Anda di halaman 1dari 23

V.

Tujuan Pembelajaran / Learning Objectives

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang analisa umum dan


analisa orthodontic
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang analisa lokal ( analisa
intraoral, analisa ekstraoral, analisa fungsional)
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang analisa radiologi
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang analisa model

VI. Kumpulan Informasi

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang analisa umum dan


analisa orthodontic

ANALISA UMUM

I Analisis Umum Uraian

1 Nama, alamat ,kelamin, umur Kelamin , umur → berkaitan dengan


pertumbuhkembangan
dentomaksilofasial
Misal : perubahan fase geligi, perbedaan
pertumbuhkembangan muka pria dan
wanita
2 Keluhan utama pasien Biasanya ttg keadaan susunan gigi yang
dirasakan pasien mengganggu estetik
dentofasial , mempengaruhi status social ,
fungsi pengunyahan yang mendorong
keinginan untuk dilakukan perawatan
ortodonti
3 Keadaan sosial Untuk mengetahui emosi px misal adanya
kebiasaan menghisap jari yang
berkepanjangan, prestasi belajar yang
kurang baik
4 Riwayat kesehatan pasien dan keluarga Kesehatan px sejak dilahirkan smp px
datang misal trauma pd muka dan kepala
smp memerlukan operasi, penyakit jantung,
diabetes,arthritis, tonsil yg sudah pernah di
operasi
5 Berat dan tinggi badan Mengetahui pertumbuhkembangan
normal/ tidak sesuai umur dan jenis
kelamin
6 Ras/ kelompok etnik Dalam pengertian fisik ( bukan budaya )
meliputi ras ayah ibu, kakek nenek
7 Bentuk skelet : endomorfik pendek,berlemak
mesomorfik berotot
ektomorfik langsing , sedikit jaringan otot / lemak
8 Ciri keluarga / pola tertentu yg selalu Kelainan skelet berupa prognati
ada pd keluarga mandibula, keadaan yang selalu berulang
pd suatu keluarga secara turun menurun
9 Penyakit anak Yang dapat mengganggu
pertumbuhkembangan, misal penyakit
dgn panas tinggi, sistemik
10 Alergi Terhadap obat2an, bahan ( latex ),
lingkungan ( debu)
11 Kelainan endokrin
Yang terjadi pd pra lahir  hipoplasia gigi
Yang terjadi pd pasca lahir  mempengaruhi percepatan/ hambatan
pertumbuhan muka, derajat
pematangan tulang, penutupan sutura,
resorpsi akar gigi sulung,, erupsi gigi
permanen

12 Tonsil radang / tidak


13 Kebiasaan bernafas melalui mulut →kesukaran pd waktu
dicetak

ANALISA ORTHODONTI

Diagnosis ortodonti : suatu studi dan interpretasi data klinik untuk menetapkan ada
tidaknya maloklusi dalam perawatan ortodonti. Menurut Moyers ( 1988 ) diagnosis ortodonti:
adalah perkiraan yang sistematis, bersifat sementara ,akurat yang ditujukan untuk penentuan
problema klinis dan perencanaan perawatan. Menurut Houston dkk ( 1992 ) , tujuan
pemeriksaan pasien adalah untuk merekam informasi yang berkaitan dengan keadaan
maloklusi sebagai dasar untuk menentukan penyebabnya.

Biasanya pada bagian awal suatu status pasien tercantum nama, kelamin, umur,
dan alamat pasien. Jenis kelamin dan umur pasien selain sebagai identitas pasien juga
sebagai data yang berkaitan dengan pertumbuh-kembangan dentomaksilofasial
pasien, misalnya perubahan fase gigi geligi dari sulung ke permane. Pada anamnesa ortodonti
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui etiologi terjadinya maloklusi
pada saat melakukan anamnesa pada pasien.

- Keluhan utama pasien, biasanya tentang keadaan susunan giginya yang


dirasakan kurang baik sehingga mengganggu estetik dentofasial dan memengaruhi
status sosial serta fungsi pengunyahannya.

- Keadaan Sosial, Riwayat Kesehatan Pasien dan Keluarga

Maloklusi merupakan penyimpangan dari proses pertumbuhkembangan normal,


bukan merupakan penyakit. Meskipun demikian perlu dilakukan pemeriksaan
medis. Beberapa pertanyaan yang bisa diajukan seputar pengalaman trauma pada
muka/ kepala, masalah jantung, diabetes, artritis, dan tonsil.

- Bentuk Skelet
Sheldon, seorang antropologis menggolongkan bentuk skelet berdasarkan
jaringan dominan yang memengaruhi bentuk skelet
- Ektomorfik: seorang yang langsing, sedikit jaringan otot/ lemak
- Endomorfik: seorang yang pendek, otot kurang berkembang, lapisan lemak
tebal
- Mesomorfik: seorang yang berotot

- Ciri Keluarga
Suatu keadaan dapat dikategorikan sebagai ciri keluarga bila keadaan ini selalu
berulang pada suatu keluarga secara turun-temurun.
- Kelainan Endokrin
Kelainan endokrin yang terjadi pralahir dapat menyebabkan percepatan atau
hambatan pertumbuhan muka, memengaruhi derajat pematangan tulang,
penutupan sutura, resorpsi akar gigi sulung, dan erupsi gigi permanen. Membran
periodontal dan gusi sangat sensitif terhadap beberapa disfungsi endokrin (dapat
berakibat langsung ke gigi)

