Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KEGIATAN

PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (MANDIRI)

Judul

PENYULUHAN BAHAYA ROKOK DI DESA BALANGTANAYA


KECAMATAN POLONGBANGKENG UTARA

Tim Pengabdi:
Rifdah Wardani K011171315
Nurul Asma K011171304
Aisyah Noer A.M.P. K011171324

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Penyuluhan tentang Bahaya Rokok di Desa


Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara
Ketua Pengabdi

a. Nama : Rifdah Wardani


b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIM : K011171315
d. Fakultas : Kesehatan Masyarakat
e. Alamat : Jl. Sahabat, Pondok Maheera
f. Telepon : 081243409391

Anggota Pengabdi : 1. Nurul Asma

2. Aisyah Noer A.M.P.

Waktu Pengabdian : 16 Desember 2019

Biaya : Rp 154.000,00

Sumber Biaya : Mahasiswa

Jumlah Mahasiswa yang terlibat : 10 Orang (Terlampir)

Makassar, Desember 2019

Mengetahui
Mengetahui Ketua Tim
Supervisor
Supervisor

Adelia U. Mangilep, S.KM, MARS Rifdah Wardani


Rismayanti, SKM.,
NIP. 19830520 M.KM
200812 2 002 K11171315

ii
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan........................................................................................ii

Daftar Isi............................................................................................................iii

Kata Pengantar..................................................................................................v

Ringkasan..........................................................................................................vi

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang........................................................................................1

B. Tujuan Kegiatan......................................................................................2

C. Manfaat Kegiatan....................................................................................2

Bab II Tinjauan Pustaka

A. Definisi Rokok........................................................................................3

B. Faktor – Faktor yang Menyebabkan Perilaku Merokok……………...3


C. Komplikasi Akibat Merokok...................................................................5

D. Pencegahan Merokok..............................................................................8

E. Upaya Penanggulangan Perilaku Merokok di Indonesia……………..8


Bab III Gambaran Umum Lokasi

A. Keadaan Geografis..................................................................................12

B. Keadaan Demografis...............................................................................14

C. Keadaan Sosial/Ekonomi........................................................................16

Bab IV Hasil Pelaksanaan Kegiatan

A. Jenis dan Tema Kegiatan........................................................................18

B. Target dan Sasaran Kegiatan...................................................................18

C. Waktu dan Tempat Kegiatan...................................................................18

iii
D. Materi Kegiatan.......................................................................................18

E. Hasil Kegiatan.........................................................................................19

Bab V Penutup

A. Kesimpulan.............................................................................................24

B. Saran........................................................................................................24

Daftar Pustaka

Lampiran-lampiran

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pengabdian
masyarakat ini dengan tepat waktu.
Dalam penyusunan laporan ini, Alhamdulillah tidak ada hambatan berarti
yang kami hadapi dalam menyusun penulisan laporan. Namun kami sangat
menyadari bahwa karena pertolongan-Nya akhirnya laporan ini dapat
terselesaikan. Serta kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan dari orang-orang sekitar, sehingga kendala-
kendala yang kami hadapi dapat teratasi.
Semoga laporan ini dapat memberikan gambaran terkait penyuluhan
kesehatan yang telah kami lakukan di Desa Balangtanaya, Kecamatan
Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar, yaitu penyuluhan terkait Hipertensi
pada warga-warga khusunya di Lingkungan Manongkoki II dan Pa’bentengan.
Kami sadar bahwa dalam penulisan laporan ini dan penyajian materi masih
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kepada para pembaca
kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan laporan selanjutnya.

Makassar, Desember 2019

Penyusun

v
RINGKASAN

Rokok merupakan hasil olahan tembakau yang dibungkus di dalam kertas


rokok yang digunakan dengan cara dibakar pada ujung nya. Merokok
merupakan kegiatan mengkonsumsi rokok. Rokok sendiri meliputi kretek dan
rokok putih yang berasal dari tanaman Nicotianatabacum, Nicotianarustica dan
spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau
tanpa bahan. Selain itu, rokok juga merupakan bahan adiktif, produk berbahaya
dan yang mengandung 4000 elemen, dan 200 diantara elemen tersebut
mebahayakan kesehatan perokok baik pasif maupun aktif. Merokok merupakan
perilaku yang tidak sehat karena kandungan yang terdapat di dalam rokok itu
sendiri berbahaya dan merusak kesehatan.. Kegiatan ini bertujuan untuk
memberikan pengetahuan tentang Rokok bagi Masyarakat di Desa
Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar.
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk penyuluhan, tensi gratis dan Senam anti
hipertensi. Pelatihan ini dilaksanakan oleh mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat angkatan 2016 sebagai peserta pada mata kuliah Pengalaman
Belajar Lapangan. Kegiatan ini diikuti oleh masyarakat. Kegiatan penyuluhan
ini dimulai dengan pre test yang dilanjutkan dengan pemberian materi
Hipertensi. Di akhir kegiatan dilakukan post test. Berdasarkan tabel hasil
analisis uji Wilcoxon, terlihat bahwa nilai p = 0,00 yang berarti ada perbedaan
antara pengetahuan responden tentang Rokok sebelum penyuluhan (Pre Test)
dengan pengetahuan responden tentang Rokok sesudah penyuluhan (Post Test).
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan
pengetahuan masyarakat mengenai Rokok.

Kata kunci: Rokok, Pengetahuan, Desa Balangtanaya

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Merokok merupakan suatu fenomenal, artinya meskipun sudah diketahui
dampak negatif rokok, jumlah perokok tetap tinggi. Data yang dikutip dari
berbagai laporan, tahun 2002 WHO menyatakan bahwa Indonesia berada di
urutan ke lima teratas menghabiskan rokok. Berbagai penelitian ilmiah telah
membuktikan bahwa rokok merupakan faktor risiko utama dari penyakit
jantung, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus, dan penyakit
lainnya yang dapat menyebabkan kematian, begitupun dengan perokok pasif
yang bisa terkena dampak dari asap rokok walaupun tidak menghisap rokok
(Adam dkk., 2019).
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2014, epidemi
tembakau telah membunuh sekitar 6 juta orang per tahun, 600 ribu orang di
antaranya merupakan perokok pasif. Temuan ini diperkuat dengan hasil Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 yang menunjukkan perokok usia di atas 15 tahun
sebanyak 36,3%. Sebagian besar dari mereka ialah perokok laki-laki dengan
prevalensi 64,9% dan jumlah ini merupakan yang terbesar di dunia. Sementara
itu, prevalensi pada perempuan mengalami peningkatan dari 5,2 persen pada
tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun 2013. Sekitar 6,3 juta wanita juga
merokok (Adystiani, 2014) Indonesia usia 15 tahun ke atas merokok
menyebabkan lebih dari 480.000 kematian setiap tahun di amerika serikat,
merokok menyebabkan sekitar 90% (atau 9 dari 10) dari semua kematian
akibat kanker paru-paru pada pria dan wanita, sekitar 80% (atau 8 dari 10)
kasus kematian akibat penyakit paru obstruktif kronik dan resiko kematian
akibat merokok terus meningkat selama 50 tahun terakhir baik pada pria
maupun wanita (Mariam, Erma 2019).
Lebih dari 40,3 juta anak indonesia berusia 0-14 tahun meninggal dengan
perokok dan terpapar asap rokok. Hampir 80% perokok mulai merokok ketika
usianya belum mencapai 19 tahun. Provinsi dengan prevalensi merokok

