Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

Hari/tanggal : Senin, 28
April 2014

Kelompok :4

Nama :Yogi Rakhmawati

NIM :123711034

A. TUJUAN
1. Mengetahui beberapa macam identifikasi karbohidrat
B. DASAR TEORI
Nama karbohidrat berasal dari istilah “hidrat dari karbon”, hal ini
karena rumus umumnya adalah Cn(H2O)m. Akan tetapi seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, diketahui bahwa sebenarnya
karbohidrat bukanlah hidrat dari karbon, tetapi merupakan polihidroksi
aldehid atau polhidrksi keton. Karbohidrat merupakan senyawa organik
yang paling banyak terdapat di alam. Hampir seluruh tanaman dan
hewan mensintesis dan memetabolisme karbohidrat.
a. Klasifikasi Karbohidrat

Berbagai senyawa yang termasuk kelompok karbohidrat


mempunyai molekul yang berbeda-beda ukurannya, yaitu dari
senyawa yang sederhana yang mempunyai berat molekul 90 hingga
500.000 bahkan lebih. Berbagai senyawa itu dibagi dalam tiga
golongan, yaitu golongan monosakarida, oligosakarida dan
polisakarida.

1) Monosakrida
Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam
arti molekulnya hanya terdiri atas beberpa atom karbon saja
dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi

1
lunak menjadi karbohidrat lain. Monosakarida yang paling
sederhana adalah gliseraldehida dan dihidroksiaston.1

CHO CH2OH

H C OH C

CH2OH CH2OH

D-gliseraldehida dihidroksiaseton

Gliseraldehida dapat disebut aldotriosa Karena terdiri atas


tiga atom karbon dan mempunyai gugus aldehida.
Dihidroksiaseton dinamakan ketotriosa karena terdiri atas tiga
atom karbon dan mempunyai gugus keton.

Struktur rumus monosakrida baru ditentukan pada


pertengahan abad kesembilan belas oleh kimiawan-kimiawan
seperti Dumas, Berthelot, Fitting, Baeyer, Tollens, Fischer dan
Howarth. Monosakarida yang dikaji struktur rumus bangunnya
ialah glukosa. Penentuan rumus struktur bangun glukosa itu
sesuai dengan zamannya, dimulai dari struktur rumus rantai
lurus sampai dengan struktur rumus konformasi. 2 Berikut
dikemukakan urutan-urutan struktur rumus bangun glukosa.

Reaksi-reaksi kimia dari glukosa antara lain:3

 Glukosa mengadisi HCN, bergabung dengan hidrokulamin


membentuk oksim dan dengan fenilhidrasin membentuk
fenilhidrason.
 Glukosa mudah teroksidasi oleh perak atau ion tembaga.
1
Anna Poedjiadi dan F.M. Titin Supriyanti, Dasar-Dasar Biokimia, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia,
1994), hlm.24-25
2
H.M. Hawab, Pengantar Biokimia, (Malang: Banyumedia Publishing, 2004), hlm. 110
3
Hardjono Sasrtrohamidjojo, Kimia Organik, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), hlm 47

2
 Glukosa bila dididihkan dengan alkali kuat akan
menghassilkan damar.

1. Struktur rumus bangun rantai lurus (Fitting-Baeyer)

CHO

(HCOH)4

CH2OH

Glukosa

Sebelum ditemukan isomer DL (aktif optika)

2. Struktur rumus bangun isomer aktif-optika (Fisher)

D-glukosa

3. Struktur rumus bangun siklis oksida (Fischer, tahun


1893)
OH
HC

HCOH

D-α-glukosa HOCH O

HCOH

3
HC

CH2OH

HO

O D - β - glukosa

Bentuk isomer a- dan b-glukosa diatas hanya


dibedakan oleh konfigurasi gugus/radikal pada nomor
atom C yang sama (pada C nomor 1). Atom C nomor 1
disebut C anomer. Perbedaan sifat kimia-isik D-α-
glikosa dan β-glukosa diperlihatkan oleh Fischer sebagai
berikut.

