Operational Amplifier Op-Amp
Operational Amplifier Op-Amp
PENDAHULUAN
Kajian tentang aplikasi op amp ini dalam dunia elektronika sangatlah banyak bahkan
hampir tidak bisa dihitung banyaknya aplikasi op amp ini dalam dunia elektronika.
Tetapi dari sekian banyak rangkaian aplikasi op amp ini, sebenarnya ada beberapa
kategori rangkaian yang banyak digunakan bahkan hampir seluruh perancang elektronika
sering menggunakan rangkaian-rangkaian op amp ini. Kategori aplikasi rangkaian op
amp ini berdasarkan kategori konsentrasi keilmuan elektronika diantaranya elektronika
telekomunikasi, elektronika kendali, elektronika analog dan elektronika digital dan lain-
lain.
Dalam pembahasan kali ini, hanya beberapa rangkaian aplikasi op amp yang akan
dirancang berdasarkan kebutuhan yang penting dan bisa bermanfaat dalam mengawali
metoda perancangan berbasis op amp.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penguat diferensial
Pada rangkaian yang demikian, persamaan pada titik V out adalah Vout = A(v1-v2)
dengan A adalah nilai penguatan dari penguat diferensial ini. Titik input v 1 dikatakan
sebagai input non-iverting, sebab tegangan vout satu phase dengan v1. Sedangkan
sebaliknya titik v2 dikatakan input inverting sebab berlawanan phasa dengan tengangan
vout.
1. Penguatan Open-loop
2
2. Unity-gain frequency
Op-amp ideal mestinya bisa bekerja pada frekuensi berapa saja mulai dari sinyal
dc sampai frekuensi giga Herzt. Parameter unity-gain frequency menjadi penting jika op-
amp digunakan untuk aplikasi dengan frekuensi tertentu. Parameter AOL biasanya adalah
penguatan op-amp pada sinyal DC. Response penguatan op-amp menurun seiring dengan
menaiknya frekuenci sinyal input. Op-amp LM741 misalnya memiliki unity-gain
frequency sebesar 1 MHz. Ini berarti penguatan op-amp akan menjadi 1 kali pada
frekuensi 1 MHz. Jika perlu merancang aplikasi pada frekeunsi tinggi, maka pilihlah op-
amp yang memiliki unity-gain frequency lebih tinggi.
3. Slew rate
4. Parameter CMRR
Ada satu parameter yang dinamakan CMRR (Commom Mode Rejection Ratio).
Parameter ini cukup penting untuk menunjukkan kinerja op-amp tersebut. Op-amp
dasarnya adalah penguat diferensial dan mestinya tegangan input yang dikuatkan
hanyalah selisih tegangan antara input v1 (non-inverting) dengan input v2 (inverting).
Karena ketidak-idealan op-amp, maka tegangan persamaan dari kedua input ini ikut juga
dikuatkan.
3
kali dibandingkan penguatan ACM (commom mode). Kalau CMRR-nya 30 dB, maka
artinya perbandingannya kira-kira hanya 30 kali. Kalau diaplikasikan secara real,
misalkan tegangan input v1 = 5.05 volt dan tegangan v2 = 5 volt, maka dalam hal ini
tegangan diferensialnya (differential mode) = 0.05 volt dan tegangan persamaan-nya
(common mode) adalah 5 volt.
Pembaca dapat mengerti dengan CMRR yang makin besar maka op-amp
diharapkan akan dapat menekan penguatan sinyal yang tidak diinginkan (common mode)
sekecil-kecilnya. Jika kedua pin input dihubung singkat dan diberi tegangan, maka
output op-amp mestinya nol. Dengan kata lain, op-amp dengan CMRR yang semakin
besar akan semakin baik.
LM714 termasuk jenis op-amp yang sering digunakan dan banyak dijumpai
dipasaran. Contoh lain misalnya TL072 dan keluarganya sering digunakan untuk penguat
audio. Tipe lain seperti LM139/239/339 adalah opamp yang sering dipakai sebagai
komparator. Di pasaran ada banyak tipe op-amp. Cara yang paling baik pada saat
mendesain aplikasi dengan op-amp adalah dengan melihat dulu karakteristik op-amp
tersebut. Saat ini banyak op-amp yang dilengkapi dengan kemampuan seperti current
sensing, current limmiter, rangkaian kompensasi temperatur dan lainnya. Ada juga op-
amp untuk aplikasi khusus seperti aplikasi frekuesi tinggi, open colector output, high
power output dan lain sebagainya. Data karakteristik op-amp yang lengkap, ya ada di
datasheet.
