f ' ( 0 )=a 1 f ' ' ( 0 )=2 a2 f ' ' ' ( 0 )=3( 2) a3 f (4) ( 0 ) =4 ¿
f (n) ( 0 ) =n ( n−1 ) ( n−2 )( n−3 ) …(3)(2)(1) a n ... (9.7)
Polinom baru ini, yang disebut deret Maclaurin dari fungsi polinom f (x)
Contoh 1
menggambarkan ekspansi fungsi f (x) sekitar nol ( x=0). Perhatikan bahwa
Carilah deret Maclaurin
titik ekspansi hanya (di untuk
sini,fungsi
0) merupakan nilai x yang akan digunakan
f ( x )dan
untuk menghitung f (x) x2
4 x +3derivatifnya.
=2+semua ...(9.9)
Fungsi ini mempunyai derivatif
f ' ( x )=4+6 x
f ' ( 0 )=4
''
f ( x ) =6 Sehingga {
¿ f ' ' ( 0 )=6
Jadi deret Maclaurin adalah
f ( x )=f ( 0 ) + f ' ( 0 ) x+ f ' '( 0) x 2
=2+ 4 x+ 6 x 2
Ini menunjukkan bahwa deret Maclaurin sesungguhnya secara tepat
mengambarkan fungsi tersebut
2. Deret Taylor dari Fungsi Polinom
Secara lebih umum, fungsi polinom dalam (9.6) dapat diekspansi sekitar
titik x 0,tidak perlu nol. Secara sederhana, kita akan menjeleaskannya dengan
menggunakan fungsi kuadrat tertentu dalam (9.9) dan hasilnya akan dibahas
kemudian.
Untuk tujuan ekspansi di sekitar titik x 0 tertentu, pertama-tama kita bisa
menginterpretasikan nilai x yang diketahui sebagai deviasi dari x 0. Lebih
khusus lagi, kita akan memisalkan x=x 0 +δ , dimana δ menggambarkan
deviasi dari nilai x 0. Pada interpretas ini, fungsi (9.9) dan derivatifnya
sekrang akan menjadi
f ( x )=2+ 4 ( x 0 +δ ) +3(x 0 +δ )2
f ' ( x )=4+6 (x0 + δ ) ...(9.10)
''
f ( x ) =6
Kita tahu bahwa ekspansi ( x +δ )=x adalah suatu variabel dalam fungsi
tersebut, tetapi karena x 0 dalam konteks sekarang adalah angka (pilihan)
yang tetap, maka hanya δ yang secara tepat dapat dianggap sebagai suatu
variabel dalam (9.10). Akibatnya, f (x) adalah fungsi δ, katakan g( δ ) :
g ( δ )=2+4 ( x0 + δ ) +3 ( x0 + δ)2 [≡ f ( x ) ]
Dengan derivatif-derivatif
g ' ( δ )=4 +6(x 0 +δ )❑ [≡ f ' ( x ) ]
g ' ' ( δ )=6 [≡ f ' ' ( x ) ]
Kita telah mengetahui bagaimana mengekspansi g ( δ ) di sekitar nol ( δ =0 )
. Menurut (9.8), ekspansi seperti ini akan menghasilkan deret Maclaurin
sebagai berikut:
g (0) g' (0) g ' ' (0) 2
g ( δ )= + δ+ δ ...(9.11)
0! 1! 2!
Tetapi karena kita telah menentukan x=x 0 +δ , kenyataan bahwa δ =0
mrngimplikasikan x=x 0; jadi , berdasarkan identitas g ( δ ) ≡ f (x ), untuk
kasus δ =0kita dapat menulis:
g ( 0 )=f ( x 0 ) g ' ( 0 )=f '( x 0 ) g ' ' ( 0 )=f ' '( x 0 )
Bila ini disubtutitusikan kedalam (9.11), kita akan mendapakna hasil
untuk menggambarkan ekspansi (perluasan) f (x) di sekitar titik x 0, karena
' ''
koefisien-koefisien sekarang melibatkan derivatif f ( x 0 ) , f ( x ) , dan
seterusnya, maka semua dihitung di x=x 0 :
f ( x 0 ) f ' (x 0 ) f ' '( x 0 ) 2
f ( x ) [ ¿ g ( δ ) ]= + (x−x 0 )+ ( x−x 0 ) ...(9.12)
0! 1! 2!
