b. Perkembangan intelektual
Chasiyah, Chadijah, dan Legowo (2009:37) menyatakan
kemapuan intelektual pada tahap ini lebih maju seiring semakin
matangnya fungsi-fungsi organ tubuh, utamanya otak. Hal ini
mendorong kecakapan untuk mengembangkan pola pikir dan untuk
melatihnya dapat dengan membaca, menulis, dan berhitung.
Kontribusi guru SD sangat diperlukan untuk mendongkrak
perkembangan intelektualnya agar dapat mengoptimalkannya dengan
cara memberikan kesempatan untuk bertanya, memberikan komentar
atau pendapat tentang materi yang dipelajari, membuat karangan atau
me-resume materi, serta menyusun laporan field study.
c. Perkembangan emosional
Hubungan antara emosional keluarga dan emosional seorang
anak bekorelasi positif. Anak yang tumbuh dan berkembang dalam
keluarga yang emosinya cenderung stabil, maka ana tersebut akan
memiliki emosi stabil. Dengan emosi yang terbentuk dari keluarga
tersebut akan mempengaruhi tingkah lakunya, temasuk dalam tingkah
laku belajar. Untuk membentuk emosi yang terkontrol, pendidik
maupun keluarga sebaiknya menciptakan situasi dan kondisi belajar
yang nyaman dan menyenangkan, memperlakukan peserta didik bahwa
mereka berharga dan penting keberadaanya, memberikan nila secara
objektif, serta mengapresiasi setiap hasil karya peserta didik.
d. Perkembangan sosial
Matangnya perkembangan emosi mendorong peserta didik
untuk menyesuaikan diri (adaptasi) terhadap orang lain. Mereka mulai
dapat bekerja sama dan empati pada kepentingan orang lain. Hal
tersebut adalah upayanya agar dapat diterima menjadi anggota
kelompoknya. Untuk melatih perkembangan sosialnya yaitu dengan
pemberian tugas-tugas kelompok yang membutuhkan banyak
pemikiran (seperti camping, laporan field sudy, dsb.)
e. Perkembangan bahasa
Seiring dengan berkembangnya usia, peserta didik semakin
cakap dalam berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain
dengan mengkolaborasikan pikiran dan perasaan yang diwujudkan
dalam kata-kata atau kalimat, bunyi, atau lambang, dsb. Mereka juga
semakin mampu menguasai perbendaharaan kata. Perkembangan
bahasa ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
1.) Proses menjadi matang, fungsi organ-organ suara semakin
baik
2.) Proses belajar, matangnya fungsi organ-organ lain yang
behubungan dengan proses memperhatikan orang lain
berbicara mendorong peserta didik untuk turut
melakukannya.
Pelatihan segi akademik juga diberikan seperti adanya mata
pelajaran berbasis bahasa untuk mengembangkan perbendaharaan kata,
menyusun struktur kalimat, peribahasa, dan kesustraan.
g. Perkembangan motorik
Perkembangan motorik sejalan dengan perkembangan fisik
individu. Setiap gerakannya sesuai dengan kebutuhannya atau
minatnya, ditandai dengan semakin lincahnya gerakan peserta didik.
Masa ini sangat penting untuk pembentukan skill keterampilannya
yang dapat dilatih dengan :
1.) Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggabar
2.) Keterampilan dalam menggunakan alat-alat olahraga
3.) Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang, dsb.
4.) Baris secara sederhana untuk membiasakan ketertiban dan
kedisiplinan
c. Perkembangan intelektual
Secara mental dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan.
