Anda di halaman 1dari 17

Potensi dan karakteristik peserta didik

A. Individu dan Karakteristiknya


Individu diciptakan berbeda secara fisik maupun karakteristik. Perbedaan fisik mapun
karakteristik tersebut mengalami perkembangan dan pertumbuhan seiring individu
berkembang. Perkembangan fisik dan karakteristik antara peserta didik berusia taman
kanak-kanak, sekolah dasar, remaja, sampai dewasa juga berbeda.

1. Karakteristik Peserta Didik Usia Taman Kanak-Kanak


Usia taman kanak-kanak dimulai pada usia 4-6 tahun. Pada usia ini peserta
didik mampu mengenali dirinya sesuai jenis kelaminnya, apakah laki-laki
atau perempuan. Mereka mulai dapat mengatur dirinya dala hal-hal kecil
seperti buang air dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya.
a. Perkembangan Fisik
Bekaitan dengan perkembangan yang dapat diukur secara
kuantitas, seperti berat badan dan tinggi badan. Perkembangan
ukuran tubuh tersebut memungkinkan anak untuk lebih
mengembangkan keterampilan fisiknya, mengeksplorasi terhaap
lingkungan tanpa bantuan orang dewasa. Perkembangan fungsi
tubuh lain seperti matangya sistem syaraf pusat memberikan
kesiapan untuk memahami dan menguasai tubuhnya. Untuk
menunjang kematangan fisiknya, diperlukan cukup gizi agar
fungsi-fungsi tubuh secara fisik dapat lebih optimal.
Untuk membentuk peserta didik yang berada pada usia ini, guru
taman kanak-kanak perlu membimbing mereka untuk memiliki
sifat-sifat positif yaitu dengan cara
1.) Pengenalan nama dan bagian-bagian tubuhnya
2.) Kemapuan untuk mengidentifikasi bagian-baian tubuh
3.) Pemahaman bahwa setiap orang memiliki karakteristik fisik
yang sama
4.) Pemahaman bahwa setiap orang memiliki keterbatasa
dalam kemampuannya
5.) Kemapuan bahwa tubuh itu mengalami pertumbuhan secara
konstan
6.) Pemahaman akan pentingya istirahat atau tidur
7.) Mengetahui kesadaran sensori atau yang berkaitan dengan
fungsi panca indra
8.) Memahami keterbatasan aktivitas fisik seperti lemah, lelah,
lesu, letih, dsb.
b. Perkembangan intelektual
Menurut Piaget dalam Chasiyah, Chadijah, dan Legowo (2009:33)
menyatakan bahwa perkembangan intelektual atau kognitif berada
pada level preoperasional, tahapan anak belum menguasai kinerja
mental secara logis. Yang dimaksud operasi atau kinerja yaitu
kegiatan yang diselesaikan secara mental. Perkembangan ini
ditandai dengan kemapuan menggunakan sesuatu untuk
menggambarkannya dengan benda atau simbol (kata-kata, gesture
atau gerak). Perkembangan merepresentasikan dengan simbol
dipandang lebih maju dari sensorimotor, tetapi kemapuan ini masih
lemah dalam hal perpikir yang ditandai dengan
1.) Egosentrisme
2.) Kaku dalam berpikir
3.) Semilogical reasoning
c. Perkembangan emosional
Perkembangan peserta didik pada tahap ini ditandai dengan
kesadaran bahwa setiap orang itu berbeda, tidak semua
keinginannya dipenuhi orang lain. Ingin adanya pengakuan dari
lingkungannya terutama orangtua juga menandai emosi yang mulai
berkembang. Untuk menciptakan emosi yang sehat, guru-guru di
TK pelu melakukan beberapa hal ini :
1.) Mampu untuk mengenal, menerima, dan berbicara tentang
perasaanya
2.) Mampu untuk menyadari hubungan antara emosi dengan
tingkah laku sosial
3.) Mampu menyalurkan kegiatan tanpa menganggu perasaan
orang lain
4.) Kemapuan untuk empati terhadap perasaan dan kebutuhan
orang lain
d. Perkembangan bahasa
Ada dua tahap perkembangan bahasa pada usia anak prasekolah
yaitu :
1.) Masa ketiga (2-2,6 tahun) memiliki karakteristik :
a.) Mampu menyusun kalimat tunggal
b.) Mampu memahami perbandingan (kecil, besar, dll)
c.) Banyak menanyakan naman tempat (apa, dimana,
dari mana)
d.) Mampu menggunakan kalimat berawalan dan
berakhiran
2.) Masa keempat (1,2-6 tahun) memiliki karakteristik :
a.) Mampu menggunakan kalimat majemuk dan anak
kalimatnya
b.) Berpikir sudah lebih maju, banyak bertanya
mengenai sebab-akibat suatu peristiwa.

