Anda di halaman 1dari 16

A.

Deret Maclaurin dan Deret Taylor


Sekarang tiba waktuya untuk mengembangkan uji bagi ekstrem relatif yang
dapat digunakan meskipun ketika derivatif kedua ternyata mempunyai nilai nol
di titik stasioner. Akan tetapi, sebelum kita dapat mengerjakannya, pertama-
tama perlu kita bahas apa yaang disebut “ekspansi” dari fungsi y=f(x) ke dalam
apa yang kita ketahui sebagai deret Maclaurin (Maclaurin Series) (ekspansi
sekita titik x=0) dan deret taylor (ekspansi sekitar titik x=x0).
Untuk mengekspansi (expand) fungsi y=f(x) sekita titik x0, dalam konteks
sekarang ini, berarti mentransformasikan fungsi tersebut menjadi bentuk
polinom, dimana koefisien-koefisien berbagai suku dinyatakan dalam bentuk
nilai derivatif f ’(x0), f ’’(x0)¸ dan seterusnya---semuanya dihitung di titik
ekspansi x0. Dalam deret Maclaurin, ini akan dihitung di x=0; jadi kita peroleh
f’(0), f’’(0), dan seterusnya, dalam koefisien-koefisien tersebut. Hasil ekspansi
merupakan suatu deret pangkat (power series) karena, sebagai suatu polinom,
terdiri dari jumlah fungsi-fungsi pangkat (sum of power functions).
1. Deret Maclaurin dari Fungsi Polinom
Mula-mula mari kita pertimbangkan ekspansi a0 +fungsi polinom dengan
derajat n.
f ( x )=a0+a 1 x+ a2 x2 +a 3 x 3 +a 4 x 4 + …+an x n ... (9.6)
Menjadi polinom derajat n yang ekuivalen di mana koefisien-koefisien (
a 0,a 1, dan seterusnya) dinyatakan dalam bentuk nilai derivatif f ' ( 0 ),f ' ' ( 0 ),
dan seterusnya. Karena melibatkan transformasi dan suatu polinom ke
polinom yang lainnya yang mempunyai derajat yang sama, hal ini mungkin
terlihat sebagai suatu latihan yang sia-sia dan tak bertujua, tetapi sebenarnya
ini akan memberi banyak pemahaman mengenai ide ekspansi secara
keseluruhan.
Karena deret pangkat sesuudah ekspansi akan melibatkan derivatif dari
fungsi f dengan berbagai orde, mari kita cari terlebih dahulu. Dengan
mendiferensiasikan (9.6) secara berurutan, kita akan mendapatkan derivatif-
derivatif sebagai berikut :
f ' ( x )=a1 +2 a2 x ❑+3 a3 x2 + 4 a 4 x 3 +…+ n an x n−1
f ' ' ( x )=2a 2+3 ( 2 ) a3 x❑+ 4 ¿
f ' ' ' ( x )=3 ( 2 ) a3 + 4 ¿
f ' ' ' ' ( x ) =4 ¿
.
.
.
f (n) ( x )=n ( n−1 )( n−2 ) ( n−3 ) … (3)(2)(1)an
Perhatikan bahwa setiap diferensiasi berturut-turut mengurangi
banyaknya suku dengan satu suku konstanta tambahan di depan dihilangkan
– sampai, pada derivatif yang ke-n, yang tinggal hanya sebuah suku konstan
(suku hasil kali). Derivatif-derivatif ini dapat dihitung pada berbagai nilai x;
di sini kita akan menghitungnya pada x=0, dengan hasil bahwa semua suku
yang mengandung x akan hilang. Kemudian kita tinggal memperoleh nilai-
nilai derivatif:

f ' ( 0 )=a 1 f ' ' ( 0 )=2 a2 f ' ' ' ( 0 )=3( 2) a3 f (4) ( 0 ) =4 ¿
f (n) ( 0 ) =n ( n−1 ) ( n−2 )( n−3 ) …(3)(2)(1) a n ... (9.7)

Jika sekarang kita pakai lambang n! (dibaca: “n faktorial”), yang


didefinisikan sebagai
n !=n ( n−1 )( n−2 ) ( n−3 ) …(3)(2)(1)❑ (n = bilangan bulat positif)
Sehingga misalnya 2!=2 x 1 dan 3! = 3 x 2 x 1 = 6, dan seterusnya
(dengan 0! Ditentukan sama dengan 1), maka hasil dari (9.7) dapat ditulis
kembali sebagai

f ' (0) f ' '(0) f ' ' '( 0)


a 1= a 2= a 3=
1! 2! 3!
f (4 ) (0) f (n ) (0)
a 4= … an =
4! n!