1
tertinggi di Indonesia adalah Jawa Barat (32,7%) dan prevalensi perokok
terendah adalah provinsi Papua (21,9%). Sedangkan prevalensi provinsi
Sulawesi Utara (30,4%) yang masih berada diatas prevalensi nasional yaitu
29,3% (Adam dkk., 2019). Prevalensi merokok tahun 2013 pada remaja usia
sekolah 10-18 tahun adalah sebesar 7,2%. Pada tahun 2016 kenaikan prevalensi
merokok pada remaja usia sekolah 10-18 tahun sebesar 8,8% dan pada tahun
2018 terjadi kenaikan prevalensi merokok usia sekolah 10-18 tahun 9,1 %
(Riskesdas, 2018).

B. Tujuan
Adapun tujuan umum dan tujuan khusus dari kegiatan adalah :
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari kegiatan ini adalah agar masyarakat
khususnya lingkungan di Desa Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng
Utara dapat mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan tentang bahaya
rokok serta mampu menerapkan hal-hal dapat dilakukan untuk menjauhi
rokok.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari kegiatan ini adalah:
a. Untuk memberikan pengetahuan tentang bahaya rokok.
b. Untuk memberikan pengetahuan tentang kandungan rokok.
c. Untuk memberikan pengetahuan tentang gangguan kesehatan akibat
merokok
C. Manfaat
Manfaat penyuluhan rokok untuk masyarakat di desa balangtanaya yaitu
masyarakat menjadi lebih tahu tentang bahaya rokok

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Rokok
Rokok merupakan benda yang memiliki berbagai macam sumber penyakit
apabila kita mengisapnya secara langsung atau menghirup asapnya. Di dalam
sebatang rokok terdapat lebih dari 4000 bahan kimia, yang 200 di antaranya
berbahaya bagi manusia, dan 40 di antaranya merupakan penyebab kanker.
Merokok dapat mengakibatkan perubahan fungsi, struktur jaringan, dan saluran
pernapasan pada paru-paru. Rokok, benda kecil yang bagi sebagian orang
mungkin tidak asing karena sering terselip di antara jari-jari mereka, baik itu
orang tua, dewasa, remaja, hingga anak kecil pun ada yang mengisap rokok.
Dari yang awalnya hanya rasa penasaran, lalu menjadi kebiasaan, hingga
berujung menjadi kecanduan (Hidayat, 2017).
Rokok merupakan sebuah benda yang sudah sangat terkenal di dunia.
Rokok menjadi simbol kejantanan, kegagahan, kekuatan, keberanian, dan
ketangguhan. Padahal, faktanya tidak seperti itu. Sebab, rokok ternyata
membuat para pecandunya menderita berbagai macam penyakit. Berdasarkan
penelitian, rokok dapat menyebabkan gangguan pernapasan, seperti nyeri di
paru-paru, batuk kering, dan infeksi saluran pernapasan. Akibat dari mengisap
rokok yang paling parah adalah menyebabkan sakit paru-paru, serangan
jantung, stroke, kanker, impotensi, dan gangguan kehamilan. Selain
menyebabkan datangnya penyakit-penyakit berbahaya, rokok juga membuat
boros. Karena dianggap merugikan manusia, rokok termasuk benda haram
menurut beberapa ulama di Indonesia (Sukmana, 2009 dalam Hidayat, 2017).

B. Faktor – Faktor yang Menyebabkan Perilaku Merokok


Menurut Lawrence Green yang dikutip oleh Kholid, perilaku dipengaruhi
oleh tiga faktor utama, yaitu faktor predisposisi yang meliputi pengetahuan,
sikap, tradisi, dan kepercayaan masyarakat; faktor pemungkin yang meliputi
sarana dan prasarana; dan faktor penguat yang meliputi tokoh masyarakat,
tokoh agama, dan petugas kesehatan. Sikap dan perilaku merokok berhubungan

3
signifikan. Sikap positif terhadap merokok saat remaja akan mengurangi
perilaku merokok saat dewasa. Perubahan perilaku melalui tiga tahap, yaitu
pengetahuan, sikap, dan juga perilaku. (Wijayanti,2017)
Penelitian oleh Istiyorini dalam Wijayanti 2017, menyatakan terdapat
hubungan tingkat pengetahuan tentang bahaya merokok dengan sikap bahaya
asap rokok. Seseorang yang telah memiliki pengetahuan baik akan memiliki
kecenderungan bersikap baik pula. Pengetahuan dan sikap tentang bahaya
merokok memiliki hubungan negatif dengan kebiasaan merokok.
Teori de Ridder & de Wit mengemukakan bahwa kontrol diri (self-control)
termasuk faktor yang berperan dalam proteksi/perlindungan untuk menjadi
pengguna zat-zat berbahaya, termasuk tembakau. Menurut teori Calhoun dan
Accocella ada dua alasan yang mengharuskan individu mengontrol diri terus
menerus. Pertama, individu tidak hidup sendirian akan tetapi dalam kelompok
dan individu mempunyai kebutuhan untuk memuaskan keinginan dan
kebutuhan. Kedua, masyarakat menghargai kemampuan, kebaikan dan hal-hal
yang harus diterima lainnya yang dimiliki individu. (Runtukahu, 2015)
Goldfried dan Merbaum mendefinisikan kontrol diri sebagai proses yang
menjadikan individu sebagai agen utama dalam memandu, mengarahkan dan
mengatur perilaku utamanya yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif.
Ada individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi dan ada yang memiliki
kontrol diri yang rendah. Remaja yang memiliki kontrol diri tinggi pada
umumnya masih dapat mengontrol dorongan-dorongan yang ada dalam
dirinya, sehingga mampu mengendalikan perilaku merokoknya tetap rendah
bahkan tidak ada. Begitu pula sebaliknya remaja yang memiliki kontrol diri
rendah tidak mampu melepaskan diri dari dorongan–dorongan untuk merokok
dan secara terus-menerus terjadi peningkatan jumlah rokok yang dihisap tiap
hari, tanpa dapat mempertimbangkan akibat-akibat negatif yang ditimbulkan,
baik terhadap dirinya sendiri, ataupun orang –orang di sekitarnya. Ghufron &
Risnawita mengemukakan bahwa kontrol diri dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal. Faktor internal berhubungan dengan dirinya antara lain usia,
jenis kelamin, dan kontrol diri, sedangkan faktor eksternal antara lain

