Tumor Usus Halus
Tumor Usus Halus
PENDAHULUAN
Tumor usus halus merupakan tantangan unik untuk klinisi karena sulitnya
menentukan diagnosis pasti dari tumor itu sendiri. Penelitian mengenai perjalanan
alamiah penyakit ini masih sangat terbatas karena sedikitnya jumlah kasus dan
banyaknya varian tipe tumor yang dapat ditemukan. Selain itu kebanyakan lesi
ganas diketahui saat tumor sudah mengalami metastasis. Usus halus mencakup
kurang lebih 75% dari total panjang saluran sistem pencernaan dan lebih dari 90%
permukaan mukosa dan sekalipun lokasinya terdapat diantara dua region yang
berpotensi tinggi terjadinya kanker, tumor usus halus jarang berkembang menjadi
keganasan. Kurang dari 2% dari semua keganasan sistem pencernaan berasal dari
usus halus. Insiden keganasan berdasarkan usia mencakup 1 per 100.000 dengan
prevalensi sebanyak 0.6%.
Kurang lebih 40 tipe histologi yang berbeda baik dari tumor jinak maupun ganas
telah diketahui. Sekalipun 75% tumor yang ditemukan saat dilakukan
pemeriksaan histopatologi merupakan tumor jinak, kebanyakan dari lesi
simtomatik dan tumor yang terdeteksi saat operasi merupakan tumor ganas. Suatu
studi analisis menunjukkan bahwa leiomyomas terhitung hampir 25% dari semua
tumor usus halus jinak. Beberapa tumor usus halus jinak lainnya berupa lipoma,
adenoma, dan hamartoma. Sedangkan untuk tumor usus halus ganas, sebanyak
30-50% merupakan adenokarsinoma, 25-30% adalah caricinoid dan 15-20% nya
adalah lymphoma. Lokasi dengan faktor resiko paling tinggi untuk terjadinya
keganasan terdapat di duodenum untuk adenokarsinoma dan ileum untuk
carcinoid dan lymphoma. Tinjauan pustaka ini akan membahas tentang beberapa
tumor usus halus baik jinak maupun ganas yang paling banyak dijumpai dalam
praktik klinis.
BAB II
ISI
1.1 Definisi
Terminologi tumor usus halus merupakan tumbuhnya jaringan baru pada usus
halus yang tidak terkontrol atau abnormal dan progresif baik jinak (benign)
maupun ganas (maligna).
1.2 Epidemiologi
Insiden neoplasma usus halus benigna dan maligna merupakan tumor yang jarang
terjadi yaitu berkisar 0,4-1 kasus per 100.000 penduduk dalam setahun. Akan
tetapi insiden ini mengalami peningkatan selama 2 dekade terakhir ini dimana
peningkatan terbanyak terjadi pada pria. Insiden ini bervariasi sesuai dengan
metode diagnosis, pembedahan atau autopsi. Analisis data secara komprehensif
dari pasien kanker yang masuk dalam registrasi Surveillance Epidemiology and
End Results (SEER) dimana karsinoid dan adenokarsinoma menjadi subtipe
histologis yang paling umum, diikuti oleh limfoma dan sarkoma. Sekitar 90%
kasus terjadi pada pasien di atas umur 40 tahun.2
Leiomyoma 30-35 %
Adenoma 20-25 %
Lipoma 15 %
Hemangioma 10 %
Fibroma 5%
Other 15 %
Tumor usus halus paling sering terjadi di ileum (29,7%), diikuti duodenum
(25,4%) dan jejenum (15,3%). Tumor ganas pada usus halus lebih jarang
ditemukan. Insiden global dari tumor ganas sendiri kurang dari 1 kasus per
100.000 populasi. Di Amerika Serikat kanker usus halus terhitung hanya
berjumlah 0,42% dari total seluruh insiden kanker dan hanya terhitung 2,3% dari
total kanker digestif sedangkan di Canada sebesar 0,37% dan 1,78%. Mortalitas
dari kanker ini juga rendah dimana hanya terhitung sebanyak 0,2% dari total
kamatian akibat kanker di Amerika Serikat dan Kanada.
Berdasarkan penelitian ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab dari
neoplasma usus halus, diantaranya 2
a. Faktor Gangguan Inflamasi
Chron’s disease merupakan kondisi kronis dari saluran gastrointestinal
dengan karakteristik transmural, inflamasi granulomatosa dengan pola
diskontinyu yang membentuk kecenderungan menjadi fistula. Pada penelitian
meta analisis menyebutkan Chron’s disease sebagai faktor risiko kanker usus
halus dengan risiko relatif 33,2 sedangkan pada penyakit radang usus usus
yang lain seperti ulcerative colitis belum diketaui apakah dapat meningkatkan
risiko kanker usus halus.