Dengan mensubtitusikan ke dalam (9.6) dan menggunakan kenyataan


bahwa f ( 0 )=a 0, kita sekarang dapat menyatakan fungsi f (x) sebagai sebuah
polinom baru dengan derajat yang sama di mana koefisisen-koefisien
dinyatakan dalam bentuk derivatif yang dihitung pada x=0 :
f (0) f ' (0) f ' '(0) 2 f ' ' '( 0) 3 f (n ) ( n ) n
f ( x )= + x+ x + x +…+ x (Rumus
0! 1! 2! 3! n!
Maclauri) (9.8)

Polinom baru ini, yang disebut deret Maclaurin dari fungsi polinom f (x)
Contoh 1
menggambarkan ekspansi fungsi f (x) sekitar nol ( x=0). Perhatikan bahwa
Carilah deret Maclaurin
titik ekspansi hanya (di untuk
sini,fungsi
0) merupakan nilai x yang akan digunakan
f ( x )dan
untuk menghitung f (x) x2
4 x +3derivatifnya.
=2+semua ...(9.9)
Fungsi ini mempunyai derivatif
f ' ( x )=4+6 x
f ' ( 0 )=4
''
f ( x ) =6 Sehingga {
¿ f ' ' ( 0 )=6
Jadi deret Maclaurin adalah
f ( x )=f ( 0 ) + f ' ( 0 ) x+ f ' '( 0) x 2
=2+ 4 x+ 6 x 2
Ini menunjukkan bahwa deret Maclaurin sesungguhnya secara tepat
mengambarkan fungsi tersebut
2. Deret Taylor dari Fungsi Polinom
Secara lebih umum, fungsi polinom dalam (9.6) dapat diekspansi sekitar
titik x 0,tidak perlu nol. Secara sederhana, kita akan menjeleaskannya dengan
menggunakan fungsi kuadrat tertentu dalam (9.9) dan hasilnya akan dibahas
kemudian.
Untuk tujuan ekspansi di sekitar titik x 0 tertentu, pertama-tama kita bisa
menginterpretasikan nilai x yang diketahui sebagai deviasi dari x 0. Lebih
khusus lagi, kita akan memisalkan x=x 0 +δ , dimana δ menggambarkan
deviasi dari nilai x 0. Pada interpretas ini, fungsi (9.9) dan derivatifnya
sekrang akan menjadi
f ( x )=2+ 4 ( x 0 +δ ) +3(x 0 +δ )2
f ' ( x )=4+6 (x0 + δ ) ...(9.10)
''
f ( x ) =6
Kita tahu bahwa ekspansi ( x +δ )=x adalah suatu variabel dalam fungsi
tersebut, tetapi karena x 0 dalam konteks sekarang adalah angka (pilihan)
yang tetap, maka hanya δ yang secara tepat dapat dianggap sebagai suatu
variabel dalam (9.10). Akibatnya, f (x) adalah fungsi δ, katakan g( δ ) :
g ( δ )=2+4 ( x0 + δ ) +3 ( x0 + δ)2 [≡ f ( x ) ]
Dengan derivatif-derivatif
g ' ( δ )=4 +6(x 0 +δ )❑ [≡ f ' ( x ) ]
g ' ' ( δ )=6 [≡ f ' ' ( x ) ]
Kita telah mengetahui bagaimana mengekspansi g ( δ ) di sekitar nol ( δ =0 )
. Menurut (9.8), ekspansi seperti ini akan menghasilkan deret Maclaurin
sebagai berikut:
g (0) g' (0) g ' ' (0) 2
g ( δ )= + δ+ δ ...(9.11)
0! 1! 2!
Tetapi karena kita telah menentukan x=x 0 +δ , kenyataan bahwa δ =0
mrngimplikasikan x=x 0; jadi , berdasarkan identitas g ( δ ) ≡ f (x ), untuk
kasus δ =0kita dapat menulis:
g ( 0 )=f ( x 0 ) g ' ( 0 )=f '( x 0 ) g ' ' ( 0 )=f ' '( x 0 )
Bila ini disubtutitusikan kedalam (9.11), kita akan mendapakna hasil
untuk menggambarkan ekspansi (perluasan) f (x) di sekitar titik x 0, karena
' ''
koefisien-koefisien sekarang melibatkan derivatif f ( x 0 ) , f ( x ) , dan
seterusnya, maka semua dihitung di x=x 0 :
f ( x 0 ) f ' (x 0 ) f ' '( x 0 ) 2
f ( x ) [ ¿ g ( δ ) ]= + (x−x 0 )+ ( x−x 0 ) ...(9.12)
0! 1! 2!
Anda bisa membandingkan hasil ini – polinom Taylor dari f (x) – dengan
polinom Maclaurindari g( δ ) dalam (9.11).
Karena untuk fungsi khusus, yaitu (9.9), kita mempunyai
f ( x 0 ) =2+4 x 0 +3 x 02 f ' ( x 0 ) =4 +6 x 0 f ' ' ( x0 ) =6
Maka polinom Talylor dalam (9.12) akan menjadi
6
f ( x )=2+ 4 x 0 +3 x02 + ( 4+6 x 0 ) ( x−x 0 ) + ( x −x0 ) 2
2
Ini membuktikan bahwa polinom Taylor tepat menggambarkan fungsi yang
diketahui.
Rumus ekspansi dalam (9.12) dapat digeneralisasikan agar dapat
digunakan untuk polinom derajat n dari (9.6). Rumus yang
digeneralisasikan adalah
f ( x 0 ) f ' ( x0 ) f ' ' ( x0 ) 2 f ( n) ( x0 )
f ( x )= + ( x−x 0 ) + ( x−x 0 ) + …+ ( x−x 0 )n [rumur Taylor ]
0! 1! 2! n!
... (9.13)
Perbedaannya dengan rumus Maclaurin dari (9.8) hanya dalam
penggantian nol oleh x 0 sebagai titik ekspansi, dan dalam pergantian x
dengan ekspresi ( x−x 0 ). Apa yang dikatakan (9.13) adalah bahwa, jika
diketahui polinom derajat n f (x), bila kita misalkann x=7 pada suku
disebelah kanan (9.13), kita pilih sebarang nilai x 0 , kemudian kita hitung
dan kita tambahkan

