2016) menegaskan bahwa
dimaksud, sumber data tunggal berasal dari
mayoritas kritik terhadap metodologi dalam
wawancara, hasil penelitian belum merujuk
studi kasus. Kritik yang paling sering
pada parameter penelitian. Satu artikel
adalah ketergantungan pada kasus tunggal
penelitian Novita & Siswati (2010) menggu-
yang menjadikannya tidak dapat digenerali-
nakan terminologi desain studi kasus
sasi. Studi sejumlah kecil kasus dalam studi
tunggal dalam sebuah studi eksperimen
kasus tidak dapat digunakan untuk
pengaruh social stories terhadap ketrampilan
membangun keandalan temuan. Penelitian
sosial anak. Demikian pula banyak peneli-
studi kasus dianggap mengandung bias
tian yang menggunakan ‘studi kasus’ di
terhadap verifikasi, dengan kata lain studi
luar atrikel yang digunakan dalam pemba-
kasus memiliki kecenderungan untuk
hasan ini, untuk menjelaskan terminologi
mengkonfirmasi ide-ide yang terbentuk
konteks atau tempat, seperti studi kasus di
sebelumnya oleh peneliti. Kritik tersebut
PT. X, di sekolah A tetapi di dalam laporan
diarahkan pada statistik dan bukan gene-
penelitian atau publikasi artikel berisi
ralisasi analitik yang menjadi dasar studi
analisis kuantitatif. Beberapa penelitian
kasus, di mana dalam generalisasi analitik,
tersebut belum menggunakan studi kasus
teori yang dikembangkan sebelumnya
sebagai sebuah metode dalam penelitian.
digunakan sebagai template untuk memban-
dingkan hasil empiris dari studi kasus.
Penerapan Studi Kasus di Bidang Psikologi
Generalisasi baik desain tunggal maupun
ganda, dibuat untuk teori dan bukan Meskipun banyak menggunakan studi
populasi (Yin, 2002). Tujuan dari penelitian kasus dalam penelitian, banyak psikolog
studi kasus adalah menetapkan parameter enggan untuk menerima penelitian berbasis
dan kemudian diterapkan pada semua studi kasus sebagai pendekatan yang sah
penelitian. Validitas konstruk sangat berma- untuk memproduksi pengetahuan dan
salah dalam penelitian studi kasus (Tellis, diseminasi hasil penelitian. Upaya untuk
1997), terdapat tiga solusi untuk mengatasi- mempublikasikan studi kasus pada jurnal
nya, yaitu memperbanyak sumber bukti, psikologi, umumnya bertemu ‘kekhawa-
membangun rantai bukti dan memiliki tiran’ tentang desain penelitian, ketergan-
laporan rancangan studi kasus yang ditinjau tungan pada peserta tunggal, kelompok
oleh informan kunci. kecil, ‘tuduhan’ adanya bias peneliti, dan
Beberapa penelitian menggunakan kurangnya dukungan statistik (Hodgetts &
judul studi kasus, contoh penelitian Budi Stolte, 2012). Kritik terhadap studi kasus
(2006) tentang studi kasus kekerasan merujuk pada metodologi, yang meng-
terhadap perempuan dalam rumah tangga ganggap bahwa eksperimen dan sampel
di kota Yogyakarta kurang dapat memberi- yang besar merupakan bukti dukungan
kan gambaran ‘bagaimana’ kekerasan dalam penelitian psikologis. Supaya
dalam rumah tangga itu terjadi, tidak pendekatan ini dapat diterima dalam psi-

