ANALISA UMUM
ANALISA ORTHODONTI
Diagnosis ortodonti : suatu studi dan interpretasi data klinik untuk menetapkan ada
tidaknya maloklusi dalam perawatan ortodonti. Menurut Moyers ( 1988 ) diagnosis ortodonti:
adalah perkiraan yang sistematis, bersifat sementara ,akurat yang ditujukan untuk penentuan
problema klinis dan perencanaan perawatan. Menurut Houston dkk ( 1992 ) , tujuan
pemeriksaan pasien adalah untuk merekam informasi yang berkaitan dengan keadaan
maloklusi sebagai dasar untuk menentukan penyebabnya.
Biasanya pada bagian awal suatu status pasien tercantum nama, kelamin, umur,
dan alamat pasien. Jenis kelamin dan umur pasien selain sebagai identitas pasien juga
sebagai data yang berkaitan dengan pertumbuh-kembangan dentomaksilofasial
pasien, misalnya perubahan fase gigi geligi dari sulung ke permane. Pada anamnesa ortodonti
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui etiologi terjadinya maloklusi
pada saat melakukan anamnesa pada pasien.
- Bentuk Skelet
Sheldon, seorang antropologis menggolongkan bentuk skelet berdasarkan
jaringan dominan yang memengaruhi bentuk skelet
- Ektomorfik: seorang yang langsing, sedikit jaringan otot/ lemak
- Endomorfik: seorang yang pendek, otot kurang berkembang, lapisan lemak
tebal
- Mesomorfik: seorang yang berotot
- Ciri Keluarga
Suatu keadaan dapat dikategorikan sebagai ciri keluarga bila keadaan ini selalu
berulang pada suatu keluarga secara turun-temurun.
- Kelainan Endokrin
Kelainan endokrin yang terjadi pralahir dapat menyebabkan percepatan atau
hambatan pertumbuhan muka, memengaruhi derajat pematangan tulang,
penutupan sutura, resorpsi akar gigi sulung, dan erupsi gigi permanen. Membran
periodontal dan gusi sangat sensitif terhadap beberapa disfungsi endokrin (dapat
berakibat langsung ke gigi)
- Tonsil
Bila tonsil dalam keadaan radang, dorsum lidah dapat menekan tonsil tersebut.
untuk menghindar keadaan ini mandibula secara refleks diturunkan, gigi tidak
kontak sehingga terdapat ruangan yang lebih luas untuk lidah dan biasanya terjadi
perdorongan lidah kedepan saat menelan.
- Trauma Dental : Riwayat mengenai trauma yang pernah terjadi pada gigi, muka,
dan rahang. Trauma gigi sulung dapat merusak bentuk gigi tetap, serta perubahan
tempat erupsi gigi tetap terganggu. Selain itu apabila pulpa gigi sulung mati,
maka resorpsi akar gigi sulung tidak terjadi sehingga gigi sulung persistensi dan
mengakibatkan posisi gigi tetap terganggu.
- Kebiasaan Buruk : Kebiasaan yang berhubungan dengan kelainan gigi dan
rahang.Menghisap ibu jari/ jari lain ataupun menggigit bibir, menyebabkan gigi
protusive dan open bite. Gunakan alat plat orto dengan cangkolan adam dan labial
bow. Bernafas memalui mulut, menyebabkan maksila tidak berkembang, rahang
atas crowding, palatum tinggi dan sempit sehingga timbul gingivitis karena plak
menumpuk. Hilangkan penyebab dengan oral screen. Menggigit bibir/ jari/ kuku,
menyebabkan open bite, cheek biting, open bite posterior. Gunakan lip bumper.
Mendorong lidah, menyebabkan gigi protusive dan open bite. Gunakan plat
lingual rahang bawah, berikan jarum kecil dengan pangkal bulat kecil.
Berat ringannya suatu maloklusi yang disebabkan kebiasaan buruk tergantung
pada umur dimulainya, intensitas, lamanya, dan frekuensi kebiasaan buruk
dilakukan.
ANALISA INTRAORAL
Anomali / malposisi gigi individual : Periksa posisi gigi-gigi secara urut dengan
membayangkan garis oklusi sebagai referensi. Setiap penyimpangan yang ada
dicatat.