Contoh 2
Misalkan x0 = 3 sebagai titik ekspansi, kita dapat menulis ulang (9.6) secara
eekuivalen sebagai
f ' ' (3) f (n )(3)
f ( x )=f ( 3 )=f ' ( 3 )( x−3 ) + ( x−3)2 +…+ ( x−3)n
2 n!
3. Ekspansi Sembarang Fungsi
Sampai kini , kita telah memperlihatkan bilamana fungsi polinom derajat
n dapat dinyatakan dalam bentuk polinom derjat n lainnya yang ekuivalen.
Ketika ini dilakukan, ternyata juga mungkin untuk menyatakan sembarang
fungsi Φ ( x) – yang tidak harus merupakan suatu polinom – dalam bentuk
polinom yang serupa dengan (9.13) asalkan Φ ( x) mempunyai derivatif
kontinu terhingga sampai orde yang dikehendaki di titik ekspansi x 0.
Menurut proposisi matematis yang dikenal sebagai dalil Taylor (Taylor’s
theorem), jika diketahui sembarang fungsi Φ ( x), bilamkita tahu nilai fungsi
di x=x 0 [ yaituΦ ( x0 )] dan nilai derivatif-derivatifnya x 0 (yaitu Φ ' ( x 0),
Φ ' ' (x 0), dan seterusnya), maka fungsi ini dapat diekspansi di sekitar titik x 0
sebagai berikut (n = bilangan bulat positif tetap yang dipilih secara
sembarang):
'
Φ (x 0) Φ ( x 0 ) Φ ' ' ( x 0) Φ(n) ( x 0 )
Φ ( x )=[ 0!
+
1!
( x −x0 ) +
2!
(
2
x−x 0 ) +…+
n!
( ]
x−x 0 )n + R n ≡ P n+ R n

[Rumus Taylor dengan sisa] (9.14)


di mana Pn menunjukkan polinom derajat n (dalam kurung) [ bentuk (n=1)]
suku pertama di sebelah kanan] dan Rn melambangkan sisa, yang akan
dijelaskan pada halaman 242.1 Adanya Rn membedakan (9.14) dari rumus
Taylor (9.13), dan karena alasan ini (9.14) disebut rumus Taylor dengan
sisa (Taylor’s formula with reminder).Bentuk polinom Pn, dan besarnya sisa
Rn; akan bergantung pada nilai n yang kita pilih. Semakin besar n, semakin
banyak suku yang ada pada Pn; oleh karena itu; secar umum Rn mempunyai
nilai yang berlainan untuk setiap n yang berbeda. Kenyataan ini
menerangkan kebutuhan akan indeks n pada kedua lambang itu . Untuk
membantu mengingatnya, kita dapat mengidentifikasi n sebagai orde
derivatif tertinggi dalam Pn. (Dalam kasus khusus n = 0 , tidak ada derivatif
sama sekali yang akan terdapatdalam Pn ¿.
Adanya Rn dalam (9.14) adalah karena kenyataan bahwa kita di sini
sedang berhadapan dengan sembarang fungsi Φ yang tidak selalu dapat
ditransformasikan dengan tepat menjadi, tetapi hanya dapat
diaproksimasikan oleh, bentuk polinom yang terlihat dalam (9.13). Oleh
karena itu, suku sisa dimasukkan sebagai suplemen pada bagian Pn, untuk
menunjukkan perbedaan antara Φ ( x) dan polinom Pn. Jadi , Pn merupakan

1
Simbol Rn (sisa) jangan dikacaukan dengan simbol Rn (ruang-n)
perkiraan(aproksimasi) polinom untuk Φ ( x), dengan suku Rn sebagai
ukuran kesalahan aproksimasi. Bila kita pilih n = 1, misalnya kita peroleh
Φ ( x )=[ Φ ( x 0 )+ Φ' ( x0 ) ( x−x 0 ) ]+ R 1=P1 + R1
Di mana P1 terdiri dari n+1=2 suku, merupakan aproksimasi linear untuk
Φ ( x ). Bila kita pilin n= 2, suku pangkat dua akan timbul, sehingga
Φ' ' ( x0 )
[ '
Φ ( x )= Φ ( x 0 ) +Φ ( x 0) ( x−x 0 ) +
2!
( ]
x−x 0 )2 + R 2=P2+ R2

di mana P2 , yang terdiri dari n +1=3 suku, merupakan aproksimasi kuadrat


untuk Φ ( x ) . Dan seterusnya. Kenyataan bahwa kita dapat membuat
aproksimasi polinom untuk sembarang fungsi (asalkan fungsi tersebut
memiliki derivatif kontinu terhingga) merupakan hal yang sangat penting.
Fungsi polinom – bahkan yang berderajat tinggi – relatif mudah dikerjakan,
dan jika fungsi tersebut dapat berfungsi sebagai aproksimasi yang baik
untuk beberapa fungsi yang sulit, banyak keuntungan yang akan kita
dapatkan, seperti yang diilustrasikanpada dua contoh berikutnya.
Harus kita sebutkan bahwa fungsi sembarang Φ ( x ) secara jelas kan
memuat polinom derajat n dari (9.6) sebagai suatu kasus khusus. Untuk
kasus yang belakangan ini, bila ekspansi adalah ke dalam polinom derajat
ke-n lainnya, hasil dari (9.13) akan tepat sama, dengan kata lain, kita
menggunakan hasil dalam (9.14), dengan Rn ≡0 . Akan tetapi, bila polinom
derajat nf ( x ) akan diekspansi ke dalam polinom berderajat lebih rendah,
maka polinom berderajat lebih rendah ini hanya dapat dianggap aproksimasi
untuk f(x) dan dengan demikian akan ada sisa dalam kasus ini; hasil dalam
(9.14) dapat dipakai dengan sisa bukan nol. Jadi rumus Taylordalam bentuk
(9.14) benar-benar umum.