1. Penguat Differensial, yaitu merupakan bagian input dari Op amp. penguat differensial
mempunyai dua input (input + dan input -)
2. Penguat Penyangga (Buffer), yaitu penguat penyangga sinyal output dari penguat
differensial agar siap untuk dimasukkan ke penguat akhir op amp.
3. Pengatur Bias, yaitu rangkian pengatur bias dari penguat differensial dan buffer agar
diperoleh kestabilan titik nol pada output penguat akhir
4. Penguat Akhir, yaitu penguat yang merupakan bagian output dari Op amp. Penguat
Akhir ini biasanya menggunakan konfigurasi push-pull kelas B atau kelas AB.
4
BAB III
PEMBAHASAN
5
B. Karakteristik Dasar Op-Amp
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa pada dasarnya OP-amp adalah
sebuah differential amplifier (penguat diferensial), yang mana memilki 2 input masukan
yaitu input inverting (V-) dan input non-inverting (V+). Rangkaian dasar dari penguat
diferensial dapat dilihat pada Gambar 1. Dibawah ini :
Pada rangkaian diatas, dapat diketahui tegangan output (Vout) adalah Vout = A(v1-v2)
dengan A adalah penguatan dari penguat diferensial ini. Titik input v1 dikatakan sebagai
input non-inverting, sebagai tegangan Vout satu phase dengan v1. Sedangkan sebaliknya,
titik v2 dikatakan input inverting sebab berlawanan phasa dengan tegangan Vout.
6
Gambar 3 (a). Diagram Blok Op-Amp
Simbol op-amp adalah seperti pada gambar 3 (b) dengan 2 input, non-inverting (+)
dan input inverting (-). Umumnya op-amp bekerja dengan dua supply (+Vcc dan –Vee)
namun banyak juga op-amp dibuat dengan singlet supply (Vcc – ground). Simbol
rangkaian di dalam op-amp pada gambar 3 (b) adalah parameter umum dari sebuah op-
amp. Rin adalah resistansi input yang nilai idealnya infinity (tak terhingga). Rout adalah
resistansi output dan besar resistansi idealnya 0 (nol). Sedangkan AOL adalah nilai
penguatan open Koo dan nilai idealnya tak terhingga.
Saat ini banyak terdapat tipe-tipe op-amp dengan karakteristik yang spesifik. Op-amp
standar type 741 dalam kemasan IC DIP 8 pin. Untuk type yang sama, tiap pabrikan
mengeluarkan seri IC dengan inisial atau nama yang berbeda. Misalanya dikenal MC1741
dari Motorola, LM741 buatan National Semiconduktor, SN741 dari Texas Instrument dan
lain sebagainya. Tergantung dari teknologi pembuatan dan desain IC-nya,karakteristik
satu op-amp dapat berbeda dengan op-amp lain.
7
D. Notasi Rangkaian
Vout: output
E. Cara Kerja
Input penguat diferensial terdiri dari V+ input dan V- input,dan idealnya op-amp
hanya menguatkan diantara dua tegangan,yang mana disebut tegangan input diferensial.
Tegangan output dari op-amp diberikan oleh persamaan :
8
Di mana V+ adalah tegangan pada terminal non-pembalik. V- adalah tegangan pada
termnal inverting dan AOL adalah penguat Koo terbuka (istilah “open Koo” mengacu pada
tidak adanya umpan balik dari output ke input).