Untuk membantu menyiapkan perkembangan


bahasanya agar dapat berkomunikasi dengan baik, sopan, jujur
dan sebagainya, guru-guru TK perlu memberikan :

a.) Contoh bertutur kata yang baik


b.) Mendengarkan pembicaraan peserta didik
c.) Menjawab setiap pertanyaanya dengan sabar dan
lembut
d.) Mengajak berdialog hal-hal sederhana
e.) Membiasakan peserta didik untuk bertanya,
menghafal dan melantunkan puisi.
e. Perkembangan bermain
Usia anak pada tahap ini memang wajar jika dipenuhi dengan dunia
permainan. Anak menikmati sebagian besar waktunya untuk
bermain. Ada beberapa jenis permainan yang menurut Abu
Ahmadi dalam Chasiyah, Chadijah, dan Legowo (2009:36) :
1.) Permainan fungsi (gerak)
2.) Permainan fiksi
3.) Permainan resptif atau apresiatif
4.) Permainan membentuk
5.) Permainan prestasi

dari permainan tersebut dapat ditarik nilai-nilainya yang


bermanfaat dalam mengembangkan kognitif maupun afektifnya
yaitu :

1.) Perasaan senang, puas, bangga, atau peredaan ketegangan


2.) Sikap percaya diri, tanggungjawab, dan kooperatif
3.) Pengembangan daya fantasi dan kreatifitas
4.) Pemahaman bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan
kekurangan
5.) Sikap sortif, tenggang rasa, atau toleran

2. Karakteristik Peserta Didik Usia Sekolah Dasar


a. Perkembangan fisik
Pada tahap ini banyak tejadi perubahan baik secara fisik
maupun psikis yang menonjol. Perubahan fisik tumbuh secara bertahap
dengan bertambahnya ukuran tinggi badan dan berat badan, maupu
fungsi organ reproduksi secara matang. Namun, perkembangan fungsi
reproduksi banyak terjadi pada usia 12 tahun atau jenjang kelas 6.

b. Perkembangan intelektual
Chasiyah, Chadijah, dan Legowo (2009:37) menyatakan
kemapuan intelektual pada tahap ini lebih maju seiring semakin
matangnya fungsi-fungsi organ tubuh, utamanya otak. Hal ini
mendorong kecakapan untuk mengembangkan pola pikir dan untuk
melatihnya dapat dengan membaca, menulis, dan berhitung.
Kontribusi guru SD sangat diperlukan untuk mendongkrak
perkembangan intelektualnya agar dapat mengoptimalkannya dengan
cara memberikan kesempatan untuk bertanya, memberikan komentar
atau pendapat tentang materi yang dipelajari, membuat karangan atau
me-resume materi, serta menyusun laporan field study.

c. Perkembangan emosional
Hubungan antara emosional keluarga dan emosional seorang
anak bekorelasi positif. Anak yang tumbuh dan berkembang dalam
keluarga yang emosinya cenderung stabil, maka ana tersebut akan
memiliki emosi stabil. Dengan emosi yang terbentuk dari keluarga
tersebut akan mempengaruhi tingkah lakunya, temasuk dalam tingkah
laku belajar. Untuk membentuk emosi yang terkontrol, pendidik
maupun keluarga sebaiknya menciptakan situasi dan kondisi belajar
yang nyaman dan menyenangkan, memperlakukan peserta didik bahwa
mereka berharga dan penting keberadaanya, memberikan nila secara
objektif, serta mengapresiasi setiap hasil karya peserta didik.