D-α-glikosa β-glukosa
-putaran aktif-optika : +112.20
+18,70
-titik lebur : 1460C 1500
-kelarutan dalam air (g/1L) : 83,5 178
4. Struktur rumus bangun heksagonal dan pentagonal
(Haworth, tahun 1937)
OH

C 1 HC

C 2 HCOH

C O 3 HOCH O

C 4 HCOH

4
C 5 HC

CH2OH

Pola senyawa piran Pola senyawa D-


α-glukosa

CH2OH

C O C O

C C C OH C

C C HO C C

OH

O O

Senyawa piran D-α-glukosa

OH

C 1 HC

C 2 HCOH

C O 3 HOCH O

C 4 HCOH

C 5 HC

CH2OH

5
Pola senyawa piran Pola senyawa D-
α-glukosa

O HOCH2 O
HCH2OH
C C C OH C
C C C C
HO

O O

Senyawa furan D-α-fuktosa


(Hawort)

Gugus fungsional monosakarida yaitu gugus aldehida


dan gugus keton yang berfungsi sebagai pereduktif.
Monosakarida + peroksida
monosakarida tereduksi

2) Oligosakarida
Oligosakarida merupakan sakarida yang termasuk
di-, tri-, atau tetra yang apabila dihidrolisis akan pecah
menjadi beberapa monosakarida.4 Senyawa yang
termasuk oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri
atas bebrapa molekul monosakrida. Dua molekul
monosakarida yang berikatan satu dengan yang lain,
membentuk satu molekul disakarida. Oligosakarida yang
4
Amirudin, Kamus Kimia organik, (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978), hlm.166

6
lain ialah trisakarida yaitu yang terdiri atas tiga molekul
monosakrida dan tetraskarida yang terdiri dari empat
molekul monosakarida. Oligosarida yang terdapat banyak
di alam adalah disakarida. Contoh, sukrosa, laktosa,
maltose dan lain-lain.

3) Polisakarida
Polisakarida adalah polimer yang terbentuk dari
pengulangan unit monosakarida terikat bersama oleh
ikatan glikogen. Amilun dan glikogen terbentuk dari mata
rantai α molekul glukosa, dan sellulosa terbentuk dari
mata rantai β glukosa.5
Glikogen ialah bentuk D-glukosa simpanan dalam sel
hewan, berstruktur seperti amilopektin. Perbedaan antara
amilopektin dan glikogen adalah bahwa glikogen lebih
bercabang, hanya 8 sampai 12 unit D-glukopiranosa
terdapat diantara titik-titik percabangan.6 Glikogen
terutama melimpah dalam hati, jumlahnyan dapat
mencapai 8% dari bobot kering organ tersebut.
Polisakarida meliputi : pati, selulosa, dan dekstrin, merupakan
substan yang amorph sebagian besar tidak larut dalam air dan tidak
berasa mempunyai perumusan (C6H10O5)n.H2O atau (C5H8O4)n.H2O,
dimana n sangat besar. Bila polisakarida dihidrolisis diperoleh gula –
gula : C6 atau C5. Gula tebu ( sukrosa ) bila dihidrolisis menghasilkan
dua gugus C6, glukosa, dan fruktosa :

C12H22O11 + H2O  C6H12O6 + C6H12O6

sukrosa glukosa fruktosa

5
Ralph J Fressenden & Joan S. Fressenden, Dasar-dasar Kimia Organik, (Jakarta, Binarupa Aksara, 1997),
hlm. 608
6
Antony C. Wilbraham dan Michael S. Matta, Introduction to Organic and Biological Chemistry, (Penerbit
ITB, 1992), hlm. 122

7
b. Identifikasi Karbohidrat
Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat
dapat mereduksi, terutama dalam suasana basa. Sifat sebagai
reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi
karbohidrat maupun analisis kuantitatif.7 Sifat mereduksi ini
disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau keton bebas
dalam molekul karbohidrat. Beberapa identifikasi karbohidrat
adalah:
1. Uji Molisch
Pereaksi ini terdiri atas larutan α naftol dalam
alkohol. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan
glukosa kemudian secara hati-hati ditambahkan asam
sulfat pekat, akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada
batas antara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu
karena terjadi reaksi kondensasi antara furfural dengan α
naftol. Walaupun reaksi ini tidak spesifik untuk
karbohidrat, namun dapat digunakan sebagai reaksi
pendahuluan dalam analisis kualitatif karbohidrat. Hasil
negatif merupakan suatu bukti bahwa tidak ada
karbohidrat.
2. Peraksi Fehling
Pereaksi fehling dapat direduksi selain oleh
karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksi, jug adapt
direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi fehling terdiri atas
dua larutan, yaitu larutan fehling A dan larutan fehling B.
larutan fehling A adalah larutan CuSO4 dalam air,
sedangkan larutan fehling B adalah larutan garam
KNatartrat dan NaOH dalam air. Kedua macam larutan ini