Contoh :
! 1 rotasi/torsiversi ! 4 transversi
2 ! palatoversi 1 ! 1 diastema sentral
3 ! mesio-labioversi !12 3 distoversi
ANALISIS EKSTRAORAL
A. Bentuk Kepala
Bentuk kepala ada 3, yaitu (Rahardjo, 2011):
- Dolikosefalik: panjang, sempit (indeks ≤ 0,75)
- Mesosefalik: bentuk rata-rata (indeks 0,76-0,79)
- Brakisefalik: lebar dan pendek (indeks ≥ 0,80)
a. Pola Mesosefalik Pola ini sering dikaitkan dengan kelas I oklusi karena pasien
ini ditandai dengan hubungan maksila dan mandibula relatif normal yang
menghasilkan keseimbangan wajah yang baik.
b. Pola dolichosefalik
Pola ini biasanya dengan wajah panjang dan otot lemah karena kecendrungan
untuk pertumbuhan vertikal. Oklusi molar sering kelas I variasi divisi 1.
c. Pola Brachisefalik
Wajah pendek dan lebar, mandibula persegi. Pasien dengan pola brachysefalik
sering dikaitkan dengan kelas II, divisi II maloklusi. Pertumbuhan mandibula
pasien ini ke depan
daripada ke bawah. Akibatnya, pasien biasanya menunjukan overbite anterior
berlebihan dan
dagu yang kuat.
B. Simetri Wajah
Asimetri akan mudah dikenali bila dilihat dari depan muka pasien, dapat dikenali
asimetri rahang terhadap muka secara keseluruhan. Penyebab tidak simetri:
- Variasi biologis
- Patologis
- Kelainan kongenital
C. Tipe Wajah
- Leptoprosop (muka sempit): kepala dolikosefalik membentuk muka
yang sempit, panjang, dan potrusif (Rahardjo, 2011).
- Euriprosop (muka lebar): kepala brakisefalik menentukan muka yang
lebih datar, kurang protusif (Rahardjo, 2011).
- Mesoprosop: muka yang sedang antara leptoprosop dan euriprosop
D. Tipe Profil
Tujuan pemeriksaan profil:
- Menentukan posisi rahang dalam jurusan sagital
- Evaluasi bibir dan letak insisivi
- Evaluasi proporsi wajah dan sudut mandibula
Profil muka :
Menurut Graber (1972) dikenal tiga tipe profil muka yaitu :
- Cembung (convex), bila titik petemuan Lcb-Lca berada didepan garis Gl-Pog
- Lurus (straight ), bila titik petemuan Lcb-Lca berada tepat pada garis Gl-Pog
- Cekung (concave), bila titik petemuan Lcb-Lca berada dibelakang garis Gl-Pog
Untuk menentukan profil muka digunakan 4 titik anatomis Gabella (Gl), Lip
Contour atas (Lca), Lip Contour bawah (Lcb) dan Pogonion (pog) serta garis
referensi Gl-Pog sebagaia acuan :
- Glabella (Gl) : Titik terendah dari dahi terletak pada tengah-tengah diantara alis
mata kanan dan kiri.
- Lip contour atas (Lca) : Titik terdepan bibir atas.
- Lip contour bawah (Lcb) : Tiik terdepan bibir bawah
- Pogonoin (Pog) : Titik terdepan dari dagu didaerah symphisis mandibula.
Penentuan wajah pasien adalah penting dalam prediksi pertumbuhan serta dalam
rencana perawatan. Oleh karena itu salah satu penilaian pertama yang diperlukan
untuk diagnosis kraniofasial akurat adalah klasifikasi dari tipe wajah pasien.
5. Bibir
Bila bibir cukup panjang untuk dapat mencapai kontak bibir atas tanpa kontraksi
otot pada saat madibula dalam keadaan istirahat disebut bibir yang kompeten. Bila
diperlukan kontraksi otot untuk mencapai kontak bibir atas dan bawah saat pada
saat mandibula dalam keadaan istirahat dinamakan bibir yang tidak kompeten.
6. Fungsi Bicara
Terdapat hubungan maloklusi dengan kelainan bicara tetapi karena adanya
mekanisme adaptasi, pasien dengan maloklusi parah masih dapat berbicara tanpa
gangguan.