4
lingkungan, baik dalam keluarga, teman sebaya, maupun tempat interaksi
sosial. (Runtukahu, 2015).
C. Komplikasi Akibat Rokok
Menurut Hammado, 2014, penyakit yang berhubungan dengan merokok
adalah penyakit yang diakibatkan langsung oleh merokok atau diperburuk
keadaannya dengan merokok. Penyakit yang menyebabkan kematian para
perokok antara lain:
1. Penyakit jantung koroner
Merokok dapat menaikkan tekanan darah dan mempercepat denyut
jantung sehingga pemasokan zat asam kurang dari normal yang
diperlukan agar jantung dapat berfungsi dengan baik. Keadaan ini
dapat memberatkan tugas otot jantung. Merokok juga dapat
menyebabkan dinding pembuluh darah menebal secara bertahap yang
menyulitkan jantung untuk memompa darah.
2. Trombosis koroner
Trombosis koroner atau serangan jantung terjadi bila bekuan darah
menutup salah satu pembuluh darah utama yang memasok jantung
mengakibatkan jantung kekurangan darah dan kadang-kadang
menghentikannya sama sekali. Merokok membuat darah menjadi lebih
kental dan lebih mudah membeku. Nikotin dapat mengganggu irama
jantung yang normal dan teratur sehingga kematian secara tiba-tiba
akibat serangan jantung tanpa peringatan terlebih dahulu dan lebih
sering terjadi pada orang yang merokok daripada yang tidak merokok.
3. Kanker
Kanker adalah penyakit yang terjadi di beberapa bagian tubuh akibat
sel-sel tumbuh mengganda secara tiba-tiba dan tidak berhenti, kadang-
kadang gumpalan sel hancur dan terbawa dalam aliran darah ke bagian
tubuh lain kemudian hal yang sama berulang kembali. Pertumbuhan
sel secara tiba-tiba dapat terjadi jika sel-sel di bagian tubuh terangsang
oleh substansi tertentu selama jangka waktu yang lama. Substansi ini
bersifat karsinogenik yang berarti menghasilkan kanker. Dalam tar

5
tembakau terdapat sejumlah bahan kimia yang bersifat karsinogenik.
Selain itu terdapat juga sejumlah bahan kimia yang bersifat ko-
karsinogenik yang tidak menimbulkan kanker bila berdiri sendiri tetapi
bereaksi dengan bahan kimia lain dan merangsang pertumbuhan sel
kanker. Penyimpanan tar tembakau sebagian besar terjadi di paru-paru
sehingga kanker paru adalah jenis kanker yang paling umum terjadi.
Tar tembakau dapat menyebabkan kanker bila merangsang tubuh
untuk waktu yang cukup lama, biasanya di daerah mulut dan
tenggorokan.
4. Bronkitis atau radang cabang tenggorok
Batuk yang di derita perokok dikenal dengan nama batuk perokok
yang merupakan tanda awal adanya bronkhitis yang terjadi karena
paru-paru tidak mampu melepaskan mukus yang terdapat di dalam
bronkus dengan cara normal. Mukus adalah cairan lengket yang
terdapat di dalam tabung halus yaitu tabung bronchial yang terletak
dalam paru-paru. Batuk ini terjadi karena mucus menangkap serpihan
bubuk hitam dan debu dari udara yang di hirup dan mencegahnya agar
tidak menyumbat paru-paru. Mukus beserta semua kotoran bergerak
melalui tabung bronchial dengan bantuan rambut halus yang disebut
silia. Silia terus bergerak bergelombang seperti tentakel yang
membawa mucus keluar dari paru-paru menuju tenggorokan. Asap
rokok dapat memperlambat gerakan silia dan setelah jangka waktu
tertentu akan merusaknya sama sekali dan menyebabkan perokok
harus lebih banyak batuk untuk mengeluarkan mucus. Karena sistem
pernafasan tidak bekerja sempurna, maka perokok lebih mudah
menderita radang paru-paru yang disebut bronchitis.
Penyakit paru-paru lain yang diderita oleh penderita bronchitis disebut
emfisema atau penyakit sulit bernafas dimana sebagian dinding paru-paru
rusak. Asap rokok merupakan udara tercemar yang terhisap setiap hari
sehingga selain perokok juga dapat menderita penyakit ini. Perokok pasif yang
tinggal serumah dengan perokok, dua kali akan lebih mudah terkena kanker

6
paru-paru dibandingkan mereka yang tinggal di lingkungan bebas asap rokok
(Hammado, 2014).
Asap yang dihembuskan pada saat merokok dapat dibedakan atas dua,
yaitu asap utama dan asap samping. Asap utama merupakan bagian asap
tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping
merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas dan dapat dihirup
oleh orang lain yang berada diruangan yang sama dan dikenal sebagai perokok
pasif. Dari ribuan jenis bahan kimia yang terdapat dalam rokok, 40 jenis
diantaranya bersifat karsinogenik dan telah diidentifikasi antara lain:
benzo(a)pyrene, cadmium, nikel, zink, karbon monoksida, cairan pembersih
lantai, dan nitrogen oksida, dimana bahan toksis ini banyak terdapat pada asap
samping. Karbon monoksida lima kali lipat lebih banyak terdapat pada asap
samping, benzo(a)pyrene tiga kali lipat, dan ammonia lima puluh kali lipat
jumlahnya dalam asap samping. Bahan-bahan tersebut dapat bertahan lama
beberapa jam dalam ruangan setelah kegiatan merokok dihentikan. Oleh karena
itu, asap rokok yang terdapat di udara dapat meningkatkan resiko terjadinya
penyakit jantung. (Mulyono, 1995 dalam Hammado, 2014).
Bahan toksis yang terkandung dalam asap rokok kemudian dihirup oleh
perokok dan dikeluarkan dari ujung rokok yang terbakar atau dihembuskan
perokok mempunyai pengaruh terhadap kesehatan manusia walaupun kadar
toksisnya lebih rendah karena pengenceran (dilusi) di udara sehingga kanker
paru di kalangan orang sehat yang tidak merokok merupakan akibat yang
paling serius. Penyakit lain yang disebabkan oleh asap rokok adalah
peningkatan infeksi saluran pernafasan, gejala alergi, sakit dada, sakit kepala,
mual, radang mata, dan hidung. Pemaparan secara tidak sengaja terhadap
bahan-bahan yang terdapat dalam asap rokok dapat mempengaruhi
perkembangan janin wanita hamil yang merokok serta bayi ibu menyusui yang
merokok. Banyak dari bahan tersebut yang dapat menembus plasenta dan
mencapai fetus, juga dapat mempengaruhi air susu ibu. Akibat yang
ditimbulkan oleh pemaparan ini antara lain: anak lahir mati, keguguran,