- Tonsil
Bila tonsil dalam keadaan radang, dorsum lidah dapat menekan tonsil tersebut.
untuk menghindar keadaan ini mandibula secara refleks diturunkan, gigi tidak
kontak sehingga terdapat ruangan yang lebih luas untuk lidah dan biasanya terjadi
perdorongan lidah kedepan saat menelan.
- Trauma Dental : Riwayat mengenai trauma yang pernah terjadi pada gigi, muka,
dan rahang. Trauma gigi sulung dapat merusak bentuk gigi tetap, serta perubahan
tempat erupsi gigi tetap terganggu. Selain itu apabila pulpa gigi sulung mati,
maka resorpsi akar gigi sulung tidak terjadi sehingga gigi sulung persistensi dan
mengakibatkan posisi gigi tetap terganggu.
- Kebiasaan Buruk : Kebiasaan yang berhubungan dengan kelainan gigi dan
rahang.Menghisap ibu jari/ jari lain ataupun menggigit bibir, menyebabkan gigi
protusive dan open bite. Gunakan alat plat orto dengan cangkolan adam dan labial
bow. Bernafas memalui mulut, menyebabkan maksila tidak berkembang, rahang
atas crowding, palatum tinggi dan sempit sehingga timbul gingivitis karena plak
menumpuk. Hilangkan penyebab dengan oral screen. Menggigit bibir/ jari/ kuku,
menyebabkan open bite, cheek biting, open bite posterior. Gunakan lip bumper.
Mendorong lidah, menyebabkan gigi protusive dan open bite. Gunakan plat
lingual rahang bawah, berikan jarum kecil dengan pangkal bulat kecil.
Berat ringannya suatu maloklusi yang disebabkan kebiasaan buruk tergantung
pada umur dimulainya, intensitas, lamanya, dan frekuensi kebiasaan buruk
dilakukan.

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang analisa lokal ( analisa


intraoral, analisa ekstraoral, analisa fungsional)

ANALISA INTRAORAL

Pemeriksaan intraoral dilakukan dengan mengamati :


 Kebersihan mulut (oral hygiene / OH) : baik / cukup / jelek
Ini dapat ditetapkan dengan Indeks OHIS, pasien yang kebersihan mulutnya jelek
kemungkinan besar kebersihan mulutnya akan lebih jelek lagi selama perawatan
dilakukan , oleh karena itu motivasi kebersihan mulut perlu diberikan sebelum
perawatan ortodontik dilakukan.
 Keadaan lidah : normal / macroglossia / microglossia
Pasien yang mempunyai lidah besar ditandai oleh :
o Ukuran lidah tampak besar dibandingkan ukuran lengkung giginya
o Dalam keadaan relax membuka mulut, lidah tampak luber menutupi
permukaan oklusal gigi-gigi bawah.
o Pada tepi lidah tampak bercak-bercak akibat tekanan permukaan lingual
mahkota gigi (tongue of identation)
o Gigi-gigi tampak renggang-renggang (general diastema)
 Palatum : normal / tinggi / rendah serta normal / lebar / sempit
Pasien dengan pertumbuhan rahang rahang atas kelateral kurang (kontraksi)
biasanya palatumnya tinggi sempit, sedangkan yang pertumbuhan berlebihan
(distraksi) biasanya mempunyai palatum rendah lebar. Jika ada kelainan lainnya
seperti adanya peradangan, tumor, torus, palatoschisis,dll. Dicatat.
 Gingiva : Normal / hypertophy / hypotropy
Adanya peradangan pada gingiva bisa ditetentukan dengan gingival indeks (GI)
15
 Mucosa : normal / inflamasi / kelainan lainnya
Pasien dengan oral hygiene yang jelek biasanya mempunyai gingiva dan mucosa
yang inflamasi dan hypertropy.
 Frenulum labii superior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis
 Frenulum labii inferior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis
 Frenulum lingualis : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis
Pemeriksaan frenulum dilakukan untuk mengetahui posisi perlekatannya
(insersio) pada marginal gingiva serta ketebalannya, apakah akan mengganggu
pengucapan kata-kata tertentu dan apakah akan mengganggu pemakaian plat
ortodontik yang akan dipasang.
 Tonsila palatina : normal / inflamasi / hypertrophy
 Tonsila lingualis : normal / inflamasi / hypertrophy
 Tonsila pharengea : normal / inflamasi / hypertrophy
Apakah ada amandel yang membengkak? Dilakukan pemeriksaan dengan
menekan lidah pasien dengan kaca mulut, jika dicurigai adanya kelaianan yang
serius pasien dikonsulkan ke dokter ahli THT sebelum dipasangi alat ortodontik.
 Bentuk lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah : Parabola / Setengahn elips /
Trapeziod / U-form / V-form / Setengah lingkaran
 Pemeriksaan gigi geligi :
o Rumus gigi : Periksa elemen gigi apa saja yang ada pada pasien. Tulislah
rumus gigi sesuai dengan gigi yang sudah erupsi dan beri keterangan.
o Apel gigi : Periksa gigi-gigi yang telah mengalami perawatan dan gigi
yang tidak normal atau telah mengalami perawatan.
87654321|12345678
V IV III II I | I II III IV V
V IV III II I | I II III IV V
87654321|12345678
Contoh :
8 ! impaksi (Im)
!2 agenese (Agn)
6 ! tambalan amalgam (F)

 Anomali / malposisi gigi individual : Periksa posisi gigi-gigi secara urut dengan
membayangkan garis oklusi sebagai referensi. Setiap penyimpangan yang ada
dicatat.
Contoh :
! 1 rotasi/torsiversi ! 4 transversi
2 ! palatoversi 1 ! 1 diastema sentral
3 ! mesio-labioversi !12 3 distoversi

 Relasi gigi-gigi pada oklusi sentrik :


Pasien disuruh oklusi sentrik, periksa hubungan gigi-gigi terhadap antagonisnya :
 Gigi Posterior :
Relasi Molar :
Kanan : Klas I, II, III Angle
Kiri : Klas I, II, III Angle

Cross bite : ada / tidak


Open bite : ada / tidak ( jika ada, tulis gigi mana )
Scissor bite : ada / tidak
Cup to cup bite : ada / tidak
Dll.
 Gigi anterior : Relasi kaninus :
Kanan : Klas I, II, III Angle
Kiri : Klas I, II, III Angle
Overjet : ……..….mm
Overbite :………… mm
Cross bite : ada / tidak
Open bite : ada / tidak (jika ada, tulis gigi mana)
Edge to edge bite : ada / tidak
Contoh :
Cross bite : . 1 |
21|
Ini menunjukkan adanya cross bite antara gigi insivus pertama kanan
rahang atas terhadap gigi insivus pertama dan kedua rahang bawah.
- Median line gigi rahang atas dan rahang bawah : normal / tidak normal ,
segaris / tidak segaris
Amati posisi garis tengah gigi rahang atas dan rahang bawah terhadap sutura
palatina mediana jika didapatkan penyimpangan, kearah mana
penyimpangannya dan ukur seberapa besar penyimpangan tersebut.