7
Anna Poedjiadi dan F.M. Titin Supriyanti, Dasar-dasar Biokimia, (Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia,
2007), hlm.29

8
disimpan secara terpisah dan baru dicampur menjelang
digunakan untuk memeriksa suatu karbohidrat. Dalam
pereaksi ini ion Cu ++
diredusi menjadi ion Cu +
yang
dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O.
2 Cu +
+ 2OH- Cu2O + H2O
Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi fehling
menghasilkan endapan berwarna merah bata, sedangkan
apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya
larutan glukosa 0,1%, larutan yamg terjadi berwarna
hijau kekuningan.
3. Pereaksi Benedict
Pereaksi ini berupa larutan yang mengandung
kaprisulfat, natriumkarbonat dan natriumsitrat. Glukosa
dapat mereduksi ion Cu++ dari kaprisulfat menjadi ion Cu +
yang kemudian mengendap sebagai CuO2. Adanya
natriumkarbonat dan natriumsitrat membuat pereaksi
benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk
dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata. Warna
endapan ini tergantung pada konsentrasi karbohidrat
yang diuji.
4. Pereaksi Tollens
Uji tollens ini dapat digunakan untuk membedakan senyawa-
senyawa yang mengandung gugus karbonil, -CO-. Senyawa karbonil ini
dapat berupa aldehid, -CHO jika gugus karbonilnya terletak di ujung
(atom C nomor 1), dan dapat berupa keton, -CO- jika gugus karbonil
berada di tengah rantai C, atau paling tidak pada atom C nomor 2.
Karena sifat pengoksidasinya lemah, maka tollens tidak dapat
mengoksidasi senyawa keton.
Pereaksi tollens ini dapat dibuat dari larutan perak nitrat, AgNO 3.
Mula-mula larutan ini direaksikan dengan basa kuat, NaOH(aq),
kemudian endapan coklat Ag2O yang terbentuk dilarutkan dengan

9
larutan amonia sehingga membentuk kompleks perak amoniakal,
Ag(NH3)2+(aq).

2AgNO3(aq) + 2NaOH(aq) → Ag2O(s) + 2NaNO3(aq) + H2O(l)

Ag2O(s) + 4NH3(aq) + 2NaNO3(aq) + H2O(l) →


2Ag(NH3)2NO3(aq) + 2NaOH(aq)
Bermacam cara dapat ditempuh untuk membuat pereaksi tollens;
yang penting larutan ini harus mengandung perak amoniakal. Larutan
kompleks perak beramoniak inilah yang dapat mengoksidasi gugus
aldehid menjadi asam yang disertai dengan timbulnya cermin perak.
Oleh sebab itu, larutan perak amoniakal ini sering ditulis secara
sederhana sebagai larutan Ag2O.
RCHO(aq) + Ag2O → RCOOH(aq) + 2Ag(s)
Persamaan reaksi redoks yang sebenarnya adalah :
Ag(NH3)2+(aq) + e → Ag(s) + 2NH3(aq)
RCHO(aq) + 3OH-(aq) → RCOOH(aq) + 2H2O(l) + 2e

5. Uji Asam Pikrat


Uji asam pikrat dalam menganalisis karbohidrat yaitu untuk
mengetahui karbohidrat yang bersifat gula pereduksi dengan mereduksi
asam pikrat membentuk asam pikramat dimana uji positifnya ditandai
dengan perubahan warna larutan dari kuning menjadi berwarna merah.
6. Uji Selliwanorf
Uji Seliwanoff adalah sebuah uji kimia yang membedakan gula
aldosa dan ketosa. Ketosa dibedakan dari aldosa via gugus fungsi
keton/aldehida gula tersebut. Jika gula tersebut mempunyai gugus keton,
ia adalah ketosa. Sebaliknya jika ia mengandung gugus aldehida, ia
adalah aldosa. Uji ini didasarkan pada fakta bahwa ketika dipanaskan,
ketosa lebih cepat terdehidrasi daripada aldose.

10
c.Reaksi yang Terjadi
1. Molisch
Uji molisch adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya
karbohidrat. Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam
sulfat membentuk cincin furfural yang berwarna ungu. Reaksi positif
ditandai dengan munculnya cincin ungu di permukaan antara lapisan asam
dan lapisan sampel.