Inflammatory conditions
Adenocarcinoma
Regional enteritis (Crohn’s disease)
Lymphoma
Lymphoma
Celiac sprue Carcinoid
Adenocarcinoma
Tuberculosis Lymphoma
Kaposi’s sarcoma,
Immune deficiencies
lymphoma
Acquired immune deficiency syndrome
Common variable
Lymphoma
hypogammaglobulinemia
Genetic syndromes
Familial adenomatous polyposis Adenoma, adenocarcinoma
HNPCC Adenoma, adenocarcinoma
Peutz–Jeger Adenocarcinoma
Neurofibromatosis Adenocarcinoma
(Dikutip dari kepustakaan 2)
Selain faktor resiko diatas, terdapat sumber lain yang memamaparkan faktor
resiko kebiasaan dan lingkungan diantaranya:
a. konsumsi diet dan alcohol. Sebuah studi case-control mendapatkan peningkatan
resiko kanker usus halus dua hingga tiga kali lipat dengan sering mengkonsumsi
daging merah dan makanan yang diasinkan atau dibakar banub tidak
berhubungan dengan konsumsi alkohol. Studi lain mengenai adenokarsinoma usus
halus melaporkan peningkatan resiko yang signifikan berhubungan dengan
konsumsi damaging atau ikan bakar. Penelitian lain oleh Negri dkk juga
mendapatkan peningkatan resiko adenokarsinoma usus halus pada orang-orang
yang mengonsumsi daging merah namun resikonya dapat diturunkan dengan
mengonsumsi
b. BMI/ Obesitas. Penelitian mengenai hubungan antara obesitas dengan kanker
usus halus telah beberapa kali dilakukan namun hasilnya beragam. Sebuah cohort
studi di Norwegia mendapatkan peningkatan resiko moderate pada pasien yang
kegemukan dan obesitas. Namun penelitian lain oleh Chow dkk tidak medapatkan
hubungan antara BMI dengan peningkatan resiko kanker usus halus.
c. Merokok. Sebuah studi mendapatkan hasil bahwa merokok berhubungan
dengan peningkatan resiko adenokarsinoma dan tumor carcinoid. Namun studi
lain European case control mendapatkan peningkatan moderate resiko tumor
carcinoid ganas namun tidak berhubungan dengan adenokarsinoma.
1.4 Patofisiologi
Usus halus menempati lebih dari 90% dari luas permukaan mukosa saluran
pencernaan, tetapi hanya 1,1-2,4% dari seluruh keganasan gastrointestinal.
Penjelasan mengenai frekuensi rendahnya neoplasma usus halus meliputi : 2
a. Cairan yang terkandung pada usus kecil mengurangi iritasi pada mukosa usus
halus dibandingkan dengan kandungan solid pada usus besar(rev)
b. Zat-zat relatif cepat melewati usus halus sehingga paparan zat-zat karsinogenik
terhadap mukosa usus halus lebih sedikit(rev)
e. Tingginya jaringan limfoid pada usus halus yang menghasilkan igA yang cukup
banyak dianggap protektif(rev)
Adenocarcinoma usus halus diyakini berasal dari adenoma yang sudah ada
sebelumnya melalui akumulasi berurutan kelainan genetik dalam suatu gen yang
sama dengan yang dijelaskan untuk patogenesis kanker kolorektal. Adenoma
dihistologikan sebagai tubular, vili, dan tubulovillous. Adenoma Tubular memiliki
fitur paling-agresif. Adenoma vili memiliki fitur yang paling-agresif dan
cenderung besar, tetap, dan terletak di bagian kedua duodenum. Degenerasi ganas
telah dilaporkan untuk hadir pada sampai dengan 45% dari adenoma vili pada saat
diagnosis.8
Keganasan pada usus halus terjadi dapat akibat proses metastasis. Penyebarannya
dapat melalui invasi langsung atau melalui penyebaran intrapertoneal. Tumor
primer yang berasal dari usus besar, ovarium, uterus dan gaster biasa menyebar
melalui invasi langsung. Namun penyebarannya melalui intraperitoneal tumor
primer dapat berasal dari payudara, paru-paru, dan melanoma yang menyebar
secara hematogen.