ANALISIS EKSTRAORAL

A. Bentuk Kepala
Bentuk kepala ada 3, yaitu (Rahardjo, 2011):
- Dolikosefalik: panjang, sempit (indeks ≤ 0,75)
- Mesosefalik: bentuk rata-rata (indeks 0,76-0,79)
- Brakisefalik: lebar dan pendek (indeks ≥ 0,80)
a. Pola Mesosefalik Pola ini sering dikaitkan dengan kelas I oklusi karena pasien
ini ditandai dengan hubungan maksila dan mandibula relatif normal yang
menghasilkan keseimbangan wajah yang baik.
b. Pola dolichosefalik
Pola ini biasanya dengan wajah panjang dan otot lemah karena kecendrungan
untuk pertumbuhan vertikal. Oklusi molar sering kelas I variasi divisi 1.
c. Pola Brachisefalik
Wajah pendek dan lebar, mandibula persegi. Pasien dengan pola brachysefalik
sering dikaitkan dengan kelas II, divisi II maloklusi. Pertumbuhan mandibula
pasien ini ke depan
daripada ke bawah. Akibatnya, pasien biasanya menunjukan overbite anterior
berlebihan dan
dagu yang kuat.
B. Simetri Wajah
Asimetri akan mudah dikenali bila dilihat dari depan muka pasien, dapat dikenali
asimetri rahang terhadap muka secara keseluruhan. Penyebab tidak simetri:
- Variasi biologis
- Patologis
- Kelainan kongenital

C. Tipe Wajah
- Leptoprosop (muka sempit): kepala dolikosefalik membentuk muka
yang sempit, panjang, dan potrusif (Rahardjo, 2011).
- Euriprosop (muka lebar): kepala brakisefalik menentukan muka yang
lebih datar, kurang protusif (Rahardjo, 2011).
- Mesoprosop: muka yang sedang antara leptoprosop dan euriprosop

D. Tipe Profil
Tujuan pemeriksaan profil:
- Menentukan posisi rahang dalam jurusan sagital
- Evaluasi bibir dan letak insisivi
- Evaluasi proporsi wajah dan sudut mandibula
Profil muka :
Menurut Graber (1972) dikenal tiga tipe profil muka yaitu :
- Cembung (convex), bila titik petemuan Lcb-Lca berada didepan garis Gl-Pog
- Lurus (straight ), bila titik petemuan Lcb-Lca berada tepat pada garis Gl-Pog
- Cekung (concave), bila titik petemuan Lcb-Lca berada dibelakang garis Gl-Pog
Untuk menentukan profil muka digunakan 4 titik anatomis Gabella (Gl), Lip
Contour atas (Lca), Lip Contour bawah (Lcb) dan Pogonion (pog) serta garis
referensi Gl-Pog sebagaia acuan :
- Glabella (Gl) : Titik terendah dari dahi terletak pada tengah-tengah diantara alis
mata kanan dan kiri.
- Lip contour atas (Lca) : Titik terdepan bibir atas.
- Lip contour bawah (Lcb) : Tiik terdepan bibir bawah
- Pogonoin (Pog) : Titik terdepan dari dagu didaerah symphisis mandibula.

Menurut Schwarz (Boersma,1987) Tipe profil bervariasi masing-masing


menjadi :
- Cembung (Anteface ) bila titik Sub nasale (Sn) berada di depan titi Nasion (Na)
- Lurus (Average face) bila titik Sub nasale (Sn) berada tepat segaris dengan
Nasion (Na)
- Cekung (Retroface) bila titik Sub nasale (Sn) berada di belakang titik Nasion
(Na
Masing-masing tipe ini masih bisa bervariasi dengan kombinasi :
- Retrognatik (Dorsaly rotated dintition ) : Bila gigi-geligi rahang bawah berotasi
ke arah
belakang sehingga posisi titik Pog tampak lebih ke belakang dari posisi Nasion
- Ortogantik (Unrotated dentition): Bila gigi-geligi rahang bawah tidak berotasi /
posisinya normal titik Pog tampak lurus terhadap Nasion
- Prognatik (Ventraly rotated dentition) : Bila gigi-geligi rahang bawah berotasi
kedepan, dagu (titik Pog) tampak maju terhadap Nasion
- Nasion (Na) adalah titik terdepan dari sutura Fronto nasalis
- Subnasale (Sn) adalah titik titik terdepan tepat dibawah hidung
Dengan demikian akan didapatkan 9 tipe muka :
- Cembung : Anteface dengan variasi retrognatik, ortognatik dan prognatik
- Lurus : Average face dengan variasi retrognatik, ortognatik dan prognatik
- Cekung : Retroface dengan variasi retrognatik, ortognatik dan prognatik

Tipe profil dibagi 3 :


- Lurus
- Cembung: mengarah ke maloklusi kelas II
- Cekung: mengarah ke maloklusi kelas III
Profil wajah diperiksa dengan melihat pasien dari samping. Profil wajah
membantu dalam mendiagnosis penyimpangan dalam hubungan
maksilamandibula. Profil diilai dengan menggabungkan dua garis berikut:
- Garis yang terhubung dari dahi dan jaringan lunak titik A (titik terdalam di
lengkung bibir atas)
- Garis yang menghubungkan titik A dan jaringan lunka pogonion (titik paling
anterior dagu)
Berdasarkan hubungan diantara dua garis, ada 3 jenis profil yaitu:
- Straight profil (profil lurus): Dua garis membentuk garis lurus
- Convex profil (profil cembung): Dua garis membentuk sudut cekung terhadap
jaringan. Jenis profil ini terjadi sebagai akibat maksila prognatik atau mandibula
retrognatik seperti yang terlihat dalam kelas II, divisi 1 maloklusi.
- Concave profil (profil cekung): Dua garis membentuk sudut cembung terhadap
jaringan. Tipe ini dikaitkan dengan mandibula prognasi atau maksila retrognasi
seperti dalam kelas III maloklusi.