Anda bisa membandingkan hasil ini – polinom Taylor dari f (x) – dengan
polinom Maclaurindari g( δ ) dalam (9.11).
Karena untuk fungsi khusus, yaitu (9.9), kita mempunyai
f ( x 0 ) =2+4 x 0 +3 x 02 f ' ( x 0 ) =4 +6 x 0 f ' ' ( x0 ) =6
Maka polinom Talylor dalam (9.12) akan menjadi
6
f ( x )=2+ 4 x 0 +3 x02 + ( 4+6 x 0 ) ( x−x 0 ) + ( x −x0 ) 2
2
Ini membuktikan bahwa polinom Taylor tepat menggambarkan fungsi yang
diketahui.
Rumus ekspansi dalam (9.12) dapat digeneralisasikan agar dapat
digunakan untuk polinom derajat n dari (9.6). Rumus yang
digeneralisasikan adalah
f ( x 0 ) f ' ( x0 ) f ' ' ( x0 ) 2 f ( n) ( x0 )
f ( x )= + ( x−x 0 ) + ( x−x 0 ) + …+ ( x−x 0 )n [rumur Taylor ]
0! 1! 2! n!
... (9.13)
Perbedaannya dengan rumus Maclaurin dari (9.8) hanya dalam
penggantian nol oleh x 0 sebagai titik ekspansi, dan dalam pergantian x
dengan ekspresi ( x−x 0 ). Apa yang dikatakan (9.13) adalah bahwa, jika
diketahui polinom derajat n f (x), bila kita misalkann x=7 pada suku
disebelah kanan (9.13), kita pilih sebarang nilai x 0 , kemudian kita hitung
dan kita tambahkan
Contoh 2
Misalkan x0 = 3 sebagai titik ekspansi, kita dapat menulis ulang (9.6) secara
eekuivalen sebagai
f ' ' (3) f (n )(3)
f ( x )=f ( 3 )=f ' ( 3 )( x−3 ) + ( x−3)2 +…+ ( x−3)n
2 n!
3. Ekspansi Sembarang Fungsi
Sampai kini , kita telah memperlihatkan bilamana fungsi polinom derajat
n dapat dinyatakan dalam bentuk polinom derjat n lainnya yang ekuivalen.
Ketika ini dilakukan, ternyata juga mungkin untuk menyatakan sembarang
fungsi Φ ( x) – yang tidak harus merupakan suatu polinom – dalam bentuk
polinom yang serupa dengan (9.13) asalkan Φ ( x) mempunyai derivatif
kontinu terhingga sampai orde yang dikehendaki di titik ekspansi x 0.
Menurut proposisi matematis yang dikenal sebagai dalil Taylor (Taylor’s
theorem), jika diketahui sembarang fungsi Φ ( x), bilamkita tahu nilai fungsi
di x=x 0 [ yaituΦ ( x0 )] dan nilai derivatif-derivatifnya x 0 (yaitu Φ ' ( x 0),
Φ ' ' (x 0), dan seterusnya), maka fungsi ini dapat diekspansi di sekitar titik x 0
sebagai berikut (n = bilangan bulat positif tetap yang dipilih secara
sembarang):
'
Φ (x 0) Φ ( x 0 ) Φ ' ' ( x 0) Φ(n) ( x 0 )
Φ ( x )=[ 0!
+
1!
( x −x0 ) +
2!
(
2
x−x 0 ) +…+
n!