7
kelahiran bayi secara prematur, berat bayi lahir rendah, dan pertumbuhan anak
terganggu (Hammado, 2014).
D. Pencegahan Merokok
Cara menghindari perilaku untuk merokok menurut Direktorat Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 2017 :
1. Hindari berkumpul dengan teman - teman yang sedang merokok.
2. Yakinlah, bahwa rokok bukan satu - satunya sarana pergaulan.
3. Jangan malu mengatakan bahwa diri kita bukan perokok.
4. Perbanyak mencari informasi tentang bahaya rokok.
5. Hindari sesuatu yang terkait tentang rokok ( sponsor, iklan, poster, rokok
gratis ).
6. Lakukan hal - hal positif lainnya, seperti : olahraga, membaca atau hobi
lain yang menyehatkan.
E. Upaya Penanggulangan Perilaku Merokok di Indonesia
Menurut Prabandari (1994), program anti rokok sudah dicanangkan di
beberapa sekolah dan tempat-tempat pelayanan kesehatan serta beberapa
tempat yang memiliki pendingin ruangan telah mencantumkan larangan
merokok. Berbagai upaya juga telah dilakukan pemerintah dalam
menanggulangi bahaya merokok agar masyarakat tidak merokok atau
mengurangi rokok. Upaya tersebut antara lain seperti Instruksi Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan No. 091/C/I/Inst/1978, tentang larangan bagi pelajar membawa
rokok. Selanjutnya ada juga Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No.4/U/1997 tentang lingkungan sekolah bebas asap rokok. Institusi
pemerintah seperti Departemen Perhubungan juga melakukan hal yang sama
yaitu dengan mengeluarkan Surat Edaran Menteri Perhubungan No. HK
402/2/4 PHB-91, yang ditujukan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan
Darat, Laut dan Direktur Perhubungan Udara, para direksi BUMN (Badan
Usaha Milik Negara) di lingkungan Departemen Perhubungan yang isinya
larangan merokok atau mengurangi merokok dan memasang iklan rokok pada

8
tempat-tempat pelayanan umum, seperti tempat penjualan karcis, ruang
tunggu penumpang dan sarana angkutan umum.
Menteri Dalam Negeri juga mengeluarkan Instruksi Menteri Dalam
Negeri No. 440 / 3529 / SJ / 1990, tentang penerapan bebas rokok di
lingkungan Departemen Dalam Negeri. Menteri Kesehatan sebagai orang
yang bertanggungjawab terhadap masalah kesehatan di Indonesia
.mengeluarkan Instruksi Menteri Kesehatan No. 161/ MenKes/Inst/III/1990,
tentang lingkungan kerja bebas asap rokok. Dilanjutkan dengan Instruksi
Menteri Kesehatan No. 459/MenKes/Inst/VI/1999, tentang kawasan bebas
rokok pada sarana kesehatan. Kemudian Menteri Kesehatan kembali
mengeluarkan Instruksi Menteri Kesehatan No. 84/MenKes/Inst/II/2002,
tentang kawasan tanpa rokok di tempat kerja dan sarana kesehatan. Instruksi
ini dikeluarkan sebagai penekanan ulang dari Instruksi Menteri Kesehatan
sebelumnya seperti Instruksi Menteri Kesehatan No.
161/MenKes/Inst/III/1990. Pemerintah Republik Indonesia juga membuat
peraturan yang berkaitan dengan rokok dan kesehatan, yaitu Peraturan
Pemerintah No. 81 Tahun 1999, tentang pengamanan rokok bagi kesehatan.
Kemudian dilakukan revisi dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.
38 Tahun 2000.
Selain itu berbagai organisasi non pemerintah juga turut berpartisipasi
dalam menanggulangi masalah rokok, seperti Lembaga Menanggulangi
Masalah Merokok (LM3), Yayasan Jantung Indonesia, dan Yayasan Kanker
Indonesia (YKI). Walaupun masih ada beberapa organisasi nonpemerintah
yang turut serta berpartisipasi Universitas Sumatera Utara Berbagai
Penanggulangan Perilaku Merokok di Indonesia (125–129) R. Kintoko
Rochadi 128 dalam menanggulangi masalah merokok, tetapi ketiga organisasi
tersebut di atas sangat gencar menginformasikan bahaya rokok dan perilaku
merokok.
Menurut Rochadi, 2005 berbagai upaya yang telah dilakukan oleh ketiga
organisasi tersebut seperti:

9
1. Menerbitkan buletin secara berkala segala sesuatu yang berkaitan
dengan bahaya rokok dan perilaku merokok serta upaya untuk berhenti
merokok.
2. Menerbitkan secara bersama berbagai buku yang berkaitan dengan
bahaya rokok dan perilaku merokok serta upaya untuk berhenti merokok.
3. Memberikan penyuluhan secara berkesinambungan ke berbagai institusi
seperti institusi pemerintah, swasta termasuk juga berbagai institusi
pendidikan.
4. Mendukung dan melakukan berbagai penelitian yang berkaitan dengan
bahaya rokok dan perilaku merokok.