Contoh 3
Ekspansilah fungsi non-polinom
1
ϕ ( x )=
1+ x
disekitar titik x0 = 1, dengan n = 4. Kita akan memerlukan empat derivatif pertama
dari ϕ ( x ), yaitu
−1
ϕ ' ( x )=−(1+ x )−2 ϕ ' ( 1 )=−(2)−2=
4
1
ϕ ' ' ( x )=2(1+ x)−3 ϕ ' ' ( 1 )=2(2)−3=
4
−3
ϕ ' ' ' ( x ) =−6(1+ x )−4 ϕ ' ' ' ( 1 )=−6 (2)−4=
8
3
ϕ ' ' ' ' ( x )=24 (1+ x)−5 ϕ ' ' ' ' ( 1 )=24 (2)−5=
4

❑ 1
Juga, kita lihat bahwa ϕ ( 1 ) = . Jadi, dengan menetapkan x0 = 1 dalam (9.14) dan
2
1 1 1 1 1
ϕ= − ( x−1 )+ ( x −1 )2− ( x−1 )3 + ( x−1 )4 + R4
2 4 8 16 32
31 13 1 3 1
¿ − x+ x 2− x 3 + x 4 + R4
32 16 2 16 32
Tentu saja, juga mungkin untuk memilih x 0 = 0 sebagai titik ekspansi di sini.
Dalam kasus ini, jika x 0 ditetapkan sama dengan nol dalam(9.14), maka
ekspansi ini akan menghasilkan deret Maclaurin dengan sisa (Maclaurin
series with remainder).

Contoh 4
Ekspansilah fungsi kuadrat
ϕ ( x )=5+2 x + x 2
di sekitar x0 = 1 , dengan n = 1. Fungsi ini, seperti (9.9) dalam Contoh 1, merupakan
polinom derajat dua. Tetapi karena n = 1, maka tugas kita adalah mengekspansinya
ke dalam polinom derajat pertama, artinya untuk mendapatkan aproksimasi linear
untuk fungsi kuadrat tertentu; jadi suku sisa harus ada. Karena itu, ϕ ( x ) dapat
dianggap sebagai fungsi “sembarang” untuk tujuan ekspansi Taylor ini.
Untuk melakukan ekspansi ini, kita hanya memerlukan derivatif pertama
ϕ ' ( x )=2+2 x❑. Dengan menghitung di x0 = 1, fungsi dan derivatifnya
menghasilkan
ϕ ( x 0 ) =ϕ ( 1 )=8 ϕ ' ( x 0 )=ϕ' ( 1)=4
Jadi rumus Taylor dengan sisa menghasilkan
' x0
ϕ ( x ❑ )=ϕ ( x 0 ) + ϕ ( ) ( x−x 0 ) + R1
¿ 8+ 4 ( x−1 ) + R1=4+ 4 x + R1
Di mana suku (4 + 4 x ¿ adalah aproksimasi linear dan suku R1 mengammbarkan
kesalahan aproksimasi.

Dalam Gambar 9.8, ϕ ( x ) digambarkan sebagai suatu parabola, dan


akproksimasi linearnya merupakan garis lurus yang menyinggung kurva ϕ ( x ) di
titik (1,8). Adanya titik singgung di x = 1 bukan merupakan kejadian yang
kebetulan; ini memberik kesan bahwa bila fungsi sebarang ϕ ( x ) diaproksimasikan
dengan polinom, ini akan memberikan nilai eksak ϕ ( x )di (dan hanya di) titik
ekspansi, dengan kesalahan aproksimasi ( R1=0) sebesar nol. Di tempat lain, R1
adalah benar-benar bukan nol dan, dalam kenyataanny, menunjukkan kesalahan
aproksimasi yang lebih besar, kalau kita mencoba mengaproksimasi ϕ ( x ) untuk
nilai x yang makin menjauh dari titik ekspansi x0. Jadi, ketika kita berupaya
mengakproksimasi fungsi ϕ ( x ) dengan polinom, dan jika kita sangat ingin
memperoleh akproksimasi yang akurat di daerah sekitar (neighborhood) nilai
spesisfik x, katakan x0, maka kita harus memilih x0 sebagai titik ekspansi.
Gambar.9.8

