CHIKUNGUNYA
ANGGOTA KELOMPOK 3:
UNIVERSITAS CIPUTRA
2019/2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 SKENARIO
Seorang perempuan berusia 24 tahun dibawa keluarganya ke IGD Rumah
Sakit dengan keluhan tidak bisa jalan sejak 3 hari terakhir karena sendi kedua
tungkai dan jari-jari kaki terasa nyeri dan bengkak. Selain itu pasien juga
mengeluhkan demam tinggi 5 hari terakhir.
Early
Keyword Main Problem Hypothesi Learning issues
s
Perempuan 24 Tidak bisa Nyeri dan Differential Diagnosis:
thn berjalan karena bengkak - DBD
nyeri dan sendi - Malaria
bengkak pada - Chikungunya
sendi - Zika
- JEV
- Westnile Virus
Tidak bisa Definisi dan klasifikasi
berjalan Demam
Nyeri dan Definisi dan pathogen dari
bengkak sendi nyeri
kedua tungkai
dab jari-jari
kaki
Demam tinggi Patogenesis Demam
5 hari
Epidemiologi Chikungunya
Pathogenesis dan
Patofisiologi Chikungunya
Penegakan Diagnosa
Tatalaksana
Komplikasi
Prognosis
Pencegahan dan
Pengendalian
1.4 MIND MAP
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Demam
Infeksi
Tuberkulosa
Abses
Infeksi endokarditis
Keganasan
Autoimun
Reumatoid artritis
Penyakit jaringan ikat (SLE)
Vaskulitis
Miscellaneous
Drug-induced fever
Familial Mediterranean fever
Idiopatik
B. Demam 7 hari atau kurang tanpa fokus gejala klinis yang jelas
- Sepsis bakteremia
- Septikemia meningokokus
- Malaria
- Tifoid
- Rickettsial disease
- Dengue fever
- Chikungunya
- Influenza
- Yellow fever
- HIV primer
- Drug-induced fever
- Demam rematik
- Strongyloidiasis akut
- Campak
- Schistosomiasis akut
- Leptospirosis
- Acute Q fever
- Mononucleosis
C. Demam dengan arthalgia
- Chikungunya
- Dengue virus
- Zika virus
- Ross River virus
- Trichinellosis
- Muscular sarcocytosis
D. Demam dengan mosquito borne disease
- Dengue virus
- Zika virus
- Yellow fever
- West Nile virus
- Japanese encephalitis
- Chikungunya
- Hepatomegali
- Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba,
penyempitan tekanan nadi ( 20 mmHg), hipotensi sampai tidak
terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, capillary refill
time memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah.
Pemeriksaan Penunjang
Di lakukan pemeriksaan laboratorium dengah hasil sebagai
berikut :
- Trombositopenia (100.000/μl atau kurang)
- Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas
kapiler, dengan manifestasi sebagai berikut:
b. Malaria
Definisi
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk betina.
Etiologi
Penyebab malaria adalah parasit Plasmodium diantaranya
Plasmodium ovale, Plasmodium vivax, Plasmodium
falciparum, Plasmodium malariae, dan Plasmodium knowlesi.
Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk Anopheles.
Faktor resiko
Manifestasi Klinis
Malaria ditandai dengan adanya demam dan gejala yang
menyerupai flu-like symptoms seperti menggigil, sakit kepala,
mialgia, dan malaise. Gejala-gejala ini dapat terjadi secara
intermittent. Pada penyakit yang parah, dapat terjadi kejang,
kebingungan atau gangguan mental, gagal ginjal, sindroma
gangguan pernapasan akut, koma, dan kematian. Gejala malaria
dapat berkembang paling cepat 7 hari setelah digigit nyamuk
menular di daerah endemis malaria dan selambat-lambatnya
beberapa bulan atau lebih setelah terpapar. Malaria yang
dicurigai atau dikonfirmasi, terutama P. falciparum, adalah
keadaan darurat medis yang memerlukan intervensi segera,
karena penurunan klinis dapat terjadi dengan cepat dan tidak
terduga.
Gejala-gejala malaria yang terjadi diantaranya;
- Demam dengan onset > 6 minggu setelah melakukan
sebuah perjalanan (Ex; Plasmodium vivax dan P. ovale
malaria).