2. Fehling
Fehling bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid. Reagent
yang digunakan dalam pengujian ini adalah Fehling A (CuSO 4 ) dan
Fehling B (NaOH dan KNa tartarat). Pereaksi fehling akan tereduksi dari
Cu2+ menjadi Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O
yang meng hasilkan warna merah bata.
2Cu+ + 2 OH   Cu2O  +H2O 

11
3. Benedict
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula
(karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis
monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Pada
uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali
aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu,
meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki
gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa
dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan
pereaksi benedict.

12
4. Tollens
Pereaksi Tollens sering disebut sebagai perak amoniakal, merupakan
campuran dari AgNO3 dan amonia berlebihan. Gugus aktif pada pereaksi
tollens adalah Ag2O yang bila tereduksi akan menghasilakan endapan
perak. Endapan perak ini akan menempel pada tabung reaksi yang akan
menjadi cermin perak. Oleh karena itu Pereaksi Tollens sering juga
disebut pereaksi cermin perak.

5. Selliwanorf
Uji Seliwanoff adalah sebuah uji kimia yang membedakan gula
aldosa dan ketosa. Jika gula tersebut mempunyai gugus keton, ia adalah
ketosa. Sebaliknya jika ia mengandung gugus aldehida, ia adalah aldosa.
Uji ini didasarkan pada fakta bahwa ketika dipanaskan, ketosa lebih cepat
terdehidrasi daripada aldosa. Reagen uji Seliwanoff ini terdiri dari
resorsinol dan asam klorida pekat. Asam reagen ini menghidrolisis
polisakarida dan oligosakarida menjadi gula sederhana. Ketosa yang
terhidrasi kemudian bereaksi dengan resorsinol, menghasilkan zat
berwarna merah tua. Aldosa dapat sedikit bereaksi dan menghasilkan zat
berwarna merah muda. Fruktosa dan sukrosa merupakan dua jenis gula
yang memberikan uji positif. Sukrosa menghasilkan uji positif karena ia
adalah disakarida yang terdiri dari fruktosa dan glukosa.

13
Reagen uji Seliwanoff ini terdiri dari resorsinol dan asam klorida pekat:

 Asam reagen ini menghidrolisis polisakarida dan oligosakarida


menjadi gula sederhana.
 Ketosa yang terhidrasi kemudian bereaksi dengan resorsinol,
menghasilkan zat berwarna merah tua. Aldosa dapat sedikit
bereaksi dan menghasilkan zat berwarna merah muda.

Fruktosa dan sukrosa merupakan dua jenis gula yang memberikan


uji positif. Sukrosa menghasilkan uji positif karena ia adalah disakarida
yang terdiri dari furktosa dan glukosa.

d. Hidrolisis Polisakarida
Uji hidrolisis polisakarida bertujuan untuk mengetahui apakah suatu
bakteri mampu menghasilkan enzim hidrolasse yang mampu mnehgidrolisis
polisakarida menjadi monosakarida. Uji ini menggunakan medium starch agar
dengan menggunakan iod sebagai indikator. Ketika medium ditetesi dengan iod
maka akan terbentuk kompleks biru sampai coklat, namun jika bakteri terrsebut
memiliki enzim hidrolase maka akan terbentuk zona bening.

e. Analisis Bahan
- Etanol: cairan, tak berwarna, berbau, mudah terbakar, berbahaya jika kontak
langsung dengan mata, kulit, tertelan dan terhirup.

- NaOH: tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, korosif, tidak mudah
terbakar, sangat berbahaya jika kontak langsung dengan kulit, mata, tangan,
tertelan dan terhirup.

14
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Penjepit tabung reaksi
3. Lampu spirtus
4. Kertas lakmus
5. Pipet
6. Waterbath

Bahan :
1. Glukosa 13. Pereaksi molisch (10 % α-naftol
2. Fruktosa dalam alcohol)
3. Galaktosa 14. Pereaksi benedict
4. Laktosa 15. Pereaksi fehling (A dan B)
5. Suksora 16. Pereaksi tollens
6. Maltose 17. Asam klorida pekat
7. Pati kanji 18. Natrium hidroksida
8. Madu 19. Fenilhidrasin
9. HNO3 20. Aquades
10. Etanol 21. Asam pikrat
11. Pereaksi selliwanorf 22. Larutan iod dalam KI
12. Asam sulfat pekat

