Anda di halaman 1dari 25

MODUL PRATIKUM

KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH III

Oleh:

Annisa Seprinela
17010001
Aulia Anzhani
17010004
Defi Helida Rafni
17010007
Desty Wulandari
17010008
Indah Suryani
17010014
Shinta Bella
17010024

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PEKANBARU MEDICAL CENTER

T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Medical Bedah III dengan tema “Modul Pratikum
Keperawatan Medical Bedah III”.

Salam dan salawat semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, dimana
beliau adalah sosok yang sangat dimuliakan dan dirindukan oleh seluruh umatnya, aya
sampaikan terima kasih kepada dosen dan rekan-rekan yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah yang akan saya buat selanjutnya.

               Pekanbaru, 25 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Cover.............................................................................................................................1

Kata Pengantar..............................................................................................................2

Daftar Isi.......................................................................................................................3

Body Movement/ Body Mechanic..................................................................................

Fiksasi dan Imobilisasi....................................................................................................

Wound Care....................................................................................................................

Iritasi/ Tetes Mata...........................................................................................................

Iritasi/ Tetes Telinga.......................................................................................................

Rom Exercise..................................................................................................................
BODY MOVEMENT/ BODY MECHANIS

A. PENGERTIAN
Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan
aman untuk menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama
aktivitas. Istilah body mekanik pada umumnya digunakan untuk menggambarkan
efesiensi pergerakan tubuh seseorang yang digunakan untuk memindahkan tubuh
orang lain atau benda. Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari
kebutuhan aktiitas manusia.
Body mekanik meliputi 3 elemen dasar tubuh:
1. Body Aligement (Postur Tubuh)
Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh
yang lain.
2. Balance/ Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan
base of support.
3. Koordinated Body Movement (gerakan tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem
syaraf.

Tujuan Mobilisasi
1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia
2. Mencegah terjadinya trauma
3. Mempertahankan tingkat kesadaran
4. Mempertahankan interaksi sosial dan eran sehari-hari
5. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh

B. PRINSIP-PRINSIP BODY MEKANIK


Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut:
1. Gravitasi
Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan mekanika
tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan
tubuh.
Terdapat 3 faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:
 Pusat gravitasi (center of gravitasi), titik yang berada dipertengahan tubuh
 Garis gravitasi (line of gravitasi), merupakan garis imaginer vertikal
melalui pusat graitasi
 Dasar tumpuan (base of suport), merupakan dasar tempat seseorang dalam
keadaan istirahat untuk menopang atau menahan tubuh
2. Keseimbangan
Keseimbangan dalam penggunaan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai
dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi diantara pusat gravitasi dan
dasar tumuan
3. Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat diperhatikan adalah berat atau
bobot benda yag akan diangkat karena berat benda akan mempengaruhi mekanika
tubuh

Pergerakan Dasar Dalam Mekanika Tubuh


Mekanika tubuh dan ambulansi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus
diperhatikan, diantaranya:
1. Gerakan (ambulating). Gerakan yang benar dapat membantu keseimbangan tubuh.
Pada saat berjalan terdapat dua fase yaitu fase menahan berat dan fase mengayun,
yang akan menghasilkan gerakan halus dan berirama
2. Menahan (squating). Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah.
Dalam menahan sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah
kelainan tubuh dan memudahkan gerakan yang akan dilakukan.
3. Menarik (pulling). Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan
benda.
4. Mengangkat (lifting). Mengangkat merupakan cara pergerakan daya tarik. Gunakan
otot-otot besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah, perut dan pinggul
untuk mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang.
5. Memutar (pivoting). Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan
bertumpu pada tulang belakang.