( ]
x−x 0 )n + R n ≡ P n+ R n
1
Simbol Rn (sisa) jangan dikacaukan dengan simbol Rn (ruang-n)
perkiraan(aproksimasi) polinom untuk Φ ( x), dengan suku Rn sebagai
ukuran kesalahan aproksimasi. Bila kita pilih n = 1, misalnya kita peroleh
Φ ( x )=[ Φ ( x 0 )+ Φ' ( x0 ) ( x−x 0 ) ]+ R 1=P1 + R1
Di mana P1 terdiri dari n+1=2 suku, merupakan aproksimasi linear untuk
Φ ( x ). Bila kita pilin n= 2, suku pangkat dua akan timbul, sehingga
Φ' ' ( x0 )
[ '
Φ ( x )= Φ ( x 0 ) +Φ ( x 0) ( x−x 0 ) +
2!
( ]
x−x 0 )2 + R 2=P2+ R2
Contoh 3
Ekspansilah fungsi non-polinom
1
ϕ ( x )=
1+ x
disekitar titik x0 = 1, dengan n = 4. Kita akan memerlukan empat derivatif pertama
dari ϕ ( x ), yaitu
−1
ϕ ' ( x )=−(1+ x )−2 ϕ ' ( 1 )=−(2)−2=
4
1
ϕ ' ' ( x )=2(1+ x)−3 ϕ ' ' ( 1 )=2(2)−3=
4
−3
ϕ ' ' ' ( x ) =−6(1+ x )−4 ϕ ' ' ' ( 1 )=−6 (2)−4=
8
3
ϕ ' ' ' ' ( x )=24 (1+ x)−5 ϕ ' ' ' ' ( 1 )=24 (2)−5=
4
❑ 1
Juga, kita lihat bahwa ϕ ( 1 ) = . Jadi, dengan menetapkan x0 = 1 dalam (9.14) dan
2
1 1 1 1 1
ϕ= − ( x−1 )+ ( x −1 )2− ( x−1 )3 + ( x−1 )4 + R4
2 4 8 16 32
31 13 1 3 1
¿ − x+ x 2− x 3 + x 4 + R4
32 16 2 16 32
Tentu saja, juga mungkin untuk memilih x 0 = 0 sebagai titik ekspansi di sini.
Dalam kasus ini, jika x 0 ditetapkan sama dengan nol dalam(9.14), maka
ekspansi ini akan menghasilkan deret Maclaurin dengan sisa (Maclaurin
series with remainder).
Contoh 4
Ekspansilah fungsi kuadrat
ϕ ( x )=5+2 x + x 2
di sekitar x0 = 1 , dengan n = 1. Fungsi ini, seperti (9.9) dalam Contoh 1, merupakan
polinom derajat dua. Tetapi karena n = 1, maka tugas kita adalah mengekspansinya
ke dalam polinom derajat pertama, artinya untuk mendapatkan aproksimasi linear
untuk fungsi kuadrat tertentu; jadi suku sisa harus ada. Karena itu, ϕ ( x ) dapat
dianggap sebagai fungsi “sembarang” untuk tujuan ekspansi Taylor ini.
Untuk melakukan ekspansi ini, kita hanya memerlukan derivatif pertama
ϕ ' ( x )=2+2 x❑. Dengan menghitung di x0 = 1, fungsi dan derivatifnya
menghasilkan
ϕ ( x 0 ) =ϕ ( 1 )=8 ϕ ' ( x 0 )=ϕ' ( 1)=4
Jadi rumus Taylor dengan sisa menghasilkan
' x0
ϕ ( x ❑ )=ϕ ( x 0 ) + ϕ ( ) ( x−x 0 ) + R1
¿ 8+ 4 ( x−1 ) + R1=4+ 4 x + R1
Di mana suku (4 + 4 x ¿ adalah aproksimasi linear dan suku R1 mengammbarkan
kesalahan aproksimasi.