15
D. CARA KERJA
a. Tes Umum karbohidrat dengan Uji Molisch
1. Disiapkan 7 tabung reaksi,masing-masing diisi dengan :

A B C D E F G
Glukosa Fruktos Maltosa Laktosa Kanji Madu Potonga
a 50% n kertas
saring

Masing-masing tabung
ditambahkan aquades

Ditambahkan 2 tetes
pereaksi Molisch (larutan
10% α-naftol dalam alkohol)

Digojog beberapa kali

Tabung reaksi dimiringkan,


dialiri dengan 3 ml H2SO4
pekat melalui dinding tabung
reaksi, perlahan-lahan
sampai terbentuk suatu
lapisan pada bagian bawah

Bidang batas antara asam

Hasil dengan air diamati

b. Uji Sifat Pereduksi


 Uji Fehling
Disiapkan 6 tabng reaksi, diisi dengan larutan di bawah ini
(masing-masing konsentrasi 2 %)

16
A B C D E F
Glukos Fruktos Maltos Laktos Kanji Madu
a a a a

Masing-masing tabung diisi


dengan 5 ml Fehling A dan
Fehling B
Digojog
Tabung reaksi ditempatkan
dalam penangas air mendidih
selama 10 menit
Diamati dan dicatat, reaksi
positif apabila terbentuk
endapan merah bata

Hasil
 Uji Benedict
Disiapkan 4 tabung reaksi, didisi dengan larutan dibawah
ini (kosentrasi 2%)

A B C D
Glukosa Fruktosa Maltosa Laktosa

Masing-masing tabung reaksi


ditambahkan 1 ml pereaksi
benedict
Digojog
Diamati dan dicatat, reaksi
positif terbentuk endapan
merah bata

Hasil

 Uji Tollens

17
Disiapkan 4 tabung reaksi, didisi dengan larutan dibawah
ini (kosentrasi 2%)

A B C D
Glukosa fruktosa Maltosa Laktosa

Larutan diatas dicapurkan


dengan pereksi tollens
dengan perbandingan 1:1

Digojog

Dipanaskan dalam penangas


air

Diamati, apakah terbentuk


cermin perak? (cermin
perak akan hilang jika diberi

Hasil HNO3 pekat )

 Uji Asam Pikrat


Disiapkan 4 tabung reaksi, didisi dengan larutan dibawah
ini (kosentrasi 2%)

A B C D
Glukosa Fruktosa Maltosa Laktosa

Masing-masing tabung
ditambahkan 1 ml
pereduksi asam pikrt jenuh
dan sodium karbonat
Dipanaskan beberapa saat
daam waterbath

18
Diamati perubahan warna,
reaksi positif terbentuk
endapan merah

Hasil

c. Uji adanya Amilum

Larutan Kanji 2 %
dalam air
Disaring setengah bagian cairan dengan
kertas saring
Filtrate yang diperoleh diberi label
tabung B
Setengah bagian yang tidak disaring
diberi label A
Masing-masing diberi 2 tetes larutan
iodine dalam KI
Dibandingkan

Hasil

d. Hidrolisis Asam
 Hidolisis Polisakarida

Disiapkan 2 tabung reaksi

Tabung A Tabung B
2 ml larutan 2 ml larutan kanji 2% + 2 tetes HCl
kanji 2% pekat, digojog dengan baik

19
Tabung B dipanaskan pada
penangas air panas 10 menit
Didinginkan
Larutan dinetralkan dengan
larutan NaOH 10%, diamati
dengan kertas lakmus
Kedua tabung diuji dengan
larutan iod dalam KI
Dibandingkan warna yang
terbentuk

Hasil
 Hidrolisis Oligosakarida
Disiapkan 2 tabung reaksi

Tabung A Tabung B
2 ml larutan 2 ml larutan sukrosa 2% + 2 tetes HCl
sukrosa 2% pekat, digojog dengan baik

Tabung B dipanaskan
pada penangas air panas
10 menit

Didinginkan

Larutan dinetralkan
dengan larutan NaOH
10%, diamati dengan
kertas lakmus

20
Kedua tabung diuji
dengan pereaksi Benedict

Dibandingkan warna yang


terbentuk

Hasil

e. Tes Seliwanoff
Disiapkan 2 tabung reaksi

Tabung A Tabung B
larutan glukosa larutan Fruktosa

Masing-masing tabung ditambahkan


pereaksi Seliwanoff (resosrsinol dalam
HCl)
Digojog dan dipanaskan
Perubahan warna yang terjadi diamati
dan dibandingkan