d. Perkembangan sosial
Matangnya perkembangan emosi mendorong peserta didik
untuk menyesuaikan diri (adaptasi) terhadap orang lain. Mereka mulai
dapat bekerja sama dan empati pada kepentingan orang lain. Hal
tersebut adalah upayanya agar dapat diterima menjadi anggota
kelompoknya. Untuk melatih perkembangan sosialnya yaitu dengan
pemberian tugas-tugas kelompok yang membutuhkan banyak
pemikiran (seperti camping, laporan field sudy, dsb.)

e. Perkembangan bahasa
Seiring dengan berkembangnya usia, peserta didik semakin
cakap dalam berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain
dengan mengkolaborasikan pikiran dan perasaan yang diwujudkan
dalam kata-kata atau kalimat, bunyi, atau lambang, dsb. Mereka juga
semakin mampu menguasai perbendaharaan kata. Perkembangan
bahasa ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
1.) Proses menjadi matang, fungsi organ-organ suara semakin
baik
2.) Proses belajar, matangnya fungsi organ-organ lain yang
behubungan dengan proses memperhatikan orang lain
berbicara mendorong peserta didik untuk turut
melakukannya.
Pelatihan segi akademik juga diberikan seperti adanya mata
pelajaran berbasis bahasa untuk mengembangkan perbendaharaan kata,
menyusun struktur kalimat, peribahasa, dan kesustraan.

f. Perkembangan penghayatan keagamaan


Masa ini ditandai dengan beberapa hal seperti yang
dikemukakan Abi Syamsuddin M dalam Chasiyah, Chadijah, dan
Legowo (2009:41) adalah :
1.) Sikap keagamaan bersifat reseptif
2.) Pandangan teologi atau ketuhanan didapatkan secara
rasional berdasakan pedoman-pedoman logika yang
bekorelasi dengan keberadaan ciptaanNya
3.) Penghayatan rohaniah semakin mendalam dan dilakukan
sebagai keharusan moral.
pendidikan di sekolah dasar banyak dikembangkan pendidikan
keagamaan yang berisi nila-nilai agama yang berperan sangat penting.

g. Perkembangan motorik
Perkembangan motorik sejalan dengan perkembangan fisik
individu. Setiap gerakannya sesuai dengan kebutuhannya atau
minatnya, ditandai dengan semakin lincahnya gerakan peserta didik.
Masa ini sangat penting untuk pembentukan skill keterampilannya
yang dapat dilatih dengan :
1.) Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggabar
2.) Keterampilan dalam menggunakan alat-alat olahraga
3.) Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang, dsb.
4.) Baris secara sederhana untuk membiasakan ketertiban dan
kedisiplinan

3. Karakteristik Peserta Didik Usia Remaja


a. Pengertian remaja
Istilah remaja dalam bahasa Belanda yaitu puberteit dan puberty
(Inggris), dan pubertas (Latin) yang berarti tumbuh di daerah
kemaluan.
1.) Remaja dalam hukum
Remaja adalah mereka yang sesuai telah memasuki usia
perkawinan yaitu 16 tahun untuk putri dan 19 tahun untuk
putra.
2.) Remaja dalam pertumbuhan fisik
Remaja sudah mengalami kematangan organ reproduksi
atau berfungsi dengan baik. Pematangan fisik pertama
ditandai dengan keluarnya darah haid bai wanita dan mimpi
basah pada pria.
3.) Remaja dalam WHO
Ada beberapa tahapan dalam pertumbuhan dan
perkembangan remaja yaitu ketika mengalami :
a.) Matangnya tanda-tanda kelamin sekunder sampai
matangnya kematangan seksualitas
b.) Matangnya psikologi dan pola identifikasi dari ana-
anak menjadi dewasa
c.) Perubahan ketergantungan sosial ekonomi yang
tinggi menjadi kesadaran untuk mandiri.
4.) Remaja dalam faktor sosial psikologis
Ditanda dengan perubahan entropy ke negentropy.
Entropy adalah keadaaan kesadaran (pengetahuan dan
perasaan) manusia yang belum tersusun rapi sehingga
fungsinya belum maksimal. Sedangkan negentropy adalah
keadaan kesadaran yang tersusun urut masyarakat
Indonesia, (Sarlito Wiryawan dalam Chasiyah, Chadijah,
dan Legowo (2009:43)).