5. Mendirikan klinik berhenti merokok yang melayani berbagai hal yang


berkaitan dengan upaya berhenti merokok pada masyarakat. Salah satu
klinik yang berdiri adalah klinik berhenti merokok yang didirikan atas
kerjasama antara Yayasan Jantung Indonesia dengan Rumah Sakit Jantung
Harapan Kita. Klinik ini berlokasi di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Salah satu upaya yang lain yang cukup menarik perhatian masyarakat pada
tahun 2003 adalah gugatan publik legal standing bertempat di Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan. Pihak penggugat yang menamakan dirinya dengan
Tim Advokasi Gerakan Penanggulangan Masalah Merokok adalah gabungan
dari 5 lembaga yaitu: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI),
Lembaga Menanggulangi masalah Merokok (LM3), Yayasan jantung
Indonesia (YJI), Yayasan kanker Indonesia (YKI), danYayasan Wanita
Indonesia Tanpa Tembakau (WITT) (Rochadi, 2005).
Pihak yang berposisi sebagai tergugat adalah 9 perusahaan yang terbagi
dalam tiga kategori, yaitu perusahaan industri rokok, perusahaan media
massa, dan perusahaan biro iklan. Pihak penggugat melalui kuasa hukum
dengan koordinator Tulus Abadi, SH., mengajukan gugatan bahwa
berdasarkan analisa hukum dan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan
menunjukkan bahwa telah terjadi beberapa pelanggaran perbuatan melawan
hukum, yaitu pelanggaran jam tayang iklan rokok di media massa elektronik

10
dan pelanggaran isi substansi iklan rokok di media massa cetak dan media
massa elektronik. Gugatan tersebut juga mendapat dukungan dari berbagai
pihak seperti Komite Nasional Penanggulangan Masalah Merokok (Komnas
PMM), dan Pengurus Pusat Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis
Indonesia (PPTI). Walaupun akhirnya pihak penggugat dinyatakan kalah di
pengadilan, akan tetapi upaya yang dilakukan Tim Advokasi Gerakan
Penanggulangan Masalah Merokok adalah dalam rangka menegakkan
kewibawaan hukum dan meningkatkan kesadaran pihak-pihak terkait untuk
mematuhi peraturan perundangan yang berlaku. Di sisi lain upaya ini telah
memberikan penyadaran kepada semua pihak bahwa masalah rokok dan
perilaku merokok merupakan masalah yang penting khususnya bagi
kesehatan masyarakat (Rochadi, 2005).

11
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI KEGIATAN

4.1 Keadaan Geografi dan Demografi


4.1.1 Keadaan Geografi
Secara geografis Kabupaten Takalar terletak dibagian selatan Poros
Sulawesi Selatan dengan jarak 40 Km dari Kota Makassar, yang terdiri
dari kawasan hutan seluas 8.245 Ha, sawah seluas 16.436 Ha,
perkebunan seluas 14.265 Ha, dan lain-lain seluas 7.892 Ha. Sebagian
dari wilayah Kabupaten Takalar merupakan daerah pesisir, yang
sepanjang 74 Kilometer yang juga telah difasilitasi dengan pelabuhan
walaupun masih ada pelabuhan sederhana sehingga Kabupaten Takalar
memiliki akses perdagangan regional, nasional, bahkan internasional.
Secara administrasi Desa Balangtanaya terdiri dari lima (4)
wilayah dusun/lingkungan yakni Lingkungan Manongkoki I,
Lingkungan Manongkoki II, Lingkungan Bontorita, dan Lingkungan
Pa’bentengan. Kelurahan memiliki luas 428 Ha. Untuk bagian Posko 2
tepatnya di Lingkungan Manongkoki II dan Pa’bentengan. Desa
Balangtanaya dipimpin oleh Kepala Lurah dan masing-masing
lingkungan dipimpin oleh kepala lingkungan. Letak antar lingkungan
saling berdekatan sehingga hubungan dalam hal transportasi juga
berjalan dengan lancar, baik itu menggunakan kendaraan roda dua
maupun kendaraan roda empat.
4.1.2 Keadaan Demografi
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Kantor Desa
Balangtanaya, yang dimana data yang didapat yaitu penduduk
berjumlah 2.138 jiwa dan memiliki 614 Kepala Keluarga dan
menempati 391 rumah yang tersebar di 2 lingkungan yang terdapat
dalam wilayah administrasi Desa Balangtanaya dengan rincian sebagai
berikut:

12
Tabel 3
Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di
Lingkungan Manongkoki II dan Pa’bentengan Desa Balangtanaya,
Kecamatan Polongbangkeng Utara,
Kabupaten takalar

Jenis Kelamin
Nama Lingkungan Total
Laki-Laki Perempuan
Manongkoki II 627 632 1.259
Pa’bentengan 424 455 879
Total 1.051 1.087 2.138
Sumber: Data Sekunder, Kantor Desa Balangtanaya 2018

Berdasarkan tabel 4.1 yang didapatkan dari data sekunder,


Lingkungan Manongkoki II Desa Balangtanaya terdiri dari 627 jiwa
penduduk laki-laki dan 632 jiwa penduduk perempuan dengan total
keseluruhan 1.259 jiwa sedangkan, Lingkungan Pa’bentengan Desa
Balangtanaya terdiri dari 424 jiwa penduduk laki-laki dan 455 jiwa
penduduk perempuan dengan total keseluruhan 879 jiwa.
Adapun data cakupan rumah tangga berdasarkan jumlah rumah
dan jumlah kepala keluarga di Desa Balangtanaya Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar adalah sebagai berikut.
Tabel 4
Distribusi Cakupan Rumah Tangga Berdasarkan Jumlah
Rumah
dan Jumlah KK Di Lingkungan Manongkoki II dan
Pa’bentengan Kelurahan Manonkoki Kecamatan
Polongbankeng Utara
Kabupaten Takalar
Lingkungan Jumlah Rumah Jumlah KK
Tangga
Manongkoki II 250 351
Pa’bentengan 141 263
Total 391 614
Sumber: Data Sekunder, Kantor Desa Balangtanaya 2018

13
Berdasarkan Tabel 4.1 yang didapatkan dari data sekunder Kantor
kelurahan tahun 2018 dapat dilihat dari 2 lingkungan yang ada
diketahui bahwa terdapat 391 rumah tangga dengan 614 KK.

4.2 Keadaan Sosial Budaya


4.2.1 Mata Pencaharian
Menurut kamus bahasa Indonesia mata pencaharian adalah
pekerjaan atau pencaharian utama (yang dikerjakan untuk kebutuhan
sehari-hari). Mata pencaharian merupakan aktifitas manusia untuk
memperoleh taraf hidup yang layak dimana antara daerah satu dengan
daerah yang lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan
penduduk dan keadaan demografinya (Daldjoeni. 1970) Untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari sebagian besar mata pencaharian
penduduk Lingkungan Manongkoki II dan Pa’bentengan Desa
Balangtanaya adalah bekerja sebagai petani dan industri Mebel.