Hasil

E. HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA


Tes Umum Karbohidrat

Tabun A B C D E F G
g
Nama Glukos Fruktos Maltos Laktosa Kanji Madu Potonga
a a a 50% n kertas
saring

21
Hasil Cincin Cincin Cincin Cincin Cincin Cincin Cincin
(warna ungu kuning kuning ungu ungu ungu ungu
)
Ket + - - + + + +
(+/-)

Uji Sifat Pereduksi

Tabung isi Hasil (warna) Tes Karbohidrat Pereduksi


Uji Fehling Uji Benedict Uji Tollens Uji Asam
(larutan 2
Pikrat
%)
Glukosa Merah bata Biru muda Kuning Merah bata

Fruktosa Biru Biru muda Putih Kuning

Maltosa Biru Biru muda Putih Kuning

Laktosa Merah bata Biru muda Kuning Merah bata

Kanji Terbentuk 2
lapisan, biru
(atas) dan
putih keruh
(bawah)
Madu Merah bata

Uji terhadap Amilum

Tabung A B
Nama Larutan Kanji tanpa Filtrate larutan Kanji
disaring

22
Warna setelah + iod Warna biru Kuning
dalam KI

Hidrolisis Polisakarida

Tabung A B
Nama Larutan Kanji 2 % Larutan Kanji 2 % + 2
tetes HCl pekat
Warna setelah + iod Biru Biru pekat (lakmus
dalam KI merah menjadi biru)

Hidrolisis Oligosakarida

Tabung A B
Nama Larutan Sukrosa 2 % Larutan Sukrosa 2 % +
2 tetes HCl pekat
Warna setelah + Bening (lakmus merah Biru
pereaksi Benedict menjadi biru)

Tes Seliwanoff

Nama senyawa Warna Larutan setelah


+ reagen Seliwanoff
Glukosa Kuning keemasan
Fruktosa Kuning keemasan

F. PEMBAHASAN
Karbohidrat dapat didefinisikan sebagai senyawa polihidroksialdehida atau
polihidroksiketon, serta senyawa yang dihidrolisis dari keduanya. Hal ini disebabkan
karena karbohidrat mengandung gugus hidroksil (-OH), gugus aldehida atau gugus
keton.

23
Sir Walter Norman Howarth yaitu ahli kimia inggris berpendapat bahwa pada
molekul glukosa kelima atom karbon yang pertama dengan atom oksien dapat
membentuk cincin segi enam. Oleh karena itu struktur karbohidrat sebagai bentuk cincin
furan atau piran. Berdasarkan hal tersebut maka struktur dan konfigurasi karbohidrat
ditulis berdasarkan bentuk cincin sikliknya yaitu: golongan furanosa (karbohidrat
mempunyai cincin beranggota lima) dan golongan piranosa (karbohidrat mempunyai
cincin beranggota enam).
Adapun yang dilakukan pada percobaan kali ini adalah sebagai berikut:
1. Uji molisch
Uji molisch adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya
karbohidrat. Uji molisch dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molisch, seorang ahli
botani dari Australia. Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam
sulfat yang membentuk cincin furfural berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan
munculnya cincin ungu dipermukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel . Dari
hasil yang didapat dapat dikatakan bahwa beberapa sampel pada uji molisch bernilai
positif, yaitu pada glukosa, laktosa, kanji, madu 50%, dan potongan kertas saring.

2. Uji fehling
Praktikum karbohidrat dengan materi uji fehling (fehling A dan fehling
B). Fehling A merupakan larutan CuSO4 dalam air, sedangkan larutan Fehling B
merupakan larutan garam K Natartat dan NaOH dalam air. Digunakan untuk
menunjukkan sifat khusus karbohidrat dengan adanya karbohidrat pereduksi
(monosakarida, laktosa, maltosa, dan karbohidrat lainnya). Hasil uji menunjukkan
bahwa laktosa, glukosa dan madu merupakan gula yang dapat mereduksi larutan
fehling dan sebagai karbohidrat pereduksi. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa golongan karbohidrat monosakarida bereaksi positif terhadap
larutan fehling, dimana terdapat kegiatan mereduksi larutan fehling di larutan
tersebut.
Hal ini terjadi karena pereaksi fehling akan tereduksi dari Cu2+ menjadi
Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu 2O yang meng hasilkan
warna merah bata 2Cu+ + 2OH  Cu2O +H2O