132 Buletin Psikologi


PRIHATSANTI, SURYANTO & HENDRIANI

kologi, penelitian sosial menjelaskan bahwa Penggunaan studi kasus pada bidang
hal itu terjadi sebagai bagian hubungan psikologi menarik untuk dilakukan, bukan
antar manusia. Psikologi memerlukan semata-mata untuk membedah kasus
sejumlah pendekatan untuk menghadapi tertentu. Pendekatan ini memiliki potensi
kompleksitas pengalaman manusia dan untuk menangani situasi sederhana mau-
kehidupan sosial. pun kompleks. Peneliti psikologi memung-
Terdapat pro kontra untuk studi kasus kinkan untuk dapat menjawab pertanyaan
klinis, pada dasarnya mereka yang pro lebih ‘apa’ dan ‘mengapa’ sambil mempertim-
merujuk adanya hal yang konkret, memiliki bangkan sebuah fenomena dipengaruhi
konteks, potensi adanya inovasi, dan oleh konteks di mana dia berada. Beberapa
menghargai klien. Sedangkan mereka yang penelitian telah menggunakan studi kasus
kontra karena kelemahan metodologis sebagai metodologi di bidang psikologi.
terutama kualitatif yang berhubungan Misalnya pada psikologi industri dan
dengan generalisasi dan validitas internal. organisasi, Yuliawan & Himam (2007)
Flyvbjerg (2006) menyatakan bahwa terda- melakukan penelitian pada karyawan yang
berpindah-pindah pekerjaan. Pada psiko-
pat lima kesalahpahaman penelitian studi
logi klinis, Rahardanto & Subandi (2012)
kasus, yaitu bahwa pengetahuan teoritis
mengajukan pertanyaan penelitian
dianggap lebih berharga daripada praktis,
“bagaimana dinamika psikologis individu
tidak ada generalisasi, tidak ada kontribusi
yang mengalami pemilikan roh dalam
pada pengembangan ilmiah, hanya berguna
konteks patologis, agama hiburan dan
untuk pembuatan hipotesis dan bukan
kuratif” dan “bagaimana rasa (inti dari
untuk pengujian hipotesis serta pengem-
perasaan, sensasi) yang dialami selama
bangan teori; sering bias pada verifikasi;
terjadi kesurupan?”. Pada psikologi
kesulitan menuliskan atau membuat
pendidikan, Manurung (2012) melakukan
laporan studi kasus.
penelitian tentang school refusal pada anak
Istilah studi kasus yang banyak diguna- sekolah dasar, Caesari & Listiara (2013)
kan pada bidang psikologi klinis lebih studi kasus mengenai strategi belajar pada
banyak merujuk pada strategi untuk mahasiswa yang aktif dalam organisasi
menganalisis kasus klien tertentu, yang pencinta alam, demikian juga penelitian
kurang merujuk pada metodologi studi Hendriani (2016) tentang adaptasi positif
kasus dalam penelitian kualitatif. Ketika pada resiliensi akademik mahasiswa
mendalami kasus individual, misalnya doktoral. Pada psikologi sosial, Saidiyah &
skizofenia, lebih berpusat pada individu. Julianto (2016) melakukan penelitian
Meskipun lingkungan lain juga dicari, problem pernikahan dan strategi
seperti dalam definisi metodologi studi penyelesaian, studi kasus pada pasangan
kasus, yaitu pendekatan penelitian yang suami istri dengan usia pernikahan di
berfokus pada suatu fenomena, variabel bawah sepuluh tahun.
atau serangkaian variabel, hal, atau kasus
Tujuan penelitian studi kasus adalah
yang terjadi dalam konteks waktu, tempat untuk memberikan diskripsi, menguji teori
yang ditentukan atau dibatasi untuk dan menghasilkan teori (Eisenhardt, 1989).
mendapatkan pemahaman keseluruhan Terbuka peluang menggunakan studi kasus
fenomena yang dikaji (Merriam, 2009; Stake, sebagai salah satu pendekatan penelitian
1995, Yin, 2002). Fenomena atau kasus dapat dan membangun teori. Eisenhardt (1989)
berupa seseorang, kelompok organisasi atau menjelaskan tahapan penelitian menggu-
peristiwa.