4.2.2 Tingkat Pendidikan


Dibawah ini disajikan tabel mengenai distribusi penduduk
berdasarkan Tingkat Pendidikan di Lingkungan Manongkoki II dan
Pa’bentengan Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar.

Tabel 5
Distribusi Penduduk Berdasarkan tingkat Pendidikan Di
Kelurahan Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar
Kelurahan
Pendidikan Manongkoki Pa’bentengan Jumlah
II
Buta Huruf 32 19 51
TTSD 75 30 105
SD 235 222 457
SMP 136 96 232
SMA 71 59 130
PT 8 11 19
Jumlah 557 437 994

14
Sumber: Data sekunder Desa Balangtanaya,2018
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan kesehatan. Sebagian besar penduduk kelurahan ini tidak
pernah mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Tingkat
pendidikan yang rendah inilah yang berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan mengenai kesehatan. Baik kesehatan rumah tangga dan
lingkungan maupun kesehatan ibu dan anak.
Penduduk kelurahan ini beberapa ada yang pernah bersekolah
di SD hingga tamat. Akan tetapi, tidak dapat melanjutkan ke tingkat
pendidikan lebih tinggi yaitu SMP, SMA, hingga perguruan tinggi.
Hal ini disebabkan oleh kondisi ekonomi warga setempat yang
mayoritas pekerjaannya sebagai petani dengan penghasilan yang
tidak menentu.

4.2.3 Sosial Budaya


Masyarakat Desa Balangtanaya merupakan masyarakat yang
memiliki hubungan sosial dan budaya yang sangat erat. Hal ini
terlihat pada setiap acara-acara besar seperti rumah baru dan panen
hasil tani, masyarakat satu sama lain saling bergotong-royong
membantu dan saling bekerja sama. Keadaan sosial ekonomi dan
budaya sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan kesehatan suatu
kelompok masyarakat. Oleh karena itu, faktor sosial ekonomi sangat
penting untuk diperhatikan demi meningkatkan status derajat
kesehatan.
Masyarakat di kelurahan ini mayoritas beragama Islam. Hal ini
dapat dilihat dari berdirinya empat masjid di kelurahan ini. Sarana
ibadah yang ada di kelurahan ini adalah sebagai sarana dalam
mewujudkan masyarakat islami. Suasana keislaman disIni juga
begitu terasa ketika akan memasuki waktu shalat, kumandang
shalawat terdengar begitu menggema di Desa Balangtanaya ini.

15
Secara umum, bentuk rumah yang terdapat di Desa Balangtanaya
ini adalah rumah permanen yang kebanyakan merupakan bangunan
baru, sedangkan untuk bangunan semi permanen dan rumah
panggung hanya sebagian dari permanen.

4.3 Status Kesehatan


4.3.1 Lingkungan
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat pendataan di
daerah Manongkoki dari 2 lingkungan keadaan di daerah tersebut
hampir sama pada setiap lingkungannya. Mulai dari keadaan sosial,
ekonomi, dan sanitasi lingkungannya tidak mempunyai perbedaan
yang terlalu signifikan. Lingkungan di setiap lingkungan masih di
dominasi oleh sampah yang dibakar di sekitaran rumah warga. Selain
itu, Sumber air minum warga dominan didapatkan dari air sumur bor
dan air ledeng.

4.3.2 Perilaku Masyarakat


Perilaku masyarakat di Desa Balangtanaya Kecamatan
Polongbangkeng Utara. sekilas tidak ada masalah yang terlalu besar
tapi ketika ditinjau lebih dalam, perilaku masyarakat di daerah
tersebut ternyata belum dikatakan sehat apabila ditinjau dari aspek
kesehatan. Dimana masih banyak masyarakat yang tidak mempunyai
tempat sampah dan akhirnya membuang sampahnya di sekitar
pekarangan rumah. Tapi masyarakat di daerah Manongkoki rajin
mengkonsumsi sayur-sayuran dan Masyarakat Desa Balangtanaya
sadar untuk membawa bayi mereka untuk di Imunisasi. Hal itu
memperlihatkan ibu-ibu sudah sadar akan kesehatan anak mereka.
Kebiasaan merokok merupakan hal yang sudah biasa di Desa
Balangtanaya, sehingga sebagian besar masyarakat terutama laki-laki
mengonsumsi rokok untuk kesehariannya. Kurangnya kesadaran dan

16
rendahnya tingkat pendidikan menjadi faktor yang melatar belakangi
tingginya konsumsi rokok pada masyarakat Manongkoki.
Kesadaran warga untuk berobat jika sakit telah cukup tinggi. Hal
ini terbukti dengan adanya sebagian besar warga yang telah
memanfaatkan sarana dan prasarana kesehatan seperti Puskesmas dan
Pustu.
4.3.3 Pelayanan Kesehatan
Dari segi pelayanan kesehatan, berdasarkan data sekunder yang
diperoleh dari Pustu Manongkoki terdapat 5 penyakit yang paling
banyak terjadi di Desa Balangtanaya yakni Batuk, Dermatitis.
Rematik, Demam, dan Hipertensi. Masyarakat Desa Balangtanaya
yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan biasanya akan
berkunjung ke puskesmas pembantu (Pustu) yang beroperasi sesuai
dengan hari kerja. Pemanfaatan Puskesmas dan Pustu oleh
masyarakat sangat baik, apalagi tenaga kesehatan yang ada di
Puskesmas terdiri dari dokter, bidan, perawat hingga farmasi dan
pada Pustu juga terdapat Bidan. Jarak dari Pustu maupun puskesmas
dengan pemukiman penduduk cukup dekat serta pelayanan yang baik
ditempat tersebut.
4.3.4 Keturunan
Masyarakat di Desa Balangtanaya mayoritas bersuku Makassar.
Hal tersebut dapat dilihat dari bahasa yang mereka gunakan sehari-
hari. Ada juga yang pernah tinggal lama dan bekerja di Makassar
sehingga bahasa Makassar di lingkungan ini sangat kental dirasakan.

17
BAB IV
HASIL KEGIATAN

A. Jenis Kegiatan
Kegiatan yang telah dilakukan adalah Penyuluhan Bahaya Rokok di rumah
sekretaris desa Balangtanaya.

B. Target dan Sasaran Kegiatan


Sasaran dari pelatihan ini yakni Mayarakat yang ada di Desa Balangtanaya
khususnya di Dusun Balangasana, Maccini Baji dan Panaikang Lompo dengan
jumlah masyarakat yang berpatisipasi adalah 14 orang.