ϕ ( x ) ,atau jarak xB, dengan ϕ ( x 0 ) , atau jarak x 0A, ini akan melibatkan suatu
kesalahan yang sama dengan ϕ ( x )−ϕ ( x 0 ) , atau jarak CB. Apa yang
dikatakan dalil nilai rata-rata adalah bahwa kesalahan CB – yang merupakan
nilai suku sisa R0 dalam ekspansi – dapat dinyatakan sebagai ϕ ' ( p ) ( x−x 0 ),
di mana p adalah titik antara x dan x 0. Pertama kita letakkan, pada kurva
antara titik A dan B, sebuah titik D sedemikian rupa sehingga garis
singgung di D sejajar dengan garis AB, titik D tersebut harus ada, karena
kurva tersebut melintas dari A ke B dalam keadaan kontinu dan halus. Jadi
suku sisanya akan menjadi:
CB
R0 =CB= AC=( kemiringan AB ) . AC
AC
¿ ( kemiringan garis singgung di D ) . AC
¿ ( kemiringan kurva di x= p ) . AC
¿ ϕ' ( p ) ( x −x0 )
di mana titik p ada diantara x dan x 0seperti yang dikehendak. Ini
menunjukkan dasar pemikiran untuk bentuk Lagrange dari sisa untuk kasus
'
n = 0 . Kita akan selalu menyatakan R0sebagai ϕ ( p ) ( x−x 0) karena,
meskipun p tidak dapat digunakan untuk suatu nilai spesifik, kita dapat
memastikan bahwa titik tersebut ada.
Persamaan (9.15) memberikan cara untuk menyatakan suku sisa Rn,,
tetapi tidak mengurangi Rn sebagai sumber perbedaan antara ϕ ( x ) dan
polinom Pn, Akan tetapi, jika ini terjadi ketika kita menaikkan n (sehingga
meningkatkan derajat polinom) secar tak terbatas, kita dapatkan bahwa
Rn →0 bila n → ∞ sehingga Pn →ϕ ( x ) bila n → ∞
maka deret Taylor tersbut akan konvergen ke ϕ ( x )di titik ekspans, dan deret
Taylor tersebut dapat ditulis sebagai deret tak terhingga konvergen
(convergen infinty series) sebagai berikut:
ϕ(x 0 ) ϕ ' ( x0 ) ϕ ' ' ( x0 ) 2
ϕ ( x )=
0!
+
1!
( x−x 0 ) +
2!
( x−x 0 ) +… (9.16)
Perhatikan bahwa suku Rn tidak lagi diperlihatkan; suku itu telah
dihilangkan yang menunjukkan bahwa polinom mengandung sejumlah suku
selanjutnya yang tak terhingga yang terstruktur matematisnya mengikuti
pola yang diperlihatkan oleh suku-suku sebelumnya. Dalam kasus ini, akan
dimungkinkan unntuk membuat Pn menjadi aproksimasi untuk ϕ ( x )
❑
seakurat yang kita inginkan dengan memilih nilai yang cukup besar untuk n,
yaitu dengan memasukkan cukup banyak suku dalam polinom Pn. Contoh
yang penting akan dibahas pada Bagian 10.2
B. Uji Derivatif ke-n untuk Ekstrrem Relatif suatu Fungsi Satu Variabel
Ekspansi dari suatu fungsi ke dalam deret Taylor (atau Maclaurin) berguna
sebagai sarana aproksimasi dalam keadaan Rn →0 bila n → ∞, tetapi perhatian
kita sekarang adalah menggunakannya dalam mengembangkan pengujian
umum untuk nilai ekstrem relatif.
1. Ekpansi Taylor dan Ekstrem Relatif
Sebagai langkah pertama untuk tugas ini, mari kita definisikan kembali
arti ekstrem relatif sebagai berikut:
Fungsi f(x) akan mencapai nilai maksimum (minimum) relatif di x 0 bila
f ( x )−f ( x 0 ) adalah negatif (positif) untuk nilai x yang ada disekitar
(immediate neighborhood) x 0, baik disebelah kiri maupun sebelah
kanannya.