Konstruksi Gambar 9.8 mengingatkan kita dengan Gambar 8.1. Kedua


gambar itu berkaitan dengan “akproksimasi”. Tetapi ada perbedaan dalam
lingkup aproksimasi. Pada Gambar 8.1, kita mencoba mengaproksimasi ∆ y
dengan diferensial dy dengan bantuan garis singgung yang dibuat di x0,
yaitu nilai awal x. Di sisi lain, dalam Gambar 9.8, kita mencoba
mengaproksimasi keseluruhan kurva dengan garis lurus tertentu, yaitu
dengan mengakproksimasi tinggi kurva pada sebarang nilai x, katakanlah x1,
dengan menghubungkan tinggi garis lurus di x1 . Perhatikan bahwa, dalam
kedua kasus, kesalahan aproksimasi bervariasi dengan nilai x . Dalam
Gambar 8.1, kesalahan tersebut (perbedaan atau selisih antara dy dan ∆ y)
semakin mengecil jika ∆ x juga semakin mengecil, atau jika x mendekati x0,
dimana garis singgung dibuat. Dalam Gambar 9.8, kesalahan (perbedaan
vertikal antara garis lurus dan kurva) semakin mengecil jika x mendekati x0,
yaitu titik ekspansi yang dipilih.
4. Bentuk Lagrange dari Sisa
Sekarang kita harus memberi komentar lebih lanjut tentang suku sis.
Sesuai dengan bentuk Lagrange dari sisa (Langrange form of the
remainder), kita dapat menyatakan Rn sebagai :
ϕ (n+1 ) ( p )
Rn = (x−x 0)n +1 (9.15)
( n+1 ) !
dimana p adalah sejumlah angka antara x (titik dimana kita ingin
menghitung fungsi sebarang ϕ) dan x 0 (titik dimana kita mengekspansi
fungsi ϕ). Perhatikan bahwa pernyataan ini sangat mirip dengan suku yang
secara logis akan mengikuti suku terakhir Pn dalam (9.14), kecuali bahwa
derivatif yang terlihat disini akan dihitung di titik p bukan x0. Sayangnya,
karena titik p tidak spesifik, rumus ini tidak dapat digunakan untuk
menghitung Rn; namun demikian, rumus ini mempunyai signifikansi analitis
yang besar. Oleh karena itu, mari menggambarkan artinya secara grafis,
meskipun kita hanya dapat membuatnya dalam kasus yang sangat sederhana
n = 0.
Bila n = 0 , tidak ada derivatifnya yang akan terjadi dalam bagian
polinom P0; karenanya (9.14) berkurang menjadi :
ϕ ( x )=P0 + R0 =ϕ ( x 0 ) +ϕ' ( p ) ( x −x0 )
atau ϕ ( x )−ϕ ( x 0 ) =ϕ' ( p ) ( x−x 0 )
Hasil ini, yang merupakan versi sederhna dari dalil-nilai rata-rata,
menyatakan bahwa selisih (perbedaan) antara nilai fungsi ϕdi x 0 dan di nilai
x lainnya dapat dinyatakan sebagai hasil kali selisih ( x−x 0 ) dan derivatif ϕ '
yang dihitung di p (dengan p adalah titik antara x dan x 0). Mari kita simak
Gambar 9.9, dimana fungsi ϕ ( x )ditunjukkan sebagai kurva kontinu dengan
nilai derivatif yang didefinisikan di semua titik. Misalkan x 0 merupakan titik
ekspansi yang dipilih, dan x adalah sembarang titik pada aksis (sumbu)
horisontal. Jika kita mencoba mengakproksimasi
GAMBAR 9.9

ϕ ( x ) ,atau jarak xB, dengan ϕ ( x 0 ) , atau jarak x 0A, ini akan melibatkan suatu
kesalahan yang sama dengan ϕ ( x )−ϕ ( x 0 ) , atau jarak CB. Apa yang
dikatakan dalil nilai rata-rata adalah bahwa kesalahan CB – yang merupakan
nilai suku sisa R0 dalam ekspansi – dapat dinyatakan sebagai ϕ ' ( p ) ( x−x 0 ),
di mana p adalah titik antara x dan x 0. Pertama kita letakkan, pada kurva
antara titik A dan B, sebuah titik D sedemikian rupa sehingga garis
singgung di D sejajar dengan garis AB, titik D tersebut harus ada, karena
kurva tersebut melintas dari A ke B dalam keadaan kontinu dan halus. Jadi
suku sisanya akan menjadi:
CB
R0 =CB= AC=( kemiringan AB ) . AC
AC
¿ ( kemiringan garis singgung di D ) . AC
¿ ( kemiringan kurva di x= p ) . AC
¿ ϕ' ( p ) ( x −x0 )
di mana titik p ada diantara x dan x 0seperti yang dikehendak. Ini
menunjukkan dasar pemikiran untuk bentuk Lagrange dari sisa untuk kasus
'
n = 0 . Kita akan selalu menyatakan R0sebagai ϕ ( p ) ( x−x 0) karena,
meskipun p tidak dapat digunakan untuk suatu nilai spesifik, kita dapat
memastikan bahwa titik tersebut ada.
Persamaan (9.15) memberikan cara untuk menyatakan suku sisa Rn,,
tetapi tidak mengurangi Rn sebagai sumber perbedaan antara ϕ ( x ) dan
polinom Pn, Akan tetapi, jika ini terjadi ketika kita menaikkan n (sehingga
meningkatkan derajat polinom) secar tak terbatas, kita dapatkan bahwa
Rn →0 bila n → ∞ sehingga Pn →ϕ ( x ) bila n → ∞
maka deret Taylor tersbut akan konvergen ke ϕ ( x )di titik ekspans, dan deret
Taylor tersebut dapat ditulis sebagai deret tak terhingga konvergen
(convergen infinty series) sebagai berikut:
ϕ(x 0 ) ϕ ' ( x0 ) ϕ ' ' ( x0 ) 2
ϕ ( x )=
0!
+
1!
( x−x 0 ) +
2!
( x−x 0 ) +… (9.16)
Perhatikan bahwa suku Rn tidak lagi diperlihatkan; suku itu telah
dihilangkan yang menunjukkan bahwa polinom mengandung sejumlah suku
selanjutnya yang tak terhingga yang terstruktur matematisnya mengikuti
pola yang diperlihatkan oleh suku-suku sebelumnya. Dalam kasus ini, akan
dimungkinkan unntuk membuat Pn menjadi aproksimasi untuk ϕ ( x )