Besarnya AOL biasanya sangat besar 100.000 atau lebih untuk rangkaian terpadu op-
amp dan oleh karena perbedaan yang cuku kecil antara V+ dan V- mendorong output
amplifier mendekati ke tegangan suplai. Situasi dimana tegangan output sama dengan atau
lebih besar dari tegangan suplai yang disebut sebagai kejenuhan penguat. Besarnya AOL
tidak di kontrol dengan baik oleh proses manufaktur, sehingga tidak praktis untuk
menggunakan penguat operasional sebagai penguat diferensial berdiri sendiri. Tanpa
umpan balik negatif,dan mungkin dengan umpan balik positif untuk regenerasi, sebuah op-
ampbertindak sebagai pembanding. Jika masukan pembalik yang diadakan di ground (0V)
secara langsung atau dengan resistor, dan tegangan input Vin diterapkan pada masukan
non-pembalik adalah positif,output akan positif maksimum, jika Vin adalah negatif, output
akan maksimal negatif. Karena tidak ada umpan balik dari output ke input yang lain, jadi
ini adalah sebuah rangkaian Koo terbuka yang bertindak sebagai pembanding. Keuntungan
rangkaian hanyalah AOL dari op-amp.
F. Kegunaan Op-Amp
9
Di mana Vs adalah tegangan catu daya dan penguat operasional beroperasi di antara
+Vs dan –Vs.
Sebuah penguat pembalik menggunakan umpan balik negatif untuk membalik dan
menguatkan sebuah tegangan resistor Rf melewatkan sebagian sinyal keluaran
kembali ke masukan. Karena keluaran taksefase sebesar 180°, maka nilai keluaran
tersebut secara efektif mengurangi besar masukan. Ini mengurangi bati keseluruhan
dari penguat dan disebut dengan umpan balik negatif.
Di mana
Penguatan dari penguat ditentukan dari rasio antara Rf dan Rin, yaitu :
4. Penguat diferensiator
Penguat diferensial digunakan untuk mencari selisih dari dua tegangan yang telah
dikalikan dengan konstanta tertentu yang ditentukan oleh nilai resistansi yaitu sebesar
11
Sedangkan untuk R1 = R2 dan Rf = Rg maka bati diferensial adalah:
Saat , maka:
12
6. Penguat Integrator (Integrator Amplifier)
Sebuah integrator dapat juga dipandang sebagai tapis pelewat-tinggi dan dapat
digunakan untuk rangkaian tapis aktif.
7. Differensiator
13
Dimana Vin dan Vout adalah fungsi dari waktu.
Pada dasarnya diferensiator dapat juga dibangun dari integrator dengan cara
mengganti kapasitor dengan induktor, namun tidak dilakukan karena harga induktor
yang mahal dan bentuknya yang besar.Diferensiator dapat juga dilihat sebagai tapis
pelewat-rendah dan dapat digunakan sebagai tapis aktif.
2. Impedansi output yang rendah sehingga tetap stabil walau dibebani oleh rangkaian
selanjutnya.
3. Lebar pita (bandwidth) yang lebar sehingga dapat dipakai pada semua jalur frekuensi
audio (woofer, midle, dan tweeter)
4. Adanya fasilitas offset null sehingga memudahkan pengaturan bias penguat agar tepat
dititik tengah sinyal.
14
Rangkaian pengkondisian sinyal berfungsi untuk mengolah sinyal dari tranduster
termokopel berupa tegangan yang cukup kecil menjadi tegangan yang lebih besar,
sehingga output dari rangkaian ini dapat dibaca ileh untai Analog Digital Converter
(ADC).
Termokopel yang terlalu panjang bisa menangkap sinyal liar layaknya sebuah
antenna, karena output dari termokopel merupakan sinyal berfrekuensi rendah, perlu
dipasang sebuah filter untuk menghilangkan sinyal frekuensi tinggi yang tidak lain
adalah noise. R4, R5, C1, dan C2 adalah komponen penyusun low pass filter yang
memiliki frekuensi cut off sekitar 3Hz. Diode zener D1 dan D3 digunakan untuk
membatasi input yang masuk ke rangkaian. Resistor pull up 1MΩ berfungsi sebagai
pengaman pada saat termokopel putus / tidak terhubung, karena saat termokopel tidak
terhubung input rangkaian signal conditioning menjadi besar sehingga pemanas tidak
akan menyala bila alat ini digunakan sebagai pengendali suhu.
b. Penguat tingkat I
15
penguatan saat potensiometer posisi maksimal
c. Penguat tingkat II
16
Penguatan saat potensiometer posisi minimal
17
BAB IV
PENUTUP
18
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
19