Perdarahan pasien timbul pada 1/3 pasien neoplasma usus halus. Biasanya dia
bersifat samar dan episodik. Melena atau hematomesis kadang-kadang bisa
terlihat. Lazim terdapat anemia defisiensi besi dan sekitar 30% pasien tampil
dengan nilai hematokrit < 30%. Perdarahan bisa disertai dengan neolasma usus
halus apa pun, tetapi tersering ditemukan dengan hemangioma dan tumor yang
berasal dari otot polos.9
Pada tumor yang bersifat ganas gejala yang muncul biasanya nyeri perut dan
penurunan berat badan. Adenokarsinoma merupakan 30-50% tumor usus halus,
biasanya terjadi pada dekade keenam atau ketujuh dengan kecenderungan terjadi
pada laki-laki. Adenokarsinoma cenderung terjadi pada usus halus bagian
proksimal dengan lokasi tersering periampular. Obstruktif jaundice juga dapat
menjadi menifestasi klinis dikarenankan sumbatan pada distal common duct
(CBD). Pasien dengan Chron’s disease merupakan salah satu pengecualian
Adenokarsinoma yang berlokasi pada bagian proksimal. Lebih dari 75% kanker
usus halus pada Chron’s disease berlokasi pada ileum.(rev)
1.6 DIAGNOSIS
1.6.1 Anamnesis
Pada tumor usus halus jinak, anamnesis didapatkan keluhan tidak
spesifik seperti nyeri perut hilang timbul, perdarahan atau obstruksi,
dan memiliki anemia. Keluhan-keluhan ini tidak spesifik sehingga
menyebabkan sering terabaikan oleh dokter dan terlambat dalam
menegakan diagnosis yang tepat. Keluhan awal dapat muncul 7 bulan
sebelumnya. Tumor ini biasanya ditemukan secara tidak terduga saat
dilakukan operasi pada pasien dengan obstruksi usus halus. Tumor
usus halus jinak juga dapat tidak bergejala atau asimtomatis dan
ditemukan hanya pada otopsi. Pasien dengan tumor usus halus juga
dapat datang dengan intermittent bowel obstruction, nyeri abdominal,
intermittent gastrointestinal hemorrhage, atau anemia kronis yang
berasal dari perdarahan gastrointestinal. Tumor usus halus ganas
paling sering menimbulkan gejala seperti nyeri abdominal dan
penurunan berat badan.
Acid Peptic Disease seperti peptic ulcer adalah ulkus yang berkembang
pada lapisan mukosa lambung, dan bagian atas usus halus. Gejala yang
paling umum adalah nyeri perut. Dapat ditandai dengan rasa sangat perih
atau sensasi terbakar dan terjadi setelah makan 2-3 jam sesudahnya.
1.7.3 Cholelithiasis
1.7.5 Endometriosis
1.8 PENATALAKSANAAN
Pada tumor usus halus, umumnya terapi yang dapat dilakukan yaitu terapi
bedah berupa reseksi segmen usus yang mengandung tumor serta diikuti
dengan terapi kemoterapi atau radioterapi.
Reseksi tumor usus halus masih menjadi terapi yang direkomendasikan.
Eksplorasi laparotomi dengan reseksi lesi merupakan metode yang paling
aman dan dapat langsung mengidentifikasi lesi.
Tumor yang ditemukan secara tidak sengaja pada laparotomi harus diambil
atau dihilangkan untuk mencegah perkembangan selanjutnya dan komplikasi
sekunder.
1.9 PROGNOSIS
BAB III
PENUTUP
Tumor usus halus merupakan tumbuhnya jaringan baru pada usus halus yang
tidak terkontrol atau abnormal dan progresif baik jinak (benign) maupun ganas
(maligna). Insiden neoplasma usus halus benigna dan maligna merupakan tumor
yang jarang terjadi yaitu berkisar 0,4-1 kasus per 100.000 penduduk dalam
setahun. Karsinoid dan adenokarsinoma menjadi subtipe histologis yang paling
umum. Tumor usus halus paling sering terjadi di ileum (29,7%). Beberapa
sindrom herediter berhubungan dengan peningkatan insiden beberapa tipe tumor
usus halus. Faktor yang diduga menjadi penyebab dari neoplasma usus halus,
diantaranya halus, diantaranya gangguan inflamasi, gangguan kekebalan tubuh,
factor genetic, diet dan alkohol, BMI dan merokok.
Diagnosis tumor usus halus dapat ditegakan dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Pada anananesis pasien dapat datang dengan keluhan
tidak spesifik seperti nyeri perut hilang timbul, perdarahan atau obstruksi, dan
memiliki anemia. Keluhan-keluhan ini tidak spesifik sehingga menyebabkan
sering terabaikan oleh dokter dan terlambat dalam menegakan diagnosis yang
tepat. Tumor usus halus ganas paling sering menimbulkan gejala seperti nyeri
abdominal dan penurunan berat badan. Pada pemeriksaan fisik kadang terdapat
massa yang dapat teraba. Dapat juga ditemukan tanda-tanda obstruksi usus seperti
bising usus meningkat. Pada kasus tumor usus halus bagian proksimal, dapat
ditemukan jaundice. Diagnosis banding dari tumor usus halus yaitu irritable bowel
syndrome, peptic disease, cholelithiasis, diverticular disease, dan endometriosis.
Terapi yang dapat dilakukan berupa reseksi segmen usus yang mengandung tumor serta
diikuti dengan terapi kemoterapi atau radioterapi.