ANALISA FUNGSIONAL
Freeway space
uraian
Analisa fungsional
Analisa chepalometri
Sefalometrik adalah ilmu yang mempelajari pengukuran-pengukuran yang bersifat
kuantitatif terhadap bagian-bagian tertentu dari kepala untuk mendapatkan informasi
tentang pola kraniofasial.
Manfaat sefalometri radiografik adalah:
Mempelajari pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial. Dengan
membandingkan sefalogram-sefalogram yang diambil dalam interval waktu
yang berbeda, untuk mengetahui arah pertumbuhan dan perkembangan
kraniofasial.
Diagnosis atau analisis kelainan kraniofasial. Untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab maloklusi (seperti ketidak seimbangan struktur tulang muka).
Mempelajari tipe fasial. 3Relasi rahang dan posisi gigi-gigi berhubungan erat
dengan tipe fasial.
Ada 2 hal penting yaitu :
(1) posisi maksila dalam arah antero-posterior terhadap kranium dan
(2) relasi mandibula terhadap maksila, sehingga akan mempengaruhi bentuk
profil : cembung, lurus atau cekung.
Merencanakan perawatan ortodontik. Analisis dan diagnosis yang didasarkan
pada perhitungan-perhitungan sefalometrik dapat diprakirakan hasil
perawatan ortodontik yang dilakukan.
Evaluasi kasus-kasus yang telah dirawat. Dengan membandingkan
sefalogram yang diambil sebelum, sewaktu dan sesudah perawatan
ortodontik.
Analisis fungsional. Fungsi gerakan mandibula dapat diketahui dengan
membandingkan posisi kondilus pada sefalogram yang dibuat pada waktu
mulut terbuka dan posisi istirahat.
Penelitian
Alat :
Alat-alat dasar yang digunakan untuk menghasilkan suatu sefalogram terdiri dari
sefalostat atau sefalometer, tabung sinar tembus dan pemegang kaset beserta kaset
yang berisi film dan layar pengintensif (intensifying screen).
Pemegang kaset dapat diatur sedemikian rupa agar diperoleh gambar yang tajam.
Layar pengintensif digunakan untuk mengurangi jumlah penyinaran yang tidak
diperlukan.
Bagian dari sefalometer yang diletakkan pada telinga (ear rod) dapat digerakkan
sehingga mudah disesuaikan dengan lebar kepala pasien. Tabung sinar harus dapat
menghasilkan tegangan yang cukup tinggi (90 KvP) guna menembus jaringan keras
dan dapat menggambarkan dengan jelas jaringan keras dan lunak.
Dikenal 2 macam sefalometer, yaitu:
a. Broadbent-Bolton, digunakan 2 tabung sinar X dan 2 pemegang kaset,
sehingga objek tidak perlu bergerak atau berubah apabila akan dibuat
penyinaran/proyeksi lateral atau antero-posterior.
b. Higley, terdiri dari 1 tabung sinar X, 1 pemegang kaset dan sefalometernya
dapat berputar sedemikian rupa sehingga objek dapat diatur dalam beberapa
macam proyeksi yang diperlukan. Sefalometer modern pada umumnya adalah
jenis ini yaitu Rotating
Kelemahan sefalometrik
Kesalahan sefalometer
Kesalahan sefalometer meliputi:
o Kesalahan dalam pembuatan sefalogram. Kesalahan yang sering
dilakukan yaitu posisi subjek tidak benar, waktu penyinaran tidak
cukup, penentuan jarak sagital-film tidak tepat. Kesalahan ini dapat
diatasi dengan pengalaman dan teknik pemotretan yang benar.
o Pembesaran dan distorsi. Makin besar jarak sumber sinar X terhadap
film maka semakin sejajar arah sinar X sehingga distorsi dan
pembesaran semakin kecil. Makin dekat jarak film terhadap objek
semakin kecil terjadi pembesaran. Hal ini dapat dikurangi dengan
menggunakan teknik pemotretan yang benar.
Kesalahan penapakan dan metode yang digunakan
o Kesalahan penapakan pada umumnya disebabkan karena kurang
terlatih atau kurangnya pengetahuan tentang anatomi atau referensi
sefalometrik. Hal ini dapat diatasi dengan latihan-latihan dan
pengalaman.
o Kesalahan metode yang digunakan pada umumnya karena
pengukuran 3 dimensi menjadi 2 dimensi, kesalahan interpretasi
perubahan akibat pertumbuhan dan perawatan.