24
Pereaksi fehling akan mengalami reduksi sehingga tembaga bermartabat
dua berubah menjadi tembaga bermartabat satu. Pereaksi fehling ditambah
karbohidrat, kemudian dipanaskan, akan terjadi perubahan warna dari biru 
hijau  kuning  kemerah – merahan dan akhirnya terbentuk endapan merah
bata bila jumlah karbohidrat pereduksi banyak.
3. Uji Benedict
Uji benedict merupakan uji umum untuk karbohidrat yang memiliki gugus
aldehid atau keton bebas. Uji benedict berdasarkan reduksi Cu 2+ menjadi
Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis. Biasanya
ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah
terjadinya pengendapan CuCO3
Uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan hijau, merah, orange atau
merah bata serta adanya endapan. Namun pada percobaan kali ini tidak ada
bahan yang menunjukkan hasil yang positif, hal ini dikarenakan tidak
dilakukan pemanasan.

4. Uji Tollens
Uji tollens merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan
senyawa aldehid dan senyawa keton. Pada praktikum ini menggunakan empat
jenis sampel yang diuji apakah dia termasuk ke dalam senyawa aldehid atau
senyawa keton. Sampel-sampel tersebut antara lain Larutan Glukosa, Larutan
Fruktosa, Larutan Maltosa, Larutan Laktosa. Endapan cermin perak ini berasal
dari Gugus aktif pada pereksi tollens yaitu Ag2O yang bila tereduksi akan
menghasilkan endapan perak. Endapan perak ini akan menempel pada dinding
tabung reaksi yang akan menjadi cermin perak. Aldehid dioksidasi menjadi
anion karboksilat . ion Ag+ dalam reagensia tollens direduksi menjadi logam
Ag. Namun pada percobaan kali ini ternyata gagal, karena tidak terbentuk
cermin perak, larutan glukosa dan laktosa berwarna kuning serta larutan
fruktosa dan maltosa berwarna putih. Kemungkinan dalam perbandingan antara
larutan dengan pereaksi kurang tepat serta pemanasan yang terlalu lama.

5. Uji Asam Pikrat

25
Uji asam pikrat ini dilakukan untuk menguji adanya gugus pereduksi.
Hasil positif akan memunculkan warna orangeatau kemerahan yang awalnya
kuning. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa yang mengandung gugus
pereduksi adalah glukosa dan laktosa, sedangkan fruktosa dan maltose tidak.
Reaksi yang terjadi dalam uji asam pikrat adalah oksidasi karbohidrat
pereduksi menjadi asam onat dan pereduksi asam pikrat yang berwarna kuning
menjadi asam pikrat yang berwarna merah.

6. Uji terhadap amilum


Dalam percobaan uji terhadap amilum, mengidentifikasikan bahwa kanji
yang tanpa disaring menhsalilkan warna larutan kuning dan filtrate larutan
kanji menghasilkan warna biru yang mengidentifikasikan bahwa larutan A
(kanji tanpa disaring) merupakan amilopektin dan B (filtrat larutan kanji)
merupakan amilosa. Hal ini sejalan dengan teori bahwa amilum yang
ditambahkan iodin akan menghasilkan warna biru. Percobaan ini untuk
memisahkan antara amilosa dan amilopektin.

7. Hidrolisis Polisakarida
Pada percobaan ini, dilakukan sampel yang digunakan adalah larutan kanji
2%. Hidrolisis ini dilakukan oleh asam (HCl 1 N 5 ml). Jika amilosa
dipanaskan dengan asam, akan terurai menjadi molekul yang lebih kecil secara
berurutan terbentuk satuan glukosa. Suspensi dalam air yang dipanaskan (pati)
akan terjadi suatu larutan koloid yang kental. Larutan koloid ini apabila diberi
larutan Iodium (I2) akan memberi warna biru. Diduga karena terjadi absorbi
molekul Iodium yang masuk dalam aliran spiral amilosa (pati) polisakarida.
Apabila dipanaskan, spiral molekul akan merenggang dan kehilangan daya
absorbsinya terhadap Iodin sehingga ia kembali menjadi tidak berwarna (warna
sama seperti warna sampel awal). Iodium yang dipakai disini berfungsi sebagai
indikator suatu senyawa polisakarida. Bila suatu senyawa/larutan dipanaskan
dan diberi I2 menjadi biru, maka senyawa itu adalah polisakarida. Apabila
senyawa itu dipanaskan membentuk koloid, yang jika ditambah I2, warna
menjadi bening (tidak berwarna) hal ini menandakan bahwa polisakarida itu

26
telah terhidrolisis sempurna menghasilkan glukosa (monosakarida). 8 Dari
percobaan disimpilkan bahwa sampel merupakan polisakarida yang
membentuk larutan biru.