- Derajat malaria yang berat terdapat demam dan jaundice
- Perubahan status mental
- Leukosit dapat menurun atau normal
Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendeteksi jenis-jenis Plasmodium pada penyakit
malaria, dilakukan beberapa pemeriksaan berikut;
- Pemeriksaan mikroskopik sediaan tetes tebal pewarnaan
Giemsa
- Rapid diagnostic test (RDTs)
RDTs bertujuan untuk mendeteksi antigen yang berasal dari
parasit malaria. RDTs Malaria adalah tes
imunokromatografi yang paling sering di pakai dengan
menggunakan format dipstick atau kaset dan dapat
memberikan hasil dalam 2–15 menit. RDTs memberikan
alternatif yang berguna untuk mikroskop dalam situasi di
mana diagnosis mikroskopis yang dapat diandalkan tidak
segera tersedia. Namun RDTs memiliki beberapa
keterbatasan yaitu RDTs tidak dapat membedakan antara
semua spesies Plasmodium yang menyerang manusia,
kurang sensitif dibandingkan dengan expert microscopy
atau PCR untuk diagnosis, tidak dapat mengukur
parasitemia, dan hasil tes RDTs-positif dapat bertahan
selama berhari-hari atau berminggu-minggu setelah infeksi
diobati dan dibersihkan. Dengan demikian, RDTs tidak
berguna untuk menilai respons terhadap terapi.
- Uji serologi PCR
Uji serologi PCR bertujuan untuk mendeteksi parasit
malaria. Meskipun tes PCR lebih sensitif daripada
mikroskop rutin, hasil pemeriksaan tidak tersedia secepat
hasil mikroskop, sehingga membatasi kegunaan tes ini
untuk diagnosis akut dan manajemen klinis awal.
Penggunaan tes PCR dianjurkan untuk mengkonfirmasi
spesies parasit malaria dan mendeteksi infeksi campuran.
c. Chikungunya
Definisi
Chikungunya merupakan infeksi virus Alphavirus family
Togaviridae yang berbentuk bulat, memiliki enveloped, dan
single-stranded positive sense RNA yang ditularkan oleh
nyamuk.
Etiologi
Penyebab Chikungunya adalah virus yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus.
Faktor resiko
- Bepergian ke daerah endemik Chikungunya
- Mutasi virus
- Absence of herd immunity/ tidak adanya kekebalan
kawanan
- Kurangnya kegiatan pengendalian vektor yang efisien
- Globalization and emergence of Aedes albopictus/
Globalisasi dan kemunculan Aedes albopictus, selain Aedes
aegypti sebagai vektor yang efisien untuk virus
Chikungunya
Manifestasi Klinis
- Demam tinggi mendadak > 38,5 °C
- Artalgia atau mialgia kadang dapat menetap
- Leukosit dapat menurun atau normal
- Terdapat ruam-ruam/rash pada kulit
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan laboratorium antara lain;
- Pemeriksaan ELISA, menggunakan serum tunggal yang
diambil pada fase akut atau konvalesen dengan adanya
antibodi IgM spesifik virus. Terdapat peningkatan titer IgG
empat kali lipat dalam sampel yang dikumpulkan setelah
tiga minggu terinfeksi.
- Pemeriksaan serologi RT-PCR dengan adanya virus RNA
- Isolasi virus
d. Zika Virus
Definisi
Etiologi
Manifestasi Klinis
Selain gejala umum yang telah disebutkan, gejala lain virus Zika
yang ditemukan adalah sakit kepala, nyeri di belakang mata, dan
lelah. Gejala ini umumnya bersifat ringan dan berlangsung hingga
sekitar satu minggu.
Mengenai periode inkubasi virus Zika masih belum diketahui,
namun kemungkinan berlangsung hingga 2-7 hari semenjak
pasien terpapar virus ini (terkena gigitan nyamuk penjangkit).
Dari lima orang yang terinfeksi virus Zika, satu orang menjadi
sakit akibat virus ini. Walaupun jarang, dapat terjadi kasus berat
yang memerlukan penanganan lebih lanjut di rumah sakit, bahkan
kematian.
Transmisi virus Zika yang terjadi di dalam kandungan dikaitkan
dengan terjadinya mikrosefali dan kerusakan otak pada janin.
Mikrosefali adalah kondisi dimana lingkar kepala lebih kecil dari
ukuran normal.
Beberapa pakar melihat adanya banyak kesamaan gejala antara
demam berdarah dengan demam Zika. Keduanya sama-sama
diawali dengan demam yang naik turun serta rasa linu hebat pada
persendian dan tulang. Kadang juga disertai mual, pusing, rasa
tidak nyaman di perut dan disertai rasa lemah dan lesu yang hebat.