Analisa Panoramik
Gambaran panoramik adalah sebuah teknik untuk menghasilkan sebuah gambaran
tomografi yang memperlihatkan struktur fasial mencakup rahang maksila dan
mandibula beserta struktur pendukungnya dengan distorsi dan overlap minimal
dari detail anatomi pada sisi kontralateral.
Radiografi panoramik adalah sebuah teknik dimana gambaran seluruh jaringan
gigi ditemukan dalam satu film.
Foto panoramik dikenal juga dengan panorex atau orthopantomogram dan
menjadi sangat popular di kedokteran gigi karena teknik yang simple, gambaran
mencakup seluruh gigi dan rahang dengandosis radiasi yang rendah.
Adapun seleksi kasus yang memerlukaan gambaran panoramik dalam penegakan
diagnosa diantaranya seperti:
Adanya lesi tulang atau ukuran dari posisi gigi terpendam yang
menghalangi gambaran pada intra-oral.
Melihat tulang alveolar dimana terjadi poket lebih dari 6 mm.
Untuk melihat kondisi gigi sebelum dilakukan rencana pembedahan. Foto
rutin untuk melihat perkembangan erupsi gigi molar tiga tidak disarankan
Rencana perawatan orthodonti yang diperlukan untuk mengetahui keadaan
gigi atau benih gigi.
Mengetahui ada atau tidaknya fraktur pada seluruh bagian mandibula.
Rencana perawatan implan gigi untuk mencari vertical height
Teknik dan Posisi pengambilan gambar panoramik :
Teknik dan posisi yang tepat adalah bervariasi pada satu alat dengan alat lainnya.
Tetapi, ada beberapa pedoman umum yang sama yang dimiliki semua alat dan
dapat dirangkum meliputi:
Persiapan Alat:
1) Siapkan kaset yang telah diisi film atau sensor digital telah dimasukkan
kedalam tempatnya.
2) Collimation harus diatur sesuai ukuran yang diinginkan.
3) Besarnya tembakan sinar antara 70-100 kV dan 4-12 mA.
4) Hidupkan alat untuk melihat bahwa alat dapat bekerja, naik atau turunkan
tempat kepala dan sesuaikan posisi kepala sehingga pasien dapat
diposisikan.
5) Sebelum memposisikan pasien, sebaiknya persiapan alat telah dilakukan.
Persiapan pasien
1) Pasien diminta untuk melepaskan seluruh perhiasan seperti anting,
aksesoris rambut, gigi palsu dan alat orthodonti yang dipakainya.
2) Prosedur dan pergerakan alat harus dijelaskan untuk menenangkan pasien
dan jika perlu lakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa alat bergerak.
3) Pakaikan pelindung apron pada pasien, pastikan pada bagian leher tidak
ada yang menghalangi pergerakan alat saat mengelilingi kepala.
4) Pasien harus diposisikan dalam unit dengan tegak dan diperintahkan untuk
memegang handel agar tetap seimbang.
5) Pasien diminta memposisikan gigi edge to edge dengan dagu mereka
bersentuhan pada tempat dagu.
6) Kepala tidak boleh bergerak dibantu dengan penahan kepala.
7) Pasien diinstruksikan untuk menutup bibir mereka dan menekan lidah ke
palatum dan jangan bergerak sampai alat berhenti berputar.
8) Jelaskan pada pasien untuk bernafas normal dan tidak bernafas terlalu
dalam saat penyinaran.
Persiapan Operator :
1) Operator memakai pakaian pelindung.
2) Operator berdiri di belakang dengan mengambil jarak menjauh dari
sumber x-ray ketika waktu penyinaran.
3) Lihat dan perhatikan pasien selama waktu penyinaran untuk memastikan
tidak ada pergerakan.
4) Matikan alat setelah selesai digunakan dan kembalikan letak posisi kepala
pada tempatnya.
5) Ambil kaset pada tempatnya dan kaset siap untuk diproses.
Persiapan lingkungan terhadap proteksi radiasi
1) Pastikan perangkat sinar x digunakan dengan teknik yang baik dan
parameter secara fisika terhadap berkas radiasi ditetapkan dengan benar.