Mereka juga mulai mampu memecahkan masalah. Ada beberapa hal
yang menandai berpikir remaja seperti yang dinyatakan Adam dan
Gullotta dalam Chasiyah, Chadijah, dan Legowo (2009:44) :
1.) Berbeda cara pemikiran dengan anak-anak dan berkaitan
erat dengan dunia kemungkinan
2.) Mampu untuk membuat dan menguji hipotesis sederhana
3.) Memikirkan tentang masa depan dan merencanakannya
4.) Menyadari aktivitas kognitif dan mekanisme yang
membuatnya efisien atau tidak efisien
5.) Bepikir yang memungkinkan masuknya topik-topik baru
dan mengekspansi pikiran.
d. Perkembangan emosi
Kematangan fisik teutama organ reproduksi membawa
implikasi terhadap emosi peserta didik. Saat memasuki fase awal
remaja, perkembangan emosi cenderung lebih sensitif dan reaktif yang
sangat kuat atau dengan kata lain bersifat temperamental misalnya
mudah tersinggung, marah, sedih, atau murung.
Emosi seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor sosio-emosional
lingkungannya teutama keluarga dan teman sebaya sehingga untuk
mencapai keseimbangan emosi sulit untuk dicapai. Sehingga, peserta
didik yang sudah mencapai masa remaja perlu untuk tinggal dalam
lingkungan emosional kondusif. Apabila hal ini tidak dilakukan,
mereka akan melampiaskannya dala wujud perilaku maladjustmen,
seperti agresif, bertengkar, melawan, dsb.
e. Perkembangan sosial
Remaja mulai memiliki sikap social cognition atau kemampuan
memahami orang lan. Hal tersebut mendorongnya untuk menjalin
interaksi dengan orang lain baik secara intensif maupun tidak. Di tahap
ini, mereka mulai menemukan teman-teman dekat atau sahabat.
Selain social cognition, remaja juga mengalai conformity atau
kecenderungan untuk mengikuti opini, nilai, atau kebiasaan orang lain.
Konformitas dapat membawa dampak positif ataupun negatif.
f. Perkembangan moral
Kematangan moralitas remaja sudah lebih maju daripada
sebelumnya. Hal tersebut didapatkan dari orangtua, guru, teman
sebaya, maupun masyarakat di sekitarnya. Mereka terdorong untuk
mendapatkan apresiasi dai orang lain dengan perbuatan-perbuatan
baik.
g. Perkembangan kepribadian
Pikunas dalam Chasiyah, Chadijah, dan Legowo (2009:48)
menyatakan kepribadian adalah sistem dinamis yang berisi sikap, sifat,
serta kebiasaan yang mengandung respon individu secara beragam.
Pada masa remaja mereka ingin mencari kepribadian asli mereka atau
jati dirinya yang berhubungan dengan komitmennya terhadap masa
depan.
c. Perkembangan sensori
Kline dan Schieber dalam Chasiyah, Chadijah, dan Legowo
(2009:51) menyatakan bahwa semakin menjauhi usia 25 tahun, fungsi-
fungsi organ tubuh akan mengalami penurunan, termasuk penurunan
fungsi sensoriknya. Penurunan fungsi organ tubuh tersebut terjadi
sangat menonjol pada usia dewasa menengah sekitar 40-59 tahun.
d. Perkembangan otak
Kinerja otak akan menurun seiring bertambahnya usia
seseorang. Akan tetapi, bagi orang yang selalu mengaktifkannya
dengan melakukan hal-hal tertentu otak dapat tetap bekerja karena sel-
sel yang hilamg akan terganti akibat proses koneksi neural.
e. Perkembangan kognitif
Sebagian masyarakat menganggap bahwa orang yang lanjut
usia sudah tidak mampu untuk belajar, tetapi ada suatu penelitian
menunjukkan bahwa hal tersebut hanyalah stereotip keliru.
Kemampuan kognitif manusia akan terus berkembang hingga usia
lanjut, akan tetapi kemampuannya tidak seoptimal dulu karena
menurunnya fungsi-fungsi fisik yang menunjang kemapuan kognitif.
Namun, hal tersebut dapat diminimalisasi dengan mengadakan
sejumlah pelatihan.
g. Perkembangan Psikososial
Erikson dalam Chasiyah, Chadijah, dan Legowo (2009:53-54)
menyatakan psikososial ditandai dengan tiga gejala yaitu keintiman,
generatif, dan integritas. Mereka lebih banyak pengalaman hidup dari
orang-orang yang lebih muda, sehingga dunia sosial dan personal
mereka lebih luas dan kompleks dari masa-masa sebelumnya.