Beberapa kesamaan sebagai gejala awal membuat penyakit ini
diidentifikasi secara keliru dengan penyakit demam berdarah.
Namun sebenarnya terdapat beberapa gejala khas yang bisa
membedakan keluhan infeksi Zika Virus dengan penyakit demam
berdarah, beberapa tanda khusus tersebut antara lain:
Demam cenderung tidak terlalu tinggi, kadang maksimal hanya pada suhu 38
derajat celcius. Cenderung naik turun sebagaimana gejala demam berdarah,
tetapi tidak terlalu tinggi.
Muncul beberapa ruam pada kulit yang berbentuk makulapapular atau ruam
melebar dengan benjolan tipis yang timbul. Kadang ruam meluas dan
membentuk semacam ruam merah tua dan kecoklatan yang mendatar dan
menonjol.
Muncul rasa nyeri pada sendi dan otot, kadang disertai lebam dan bengkak
pada sendi dan otot seperti terbentur dan keseleo ringan.
Kerap muncul keluhan infeksi mata menyerupai konjungtivitas dengan mata
kemerahan. Kadang warna sangat kuat pada bagian dalam kelopak sebagai
tanda munculnya ruam pada bagian dalam kelopak mata.
Faktor Resiko
- Ibu hamil.
Pemeriksaan
Definisi
Etiologi
Manifestasi Klinis
b. Sakit kepala.
c. Muntah-muntah
d. Lethargi.
Faktor Resiko
1. Usia
2. Geografis
3. Vaksin
Pemeriksaan
Definisi
Manifestasi klinis
1. Kebanyakan asimptomatik
3. KGB membesar
4. Self limited
Faktor resiko
1. Musim hujan
2. Suhu tinggi
3. Usia
4. Imunitas
Pemeriksaan
4. Kultur sel
Demam mengacu pada riwayat demam atau suhu tubuh yang lebih
tinggi dari 380C jika diukur secara sentral (telinga, dubur, atau oral)
atau aksila 37,50C. Penyebab paling umum adalah infeksi yang
mungkin terlokalisasi atau sistemik; penyebab lain dapat berupa
keganasan, reaksi alergi, dan gangguan inflamasi (WHO, 2011).
Klasifikasi demam berdasarkan durasi dan gejala atau tanda yang ditemukan
pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium adalah:
5. Epidemiologi Chikungunya
CHIKV ditularkan oleh nyamuk dari spesies Aedes, khususnya Aedes
albopictus, Aedes aegypti, dan Aedes polynesiensis.
Chikungunya berasal dari Afrika dan setelah itu menyebar ke seluruh
dunia, menginfeksi jutaan orang di Asia, Eropa, Amerika, dan Kepulauan
Pasifik.
Analisis filogenetik telah mengidentifikasi empat genotipe CHIKV yang
berbeda yaitu Asia, Afrika Barat, Afrika Timur / Tengah / Selatan
(ECSA), dan Indian Ocean Lineage (IOL).
Di Afrika, CHIKV pertama kali dilaporkan di Tanzania pada tahun 1952
dan diikuti oleh Central African Republic, Guinea, Burundi, Angola,
Uganda, Malawi, Nigeria, Democratic Republic of the Congo, dan
beberapa negara bagian lainnya.
Di Asia, CHIKV pertama kali dilaporkan di Bangkok, Thailand pada tahun
1958. Pada 2005-2006, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa tingkat
seroprevalensi adalah 4% di Myanmar, 6% di Sri Lanka, 25% di Vietnam,
27% di Filipina, dan 27,4% di Indonesia.
Di Eropa, CHIKV pertama kali dilaporkan di Emilia-Romagna, Italia pada
2007. Di Amerika, kemunculan CHIKV terjadi pada bulan Desember 2013
di Saint Martin dan virus menyebar ke 17 negara di Selatan Amerika
hingga Desember 2014. Sejak pertama kali dilaporkan pada Saint Martin,
transmisi CHIKV diidentifikasi di 45 negara, di Karibia, Amerika Utara,
Amerika Selatan, dan Amerika Tengah
Untuk di Indonesia, pada tahun 1972, CHIKV dilaporkan di Sumatera
Timur, Kalimantan, Bali, Jawa, Sulawesi, dan Flores. Dari tahun 2002
hingga 2008, CHIKV dikonfirmasi di Jawa Barat dan Bandung.
Bioburden tahunan tidak pernah melebihi 5000 kasus. Tingkat kejadian
keseluruhan ditemukan 10,1 kasus per 1000 orang per tahun.