Penentuan wajah pasien adalah penting dalam prediksi pertumbuhan serta dalam
rencana perawatan. Oleh karena itu salah satu penilaian pertama yang diperlukan
untuk diagnosis kraniofasial akurat adalah klasifikasi dari tipe wajah pasien.
5. Bibir
Bila bibir cukup panjang untuk dapat mencapai kontak bibir atas tanpa kontraksi
otot pada saat madibula dalam keadaan istirahat disebut bibir yang kompeten. Bila
diperlukan kontraksi otot untuk mencapai kontak bibir atas dan bawah saat pada
saat mandibula dalam keadaan istirahat dinamakan bibir yang tidak kompeten.
6. Fungsi Bicara
Terdapat hubungan maloklusi dengan kelainan bicara tetapi karena adanya
mekanisme adaptasi, pasien dengan maloklusi parah masih dapat berbicara tanpa
gangguan.

ANALISA FUNGSIONAL
Freeway space

Freeway space adalah jarak inter-oklusal pada saat mandibula dalam


keadaan posisi istirahat. Adapun cara pengukurannya adalah penderita
didudukkan dalam posisi istirahat. Kemudian ditarik garis yang menghubungkan
antaa titik diujung hidung dan ujung dagu dan dihitung berapa jaraknya, kemudian
penderita dalam keadaan oklusi sentris, kemudian ditarik garis yang
menghubungkan antara titik di ujung hidung dan di ujung dagu dan dihitung
berapa jaraknya. Nilai FWS = jarak pada saat posisi istirahat dikurangi jarak pada
saat oklusi sentris. Nilai normal menurut Houston (1989) = 2 – 3 mm. Nilai FWS
perlu diketahui dan dapat digunakan sebagai panduan untuk melakukan atau
pemberian gigit diposterior sehubungan dengan adanya gigitan terbalik anterior.
Apabila FWS lebih besar dari pada tumpang gigit maka tidak perlu diberi
peninggian gigit posterior. Sedangkan bila FWS lebih kecil dari pada tumpang
gigit maka perlu diberi peninggian gigit posterior.
Pola penutupan rahang
Path of closure adalah gerakan mandibula dari posisi istirahat menuju
oklusi sentris. Path Of Closure dikatakan normal apabila gerakan mandibula ke
atas, ke muka dan belakang. Bagian otot yang bekerja pada mandibula dalam
keadaan relaksasi dan kondili mandibula pada possii retrusi pada fosa glenoidalis.
Sedangkan yang tidak normal apabila terdapat deviasi mandibula dan
displacement mandibula.
Idealnya path of closure dari posisi istirahat ke posisi oklusal maksimum berupa
gerakan engsel sederhana melewati freeway space sebesar 2-3 mm. Ada 2 macam
perkecualian path of closure yang bisa dilihat yaitu deviasi mandibula dan
displacement mandibula.
Perlu dibedakan antara deviasi mandibula dan displacement mandibula karena
perawatannya berbeda. Deviasi biasanya tidak menyebabkan rasa sakit, keausan
pada gigi atau rusaknya jaringan periodontal. Displacement mandibula pada
jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya ketiga hal di atas.
 Deviasi Mandibula
Keadaan ini berhubungan dengan posisi keadaan mandibula. Bila
mandibula dalam posisi kebiasaan, maka jarak antaroklusal akan
bertambah sedangkan kondili terletak lebih maju di dalam fosa glenoides.
Arah path of closure adalah ke atas dan ke belakang akan tetapi bila gigi
telah mencapai oklusi mandibula terletak dalam relasi sentrik.
 Displacement Mandibula
Displacement dapat terjadi dalam jurusan sagital dan transversal. Kontak
premature dapat menyebabkan displacement mandibula untuk
mendapatkan hubungan antartonjol gigi yang maksimum. Dalam jangka
panjang displacement dapat terjadi selama pertumbuhan gigi. Dalam
beberapa keadaan displacement terjadi pada fase gigi sulung, kemudian
pada saat gigi permanen erupsi gigi tersebut akan diarahkan oleh kekuatan
otot ke letak yang memperparah terjadinya displacement. Displacement
dapat terjadi pada usia lanjut karena gigi yang maju dan tidak terkontrol
yang disebabkan karena hilangnya posterior akibat pencabutan.
Displacement dalam jurusan transversal sering berhubungan dengan
adanya gigitan silang posterior. Bila lengkung geligi atas dan bawah sama
lebarnya, suatu displacement mandibula ke transversal diperlukan untuk
mencapai posisi oklusi maksimum. Bila haltersebut terjadi maka akan
didapatkan relasi gigitan silang gigi posterior pada satu sisi. Displacement
ke transversal tidak berhubungan dengan bertambahnya jarak antaroklusal.
Adanya gigitan silang unilateral gigi posterior yang disertai adanya garis
median atas dan bawah yang tidak segaris akan menimbulkan dugaan
adanya displacement ke transversal. Keadaan ini perlu diperiksa dengan
seksama dengan memperhatikan pasien pada saat menutup mandibula dari
posisi istirahat ke posisi oklusi. Keadaan yang perlu diperhatukan adalah
letak garis median baik pada possisi istirahat maupun pada posisi oklusi.
Bila terdapat gigitan silang unilateral pada keadaan ini, perlu dilakukan
ekspansi regio posterior rahang atas ke arah transversal. Tidak semua
gigitan silang unilateral berhubungan dengan dispacement. Kadang-
kadang didapatkan asimetri rahang atas dan bawah. Bila tidak terdapat
displacement tetapi terdapat gigitan silang unilateral maka perlu
dipertimbangkan apakah perlu dirawat atau tidaknya. Displacement ke
arah sagital dapat terjadi karena adanya kontak prematur pada daerah
insisiv. Pada keadaan ini biasanya daidapatkan over closure mandibula.
Pada kasusu kelas III ringan terdapat gigitan edge to edge pada insisivi,
mandibula bergeser ke anterior untuk mendapatkan oklusi di daerah bukal
Displacement ke posterior kadang juga dapat terjadi. Perlu diperhatikan
perbedaan displacement mandibula ke posterior yang sering terjadi pada
relasi inisisivi kelas II dengan displacement ke posterior pada pasien
dengan gigi yang masih lengkap. Displacement ke posterior sering terjadi
pada pasien yang kehilangan gigi posterior.
Cara pemeriksaan path of closure adalah penderita didudukkan pada posisi
istirahat. Dilihat posisi garis mediannya, penderita diinstruksikan uktuk oklusi
sentris dari posisi istirahat dan dilihat kembali posisi garis mediannya. Apabila
posisi garis median pada saat posisi istirahat menuju oklusi sentris tidak terdapat
pergeseran berarti tidak ada gangguan path of closure dan apabila posisi garis
media pada saat posisi istirahat menuju oklusi sentris terdapat pergeseran berarti
terdapat gangguan path of closure.
TMJ
Pada panduan umum bila pergerakan mandibula normal berarti fungsinya
tidak terganggu, sebaliknya bila pergerakan mandibula terbatas biasanya
menunjukkan adanya masalah fungsi. Oleh karena itu satu indikator penting
tentang sendi temporomandibulaadalah lebar pembukaan maksimal, yang pada
keadaan normal berkisar 35-40 mm, 7 mm gerakan ke lateral dan 6 mm ke depan.
Palpasi pada otot pengunyahan dan sendi temporomandibula merupakan bagian
pemeriksaan rutin dan perlu dicatat tanda-tanda adanya masalah pada sendi
temporomandibula, misalnya adanya rasa sakit pada sendi, suara dan keterbatasan
pembukaan Cara pemeriksaaanya adalah penderita didudukkan pada posisi
istirahat, diletakkan kedua jari telunjuk operator dibagian luar meatus accuticus
externus kiri dan kanan penderita dan penderita diinstruksikan untuk membuka
dan menutup mulutnya. Apabila tidak terasa adanya krepitasi saat palpasi bagian
luar meatus accustucus evternus atau bunyi clicking pada saat mandibula memb
uka dan menutup mulut berarti pola pergerakan TMJ normal.