Jika kita dapat menentukan tanda dari ekspresi f ( x )−f ( x 0 ) untuk nilai x
tepat di sebelah kiri atau kanan x 0 , kita dapat dengan mudah menyimpulkan
apakah f ( x 0 )adalah suatu ekstrem, dan bila ya, apakaha merupakan suatu
maksimum atau minimum. Untuk hal ini kita perlu memeriksa jumlah di
sebelah kanan (9.17). Jadi, ada (n+1) suku dalam jumlah ini – n suku dari
Pn , GAMBAR 9.10
Ditambah suku sisa yang berada dalam derajat (n+1) – jadi banyaknya suku
sebenarnya tidak bisa ditentukan dengan pasti (indefinit), akan tergantung
pada nilai n yang kita pilih . Akan tetapi, dengan memilih n secara tepat,
kita selalu dapat memastikan bahwa hanya akan ada satu suku di sebelah
kanan. Ini secara drastis menyederhanakan tugas menilai tanda f ( x ❑ )−f (x 0)
dan menentukan apakah f (x 0) adalah suatu ekstrem, dan bila ya, jenis yang
mana.
2. Beberapa Kasus Khusus
a. Kasus 1
f ' (x 0)≠ 0
Jika derivatif pertama di x 0 bukan nol, misalkan kita pilin n = 0,
sehingga suku sisa akan berada dalam derajat pertama. Jadi hanya akan
ada n + 1 =1 suku di sebelah kanan, yang berarti bahwa hanya susku sisa
R0 yang ada disana. Jadi kita peroleh
f ' (p)
f ( x )−f ( x 0 )= ( x−x 0 ) =f ' ( p) ( x−x 0 )
1!
di mana p adalah suatu angka antara x 0 dan nilai x di sekitar x 0 .
Perhatikan bahwa p harus benar-benar sangat dekat dengan x 0 .
Apakah tanda ekspansi (pernyataan) yang ada di sebelah kanan?
Karean kontinuita derivatif, f ' ( p) akan mempunyai tanda yang samma
seperti f ' (x 0) karena, seperti dijelaskan sebelumnya, p sangat dekat
dengan x 0. Dalam kasus ini, f ' ( p) pasti bukan nol; dalam kenyataannya,
haruslah merupakan angka yang positif atau negatif. Tetapi bagaimana
dengan ( x−x 0 )? Bila kita bergerak dari kiri x 0 ke kanan x bergeser dari
besaran x 1< x0 ke besaran x 2> x0 (lihat Gambar 9.10). Akibatnya, ekspresi
( x−x 0 ) akan berubah dari negatif ke positif, dan
'
f ( x )−f ( x 0 )=f ( p ) ( x−x 0 ) jugaberubah tandanyadari sebelah kiri x 0ke
sebelah kanan. Tetapi ini menyalahi definisi kita yang baru mengenai
ekstrem relatif; dengan demikian, tidak akan ada ekstrem relatif di f (x 0)
'
bila f ( x 0 ) ≠ 0 – hal ini telah kita ketahui.
b. Kasus 2
f ' ( x 0 ) =0 ; f ' ' ( x 0 ) ≠ 0
Dalam kasus ini, kita pilih n = 1, sehingga sisa akan ada dalam derajat
kedua. Pada awalnya akan ada n + 1 = 2 sukudi sebelah kanan. Tetapi
'
salah satu suku akan hilang karenaf ( x 0 )=0 , dan sekali lagi kita akan
mempunyai hanya satu suku untuk dinilai :
' f ' ' ( p) 2
f x −f ( x 0 )=f ( x 0 ) ( x−x 0 ) +
( ) ( x−x 0 )
2!