b. Perkembangan fisik remaja


Pada masa ini sudah terjadi pertumbuhan maupun
perkembangan fisik dan juga fungsinya. Pertumbuhan dan
perkembangan fisik misalnya semakin besarnya volume tubuh di
bagian-bagian tertentu dan matangya fungsi reproduksi.

c. Perkembangan intelektual
Secara mental dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan.
Mereka juga mulai mampu memecahkan masalah. Ada beberapa hal
yang menandai berpikir remaja seperti yang dinyatakan Adam dan
Gullotta dalam Chasiyah, Chadijah, dan Legowo (2009:44) :
1.) Berbeda cara pemikiran dengan anak-anak dan berkaitan
erat dengan dunia kemungkinan
2.) Mampu untuk membuat dan menguji hipotesis sederhana
3.) Memikirkan tentang masa depan dan merencanakannya
4.) Menyadari aktivitas kognitif dan mekanisme yang
membuatnya efisien atau tidak efisien
5.) Bepikir yang memungkinkan masuknya topik-topik baru
dan mengekspansi pikiran.

d. Perkembangan emosi
Kematangan fisik teutama organ reproduksi membawa
implikasi terhadap emosi peserta didik. Saat memasuki fase awal
remaja, perkembangan emosi cenderung lebih sensitif dan reaktif yang
sangat kuat atau dengan kata lain bersifat temperamental misalnya
mudah tersinggung, marah, sedih, atau murung.
Emosi seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor sosio-emosional
lingkungannya teutama keluarga dan teman sebaya sehingga untuk
mencapai keseimbangan emosi sulit untuk dicapai. Sehingga, peserta
didik yang sudah mencapai masa remaja perlu untuk tinggal dalam
lingkungan emosional kondusif. Apabila hal ini tidak dilakukan,
mereka akan melampiaskannya dala wujud perilaku maladjustmen,
seperti agresif, bertengkar, melawan, dsb.

e. Perkembangan sosial
Remaja mulai memiliki sikap social cognition atau kemampuan
memahami orang lan. Hal tersebut mendorongnya untuk menjalin
interaksi dengan orang lain baik secara intensif maupun tidak. Di tahap
ini, mereka mulai menemukan teman-teman dekat atau sahabat.
Selain social cognition, remaja juga mengalai conformity atau
kecenderungan untuk mengikuti opini, nilai, atau kebiasaan orang lain.
Konformitas dapat membawa dampak positif ataupun negatif.

f. Perkembangan moral
Kematangan moralitas remaja sudah lebih maju daripada
sebelumnya. Hal tersebut didapatkan dari orangtua, guru, teman
sebaya, maupun masyarakat di sekitarnya. Mereka terdorong untuk
mendapatkan apresiasi dai orang lain dengan perbuatan-perbuatan
baik.

g. Perkembangan kepribadian
Pikunas dalam Chasiyah, Chadijah, dan Legowo (2009:48)
menyatakan kepribadian adalah sistem dinamis yang berisi sikap, sifat,
serta kebiasaan yang mengandung respon individu secara beragam.
Pada masa remaja mereka ingin mencari kepribadian asli mereka atau
jati dirinya yang berhubungan dengan komitmennya terhadap masa
depan.