B. Perbedaan Individu
Perbedaan individu atau individual difference muncul pertama kali dalam
sejarah psikologi dan menjadi tema besar dalam penelitian yang dipublikasikan di
Journal Applied Psychology (JAP), hal tersebut diungkapkan oleh Sackett, Lievens,
and Kuncel (2017:2). Dalam konteks organisasi, perbedaan individu sangan berguna
untuk dipikirkan sebagai karakteristik yang seseorang bawa dalam pekerjaannya.
Individu adalah kedudukan seseorang atau perorangan , Hadi (2017). Individu
satu dengan lainnya memiliki kesamaan dan perbedaan, baik dari segi fisik, psikis,
mental, kecerdasan, sikap, kebiasaan, gaya hidup, dan sebagainya. Sifat individual
adalah sifat yang berhubungan dengan orang perorangan seperti yang diungkapkan
Hadi (2017:72).
Sebagai seorang pengajar dan pendidik, guru dituntut untuk memahami apa
yang ada dalam diri setiap peserta didiknya, yang berkaitan dengan kekurangan,
kelebihan, potensi, ataupun bakatnya. Pengetahuan dan kemampuan adalah contoh
dari perbedaan individu yang dapat diubah
Tidak dipungkiri bahwa hal tersebut berbeda-beda pada setiap peserta didik,
namun itulah yang menjadi tantangan bagi pendidik utamanya untuk membantu
mereka mengembangkan potensi dan mengaktualisasikannya berdasarkan perbedaan-
perbedaan yang ada.
Perbedaan individu atau individual difference muncul pertama kali
1. Faktor-faktor Penyebab Perbedaan Individu
Berbeda antarindividu adalah hal yang lazim terjadi. Tidak dipungkiri
ada bermacam jenis individu dengan sejuta perbedaanya di dunia. Yang
paling menonjol jika ingin membedakan individu satu dengan individu
lainnya dalam skala global yaitu perbedaan fisik yang di dalamnya
terdapat perbedaan ras, etnis, warna kulit, suku, bahasa, dan masih banyak
lagi. Secara garis besar, perbedaan individu dilatarbelakangi oleh dua hal
seperti yang dikemukakan Hadi (2017:74-75)
a. Faktor keturunan
Orangtua adalah faktor utama mengapa setiap orang yang lahir
berbeda dengan yang lain. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan
gen yang berasal dari orangtuanya. Orangtua bukan hanya
membawa perbedaan secara fisik namun menitipkan perbedaan
watak pada anaknya kelak. Oleh karena itu, agar melahirkan
seorang anak yang memiliki watak luhur harus dicontohkan oleh
orangtuanya sejak ia berada di kandungan.
b. Faktor lingkungan
Lingkungan memiliki peran yang besar dalam membentuk
individu berbeda dai segi kepribadian. Memang keluarga adalah
tempat pertama untuk membentuk kepribadian seorang anak, tetapi
tidak menutup kemungkinan watak atau kepribadian tersebut akan
berubah jika anak itu tekontaminasi dengan pergaulan-pergaulan di
sekitarnya.
Lingkungan yang berpengaruh langsung terhadap perbedaan
individu adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sekolah
memiliki dua tanggungjawab besar yaitu mencerdaskan peserta
didik dan membentuk karakter yang kuat dan di dalamnya terdapat
proses transfer pengetahuan, kepribadian, dan sebagainya.
Masyarakat dapat menjadi latarbelakang seseorang berbeda dari
segi watak ataupun budayanya. Budaya yang kuat ataupun adat
yang masih ada akan membedakan individu dengan individu di luar
masyarakat tersebut.