uraian
Analisa fungsional

Path of clousure Adalah arah gerakan mandibula pada posisi


istirahat ke oklusi sentrik
Path of clousure berupa gerakan engsel
sederhana melewati freeway space
Freeway space = interocclusal clearance
,adalah jarak antaroklusal pada saat
mandibula dalam posisi istirahat
Deviasi Mandibula Keadaan ini berhubungan dengan posisi
kebiasaan mandibula

Displacement Mandibula, dapat terjadi


pd →adanya gigitan silang posterior
 jurusan tranversal →adanya gigitan silang unilateral gigi
posterior disertai garis median atas bawah
yang tidak segaris
→adanya kontak premature pada daerah
 jurusan sagital Insisivi
Gambar :

Displacement mandibula ke kanan

Sendi Temporomandibula Indikator penting fungsi sendi


temporomandibular adalah lebar
pembukaan maksimal antara 35-40 mm, 7
mm gerakan ke lateral 6 mm ke depan
Cara memeriksa Dilakukan palpasi →ada rasa sakit/tidak, ada
suara / tidak

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang analisa radiologi

Analisa chepalometri
Sefalometrik adalah ilmu yang mempelajari pengukuran-pengukuran yang bersifat
kuantitatif terhadap bagian-bagian tertentu dari kepala untuk mendapatkan informasi
tentang pola kraniofasial.
Manfaat sefalometri radiografik adalah:
 Mempelajari pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial. Dengan
membandingkan sefalogram-sefalogram yang diambil dalam interval waktu
yang berbeda, untuk mengetahui arah pertumbuhan dan perkembangan
kraniofasial.
 Diagnosis atau analisis kelainan kraniofasial. Untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab maloklusi (seperti ketidak seimbangan struktur tulang muka).
 Mempelajari tipe fasial. 3Relasi rahang dan posisi gigi-gigi berhubungan erat
dengan tipe fasial.
Ada 2 hal penting yaitu :
(1) posisi maksila dalam arah antero-posterior terhadap kranium dan
(2) relasi mandibula terhadap maksila, sehingga akan mempengaruhi bentuk
profil : cembung, lurus atau cekung.
 Merencanakan perawatan ortodontik. Analisis dan diagnosis yang didasarkan
pada perhitungan-perhitungan sefalometrik dapat diprakirakan hasil
perawatan ortodontik yang dilakukan.
 Evaluasi kasus-kasus yang telah dirawat. Dengan membandingkan
sefalogram yang diambil sebelum, sewaktu dan sesudah perawatan
ortodontik.
 Analisis fungsional. Fungsi gerakan mandibula dapat diketahui dengan
membandingkan posisi kondilus pada sefalogram yang dibuat pada waktu
mulut terbuka dan posisi istirahat.
 Penelitian