seakurat yang kita inginkan dengan memilih nilai yang cukup besar untuk n,
yaitu dengan memasukkan cukup banyak suku dalam polinom Pn. Contoh
yang penting akan dibahas pada Bagian 10.2
B. Uji Derivatif ke-n untuk Ekstrrem Relatif suatu Fungsi Satu Variabel
Ekspansi dari suatu fungsi ke dalam deret Taylor (atau Maclaurin) berguna
sebagai sarana aproksimasi dalam keadaan Rn →0 bila n → ∞, tetapi perhatian
kita sekarang adalah menggunakannya dalam mengembangkan pengujian
umum untuk nilai ekstrem relatif.
1. Ekpansi Taylor dan Ekstrem Relatif
Sebagai langkah pertama untuk tugas ini, mari kita definisikan kembali
arti ekstrem relatif sebagai berikut:
Fungsi f(x) akan mencapai nilai maksimum (minimum) relatif di x 0 bila
f ( x )−f ( x 0 ) adalah negatif (positif) untuk nilai x yang ada disekitar
(immediate neighborhood) x 0, baik disebelah kiri maupun sebelah
kanannya.

Ini dapat diperjelas dengan mengacu pada Gambar 9.10, di mana x 1


adalah nilai x di sebelah kiri x 0, dan x 2 adalah nilai x di sebelah kanan x 0.
Dalam Gambar 9.10 a, f (x 0) adalah maksimum relatif; jadi f (x 0) melebihi
baik f (x 1) maupun f (x 2). Singkatnya f ( x ❑ )−f (x 0) adalah negatif untuk
sembarang x di sekitar x 0. Sebaliknya pada Gambar.9.10b , f (x 0) adalah
minimum relatif sehingga f ( x )−f ( x 0 ) >0.

Dengan mengasumsikan bahwa f(x) mempunyai derivatif-derivatif


kontinu terhingga sampai orde yang dikehendaki di titik x=x 0, fungsi f(x) –
tidak perlu polinom – dapat diekspansi di sekitar titik x 0 sebagai deret
Taylor. Berdasarkan (9.14) (sesudah mengubah ϕ menjadi f) dan
menggunakan bentuk Langrange dari sisa, kita dapat menulis

' f ' ' ( x0 ) 2 f ( n) ( x0 ) n f


( n+1)
(p)
f ( x )−f ( x 0 )=f ( x 0 ) ( x−x 0 ) + ( x−x 0 ) + …+ ( x−x 0 ) + ( x−x 0 )n +1 ( 9.17 )
2! n! ( n+1 ) !

Jika kita dapat menentukan tanda dari ekspresi f ( x )−f ( x 0 ) untuk nilai x
tepat di sebelah kiri atau kanan x 0 , kita dapat dengan mudah menyimpulkan
apakah f ( x 0 )adalah suatu ekstrem, dan bila ya, apakaha merupakan suatu
maksimum atau minimum. Untuk hal ini kita perlu memeriksa jumlah di
sebelah kanan (9.17). Jadi, ada (n+1) suku dalam jumlah ini – n suku dari
Pn , GAMBAR 9.10
Ditambah suku sisa yang berada dalam derajat (n+1) – jadi banyaknya suku
sebenarnya tidak bisa ditentukan dengan pasti (indefinit), akan tergantung
pada nilai n yang kita pilih . Akan tetapi, dengan memilih n secara tepat,
kita selalu dapat memastikan bahwa hanya akan ada satu suku di sebelah
kanan. Ini secara drastis menyederhanakan tugas menilai tanda f ( x ❑ )−f (x 0)
dan menentukan apakah f (x 0) adalah suatu ekstrem, dan bila ya, jenis yang
mana.
2. Beberapa Kasus Khusus
a. Kasus 1
f ' (x 0)≠ 0
Jika derivatif pertama di x 0 bukan nol, misalkan kita pilin n = 0,
sehingga suku sisa akan berada dalam derajat pertama. Jadi hanya akan
ada n + 1 =1 suku di sebelah kanan, yang berarti bahwa hanya susku sisa
R0 yang ada disana. Jadi kita peroleh
f ' (p)
f ( x )−f ( x 0 )= ( x−x 0 ) =f ' ( p) ( x−x 0 )
1!
di mana p adalah suatu angka antara x 0 dan nilai x di sekitar x 0 .
Perhatikan bahwa p harus benar-benar sangat dekat dengan x 0 .
Apakah tanda ekspansi (pernyataan) yang ada di sebelah kanan?
Karean kontinuita derivatif, f ' ( p) akan mempunyai tanda yang samma
seperti f ' (x 0) karena, seperti dijelaskan sebelumnya, p sangat dekat
dengan x 0. Dalam kasus ini, f ' ( p) pasti bukan nol; dalam kenyataannya,
haruslah merupakan angka yang positif atau negatif. Tetapi bagaimana
dengan ( x−x 0 )? Bila kita bergerak dari kiri x 0 ke kanan x bergeser dari
besaran x 1< x0 ke besaran x 2> x0 (lihat Gambar 9.10). Akibatnya, ekspresi
( x−x 0 ) akan berubah dari negatif ke positif, dan
'
f ( x )−f ( x 0 )=f ( p ) ( x−x 0 ) jugaberubah tandanyadari sebelah kiri x 0ke
sebelah kanan. Tetapi ini menyalahi definisi kita yang baru mengenai
ekstrem relatif; dengan demikian, tidak akan ada ekstrem relatif di f (x 0)
'
bila f ( x 0 ) ≠ 0 – hal ini telah kita ketahui.
b. Kasus 2
f ' ( x 0 ) =0 ; f ' ' ( x 0 ) ≠ 0
Dalam kasus ini, kita pilih n = 1, sehingga sisa akan ada dalam derajat
kedua. Pada awalnya akan ada n + 1 = 2 sukudi sebelah kanan. Tetapi
'
salah satu suku akan hilang karenaf ( x 0 )=0 , dan sekali lagi kita akan
mempunyai hanya satu suku untuk dinilai :
' f ' ' ( p) 2
f x −f ( x 0 )=f ( x 0 ) ( x−x 0 ) +
( ) ( x−x 0 )
2!
1
¿ f ' ' ( p ) ( x−x 0 )2 [karena f ' ( x 0 )=0 ]
2
Seperti sebelumnya, f ' ' ( p ) akan mempunyai tanda yang sama seperti
f ' ' ( x 0 ), yaitu tanda tertentu da tidak berubah; sedangkan bagian ( x−x 0 )2,
karena suatu kuadrat, akan tetap positif. Jadi ekspresi f ( x )−f ( x 0 ) akan
''
mempunyai tanda yanng sama seperti f ( x 0 ) dan. Sesuai dengan definisi
ekstrem relatif sebelumnya, akan menentukan
Suatu maksimum relatif dari f (x) bila f ' ' (x 0)< 0
Suatu minimum relatif dari f (x) bila f ' ' ( x 0)> 0 [dengan f’(x ) = 0]
0