Selain dua faktor diatas, terdapat beberapa faktor lain yang
turut menentukan perbedaan individu. Faktor-faktor tersebut adalah
:
c. Demographic (demografi)
1.) Gender
Harrison dan Rainer (1992:95-98) menyatakan bahwa
dalam penguasaan keahlian komputer pria lebih cakap
daripada wanita. Karena komputer merupakan aktivitas
orientasi pria, sedangkan wanita cenderung mengalami
masalah kesehatan jika ahli dibidang komputer.
2.) Age (usia)
Czara et al. dalam Harrison dan Rainer (1992:96)
mengungkapkan terdapat perbedaan kemampuan dalam
mengoperasikan komputer antara mereka yang masih muda
dan tua. Ia mengungkapkan pemuda secara signifikan lebih
cakap dalam menoperasikan komputer daripada orang
lanjut usia. Raub dalam Harrison dan Rainer (1992:96)
menjelaskan para pekerja lanjut usia memiliki sedikit
pengetahuan tentang komputer dan pelatihannya
3.) Experience (pengalaman)
Seseorang yang memiliki pengalaman lamad di dunia IT
tenyata lebih cakap dalam mengoperasikan komputer hal
tersebut seperti yang diungkapkan Levin and Gordon dalam
Harrison dan Rainer (1992:96).
4.) Education (pendidikan)
Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi memiliki
kemampuan menjalankan komputer lebih baik daripada
mereka yang less education (pendidikan rendah). Hal
tersebut dipaparkan oleh Davis and Davis dalam Harrison
dan Rainer (1992:96).
d. Personality (kepribadian)
Dalam penelitiannya terhadap kemampuan menggunakan
komputer, Harrison dan Rainer (1992:97) untuk mengetahui
perbedaan individu yang tejadi. Variabel yang digunakan tekait
dengan tingkat gangguan dan perlakuan terhadap komputer.
Simpulan yang didapatkan adalah seseorang yang berlaku baik
terhadap komputer memiliki kemapuan pengelolaan komputer yang
bagus, begitu juga dengan seseorang yang memiliki sedikit
gangguan tehadap komputer lebih pandai dalam
mengoperasikannya
e. Cognitive style (gaya kognitif)
Gaya kognitif lebih merujuk pada kemampuan untuk
mengumpulkan, menganalisa, mengevaluasi, dan mengintepretasi
data. Perbedaan individu muncul berdasarkan perbedaan gaya dala
berpikir, mereka yang inituitive or cognitive cognitve style
memiliki kemampuan lebih tinggi daripada cognitive style.
2. Jenis-jenis Perbedaan Peserta Didik Terkait Pembelajaran
a. Perbedaan bakat
Alex dalam Novianingsih menjelaskan bahwa bakat adalah
kemampuan alami untuk memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan, dan bersifat khusus ataupun umum. Setiap peserta
didik memiliki bakat yang berbeda dan bakat tersebut akan
berpengaruh pada tingkat cepat atau lambatnya dia berkembang.
Beberapa ciri peserta didik yang berbakat menurut Novianingsih
adalah :
1.) Ingatan yang kuat
2.) Terampil dalam analisis dan logika
3.) Berpikir abstrak
4.) Keterampilan mekanis
5.) Cakap berkomunikasi dan bersosialisasi
b. Perbedaan tingkat intelligen
Williams, Myerson, and Hale (2008:221) menyatakan bahwa untuk
membandingkan inteligen individu dapat dilihat dari hasil tes
mereka yang mendapatkan skor tertinggi dan terendah. Dari hasil
tersebut didapatkan dua jenis inteligen yaitu crystallized
intelligence dan fluid intelligence. Crystallized intelligence muncul
ketika sebuah tes yang dibuat dengan memberikan beberapa materi
(pengetahuan dan keterampilan) kepada peserta didik sebelum
mereka menghadapi tes tersebut. Sedangkan fluid intelligence
muncul ketika sebuah tes diberikan secara langsung tanpa
pemberitauan materi sebelumnya oleh pendidik. Perbedaan antara
dua intelligen tersebut didukung oleh perbedaan fungsi properti
diri, terutama dengan menghargai perbedaan efek usia.