Alat :
Alat-alat dasar yang digunakan untuk menghasilkan suatu sefalogram terdiri dari
sefalostat atau sefalometer, tabung sinar tembus dan pemegang kaset beserta kaset
yang berisi film dan layar pengintensif (intensifying screen).
Pemegang kaset dapat diatur sedemikian rupa agar diperoleh gambar yang tajam.
Layar pengintensif digunakan untuk mengurangi jumlah penyinaran yang tidak
diperlukan.
Bagian dari sefalometer yang diletakkan pada telinga (ear rod) dapat digerakkan
sehingga mudah disesuaikan dengan lebar kepala pasien. Tabung sinar harus dapat
menghasilkan tegangan yang cukup tinggi (90 KvP) guna menembus jaringan keras
dan dapat menggambarkan dengan jelas jaringan keras dan lunak.
Dikenal 2 macam sefalometer, yaitu:
a. Broadbent-Bolton, digunakan 2 tabung sinar X dan 2 pemegang kaset,
sehingga objek tidak perlu bergerak atau berubah apabila akan dibuat
penyinaran/proyeksi lateral atau antero-posterior.
b. Higley, terdiri dari 1 tabung sinar X, 1 pemegang kaset dan sefalometernya
dapat berputar sedemikian rupa sehingga objek dapat diatur dalam beberapa
macam proyeksi yang diperlukan. Sefalometer modern pada umumnya adalah
jenis ini yaitu Rotating
Kelemahan sefalometrik
 Kesalahan sefalometer
Kesalahan sefalometer meliputi:
o Kesalahan dalam pembuatan sefalogram. Kesalahan yang sering
dilakukan yaitu posisi subjek tidak benar, waktu penyinaran tidak
cukup, penentuan jarak sagital-film tidak tepat. Kesalahan ini dapat
diatasi dengan pengalaman dan teknik pemotretan yang benar.
o Pembesaran dan distorsi. Makin besar jarak sumber sinar X terhadap
film maka semakin sejajar arah sinar X sehingga distorsi dan
pembesaran semakin kecil. Makin dekat jarak film terhadap objek
semakin kecil terjadi pembesaran. Hal ini dapat dikurangi dengan
menggunakan teknik pemotretan yang benar.
 Kesalahan penapakan dan metode yang digunakan
o Kesalahan penapakan pada umumnya disebabkan karena kurang
terlatih atau kurangnya pengetahuan tentang anatomi atau referensi
sefalometrik. Hal ini dapat diatasi dengan latihan-latihan dan
pengalaman.
o Kesalahan metode yang digunakan pada umumnya karena
pengukuran 3 dimensi menjadi 2 dimensi, kesalahan interpretasi
perubahan akibat pertumbuhan dan perawatan.
Analisa Panoramik
Gambaran panoramik adalah sebuah teknik untuk menghasilkan sebuah gambaran
tomografi yang memperlihatkan struktur fasial mencakup rahang maksila dan
mandibula beserta struktur pendukungnya dengan distorsi dan overlap minimal
dari detail anatomi pada sisi kontralateral.
Radiografi panoramik adalah sebuah teknik dimana gambaran seluruh jaringan
gigi ditemukan dalam satu film.
Foto panoramik dikenal juga dengan panorex atau orthopantomogram dan
menjadi sangat popular di kedokteran gigi karena teknik yang simple, gambaran
mencakup seluruh gigi dan rahang dengandosis radiasi yang rendah.
Adapun seleksi kasus yang memerlukaan gambaran panoramik dalam penegakan
diagnosa diantaranya seperti:
 Adanya lesi tulang atau ukuran dari posisi gigi terpendam yang
menghalangi gambaran pada intra-oral.
 Melihat tulang alveolar dimana terjadi poket lebih dari 6 mm.
 Untuk melihat kondisi gigi sebelum dilakukan rencana pembedahan. Foto
rutin untuk melihat perkembangan erupsi gigi molar tiga tidak disarankan
 Rencana perawatan orthodonti yang diperlukan untuk mengetahui keadaan
gigi atau benih gigi.
 Mengetahui ada atau tidaknya fraktur pada seluruh bagian mandibula.
 Rencana perawatan implan gigi untuk mencari vertical height
Teknik dan Posisi pengambilan gambar panoramik :
Teknik dan posisi yang tepat adalah bervariasi pada satu alat dengan alat lainnya.
Tetapi, ada beberapa pedoman umum yang sama yang dimiliki semua alat dan
dapat dirangkum meliputi:
Persiapan Alat:
1) Siapkan kaset yang telah diisi film atau sensor digital telah dimasukkan
kedalam tempatnya.
2) Collimation harus diatur sesuai ukuran yang diinginkan.
3) Besarnya tembakan sinar antara 70-100 kV dan 4-12 mA.
4) Hidupkan alat untuk melihat bahwa alat dapat bekerja, naik atau turunkan
tempat kepala dan sesuaikan posisi kepala sehingga pasien dapat
diposisikan.
5) Sebelum memposisikan pasien, sebaiknya persiapan alat telah dilakukan.
Persiapan pasien
1) Pasien diminta untuk melepaskan seluruh perhiasan seperti anting,
aksesoris rambut, gigi palsu dan alat orthodonti yang dipakainya.
2) Prosedur dan pergerakan alat harus dijelaskan untuk menenangkan pasien
dan jika perlu lakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa alat bergerak.
3) Pakaikan pelindung apron pada pasien, pastikan pada bagian leher tidak
ada yang menghalangi pergerakan alat saat mengelilingi kepala.
4) Pasien harus diposisikan dalam unit dengan tegak dan diperintahkan untuk
memegang handel agar tetap seimbang.
5) Pasien diminta memposisikan gigi edge to edge dengan dagu mereka
bersentuhan pada tempat dagu.
6) Kepala tidak boleh bergerak dibantu dengan penahan kepala.
7) Pasien diinstruksikan untuk menutup bibir mereka dan menekan lidah ke
palatum dan jangan bergerak sampai alat berhenti berputar.
8) Jelaskan pada pasien untuk bernafas normal dan tidak bernafas terlalu
dalam saat penyinaran.
Persiapan Operator :
1) Operator memakai pakaian pelindung.
2) Operator berdiri di belakang dengan mengambil jarak menjauh dari
sumber x-ray ketika waktu penyinaran.
3) Lihat dan perhatikan pasien selama waktu penyinaran untuk memastikan
tidak ada pergerakan.
4) Matikan alat setelah selesai digunakan dan kembalikan letak posisi kepala
pada tempatnya.
5) Ambil kaset pada tempatnya dan kaset siap untuk diproses.
Persiapan lingkungan terhadap proteksi radiasi
1) Pastikan perangkat sinar x digunakan dengan teknik yang baik dan
parameter secara fisika terhadap berkas radiasi ditetapkan dengan benar.
2) Hindari kemungkinan kebocoran dengan menggunakan kepala tabung
harus radiopaque.
Filtrasi dari berkas sinar x dengan mengatur ketebalan filter. Ketebalan filter bergantung
pada tegangan operasi dari peralatan sinar x. Tegangan mencapai 70 kVp ketebalan filter
setara dengan ketebalan alumunium 2,5 mm untuk kekuatan tabung sinar x antara 70-100kVp