1
¿ f ' ' ( p ) ( x−x 0 )2 [karena f ' ( x 0 )=0 ]
2
Seperti sebelumnya, f ' ' ( p ) akan mempunyai tanda yang sama seperti
f ' ' ( x 0 ), yaitu tanda tertentu da tidak berubah; sedangkan bagian ( x−x 0 )2,
karena suatu kuadrat, akan tetap positif. Jadi ekspresi f ( x )−f ( x 0 ) akan
''
mempunyai tanda yanng sama seperti f ( x 0 ) dan. Sesuai dengan definisi
ekstrem relatif sebelumnya, akan menentukan
Suatu maksimum relatif dari f (x) bila f ' ' (x 0)< 0
Suatu minimum relatif dari f (x) bila f ' ' ( x 0)> 0 [dengan f’(x ) = 0]
0
Contoh 5
Periksalah fungsi y=(7−x)4 untuk ekstrem relatifnnya. Karena f’(x) = -4(7-
x)3 adalah nol bila x = 7, kita ambil x = 7 sebagai nilai kritis untuk pengujian,
dengan y = 0 sebagai nilai stasioner fungsi. Dengan derivatif-derivatif yang
berurutan (terus sampai kita mendapatkan nilai derivatif bukan nol di titik x =
7), kita akan memperoleh
f ' ' ( x ) =12(7−x )2 sehingga f ' ' ( 7 )=0
f ' ' (−24)(7−x) f ' ' ' ( 7 )=0
f (4 ) ( x )=24 f (4 ) ( x )=24
Karena 4 merupakan angka genap dan karena f (4 ) (7) positif, kita simpulkan
bahwa titik (7,0) menggambarkan suatu minimum relatif.
−1
{ x
2
y e (untuk x ≠ 0)
0(untuk x=0)
Dimana fungsi y = 2
merupakan fungsi eksponensial, yang akan diperkenalkan (Bab 10).
ex
−1
Dengan sendirinya, 2
diskontinu di x = 0, karena x = 0 tidak dalam domainnya (pembagian
y=e x
dengan nol tidak didefinisikan). Akan tetapi, karena lim y=0 , kita dapat mengisi kesenjangan
x →0
dalam domain dan oleh karena itu mendapatkan fungsi kontinu dengan menambahkan syarat y =
0 untuk x = 0. Grafik fungsi ini menunjukkan bahwa grafik tersebut mencapai minimum di x = 0.
Tetapi ternyata di x = 0 semua derivatif (sampai sembarang orde) mempunyai nilai nol. Jadi kita
dapat menggunakan uji derivatif ke-N untuk menetapkan kenyataan yang dapat ditentukan
secara grafis bahwa fungsi tersebut mempunyai minimum di x = 0 . Untuk pembahasan lebih
lanjut mengenai kasus pengecualian lihat R. Courant, Diffrential and Integral Calculus
(diterjemahkan oleh E.J McShane), Interscience, New York, vol.1, 2d. Ed.,1937, hal.196,197, dan
336.
positif), contoh ini memberikan gambaran pernyataan kita terdahulu tentang
derivatif kedua dan kelengkungan suatu kurva (Bagian 9.3) begitu rupa
sehingga, meskipun f ' ' ( x) yang positif untuk semua x mengimplikasi
cembung sempurna f (x), suatu fungsi yang cembung sempurna tidak
mengimplikasikan f ' ' ( x) positif untuk semua x. Yang lebih penting, contoh
ini juga memberikan gambarng kenyataan bahwa, jika diketahui kurva
cembung sempurna (cekung sempurna), ekstrem yang terdapat pada kurva
haruslah suatu minimum(maksimum), karena ekstrem seperti ini akan
memenuhi syarat cukup orde kedua, atau bila tidak, memenuhi syarat cukup
(orde yang lebih tinggi) lainnya untuk suatu minimum(maksimum).
Daftar Pustaka