4. Karakteristik Peserta Didik Usia Dewasa


Peserta didik dapat dikatakan dewasa apabila telah mencapai umur
kurang lebih 21 tahun. Usia dewasa diyakini mereka mampu memikul
tanggungjawab atas dirinya sendiri. Secara psikologis, kedewasaan dilihat
dari kemampuan untuk mandiri dan berdiri di atas kakinya sendiri.
Menentukan status kedewasaan seseorang tidaklah mudah, karena
berkaitan dengan kebudayaan kuno. Kebudayaan Indonesia memandang
seorang yang telah dewasa adalah dia yang sudah menikah, walaupun
usianya belum dewasa.
a. Perkembangan fisik
Tubuh mengalami puncak pertumbuhan dan perkembangan pada usia
dewasa dan dalam masa tertentu akan menurun. Hal yang tepenting dai
tahap perkembangan ini adalah kesehatan badan, sensor dan
perseptual, dan otak.
b. Kesehatan badan
Seorang dewasa memiliki kemampuan terbesar pada usia 18-25
tahun, gerakannya sangat cepat dalam aktivitas sehari-hari. Dan pada
usia ini mereka sangat produktif karena faktor fisik yang kuat. Setelah
usia 25 tahun mereka akan mengalami penurunan produktivitas karena
perubahan-perubahan fisik mulai terlihat dan sebagian besar berubah
secara kuantitatif.

c. Perkembangan sensori
Kline dan Schieber dalam Chasiyah, Chadijah, dan Legowo
(2009:51) menyatakan bahwa semakin menjauhi usia 25 tahun, fungsi-
fungsi organ tubuh akan mengalami penurunan, termasuk penurunan
fungsi sensoriknya. Penurunan fungsi organ tubuh tersebut terjadi
sangat menonjol pada usia dewasa menengah sekitar 40-59 tahun.

d. Perkembangan otak
Kinerja otak akan menurun seiring bertambahnya usia
seseorang. Akan tetapi, bagi orang yang selalu mengaktifkannya
dengan melakukan hal-hal tertentu otak dapat tetap bekerja karena sel-
sel yang hilamg akan terganti akibat proses koneksi neural.

e. Perkembangan kognitif
Sebagian masyarakat menganggap bahwa orang yang lanjut
usia sudah tidak mampu untuk belajar, tetapi ada suatu penelitian
menunjukkan bahwa hal tersebut hanyalah stereotip keliru.
Kemampuan kognitif manusia akan terus berkembang hingga usia
lanjut, akan tetapi kemampuannya tidak seoptimal dulu karena
menurunnya fungsi-fungsi fisik yang menunjang kemapuan kognitif.
Namun, hal tersebut dapat diminimalisasi dengan mengadakan
sejumlah pelatihan.

f. Perkembangan memori dan intelligensi


Bertambahnya usia menyebabkan semakin berkurangnya daya
ingat. Namun, hal tersebut dapat diminimalisasi dengan sejumlah
metode seperti mnemonic (metode hafalan) bagi orang lanjut usia dan
tidak menutup kemungkinan itu akan membantunya dalam mengingat
sesuatu lebih lama dan menguatkan memorinya, Ratner et al dalam
Chasiyah, Chadijah, dan Legowo (2009:52).
Kemampuan intelligensi juga disebut akan menurun sejalan
dengan usia yang semakin menua. Kemampuan intelligensi orang
lanjut usia disebabkan oleh kemunduran kemampuan mental sebagai
bagian dai kemunduran fungsi-fungsi tubuh secara umum, hal tersebut
seperti yang dinyatakan David Weschler dalam Chasiyah, Chadijah,
dan Legowo (2009:53).

g. Perkembangan Psikososial
Erikson dalam Chasiyah, Chadijah, dan Legowo (2009:53-54)
menyatakan psikososial ditandai dengan tiga gejala yaitu keintiman,
generatif, dan integritas. Mereka lebih banyak pengalaman hidup dari
orang-orang yang lebih muda, sehingga dunia sosial dan personal
mereka lebih luas dan kompleks dari masa-masa sebelumnya.