2) Hindari kemungkinan kebocoran dengan menggunakan kepala tabung
harus radiopaque.
Filtrasi dari berkas sinar x dengan mengatur ketebalan filter. Ketebalan filter bergantung
pada tegangan operasi dari peralatan sinar x. Tegangan mencapai 70 kVp ketebalan filter
setara dengan ketebalan alumunium 2,5 mm untuk kekuatan tabung sinar x antara 70-100kVp
RADIOGRAFI PANORAMIC
Radiografi panoramik ini dapat digunakan untuk mengevaluasi gigi impaksi, pola
erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, mendeteksi penyakit dan mengevaluasi
trauma. Selain itu radiografi panoramik juga dapat digunakan untuk menentukan keadaan gigi
dan jaringan pendukungnya secara keseluruhan, urutan erupsi gigi, dan melihat adanya
fraktur pada rahang mandibula dan maksila. Radiografi panoramik merupakan pemeriksaaan
yang memperlihatkan keadaan serta hubungan maksila dan mandibula secara keseluruhan
dalam satu radiografi.4 Selain itu penyakit periodontal yang ditandai dengan kehilangan
tulang alveolar dapat dideteksi dengan radiografi panoramik.
Gambar 1. Model studi untuk analisis model studi harus meliputi seluruh anatomi
yang
penting, termasuk ketinggian vestibulum yang semaksimal mungkin. A. Tampak
depan, B. Tampak kiri, C. Tampak kanan
Untuk keperluan diagnosis ortodonti, model studi harus dipersiapkan
dengan baik dan
hasil cetakan harus akurat. Hasil cetakan tidak hanya meliputi seluruh gigi dan
jaringan lunak
sekitarnya, daerah di vestibulum pun harus tercetak sedalam mungkin yang dapat
diperoleh
dengan cara menambah ketinggian tepi sendok cetak hingga dapat mendorong
jaringan lunak
di daerah tersebut semaksimal mungkin, sehingga inklinasi mahkota dan akar
terlihat. Jika
hasil cetakan tidak cukup tinggi, maka hasil analisis tidak akurat. Model studi
dengan basis
Macam-macam Analisis Model Studi
Analisis model studi secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu dalam arah
sagital, transversal, dan vertikal.
Penilaian dalam arah sagital antara lain meliputi: hubungan molar pertama,
kaninus, dan insisif tetap, yaitu maloklusi kelas I, kelas II, atau kelas III
Angle; ukuran overjet, prognati atau retrognati maksila maupun
mandibula, dan crossbite anterior.
Penilaian dalam arah transversal antara lain meliputi: pergeseran garis
median,asimetri wajah, asimetri lengkung gigi, dan crossbiteposterior.
Penilaian dalam arah vertikal antara lain meliputi: ukuran overbite,
deepbite, openbite anterior maupun posterior, dan ketinggian palatum.
Analisis Bolton
Bolton mempelajari pengaruh perbedaan ukuran gigi rahang bawah
terhadap ukuran gigi rahang atas dengan keadaan oklusinya. Rasio yang
diperoleh membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan
overjet yang mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai, pengaruh
pencabutan pada oklusi posterior dan hubungan insisif, serta oklusi yang
tidak tepat karena ukuran gigi yang tidak sesuai.
Rasio keseluruhan diperoleh dengan cara menghitung:
Rasio keseluruhan sebesar 91,3 berarti sesuai dengan analisis Bolton, yang
akan menghasilkan hubungan overbite dan overjet yang ideal.
Jika rasio keseluruhan lebih dari 91,3 maka kesalahan
Analisis Howes
Howes memikirkan suatu rumusan untuk mengetahui apakah basis apikal
cukup untuk memuat gigi geligi pasien. Panjang lengkung gigi (Tooth
Material/ TM) adalah jumlah lebar mesiodistal gigi dari molar pertama kiri
sampai dengan molar pertama kanan. Lebarlengkung basal premolar atau
fosa kanina (Premolar Basal Arch Width/ PMBAW) merupakan diameter
basis apikal dari model gigi pada apeks gigi premolar pertama, yang
diukur menggunakan jangka sorong atau jangka berujung runcing.
Rasio diperoleh dari membagi:
4. Profit WR, and Fields, HW. 2000. Contemporary Orthodontics, ed.3. Mosby,
Philladelpia,