6. Pathogenesis dan Patofisiologi Chikungunya
a. Pathogenesis
Gigitan nyamuk betina mendominasi dalam transmisi virus
chikungunya. Nyamuk yang terinfeksi menggigit inang dan
menginfeksi melalui inokulasi pada kulit. Infeksi menyebar melalui
fibroblas dan makrofag dermal. Replikasi virus memulai respons
imun inang. Virus melalui sistem peredaran darah dengan cepat
menyebar ke kelenjar getah bening. Pada replikasi virus jaringan
perifer terjadi dan virus dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk.
Ketika virus mencapai organ target (otot, persendian, hati dan otak)
dihasilkan respons imun.
b. Patofisiologi
1) Transmisi
Urban cycle
Transmisi melalui manusia- nyamuk- manusia yang
mendominasi wilayah asia. Disini, manusia bersifat sebagai
host dan spesies nyamuk aedes sebagai vector aedes aegypti
adalah vector utama untuk transmisi chikugunya termasuk
di area urban. Aedes albopictus juga menjadi penyebab
epidemic. Kedua spesies ini dapat berkembang di air yang
bersih di tempat tertentu.
Sylvatic cycle
Transmisinya melalui hewan- nyamuk- manusia yang
sering ada di afrika dan biasanya antara primate liar dan
aedes (aedes furcifer, aedes luteocephalus, aedes taylori dan
aedes africanus) di hutan afrika.
2) Immunological response to infection
Nyamuk yang terinfeksi yang menggigit kulit akan membuat
portal entry virus ke badan dan berefek ke sel seperti
keratinosit, melanosit, sel dendritic dan berkontribusi untuk
menyebar virus ke target organ lainnya.
7. Penegakan Diagnosa
8. Tatalaksana
- Tirah baring
- Pencegahan untuk dehidrasi dengan banyak minum, jika tidak
dapat minum dilakukan infus
- Pemberian acetaminophen atau paracetamol untuk mengurangi
nyeri dan demam
- Kortikosteroid
- Aspirin harus dihindarkan karna memiliki efek samping reye
sindrom (pembengkakan di otak dan kerusakan hati)
- Jika akan diberikan obat lain harus melakukan konsultasi
dengan dokter lain
- Yang paling penting adalah pencegahan gigitan nyamuk dalam
seminggu pertama, agar tidak terjadi penularan virus
cikungunya.
9. Komplikasi
10. Prognosis
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Albert, D., et. all, 2011. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary 32th Edition.
Philadelphia: Elsevier Saunders.
David, M., 2017, Focused History taking for OSCEs. Boca Raton: CRC Press. p9-
12
Ganesan V.K., Duan B., Reid S.P. (2017). Chikungunya Virus: Patophysiology,
Mechanism and Modelling. Viruses. 9(368):1-14
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi
keduabelas. Singapore: Elsevier.
Hall, J. E., 2014. Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi
Keduabelas. Singapore: Elsevier.
Nelwan, R.H. H., 2014. Demam: tipe dan pendekatan dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi 6 Jilid I, Jakarta: Interna Publishing.
Jong W.D., Rusli M., Bhoelan S., Rohde S., Rantam F.A., Noeryoto P.A., Hadi
U., Gorp E.C.M., Goijenbier M. (2018). Endemic and emerging acute virus
infections in Indonesia: an overview of the past decade and implications for the
future. Critical Reviews in Microbiology. 44(4): 487–503
Rahman S., Suchana S.A., Rashid S.M.S., Pavel O.F. (2017). A Review Article on
Chikungunya Virus. World journal of pharmaceutical research. 6(13): 100-107.
Sherwood, L., 2016. Human Physiology From Cells to Systems 9th Edition.
Boston: Cengage Learning. p. 633-635.
Wahid B., Ali A., Rafique S., Idrees M. (2017). Global Expansion of
Chikungunya Virus: Mapping of the 64 Years History. International Journal of
Infectious Diseases. 58 (2017): 69–76
WHO, 2011. IMAI District clinician Manual: Hospital care for adolescents and
adults volume 2. Switzerland: WHO Press.
http://www.searo.who.int/entity/emerging_diseases/topics/Def_Chikungunya_Fev
er.pdf
https://www.cdc.gov/chikungunya/transmission/index.html
https://www.cdc.gov/chikungunya/hc/clinicalevaluation.html
https://wwwnc.cdc.gov/travel/yellowbook/2020/posttravel-evaluation/fever
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/chikungunya