Anda akan mengetahuibahwa hal ini merupakan uji derivatif kedua


yang diperkenalkan sebelumnya.
c. Kasus 3
' ''
f ( x 0 )=f ( x 0 ) =0 ,tetapi f ' ' ' ( x 0) ≠0
Disini kita berhadapan dengan situasi dimana uji derivatif kedua tidak
berlaku, karena f ' ' (x 0) sekarang sama dengan nol. Tetapi dengan bantua
deret Taylor, hasilnya dapat dipecahkan tanpa kesulitan.
Misalkan kira misalkan n = 2; jadi tiga suku pada mulanya akan ada di
sebelah kanan. Tetapi dia di antarana akan hilang karena f ' (x 0) = f ' ' ( x 0)
= 0, sehingga kita sekali hanya mempunyai satu suku untuk dinilai:
1 1
f ( x )−f ' ' ( x 0 )=f ' ( x0 ) ( x−x 0 ) + f ' ' ( x 0 ) ( x−x 0 )2+ f ' ' ' ( p ) ( x−x 0 )3❑
2! 3!
1
¿ f '' ' ( p ) ( x−x 0 )3❑ [karena f ' (x 0)= 0, f ' ' ( x 0 )=0]
3!
Seperti sebelumnya, tanda f ' ' ' ( p) identik dengan tanda f ' ' ' ( x 0)
karena adanya kontinuitas derivatif dan karenap sangat dekat dengan x 0.
Tetapi ( x−x 0 )3 mempunyai tanda yang berubah-ubah. Secara khusus,
karena ( x−x 0 ) negatif di sebelah kiri x 0, maka ( x−x 0 )3 juga negatif; bila
di sebelah kanan x 0, ( x−x 0 )3 akan positif. Jadi ada perubahan tanda
f ( x )−f ¿) bila kita melewati x 0, yang menyalahi definisi ekstrem relatif.
'
Akan tetapi, kitabtahu bahwa x 0 adalah nilai kritis [f ( x 0 )=1], dan dengan
demikian harus merupakan titik belok (inflection point) sepanjang hal ini
tidak menghasilkan ekstrem relatif.
d. Kasus 4
f ' ( x 0 )=f ' ' ( x 0 ) =…=f (N−1) ¿) = 0, tetapi f ( N ) ( x 0 ) ≠ 0
Ini merupakan kasus yang sangat umum, dan oleh karena itu kita
dapat memperoleh hasil umum darinya. Perhatikan bahwa di sini semua
nilai derivatif adalah nol sampai kita tiba pada derivatif ke-N.
Sesuai dengan tiga kasus sebelumnya, deret Taylor untuk Kasus 4
akan berkurang menjadi
1 (N )
f ( x )−f ( x 0 )= f ( p)(x−x 0 )N
N!
( N)
Sekali lagi, f ( N ) ( p ) mempunyai tanda yang sama seperti f ( x 0 ), yang
tidak berubah. Di lain pihak, tanda ( x−x 0 )N akan berubah bila Nganjil
(seperti Kasus 1 dan 3) dan akan tetap (positif) bila Ngenap(seperti
Kasus 2). Bila N ganjil, maka f ( x )−f ( x 0 ) akan berubah tandanya begitu
kita lewati titik x 0 , sehingga menyalahi definisi ekstrem relatif (yang
berarti bahwa x 0harus merupakan titik belok kurva). Tetapi bila N adalah
genap, f ( x )−f ( x 0 ) tidak akan berubah tandanya dari sebelah kiri x 0 ke
sebelah kanannya, dan ini akan memberikan nilai stasioner f( x 0 ¿ sebagai
( N)
suatu maksimum atau minimum relatif, tergantung pada apakah f ( x 0 )
adalah negatif atau positif.
3. Uji derivatif ke-n
'
Jika derivatif pertama dari fungsi f (x) di x 0 adalah f ( x 0 )=0 dan jika
nilai derivatif bukan nol pertama di x 0 yang dijumpai pada derivatif yang
( N)
berurutan adalah nilai derivatif ke-N , f ( x 0 ) ≠ 0, maka nilai stasioner f (x 0)
akan menjadi
( N)
a. Maksimum relatif bila N bilangan genap dan f ( x 0 )< 0.
( N)
b. Minimum relatif bila N bilangan genap tetapi f ( x 0 )> 0.
c. Titik belok bila N ganjil.
Jadi jelas dari pernyataan di atas bahwa uji derivatif ke-N dapat bekerja
jika dan hanya jika fungsi f (x), cepat atau lambat, dapat menghasilkan nilai
derivatif bukan nol di nilai kritis x 0. Meskipun ada fungsi-fungsi dalam
pengecualian gagal memenuhi syarat ini, sebagian besar fungsi-fungsi yang
( N)
akan kita jumpai sesungguhnyaakan menghasilkan f ( x 0 ) yang bukan nol
dalam diferensiasi-diferensiasi yang berurutan.2 Jadi uji ini akan dapat
berfungsi pada banyak situasi.