RADIOGRAFI PANORAMIC

Radiografi panoramik ini dapat digunakan untuk mengevaluasi gigi impaksi, pola
erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, mendeteksi penyakit dan mengevaluasi
trauma. Selain itu radiografi panoramik juga dapat digunakan untuk menentukan keadaan gigi
dan jaringan pendukungnya secara keseluruhan, urutan erupsi gigi, dan melihat adanya
fraktur pada rahang mandibula dan maksila. Radiografi panoramik merupakan pemeriksaaan
yang memperlihatkan keadaan serta hubungan maksila dan mandibula secara keseluruhan
dalam satu radiografi.4 Selain itu penyakit periodontal yang ditandai dengan kehilangan
tulang alveolar dapat dideteksi dengan radiografi panoramik.

Kelebihan Radiografi Panoramik Radiografi panoramik memiliki kelebihan seperti


berikut :
1.Lapangan pandang yang luas dari tulang fasial dan gigi geligi.
2. Dosis yang rendah terhadap pasien.
3. Kenyamanan saat pemeriksaan pasien.
4. Dapat digunakan kepada pasien yang tidak dapat membuka mulutnya.
5. Pembuatan foto radiografi panoramik sangat singkat hanya butuh waktu 3 – 4
menit.
6. Kemudahan untuk memahami pasien melalui film panoramik, sehingga dapat
dipakai sebagai sarana visual penjelasan pasien serta presentasi kasus untuk
menegakkan diagnosa.

Kekurangan Radiografi Panoramik Beberapa kekurangan dari radiografi panoramik


yaitu :
1. Bayangan jaringan
2. lunak dan udara dapat menimpa struktur jaringan keras yang diperlukan.
3. Teknik ini tidak cocok untuk anak-anak berusia di bawah 5 tahun atau pada pasien
cacat karena panjangnya siklus paparan.
4. Gerakan pasien selama paparan dapat menimbulkan kesulitan dalam interpretasi
radiograf.
Indikasi Radiografi Panoramik Indikasi dari radiografi panoramik adalah sebagai
berikut :
1. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan anak – anak dan remaja untuk melihat
saat periode gigi bercampur dan mengevaluasi molar tiga.
2. Sebagai pilihan survey gigi dewasa atau endentulus sebagian.
3. Sebagai pemeriksaan pasien yang edentulous.
4. Sebagai pemeriksaan tulang wajah setelah tulang wajah.
5. Evaluasi besarnya lesi tulang.

Kontraindikasi Radiografi Panoramik


adalah sebagai berikut :
1. Untuk menentukan panjang akar gigi.
2. Untuk menilai kondisi kondilus.
3. Untuk mendeteksi karies pada bagian oklusal , palatal dan lingual.

Prosedur Kerja Radiografi Panoramik Penggunaan radiografi panoramik


menggunakan peralatan yang tidak biasa, yaitu unit panoramik X – ray, layar film,
pengintensifan layar dan kaset. Pada penggunaannya, film dan X – ray tubehead
bergerak mengelilingi pasien. X – ray tubehead berotasi mengelilingi kepala pasien
dengan satu arah ketika film berotasi pada arah berlawanan. Pasien dapat berdiri atau
duduk dengan posisi yang tidak berubah atau seimbang. Sumber sinar – X dan tempat
kaset bergerak bersamaan dan berlawanan satu sama lain. Celah sempit pada tabung
mengeluarkan sinar yang menembus dagu pasien mengenai film yang berputar
berturut – turut pada tiga sumbu rotasi, satu bumbu konsentris untuk region anterior
pada rahangnya (tepatnya disebelah insisivus pada regio premolar). Dan dua sumbu
rotasi eksentris untuk bagian samping rahang (tepatnya dibelakang molar tiga kiri dan
kanan). Pergerakan dari film dan tubehead menghasilkan gambar dari sebuah proses
disebut tomography

Persiapan dalam pembuat radiografi panoramik yaitu :


1. Pasien diminta untuk melepaskan seluruh persiapan anting, aksesoris
rambut, gigi palsu dan alat ortodonti yang dipakai.
2. Menjelaskan prosedur dan pergerakan alat.
3. Memakaikan pelindung apron, dengan thyroid collar, penggunaan apron
harus digunakan dibawah leher sehingga tidak mengahalangi pergerakan
alat saat mengelilingi kepala.
4. Intruksikan pasien untuk berdiri atau duduk (setinggi mungkin), tulang
punggung harus lurus untuk mencegah bayangan putih yang muncul
ditengah film radiografi.
5. Intruksikan pasien untuk menggigit blok plastik.
6. Posisi tegak lurus midsagittal ke lantai , dan kepala tidak boleh miring
7. Pasien diintruksikan untuk menutup bibir mereka dan menekan lidah ke
palatum dan jangan bergerak sampai alat berhenti berputar.

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang analisa model

Analisis model studi merupakan salah satu sumber informasi penting


untuk menentukan diagnosis ortodonti. Diagnosis yang menyeluruh akan
menentukan kelengkapan rencanaperawatan.
Rencana perawatan yang lengkap dan akurat akan menetukan keberhasilan
pereawatan. Selain menggunakan model studi, analisis juga menggunakan alat
bantu lain, sepertialat bantu ukur, gambaran radiografisdantabel perkiraan.
Analisis dapat dilakukan secara manual maupun menggunakan
sistemkomputerisasi, dengankelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada
berbaga ianalisis yang dapat digunakan, namun analisis mana yang akan dipilih
sangat bergantung pada kasus.