B. Perbedaan Individu
Perbedaan individu atau individual difference muncul pertama kali dalam
sejarah psikologi dan menjadi tema besar dalam penelitian yang dipublikasikan di
Journal Applied Psychology (JAP), hal tersebut diungkapkan oleh Sackett, Lievens,
and Kuncel (2017:2). Dalam konteks organisasi, perbedaan individu sangan berguna
untuk dipikirkan sebagai karakteristik yang seseorang bawa dalam pekerjaannya.
Individu adalah kedudukan seseorang atau perorangan , Hadi (2017). Individu
satu dengan lainnya memiliki kesamaan dan perbedaan, baik dari segi fisik, psikis,
mental, kecerdasan, sikap, kebiasaan, gaya hidup, dan sebagainya. Sifat individual
adalah sifat yang berhubungan dengan orang perorangan seperti yang diungkapkan
Hadi (2017:72).
Sebagai seorang pengajar dan pendidik, guru dituntut untuk memahami apa
yang ada dalam diri setiap peserta didiknya, yang berkaitan dengan kekurangan,
kelebihan, potensi, ataupun bakatnya. Pengetahuan dan kemampuan adalah contoh
dari perbedaan individu yang dapat diubah
Tidak dipungkiri bahwa hal tersebut berbeda-beda pada setiap peserta didik,
namun itulah yang menjadi tantangan bagi pendidik utamanya untuk membantu
mereka mengembangkan potensi dan mengaktualisasikannya berdasarkan perbedaan-
perbedaan yang ada.
Perbedaan individu atau individual difference muncul pertama kali
1. Faktor-faktor Penyebab Perbedaan Individu
Berbeda antarindividu adalah hal yang lazim terjadi. Tidak dipungkiri
ada bermacam jenis individu dengan sejuta perbedaanya di dunia. Yang
paling menonjol jika ingin membedakan individu satu dengan individu
lainnya dalam skala global yaitu perbedaan fisik yang di dalamnya
terdapat perbedaan ras, etnis, warna kulit, suku, bahasa, dan masih banyak
lagi. Secara garis besar, perbedaan individu dilatarbelakangi oleh dua hal
seperti yang dikemukakan Hadi (2017:74-75)
a. Faktor keturunan
Orangtua adalah faktor utama mengapa setiap orang yang lahir
berbeda dengan yang lain. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan
gen yang berasal dari orangtuanya. Orangtua bukan hanya
membawa perbedaan secara fisik namun menitipkan perbedaan
watak pada anaknya kelak. Oleh karena itu, agar melahirkan
seorang anak yang memiliki watak luhur harus dicontohkan oleh
orangtuanya sejak ia berada di kandungan.
b. Faktor lingkungan
Lingkungan memiliki peran yang besar dalam membentuk
individu berbeda dai segi kepribadian. Memang keluarga adalah
tempat pertama untuk membentuk kepribadian seorang anak, tetapi
tidak menutup kemungkinan watak atau kepribadian tersebut akan
berubah jika anak itu tekontaminasi dengan pergaulan-pergaulan di
sekitarnya.
Lingkungan yang berpengaruh langsung terhadap perbedaan
individu adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sekolah
memiliki dua tanggungjawab besar yaitu mencerdaskan peserta
didik dan membentuk karakter yang kuat dan di dalamnya terdapat
proses transfer pengetahuan, kepribadian, dan sebagainya.
Masyarakat dapat menjadi latarbelakang seseorang berbeda dari
segi watak ataupun budayanya. Budaya yang kuat ataupun adat
yang masih ada akan membedakan individu dengan individu di luar
masyarakat tersebut.
Selain dua faktor diatas, terdapat beberapa faktor lain yang
turut menentukan perbedaan individu. Faktor-faktor tersebut adalah
:
c. Demographic (demografi)
1.) Gender
Harrison dan Rainer (1992:95-98) menyatakan bahwa
dalam penguasaan keahlian komputer pria lebih cakap
daripada wanita. Karena komputer merupakan aktivitas
orientasi pria, sedangkan wanita cenderung mengalami
masalah kesehatan jika ahli dibidang komputer.
2.) Age (usia)
Czara et al. dalam Harrison dan Rainer (1992:96)
mengungkapkan terdapat perbedaan kemampuan dalam
mengoperasikan komputer antara mereka yang masih muda
dan tua. Ia mengungkapkan pemuda secara signifikan lebih
cakap dalam menoperasikan komputer daripada orang
lanjut usia. Raub dalam Harrison dan Rainer (1992:96)
menjelaskan para pekerja lanjut usia memiliki sedikit