Contoh 5
Periksalah fungsi y=(7−x)4 untuk ekstrem relatifnnya. Karena f’(x) = -4(7-
x)3 adalah nol bila x = 7, kita ambil x = 7 sebagai nilai kritis untuk pengujian,
dengan y = 0 sebagai nilai stasioner fungsi. Dengan derivatif-derivatif yang
berurutan (terus sampai kita mendapatkan nilai derivatif bukan nol di titik x =
7), kita akan memperoleh
f ' ' ( x ) =12(7−x )2 sehingga f ' ' ( 7 )=0
f ' ' (−24)(7−x) f ' ' ' ( 7 )=0
f (4 ) ( x )=24 f (4 ) ( x )=24
Karena 4 merupakan angka genap dan karena f (4 ) (7) positif, kita simpulkan
bahwa titik (7,0) menggambarkan suatu minimum relatif.

Seperti dengan mudah dibuktikan, fungsi ini digambarkan sebagai kurva


cembung sempurna. Selama derivatif kedua di x = 7 adalah nol (bukan
2
Jika f(x) adalah fungsi konstan, maka jelas f’(x)=f’’(x)=...= 0 , sehingga tidak ada nilai derivatif
bukan nol yang dapat ditemukan. Tetapi hal ini merupakan suatu kasus yang ak penting karena
fungsi konstan tidak membutuhkan uji untuk ekstrem. Sebagai contoh penting, perhatikan fungsi
−1

−1
{ x
2

y e (untuk x ≠ 0)
0(untuk x=0)
Dimana fungsi y = 2
merupakan fungsi eksponensial, yang akan diperkenalkan (Bab 10).
ex
−1
Dengan sendirinya, 2
diskontinu di x = 0, karena x = 0 tidak dalam domainnya (pembagian
y=e x
dengan nol tidak didefinisikan). Akan tetapi, karena lim y=0 , kita dapat mengisi kesenjangan
x →0
dalam domain dan oleh karena itu mendapatkan fungsi kontinu dengan menambahkan syarat y =
0 untuk x = 0. Grafik fungsi ini menunjukkan bahwa grafik tersebut mencapai minimum di x = 0.
Tetapi ternyata di x = 0 semua derivatif (sampai sembarang orde) mempunyai nilai nol. Jadi kita
dapat menggunakan uji derivatif ke-N untuk menetapkan kenyataan yang dapat ditentukan
secara grafis bahwa fungsi tersebut mempunyai minimum di x = 0 . Untuk pembahasan lebih
lanjut mengenai kasus pengecualian lihat R. Courant, Diffrential and Integral Calculus
(diterjemahkan oleh E.J McShane), Interscience, New York, vol.1, 2d. Ed.,1937, hal.196,197, dan
336.
positif), contoh ini memberikan gambaran pernyataan kita terdahulu tentang
derivatif kedua dan kelengkungan suatu kurva (Bagian 9.3) begitu rupa
sehingga, meskipun f ' ' ( x) yang positif untuk semua x mengimplikasi
cembung sempurna f (x), suatu fungsi yang cembung sempurna tidak
mengimplikasikan f ' ' ( x) positif untuk semua x. Yang lebih penting, contoh
ini juga memberikan gambarng kenyataan bahwa, jika diketahui kurva
cembung sempurna (cekung sempurna), ekstrem yang terdapat pada kurva
haruslah suatu minimum(maksimum), karena ekstrem seperti ini akan
memenuhi syarat cukup orde kedua, atau bila tidak, memenuhi syarat cukup
(orde yang lebih tinggi) lainnya untuk suatu minimum(maksimum).

Daftar Pustaka

Chiang, A.P, Wainwright, K. (2005). Dasar- dasar Matematika Ekonom (4thed.).


McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai