OLEH
NIM : 1511205011
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
Hasil pertanian merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia, terutama untuk
memenuhi kebutuhan pangan. Hasil pertanian memiliki beberapa sifat yang mengharuskan untuk
dilakukannya penyimpanan. Salah satu dari sifat tersebut yaitu mudah rusaknya bahan hasil
pertanian. Tindakan penyimpanan bahan pangan dimaksudkan untuk memanjangkan daya simpan
bahan agar dapat dikonsumsi pada waktu yang akan datang dengan mutu yang tetap baik.
Sifat mudah rusak pada suatu bahan hasil pertanian umumnya tergantung pada usaha lain
yang diberikan selama atau sesudah pengolahan pada bahan tersebut, meskipun jelas bahwa bahan
olahan tidak selalu harus tahan lama. Sebagai contohnya, pembuatan saus tomat adalah suatu
langkah mengolah buah tomat menjadi makanan baru, namun daya simpannya tergantung pada
perlakuan selanjunya. Kalau dibiarkan saja telah diolah, mungkin daya simpannya hanya sehari,
tetapi kalau diberikan bahan-bahan yang bisa membuatnya tahan lama atau mengawetkannya dan
dipasteurisai lalu dibotolkan, bahan olahan hasil pertanian tersebut akan menjadi awet atau lebih
tahan lama disimpan.
Daya awet suatu bahan berbeda dengan daya awet bahan lainnya. Ada bahan hasil pertanian
yang meskipun dapat tahan beberapa hari saja dapat dikatakan awet, yang lain meskipun dapat
tahan selama 3 bulan namun belum disebut awet. buah segar misalnya mangga dalam suhu kamar
hanya tahan 3-4 hari saja, tetapi sekiranya dalam kondisi tersebut masih tahan dalam 1 minggu,
maka buah-buahan segar tersebut dikatakan awet. Sebaliknya jika buah-buahan kaleng pada suhu
kamar yang seharusnya daya awetnya sekitar 6 bulan, tetapi sekiranya hanya tahan 3 bulan, maka
buah-buahan tersebut dikatakan tidak awet.
Bahan hasil pertanian yang memiliki daya simpann lebih lama atau bisa dikatakan awet
memiliki nilai harga yang lebih tinggi karena resiko terjadinya kerusakan pada bahan hasil
pertaniannya lebih kecil. Bahan hasil pertanian yang awet meskipun mengalami perubahan-
perubahan tetapi terjadinya sangat lambat. Karena mengalami perubahan yang berlangsung lambat,
maka bahan yang mula-mula bermutu baik akan tetap baik sampai jangka waktu tertentu.
Setiap bahan hasil pertanian memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda. Ada bahan dan
produk tertentu yang harus disimpan di tempat yang bersuhu normal, ada pula yang harus disimpan
pada suhu rendah, tinggi dan sebagainya. Untuk itu dalam penyimpanan perlu diperhatikan kondisi
penyimpanan yang dibutuhkan oleh hasil pertanian tersebut agar tetap berada dalam kondisi baik.
Penyimpanan bahan pangan pada suhu rendah dapat memperlambat reaksi metabolisme.
Tujuan dari penyimpanan bahan hasil pertanian yaitu untuk menghambat atau mencegah
terjadinya kerusakan, mempertahankan mutu, dan menghindari terjadinya keracunan melalui
metode yang mengontrol pertumbuhan mikroba, mengurangi perubahan kimia, fisik dan fisiologis
yang tidak diinginkan, serta menghindari kontaminasi sehingga dapat mempermudah penanganan
dan penyimpanan lebih lanjut.
Penyimpanan alami adalah penyimpanan pada kondisi apa adanya. Kondisi udara (suhu,
kelembapan, susunan gas, aliran) sekeliling komoditas bergantung pada kondisi udara sekeliling
secara umum dan kondisi wadah serta bangunan penyimpanan. Makin leluasa udara ke luar masuk
ruangan penyimpanan, makin besar pengaruh perubahan kondisi udara luar terhadap komoditas
yang disimpan. Komoditas pertanian yang sering dilakukan metode penyimpanan alami yaitu biji-
bijian.
1. Efisien biaya
2. Efisien tempat
3. Mudah pelaksanaannya
4. Mempermudah penjualan
2. Penyimpanan Dingin
Dasar penyimpanan hasil pertanian dengan suhu rendah yaitu rendah dari suhu optimum,
proses metabolisme akan berjalan lebih lambat, atau malahan dapat berhenti sama sekali pada suhu
yang terlalu rendah. Pada umumnya proses metabolisme berlangsung terus setelah bahan hasil
pertanian dipanen, sampai bahan menjadi mati dan akhirnya membusuk. Pengaturan suhu memiliki
peran yang sangat penting dalam penyimpanan hasil pertanian. Pada suhu yang lebih rendah
kerusakan bahan hasil pertanian dapat ditekan kenilai yang minimum. Secara umum dapat
disebutkan bahwa setiap penurunan suhu 10oC (18oF) akan mengurangi laju reaksi kerusakan hasil
pertanian setengah kalinya atau laju metabolisme akan berkurang setengahnya. Sebaliknya, laju
reaksi ini dalam batasan kisaran suhu fisiologis meningkat meningkat secara eksponensial dengan
peningkatan suhu. Penyimpanan bahan hasil pertanian pada suhu rendah dapat memperpanjang
masa hidup jaringan-jaringan di dalam bahan hasil pertanian tersebut. Hal ini bukan hanya keaktifan
proses metabolisme menurun, tetapi juga karena pertumbuhan mikroba penyebab kerusakan dapat
diperlambat. Selain itu laju reaksi-reaksi kimia dan enzimatis juga diperlambat pada suhu rendah.
Semakin rendah suhu semakin lambat proses tersebut.
Cara penyimpanan bahan hasil pertanian dengan penggunaan suhu rendah dibedakan
menjadi dua, yaitu pendinginan (cooling) dan pembekuan (freezing). Pendinginan diartikan sebagai
penggunaan suhu diatas titik beku bahan atau tidak mencapai titik beku bahan, dengan maksud
untuk mempertahankan sifat-sifat bahan semula, sedangkan pembekuan adalah penggunaan suhu
dibawah titik beku bahan sehingga menyebabkan proses perubahan dari fase cair menjadi fase
padat.
Dalam kehidupan sehari-hari penyimpanan bahan hasil pertanian dengan penggunaan suhu
rendah banyak menggunakan istilah-istilah sebagai berikut :
a) Pendinginan ringan (cooling), menggunakan suhu diantara 6-15oC atau dibawah suhu
kamar.
b) Pendinginan sedang (chilling), menggunakan suhu anatar 0-6oC, yang seiring disebut
dengan refrigerasi.
c) Pendinginan berat (deep chilling), menggunakan suhu antara titik beku bahan sampai 0oC.
d) Pembekuan (freezing), menggunakan suhu dibawah titik beku bahan.
e) Pembekuan berat (deep refrigeration), menggunakan suhu yang sangat rendah, misalnya
pendinginan dengan nitrogen cair dan carbondioksida cair, yang disebut pula dengan teknik
kriogenik (cryogenic).
Penyimpanan bahan hasil pertanian dengan cara pendinginan dan pembekuan masing-masing
akan memberikan pengaruh yang berbeda baik terhadap rasa, tekstur, nilai gizi dan sifat-sifat lain
dari bahan, ataupun terhadap keaktifan mikroorganismedi dalam bahan pangan. Namaun ada juga
beberapa bahan pangan menjadi rusak pada suhu penyimpanan yang terlalu rendah.
Begitu juga penggunaan suhu rendah dalam penyimpanan bahan hasil pertanian tidak dapat
membunuh bakteri, sehingga jika bahan pangan beku misalnya dikeluarkan dari penyimpanan dan
dibiarkan mencair kembali (thawing), pertumbuhan bakteri pembusuk kemudian berjalan cepat
kembali.
Perbedaan antara pendinginan dan pembekuan adalah dalam hal pengaruhnya terhadap
keawetan bahan pangan. Pendinginan biasanya dapat mengawetkan bahan pangan selama beberapa
hari atau minggu tergantung pada macam bahan pangannya, sedangkan pembekuan dapat
mengawetkan bahan pangan untuk beberapa bulan atau kadang-kadang beberapa tahun.
Secara singkat semua metode penyimpanan bahan hasil pertanian ini didasarkan atas
prinsip-prinsip sebagai berikut :