pengetahuan tentang komputer dan pelatihannya
3.) Experience (pengalaman)
Seseorang yang memiliki pengalaman lamad di dunia IT
tenyata lebih cakap dalam mengoperasikan komputer hal
tersebut seperti yang diungkapkan Levin and Gordon dalam
Harrison dan Rainer (1992:96).
4.) Education (pendidikan)
Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi memiliki
kemampuan menjalankan komputer lebih baik daripada
mereka yang less education (pendidikan rendah). Hal
tersebut dipaparkan oleh Davis and Davis dalam Harrison
dan Rainer (1992:96).
d. Personality (kepribadian)
Dalam penelitiannya terhadap kemampuan menggunakan
komputer, Harrison dan Rainer (1992:97) untuk mengetahui
perbedaan individu yang tejadi. Variabel yang digunakan tekait
dengan tingkat gangguan dan perlakuan terhadap komputer.
Simpulan yang didapatkan adalah seseorang yang berlaku baik
terhadap komputer memiliki kemapuan pengelolaan komputer yang
bagus, begitu juga dengan seseorang yang memiliki sedikit
gangguan tehadap komputer lebih pandai dalam
mengoperasikannya
e. Cognitive style (gaya kognitif)
Gaya kognitif lebih merujuk pada kemampuan untuk
mengumpulkan, menganalisa, mengevaluasi, dan mengintepretasi
data. Perbedaan individu muncul berdasarkan perbedaan gaya dala
berpikir, mereka yang inituitive or cognitive cognitve style
memiliki kemampuan lebih tinggi daripada cognitive style.
2. Jenis-jenis Perbedaan Peserta Didik Terkait Pembelajaran
a. Perbedaan bakat
Alex dalam Novianingsih menjelaskan bahwa bakat adalah
kemampuan alami untuk memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan, dan bersifat khusus ataupun umum. Setiap peserta
didik memiliki bakat yang berbeda dan bakat tersebut akan
berpengaruh pada tingkat cepat atau lambatnya dia berkembang.
Beberapa ciri peserta didik yang berbakat menurut Novianingsih
adalah :
1.) Ingatan yang kuat
2.) Terampil dalam analisis dan logika
3.) Berpikir abstrak
4.) Keterampilan mekanis
5.) Cakap berkomunikasi dan bersosialisasi
b. Perbedaan tingkat intelligen
Williams, Myerson, and Hale (2008:221) menyatakan bahwa untuk
membandingkan inteligen individu dapat dilihat dari hasil tes
mereka yang mendapatkan skor tertinggi dan terendah. Dari hasil
tersebut didapatkan dua jenis inteligen yaitu crystallized
intelligence dan fluid intelligence. Crystallized intelligence muncul
ketika sebuah tes yang dibuat dengan memberikan beberapa materi
(pengetahuan dan keterampilan) kepada peserta didik sebelum
mereka menghadapi tes tersebut. Sedangkan fluid intelligence
muncul ketika sebuah tes diberikan secara langsung tanpa
pemberitauan materi sebelumnya oleh pendidik. Perbedaan antara
dua intelligen tersebut didukung oleh perbedaan fungsi properti
diri, terutama dengan menghargai perbedaan efek usia.
c.
d. Perbedaan gaya belajar
Secara garis besar, perbedaan gaya belajar seseorang terbagi ke
dala 3 bagian yaitu :
1.) Gaya belajar visual
Peserta didik dengan gaya belajar ini lebih menitikberatkan
pada kemapuan penglihatannya. Ada beberapa ciri peserta
didik dengan gaya belajar visual menurut DePorter dan
Hernacki dalam Novianingsih :
a.) Rapi dan teratur
b.) Bicara dengan cepat
c.) Dapat merencanakan dan mengatur urusan jangka
panjang
d.) Teliti dan detail
e.) Memperhatikan setiap yang ia gunakan, misalnya
pakaian, aksesoris, dsb.
2.) Gaya belajar auditorial
Lebih menitiberatkan pada pendengaran. Ciri-cirinya
menurut DePorter dan Hernacki dalam Novianingsih adalah
:
a.) Berbicara sendiri saat sedang belajar
b.) Saat belajar tidak boleh ada keributan
c.) Membaca dengan keras saat materi pelajaran
d.) Dapat mengulang dengan jelas apa yang
didengarkan dengan nada, irama, intonasi yang
sama.
3.) Gaya belajar kinetik
Gaya belajar ini yaitu dengan gerak fisik. Ciri-cirinya
berdasarkan DePorter dan Hernacki dalam Novianingsih :
a.) Bicaranya pelan
b.) Senang memperhatikan aktivitas fisik
c.) Ketika berbicara dengan orang lain, mereka
mendekat
d.) Menghafal sesuatu dengan berjalan dan melihat
secara langsung
Daftar Pustaka