C. Waktu dan Tempat Kegiatan


Kegiatan penyuluhan Bahaya Rokok dilakukan pada tanggal 15 Desember
2019 Pukul 16.00 sampai 17.40 WITA bertempat di rumah sekretaris desa

D. Pelaksana Kegiatan
Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan ini dilaksanakan oleh mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat angkatan 2017 sebagai peserta pada mata
kuliah Pengalaman Belajar Lapangan, posko 18, desa Balangtanaya Nama-
nama pelaksana pada kegiatan pelatihan kesehatan ini dapat dilihat pada
lampiran 1.

E. Materi Kegiatan
Materi yang telah dibawakan pada kegiatan ini tentang bahaya rokok.
Uraiannya sebagai berikut:
Adapun materi yang telah dibawakan yaitu:
1. Pengertian rokok
2. Kandungan utama pada rokok
3. Jenis perokok
4. Penyebab orang merokok

18
5. Dampak merokok dari berbagai aspek
6. Efek merokok pada perokok aktif dan perokok pasif
7. Cara berhenti atau mencegah agar tidak merokok
Metode yang digunakan pada kegiatan penyuluhan bahaya rokok yang
dilakukan di rumah sekretaris desa Balangtanaya yaitu:
1. Ceramah
Kegiatan pelatihan ini diawali dengan ceramah yang dilakukan oleh
Rifdah Wardani. Dalam ceramah ini disampaikan materi mengenai bahaya
rokok dengan menggunakan media powerpoint dilengkapi dengan presentasi
menggunakan LCD.
2. Tanya Jawab
Tanya jawab dilakukan pada saat pemberian materi. Peserta pelatihan
bertanya secara langsung pada pemateri, dan kemudian pemateri menjawab
langsung setiap pertanyaan peserta pelatihan.
3. Emo demo
Setelah pemberian materi, dilakukan kampanye. Botol diibaratkan
sebagai tubuh dan kapas diibaratkan sebagai paru-paru ketika tubuh
khususnya paru-paru terus berkerja menerima paparan asap rokok maka
tanpa disadari lambat laun paru-paru akan mengalami kerusakan terlihat
pada kapas yang ada lama kelamaan menghitam dan memberikan noda.
F. Hasil Kegiatan
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada penyuluhan Rokok
adalah sebagai berikut.
Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada Penyuluhan Rokok di Desa Balangtanaya Tahun 2019
Jenis Kelamin N %
Laki-laki 8 57,14
Perempuan 6 42,86
Total 14 100,0
Sumber: Data Primer PBL II, 2019
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 14 responden semuanya

19
Distribusi jawaban responden sebelum dan sesudah penyuluhan Rokok
berdasarkan pertanyaan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan
Penyuluhan Rokok Desa Balangtanaya
Tahun 2019

20
Uraian Pre-test Post-test
Benar Salah Benar Salah
n % N % n % n %
Rokok adalah 12 85,7 2 14,3 12 85,7 2 14,3
Sebutkan dua jenis 12 57,1 14 43,9 10 71,4 4 28,6
perokok

Penyakit yang 13 92,9 1 7,1 12 85,7 2 14,3


disebabkan oleh
kebiasaan merokok
adalah

Asap yang dihirup 2 3 21,4 11 78,6 10 71,4 4 28,6


kali lebih banyak kadar
berbahayany6a
merupakan efek yang
didapatkan oleh
perokok

Kandungan utama pada 5 35,7 9 64,3 10 71,4 4 28,6


rokok ialah

Kandungan pada rokok 5 35,7 9 64,3 5 35,7 9 64,3


yang berupa racun
disebut

Berikut merupakan 10 71,4 4 28,6 9 64,3 5 35,7


alasan mengapa orang
merokok, kecuali

Perokok pasif 7 50,0 7 50,0 10 85,7 2 14,3


merupakan seseorang
yang menghirup asap
rokok dari perokok
aktif. Apakah
pernyataan ini sudah
benar

Perokok aktif adalah 12 85,7 2 14,3 11 78,6 3 21,4


orang yang merokok.
Apakah pernyataan
tersebut sudah benar

Dampak merokok bagi 8 57,1 6 42,9 11 78,6 3 21,4


lingkungan sosial
adalah terjadinya polusi 21
udara. Apakah
pernyataan ini benar
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 10 pertanyaan pre-test yang dijadikan
parameter untuk mengukur pengetahuan mengenai hipertensi, pertanyaan yang
paling banyak dijawab dengan benar oleh responden ialah pertanyaan 3 dengan
persentase sebesar 92,9% serta pertanyaan 1 dan 9 dengan presentase 85,7%,
pertanyaan 7 dengan presentase 71,4%, pertanyaan 2 dan 10 dengan 57,1% pada
pertanyaan 8 dengan 50,0%, pertanyaan 5 dan 6 dengan 35,7% dan pertanyaan 4
dengan presentase 21,4 pre-test. 10 pertanyaan pada post-tes yang dijadikan
parameter adalah pertanyaan 1, 3, 8 dengan presentasi sebesar 85,7%, pertanyaan
9 dan 10 dengan presentase 71,4%, pertanyaan 2, 4, 5 dengan presentase 78,6%,
pertanyaan 7 dengan presentase 64,3%, pertanyaan 6 dengan presentase 35,7%,
terdapat fluktuasi presentase presentase warga yang menjawab benar, hampir
semua pertanyaan mengalami peningkatan presentase. Hal ini disebabkan karena
pemberian materi lebih mudah dimengerti dan pemaparan materi yang cukup
jelas.
Tabel 5
Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Rokok di Desa Balangtanaya
Tahun 2019
Skor n Min Maks Mean±SD P-Value
Pengetahuan
Sebelum 14 4 3 21,4±92,9 0,000
Sesudah 14 6 1 35,7±85,7
Sumber: Data Primer PBL II, 2019
Tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan
pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan dengan rata-rata 21,4 menjadi
rata-rata 35,7.
Berdasarkan tabel hasil analisis uji Wilcoxon, terlihat bahwa nilai p = 0,00
yang artinya bahwa “Ada perbedaan antara pengetahuan responden tentang
hipertensi sebelum penyuluhan (Pre Test) dengan pengetahuan responden
tentang hipertensi sesudah penyuluhan (Post Test)
Penyuluhan Hipertensi pada tanggal 15 Desember tahun 2019 di rumah
sekretaris Desa Balangatanaya yang diprioritaskan untuk masyarakat dusun
Maccini Baji, Balangasana dan Panaikang Lompo. Penyuluhan ini dimulai