Buletin Psikologi 133


STUDI KASUS SEBAGAI METODE ILMIAH DALAM PSIKOLOGI

nakan beberapa langkah, yaitu 1) Memulai yang mungkin menarik untuk studi kasus.
penelitian dengan mendefinisikan perta- Kasus dapat dipilih dengan cara melakukan
nyaan penelitian, tanpa fokus penelitian, wawancara, misalnya pada serikat pekerja,
peneliti akan kewalahan menghadapi pengusaha untuk mencari tahu tentang
banyaknya data. Penetapan konstruk yang organisasi tertentu sebelum melakukan
pada awal penelitian dapat membantu pendekatan langsung.
peneliti membuat desain penelitian meski- Kedua, memperoleh dan mempertahan-
pun hal ini bukan hal umum untuk kan akses, peneliti perlu memastikan bahwa
dilakukan.; 2) Memilih kasus dari populasi keyperson dalam organisasi memberikan
yang spesifik; 3) Menyusun instrumen dan akses. Bisa jadi lebih dari satu yang memi-
prosedur penelitian, di mana peneliti meng- liki pengaruh untuk memutuskan apakah
gunakan metode pengambilan data dari peneliti memperoleh ijin dalam akses data,
berbagai sumber, menggunakan kombinasi dan berapa lama.
data kuantitatif dan kualitatif dan meng-
Ketiga, memilih kerangka teoritis awal
gunakan lebih dari satu investigator atau
di mana peneliti perlu memiliki fokus untuk
peneliti; 4) Terjun ke lapangan di mana
menghindari kewalahan olah data. Namun
terjadi tumpang tindih ketika pengumpulan
dalam prosesnya bisa saja kerangka teoritis
data dan melakukan analisis termasuk
awal tidak sama sampai akhir. Peneliti
dalam pembuatan catatan lapangan,
dapat menentukan pertanyaan penelitian
pengumpulan data dilakukan secara
sederhana dengan fokus “bagaimana” dan
flesibel; 5) Analisis data dengan mencari
“mengapa”. Keempat, mengumpulkan data
pola; 6) Membentuk hipotesis; 7) Mengkaji
dengan sistematis, mengingat sumber data
litetatur dengan melakukan perbandingan
yang tersedia dari berbagai sumber. Peneliti
dengan literatur yang bertentangan mau-
perlu bertanya pada diri sendiri ‘apakah
pun literatur yang sama; 8) Penutupan, di
proses yang dilakukan berasal dari infor-
mana peneliti harus berhenti menambahkan
man yang cukup luas? Adakah orang lain
kasus maupun data ketika kejenuhan
yang memiliki pandangan berbeda? Apakah
teoritis tercapai.
ada data yang tidak mendukung? Apakah
ada catatan dokumenter yang dapat
Merancang Studi Kasus
diperiksa?.
Peneliti perlu melakukan rancangan
Kelima, mengelola pengumpulan data,
penelitian dalam melaksanakan penelitian
peneliti menahan godaan untuk mengum-
kualitatif yang menggunakan studi kasus.
pulkan data terus-menerus dengan pemi-
Beberapa langkah dan rencana praktis yang
kiran akan biaya dan pengelolaan data yang
diperlukan dalam studi kasus penelitian di
dikumpulkan. Apakah wawancara atau
organisasi (Hartley, 2004), yaitu: pertama,
observasi akan menambah data dengan
memilih studi kasus. Peneliti perlu menen-
signifikan? Pada titik tertentu peneliti harus
tukan organisasi apa yang dicari, harus
memutuskan berhenti mengumpulkan data.
sesuai dengan kriteria yang ditentukan, apa
Keenam, menganalisis data, peneliti melaku-
yang menjadi ciri khas atau fenomena yang
kan diskripsi cermat terhadap data, misal-
dipelajari? apakah ada kasus yang ekstrim?
nya dengan melakukan pengelompokan
Apakah peneliti memiliki sumber daya jika
dalam topik tertentu, tema utama, perta-
ingin melakukan lebih dari satu kasus?
nyaan utama, menggunakan tabel untuk
Peneliti dapat menghubungi keyperson
mencari pola. Ketujuh, menutup kasus, jika
untuk menentukan populasi dari organisasi
telah selesai, peneliti dapat membahas

134 Buletin Psikologi


PRIHATSANTI, SURYANTO & HENDRIANI

temuan dan rekomendasi dengan pemang- Budi, S. H. (2006). Studi kasus tentang
ku kepentingan dan membuat laporan kekerasan terhadap perempuan dalam
penelitian. rumah tangga di kota Yogyakarta.
Humanitas, 3(2), 75-86
Penutup Caesari, Yasinta, K., & Listiara, A. (2013).
Kuliah versus organisasi: Studi kasus
Studi kasus sebagai sebuah metode mengenai strategi belajar pada
memberikan kerangka atau prosedur mahasiswa yang aktif dalam organisasi
penelitian yang harus diikuti. Yin (2002) mahasiswa pecinta alam Universitas
secara rigid mengharuskan peneliti untuk Diponegoro. Jurnal Psikologi Undip,
pengikuti prosedur penelitian yang ditetap- 11(1), 2013. doi: 10.14710/jpu.12.2.164-
kan bahkan ketika peneliti mengubah 175
desain maka peneliti perlu kembali pada
Cope, D. (2015). Case study research
prosedur awal. Yin memberikan struktur
methodology in nursing research.
desain yang ketat pada metode studi kasus,
Oncology Nursing, 42(6), 681-882. doi: 10.
sebaliknya Stake (1995) menyarankan
1188/15.ONF.
desain yang fleksibel di mana peneliti dapat
membuat perubahan meskipun terjadi pada Eisenhardt, K. M. (1989). Building theories
proses penelitian. Tujuan penelitian studi from case study research. The Academy
kasus untuk memberikan diskripsi telah of Management Review, 14(4), 532-550.
digunakan di bidang psikologi, baik doi: 10.2307/258557
psikologi industri dan organisasi, psikologi Flyvbjerg, B. (2006). Five misunderstandings
pendidikan, maupun psikologi sosial. about case-study research. Qualitative
Hartley (2004) menjelaskan dengan cukup Inquiry, 12(2), 219-245. doi: 10.1177/
rinci kapan studi kasus dapat digunakan 1077800405284363
dan memberikan panduan merancang studi Hartley, J. (2004). Case study research
kasus, meskipun penjelasannya dalam dalam Cassel, D & Symon, G. Essential
setting organisasi namun tidak menutup guide to qualitatice methods in organiza-
kemungkinan untuk digunakan pada setting tional research (eds). London: SAGE
yang lain. Penggunaan studi kasus untuk Publications. doi: 10.4135/978144628
membangun teori belum dilakukan secara 0119.n9.
maksimal. Sehingga membuka peluang bagi
Hendriani, W. (2017). Adaptasi positif pada
peneliti di masa depan yang tertarik
resiliensi akademik mahasiswa
menggunakan pendekatan kualitatif studi
doktoral. Humanitas, 14(2), 139-149