Macam-macam analisis pada geligi tetap antara lainuntuk melihat


hubungan geligi atas dan bawah, kesimetrisan lengkung gigi dalam arah sagital
dan transversal, dan analisis untuk melihat perbedaan ukuran antara lengkunggigi
dengan rahang antara lain Nance Lundstrom, Bolton, Howes, Pont, dandiagnostic
setup.
Analisis untuk geligi campuran antara lain Analisis gambaran radiografis,
Moyers, dan Tanaka-Johnston.
Keakuratan analisis bergantung pada hasil cetakan model studi, alat-alat
bantu yang digunakan saat pengukuran, penguasaan teknik analisis, dan pemilihan
teknik analisis yang tepat untuk setiap kasus.
Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi
pada rahang atas maupunrahang bawah,serta penilaian terhadap hubungan
oklusalnya. Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannyadengan geligi pada
rahang lawan dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal.
Persiapan Analisis Model Studi

Gambar 1. Model studi untuk analisis model studi harus meliputi seluruh anatomi
yang
penting, termasuk ketinggian vestibulum yang semaksimal mungkin. A. Tampak
depan, B. Tampak kiri, C. Tampak kanan
Untuk keperluan diagnosis ortodonti, model studi harus dipersiapkan
dengan baik dan
hasil cetakan harus akurat. Hasil cetakan tidak hanya meliputi seluruh gigi dan
jaringan lunak
sekitarnya, daerah di vestibulum pun harus tercetak sedalam mungkin yang dapat
diperoleh
dengan cara menambah ketinggian tepi sendok cetak hingga dapat mendorong
jaringan lunak
di daerah tersebut semaksimal mungkin, sehingga inklinasi mahkota dan akar
terlihat. Jika
hasil cetakan tidak cukup tinggi, maka hasil analisis tidak akurat. Model studi
dengan basis
Macam-macam Analisis Model Studi
Analisis model studi secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu dalam arah
sagital, transversal, dan vertikal.
 Penilaian dalam arah sagital antara lain meliputi: hubungan molar pertama,
kaninus, dan insisif tetap, yaitu maloklusi kelas I, kelas II, atau kelas III
Angle; ukuran overjet, prognati atau retrognati maksila maupun
mandibula, dan crossbite anterior.
 Penilaian dalam arah transversal antara lain meliputi: pergeseran garis
median,asimetri wajah, asimetri lengkung gigi, dan crossbiteposterior.
 Penilaian dalam arah vertikal antara lain meliputi: ukuran overbite,
deepbite, openbite anterior maupun posterior, dan ketinggian palatum.
 Analisis Bolton
Bolton mempelajari pengaruh perbedaan ukuran gigi rahang bawah
terhadap ukuran gigi rahang atas dengan keadaan oklusinya. Rasio yang
diperoleh membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan
overjet yang mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai, pengaruh
pencabutan pada oklusi posterior dan hubungan insisif, serta oklusi yang
tidak tepat karena ukuran gigi yang tidak sesuai.
Rasio keseluruhan diperoleh dengan cara menghitung:

jumlah lebar 12 gigi rahang bawah x100


jumlah 12 gigi rahang atas

Rasio keseluruhan sebesar 91,3 berarti sesuai dengan analisis Bolton, yang
akan menghasilkan hubungan overbite dan overjet yang ideal.
Jika rasio keseluruhan lebih dari 91,3 maka kesalahan
 Analisis Howes
Howes memikirkan suatu rumusan untuk mengetahui apakah basis apikal
cukup untuk memuat gigi geligi pasien. Panjang lengkung gigi (Tooth
Material/ TM) adalah jumlah lebar mesiodistal gigi dari molar pertama kiri
sampai dengan molar pertama kanan. Lebarlengkung basal premolar atau
fosa kanina (Premolar Basal Arch Width/ PMBAW) merupakan diameter
basis apikal dari model gigi pada apeks gigi premolar pertama, yang
diukur menggunakan jangka sorong atau jangka berujung runcing.
Rasio diperoleh dari membagi:

Howes percaya bahwa dalam keadaan normalperbandingan


PMBAW dengan TM kira kira sama dengan 44%, perbandingan
inimenunjukkan bahwa basis apikal cukup lebar untuk menampung s emua
gigi.
Bila perbandingan antara PMBAW dan TM kurang dari 37%
berarti terjadi kekurangan lengkung basal sehingga perlu pencabutan gigi
premolar.
Bila lebar basal premolar lebih besar dari lebar lengkung puncak premolar,
maka dapat dilakukan ekspansi premolar.
Analisis Howes berguna pada saat menentukan rencana perawatan
dimana terdapat masalah kekurangan basis apikal dan untuk memutuskan
apakah akan dilakukan: (1) pencabutan gigi, (2) memperluas lengkung gigi
atau (3) ekspansi palatal.
VII. Daftar Pustaka

1. Rahardjo Pambudi. 2011. Diagnosis Ortodontik. Surabaya : Airlanggan University Press


Rahardjo Pambudi. 2012. Ortodonti Dasar. Ed 2. Surabaya : Airlanggan University Press

2. Foster,T.D. 1993. Buku Ajar Ortodonsi, edisi 3. Jakarta : EGC


3. Bhalajhi Sundaresa Iyyer. Orthodontics the Art and Science. 3rd Ed. New Delhi :
Arya (MEDI) Publishing House. 2006

4. Profit WR, and Fields, HW. 2000. Contemporary Orthodontics, ed.3. Mosby,
Philladelpia,

5. Rakosi, T., dkk. Color Atlas of Dental Medicine, Orthodontic-Diagnosis. Edisi I.


Germany: Thieme Medical Publishers. 1993.
6. Jurnal analisis model studi oleh Avi Laviana FKG UNPAD
7. Repository universitas sumatera utara
8. D 2a06: mi6i khusus kppikg xll/ keadaan patologi dan abnormalitas yang dapat
Ditemukan pada radiograf panoramik sebelum
Perawatan ortodonsia

Anda mungkin juga menyukai