22
pada pukul 16.00 WITA sampai selesai. Kegiatan penyuluhan ini diikuti oleh
peserta terdiri dari 14 warga.
Alat bantu yang digunakan pada penyuluhan ini adalah LCD, kemudian
menggunakan pre-test dan post-test, emo demo dengan botol dengan kapas
serta rokkok yang dibuat menjadi alat peraga sebagai umpama paru-paru
manusia bila terus-terusan terpapar asap rokok. Setelah materi dijelaskan, kami
melakukan evaluasi secara langsung dengan memberi beberapa pertanyaan
terkait dengan materi yang telah dijelaskan. Kemudian dilakukan post test
untuk mengetahui apakah para warga sudah lebih memahami materi yang
telah dijelaskan.
Teknik penyuluhan yang digunakan bersifat ceramah dan praktik.
Kegiatan diawali dengan membagikan pre-test. Setelah mengisi pre-test,
diberikan materi yaitu Bahaya Rokok. Indikator keberhasilan atau alat ukur
keberhasilan yang digunakan saat penyuluhan adalah pembagian pre-test
sebelum pemaparan materi dan post-test setelah pemaparan materi. Adapun
hasil yang diperoleh yakni seluruh responden memiliki tingkat pengetahuan
rendah mengenai bahaya rokok. Hal ini terlihat bahwa baik pada pre-test hanya
sedikit responden yang memiliki tingkat pengetahuan terkait bahaya rokok.
Hasil post-test menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mengenai bahaya
rokok masyarakat Balangtanaya mengalami kenaikan.

23
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Terjadi peningkatan pemahaman tentang rokok.
2. Terjadi peningkatan pemahaman masyarakat mengenai resiko dampak yang
terjadi jika merokok.

B. Saran
1. Diperluka peran kader serta tenaga kesehatan untuk mengawal warga yang
sudah paham bahaya rokok agar tidak terjerumus .
2. Diperlukan lebih partisipasi warga yang lebih sadar akan bahaya merokok.

24
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A., & Gumilang, G. 2017. Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Yang
Disebabkan Oleh Rokok Dengan Metode Forward Chaining. JUTEKIN
(JURNAL TEKNIK INFORMATIKA), 5(2). Diakses pada 20 Desember
2019 ; http://jurnal.stmik-dci.ac.id/index.php/jutekin/article/view/179
Wijayanti, E., & Dewi, C. 2017. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Merokok pada Remaja Kampung Bojong Rawalele, Jatimakmur,
Bekasi. Global Medical & Health Communication, 5(3), 194-198.
Diakses pada 20 Desember 2019 di
https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/gmhc/article/view/2298
Runtukahu, G. C., Sinolungan, J., & Opod, H. 2015. Hubungan kontrol diri
dengan perilaku merokok kalangan remaja di SMKN 1 Bitung. Jurnal e-
Biomedik, 3(1). Diakses pada 20 Desember 2019 di
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/6611
Hammado, N. 2014. Pengaruh rokok terhadap kesehatan dan pembentukan
karakter manusia. Prosiding, 1(1), 77-84. Diakses pada 20 Desember
2019 di http://journal.uncp.ac.id/index.php/proceding/article/view/226
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. 2017. Hidup
Sehat Tanpa Rokok , GERMAS. Jakarta. Diakses pada 20 Desember 2019
di
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVB
ndz09/2017/11/Hidup_Sehat_Tanpa_Rokok.pdf
Rochadi, R. K. 2005. Berbagai Upaya Penanggulangan Perilaku Merokok di
Indonesia. Diakses pada 20 Desember 2019 di
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/18863/ikm-
okt2005-9%20(2).pdf;sequence=1

25
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Pelaksana Kegiatan


Pelaksanan kegiatan penyuluhan ini adalah mahasiswa Pengalaman
Belajar Lapangan (PBL) angkatan 2017, dengan rincian jobdesk sebagai
berikut:
Pemateri : 1. Rifdah Wardani
Moderator : 1. Andi Nurzakiyah A.
Pendamping : 1. Aisyah Noer Auliyah Madani Pertiwi
2. Nurul Asma
3. Andi Hanan Qonitah
4. Andi Putri Ayu K.
5. Astari Rhey Amalia
6. Nabila Syadza
7. Nurul Husni
Dokumentasi : 1. Andi Hira Nurul Izzah

Lampiran 2. Susunan Acara Penyuluhan


No. Kegiatan Waktu
1. Pembukaan 16.00-16.08
2. Perkenalan 16.09-16.16
3. Pre test 16.17-16.30
4. Pemberian Materi 16.31-16.45
5. Sesi Diskusi 16.46-16.51
6. Post Test 16.52-17.05
7. Emo Demo 17.06-17.30
8. Penutup 17.31-17.40

26
Lampiran 3. Materi Kegiatan

27
28
29
30
31
Lampiran 4. Absensi Peserta Kegiatan

DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN ROKOK PBL II


POSKO 18 DESA BALANGTANAYA KEC. POLONGBANGKENG UTARA KAB.
TAKALAR
TAHUN 2019
Posko 18

NO NAMA ALAMAT
1. AKBAR SANJAYA PANAIKANG LOMPO

2. DG. GINTANG BALANGASANA

3. DG. GISING BALANGASANA

4. DG. MANGU BALANGASANA

32
5. DG. NGASI BALANGASANA

6. DG. NGESA BALANGASANA

7 DG. RATU BALANGASANA

8 KADIR BALANGASANA

9 NUR INSANI BALANGASANA

10 NURHAYATI MACCINI BAJI

11 R. DG. SUNGGU BALANGASANA

12 SUCI A.J. BALANGASANA

13 USMIATI BALANGASANA

14 ZULFAWARDI BALANGASANA

Lampiran 5. Absensi Pelaksana Kegiatan

DAFTAR HADIR
PELAKSANA KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN

Tanggal : 15 Desember 2019


Tempat : Posko 18

No. Nama NIM Keterangan


1. Andi Putri Ayu K. K011171540 
2. Rifdah Wardani K011171315 

3. Nurul Asma K011171304 

4. Andi Hira Nurul Izzah K011171027 

5. Aisyah Noer Auliyah M.P. K011171324 

33
6. Nabila Syadza K11116516 

7. Andi Hanan Qonitah K011171336 

8. Nurul Husni K011171309 

9. Andi Nurzakiyah A. K011171547 

10 Astari Rhey Amalia K011171311 

34
Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan

Pre Test Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Rokok

Pemberian Materi Bahaya Rokok


Post Test Gambaran Pengetahuan Bahaya Rokok

Melakukan Emo Demo Menggunakan Alat Peraga


Lampiran 7. Papan Wicara Rokok

Anda mungkin juga menyukai