8. Hidrolisis Oligosakarida
Sampel pada percobaan ini yaitu sukrosa. Dasar reaksi ini adalah
jika diberi asam lalu dipanaskan akan terhidrolisis menjadi 2 molekul-
molekul monosakarida. Fungsi masing-masing reagen yaitu HCl sebagai
asam yang menghidrolisis disakarida dan Benedict untuk mendeteksi apakah
disakarida sudah terhidrolisis atau belum. Penambahan HCl akan
mempengaruhi pH larutan, hal ini ditunjukkan dengan perubahan warna.
Pada tabung A yang tidak dipanaskan, warna larutan bening yang berarti
tidak terjadi hidrolisis sukrosa. Pada tabung B terlihat hasil reaksi positif
karena dilakukan pemanasan sehingga terjadi pemutusan ikatan antara
fruktosa dan glukosa, glukosa bereaksi positif dengan benedict karena
mempunyai gugus karbonil bebas.

Hidrolisis sukrosa menghasilkan glukosa dan fruktosa

C12H22O11 + H2O → 2C6H12O6 + 2C6H12O6

Sukrosa glukosa fruktosa

9. Tes Selliwanorf

Tes selliwanorf Merupakan uji spesifik untuk karbohidrat yang


mengandung gugus keton atau disebut juga ketosa
Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan
warna merah pada larutannya. Namun pada percobaan dihasilkan larutan
dengan warna kuning keemasan.

G. SIMPULAN
8
http://yuleedhys91.blogspot.com/2012/02/uji-karbohidrat.html (diakses: minggu, 4 mei 2014: 11.09)

27
Karbohidrat merupakan polihidroksi aldehida atau keton, atau senyawa yang
menghasilkan senyawa ini bila dihidrolisa. Secara umum terdapat tiga macam
karbohidrat berdasarkan hasil hidrolisisnya, yaitu monosakarida, oligosakarida, dan
polisakarida. Didalam dunia hayati, kita dapat mengenal berbagai jenis karbohidrat, baik
yang berfungsi sebagai pembangun struktur maupun yang berperan fungsional dalam
proses metabolisme. Berbagai uji telah dikembangkan untuk analisis kualitatif maupun
kuantitatif terhadap keberadaan karbohidrat, mulai dari yang membedakan jenis-jenis
karbohidrat dari yang lain sampai pada yang mampu membedakan jenis-jenis karbohidrat
secara spesifik. Uji reaksi tersebut meliputi Molisch, Fehling, Benedict, Tollens, Uji
Asam Pikrat, Uji terhadap Amilum, Hidrolisis Polisakarida dan Oligosakarida serta Tes
Selliwanorf.

H. DAFTAR PUSTAKA

Amirudin. 1978. Kamus Kimia organic. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


hlm.166

Fressenden Ralph J & Joan S. Fressenden. 1997. Dasar-dasar Kimia Organi. Jakarta:
Binarupa Aksara. hlm. 608

Hawab, H.M. 2004. Pengantar Biokimia.Malang: Banyumedia Publishing. hlm. 110

Poedjiadi Anna dan F.M. Titin Supriyanti. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia. hlm.24-25

Sasrtrohamidjojo Hardjono. 2005. Kimia Organik. Yogyakarta: Gajah Mada University


Press. hlm 47

28
Wilbraham, Antony C dan Michael S. Matta. 1992. Introduction to Organic and
Biological Chemistry. Penerbit ITB. hlm. 122

http://yuleedhys91.blogspot.com/2012/02/uji-karbohidrat.html (diakses: minggu, 4 mei


2014: 11.09)

Semarang, 05 Mei 2014


Mengetahui,
Dosen Pengampu Praktikan

Arizal Firmansyah, M.Si Yogi Rakhmawati

29
LAMPIRAN

30
31
32

Anda mungkin juga menyukai