kasus dapat menggunakan prosedur yang
telah dijelaskan oleh Eisenhardt. Hentz, P. (2017). Overview of case study
research. Dalam Chesnay, M. (Eds).
Qualitative designs and Methods in
Daftar Pustaka Nursing (pp.1-10). New York:
Baxter, P., & Jack, S. (2008). Qualitative case www.springerpub.com
study methodology: Study design and Hodgetts, D. J., & Stolte, O. M. E. (2012).
implementation for novice researchers. Case-based research in community and
The Qualitative Report, 13(4), 544-559. social pychology: Introduction to the
Diakses dari http://nsuworks.nova.edu/ special issue. Journal of Community &
tqr/vol13/iss4/2 Applied Social Psychology, 22, 379–389.
doi: 10.1002/casp.2124

Buletin Psikologi 135


STUDI KASUS SEBAGAI METODE ILMIAH DALAM PSIKOLOGI

Idowu, O. M. (2016). Criticisms, constraints Novita., & Siswati. (2010). Pengaruh social
and constructions of case study research stories terhadap keterampilan sosial
strategy. Asian Journal of Business and anak dengan Attention-Deficit Hyper-
Management, 4(5), 184-188 activity Disorder (ADHD): Studi
Johanson, R. (2003). Case study methodology. eksperimental desain kasus tunggal di
International Conference “Methodolo- Sekolah Alam Ar-Ridho Semarang.
gies in Housing Research” organised by Jurnal Psikologi Undip, 8(2), 102-116. doi:
the Royal Institute of Technology in 10.14710/jpu.8.2.102-116.
cooperation with the International Rahardanto, M., & Subandi. (2012). From
Association of People–Environment acute pain to intense elation: The
Studies, Stockholm, 22–24 September psychological dynamics of five indivi-
2003. duals who experienced spirit posses-
Krampen, D., & Krampen, G. (2016). Case sion. Jurnal Psikologi, 39(1), 25-45. doi:
studies in clinical psychology: Are we 10.22146/jpsi.6965.
giving up a publication type and Stake, R. (1995). The art of case research.
methodology in research on and Thousand Oaks, CA: Sage Publications.
teaching of psychopathology and doi: 10.2307/329758.
psychotherapy?. International Journal of Saidiyah, S., & Julianto, V. (2016). Problem
Psychological Studies; 8(3). doi: 0.5539/ pernikahan dan strategi penyele-
ijps.v8n3p173. saiannya: Studi kasus pada pasangan
Manurung, N. (2012). School refusal pada suami isteri dengan usia perkawinan
anak Sekolah Dasar. Jurnal Psikologi dibawah sepuluh tahun. Jurnal Psikologi
Undip, 11(2), 2012. doi: 10.14710/ Undip. 15(2), 124-133. doi: 10.14710/
jpu.11.1.10 jpu.15.2.124-133
Merriam, S. B. (2009). Qualitative research: A Tellis, W. M. (1997). Introduction to case
guide to design and implementation. San studi. The Qualitative Report, 3(2), 1-14.
Francisco, CA: Jossey-Bass. Diakses dari http://nsuworks.nova.edu/t
doi: 10.12691/rpbs-2-1-4. qr/ vol3/iss2/4
Merriam, S. B., & Tisdel, E. J. (2015). Yuliawan, T. P., & Himam, F. (2007). The
Qualitative research: A guide to design and grasschopper phenomenon: Studi kasus
implementation. Fourth edition. San terhadap professional yang sering
Fransisco: Jossey-Bass. berpindah pekerjaan. Jurnal Psikologi,
Nurmala, D., Anam, C., & Suyono, H. 34(1). doi: 10.22146/jpsi.7090.
(2006). Studi kasus perempuan lesbian Yin, R. K. (2002). Case study research: Design
(butchy) di Yogyakarta. Indonesian and methods (2rd ed.). Thousand Oaks,
Psychological Journal, 3(1), 28-37 CA: Sage.

136 Buletin Psikologi

Anda mungkin juga menyukai