c.
d. Perbedaan gaya belajar
Secara garis besar, perbedaan gaya belajar seseorang terbagi ke
dala 3 bagian yaitu :
1.) Gaya belajar visual
Peserta didik dengan gaya belajar ini lebih menitikberatkan
pada kemapuan penglihatannya. Ada beberapa ciri peserta
didik dengan gaya belajar visual menurut DePorter dan
Hernacki dalam Novianingsih :
a.) Rapi dan teratur
b.) Bicara dengan cepat
c.) Dapat merencanakan dan mengatur urusan jangka
panjang
d.) Teliti dan detail
e.) Memperhatikan setiap yang ia gunakan, misalnya
pakaian, aksesoris, dsb.
2.) Gaya belajar auditorial
Lebih menitiberatkan pada pendengaran. Ciri-cirinya
menurut DePorter dan Hernacki dalam Novianingsih adalah
:
a.) Berbicara sendiri saat sedang belajar
b.) Saat belajar tidak boleh ada keributan
c.) Membaca dengan keras saat materi pelajaran
d.) Dapat mengulang dengan jelas apa yang
didengarkan dengan nada, irama, intonasi yang
sama.
3.) Gaya belajar kinetik
Gaya belajar ini yaitu dengan gerak fisik. Ciri-cirinya
berdasarkan DePorter dan Hernacki dalam Novianingsih :
a.) Bicaranya pelan
b.) Senang memperhatikan aktivitas fisik
c.) Ketika berbicara dengan orang lain, mereka
mendekat
d.) Menghafal sesuatu dengan berjalan dan melihat
secara langsung
Daftar Pustaka
Jurnal Inspirasi – Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017, 71–92 ISSN 2548-5717 INSPIRASI Vol. 1, No. 1,
Januari – Juni 2017 | 71 PENTINGNYA PENGENALAN TENTANG PERBEDAAN INDIVIDU ANAK DALAM
EFEKTIVITAS PENDIDIKAN Imam Anas Hadi Undaris(
http://yuliananovia.blogs.uny.ac.id/wp-
content/uploads/sites/15453/2017/10/IMPLIKASI-PEMAHAMAN-GURU-TENTANG-
PERBEDAAN-INDIVIDUAL-PESERTA-DIDIK-TERHADAP-PEMBELAJARAN2.pdf
IMPLIKASI PEMAHAMAN GURU TENTANG PERBEDAAN INDIVIDUAL PESERTA DIDIK TERHADAP
PEMBELAJARAN Yuliana Novianingsih Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta e-
mail: yuliana.novianingsih2016@student.uny.ac.id
The Influence of Individual Differences on Skill in End-User Computing ALLISON W. HARRISON AND
R. KELLY RAINER, JR https://wweb.uta.edu/management/Dr.Casper/Fall10/BSAD6314/BSAD%206314-Student
%20Articles/Regression/Yoon%20Sang%20Lee%20Skill%20in%20End%20User%20Computing13.pdf Journal of
Management Information Systems I Summer 1992, Vol. 9, No. 1, pp. 93-111 diakses minggu, 10
maret 2019
https://www.researchgate.net/publication/23295758_Individual_Differences_Intelligence_an
d_Behavior_Analysis INDIVIDUAL DIFFERENCES, INTELLIGENCE, AND BEHAVIOR ANALYSIS BEN
WILLIAMS , JOEL MYERSON , AND SANDRA HALE. JOURNAL OF THE EXPERIMENTAL ANALYSIS OF
BEHAVIOR 2008, 90, 219–231 NUMBER 2 (SEPTEMBER). Diakses 10 maret 2019
https://scottbarrykaufman.com/wp-content/uploads/2017/02/Sackett-et-al.-2017. Individual
Differences and Their Measurement: A Review of 100 Years of Research. Paul R. Sackett Filip Lievens
Nathan R. Kuncel. 2017.diakses