Jurnal Inspirasi – Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2017, 71–92 ISSN 2548-5717 INSPIRASI Vol. 1, No. 1,
Januari – Juni 2017 | 71 PENTINGNYA PENGENALAN TENTANG PERBEDAAN INDIVIDU ANAK DALAM
EFEKTIVITAS PENDIDIKAN Imam Anas Hadi Undaris(

ejournal.undaris.ac.id/index.php/inspirasi/article/download/5/5) diakses Minggu, 10 Maret 2019

http://yuliananovia.blogs.uny.ac.id/wp-
content/uploads/sites/15453/2017/10/IMPLIKASI-PEMAHAMAN-GURU-TENTANG-
PERBEDAAN-INDIVIDUAL-PESERTA-DIDIK-TERHADAP-PEMBELAJARAN2.pdf
IMPLIKASI PEMAHAMAN GURU TENTANG PERBEDAAN INDIVIDUAL PESERTA DIDIK TERHADAP
PEMBELAJARAN Yuliana Novianingsih Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta e-
mail: yuliana.novianingsih2016@student.uny.ac.id

The Influence of Individual Differences on Skill in End-User Computing ALLISON W. HARRISON AND
R. KELLY RAINER, JR https://wweb.uta.edu/management/Dr.Casper/Fall10/BSAD6314/BSAD%206314-Student
%20Articles/Regression/Yoon%20Sang%20Lee%20Skill%20in%20End%20User%20Computing13.pdf Journal of
Management Information Systems I Summer 1992, Vol. 9, No. 1, pp. 93-111 diakses minggu, 10
maret 2019

https://www.researchgate.net/publication/23295758_Individual_Differences_Intelligence_an
d_Behavior_Analysis INDIVIDUAL DIFFERENCES, INTELLIGENCE, AND BEHAVIOR ANALYSIS BEN
WILLIAMS , JOEL MYERSON , AND SANDRA HALE. JOURNAL OF THE EXPERIMENTAL ANALYSIS OF
BEHAVIOR 2008, 90, 219–231 NUMBER 2 (SEPTEMBER). Diakses 10 maret 2019

https://scottbarrykaufman.com/wp-content/uploads/2017/02/Sackett-et-al.-2017. Individual
Differences and Their Measurement: A Review of 100 Years of Research. Paul R. Sackett Filip Lievens
Nathan R. Kuncel. 2017.diakses

chasiyah, Chadidjah, Legowo. 2009. Perkembagan peserta didik. Suakarta:Yuma Pustaka

Anda mungkin juga menyukai