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BODY MEKANIK DAN AMBULASI


1. Status kesehatan
2. Nutrisi
3. Emosi
4. Situasi dan kebiasaan
5. Gaya hidup
6. Pengetahuan

D. AKIBAT BODY MEKANIK YANG BURUK


1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan salah
dalam sistem muskulusletal
2. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam
berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur
muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata
Standar Operasional Prosedur (SOP)
BODY MOVEMENT/ BODY
MECHANIC

Posisi-Posisi Body Movement

1. Posisi Fowler Pengertian Posisi setengah duduk atau duduk dimana


bagian kepala tempat tidur lebih tinggi
atau dinaikkan.
Tujuan Untuk mempertahankan kenyamanan dan
memfasilitasi fungsi pernafasan pasien
Prosedur 1. Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan
2. Dudukkan pasien
3. Berikan sandaran atau bantal pada
tempat tidur pasien atau atur
tempat tidur, untuk posisi semi
fowler (30-45˚) dan untuk fowler
(90˚)
4. Anjurkan pasien untuk tetap
berbaring setengah duduk
2. Posisi Sim Pengertian Posisi miring ke kanan atau miring ke kiri
Tujuan Untuk memberi kenyamanan dan memberi
obat per anus (supositoria)
Prosedur 1. Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring,
kemudian miringkan ke kiri dengan
posisi badan setengah telungkup
dan kaki kiri lurus lutut. Paha
kanan ditekuk diarahkan ke dada
3. Tangan kiri diatas kepala atau
dibelakang punggung dan tangan
kanan di atas tempat tidur
4. Bila pasien miring ke kanan
dengan posisi badan setengah
telungkup dan kaki kanan lurus,
lutut dan paha kiri ditekuk
diarahkan ke dada
5. Tangan kanan diatas kepala atau
dibelakang punggung dan tangan
kiri diatas tempat tidur
3. Posisi Trandenburg Pengertian Posisi berbaring ditempat tidur dengan
bagian kepala lebih rendah dari bagian
kaki
Tujuan Untuk melancarkan peredarah darah ke
otak
Prosedur 1. Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring
telentang. Letakkan bantal diantara
kepala dan ujung tempat tidur
pasien, dan berikan bantal dibawah
lipatan lutut
3. Berikan balok penompang pada
bagian kaki tempat tidur atau atur
tempat tidur khusus dengan
meninggikan bagian kaki
4. Posisi Dorsal Recumbent Pengertian Posisi telentang dengan kedua lutut fleksi
(ditarik atau direnggangkan) diatas tempat
tidur.
Tujuan Untuk merawat dan memeriksa genitalia
serta pada proses persalinan
Prosedur 1. Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring
telentang, pakaian bawah dibuka
3. Tekuk lutut, renggangkan paha,
telapak kaki menghadap ke tempat
tidur dan renggangkan kedua kaki
4. Pasang selimut
5. Posisi Litatomi Pengertian Posisi berbaring telentang dengan
mengangkat kedua kaki dan menariknya
ke atas bagian perut.
Tujuan Untuk memeriksa genitalia pada proses
persalinan dan memasang alat kontrasepsi
Prosedur 1. Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring
telentang, kemudian angkat kedua
pahanya dan tarik ke arah perut
3. Tungkai bawah membentuk sudut
90˚ terhadap paha
4. Letakkan bagian lutut atau kaki
pada tempat tidur khusus untuk
posisi litatomi
5. Pasang selimut
6. Posisi Genu Pektoral Pengertian Posisi menungging dengan kedua kaki
ditekuk dan dada menempel pada bagian
alas tempat tidur
Tujuan Untuk memeriksa daerah rektum dan
sigmoid
Prosedur 1. Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan
2. Anjurkan pasien untuk posisi
menungging dengan kedua kaki
ditekuk dan dada menempelkan
pada kasur tempat tidur
3. Pasang selimut pada pasien

7. Posisi Supinasi Pengertian Posisi dimana klien berbaring telentang


(terlentang) denga kepala dan bahu sedikit elevasi
menggunakan bantal
Tujuan 1. Untuk klien post operasi dengan
menggunakan anastesi spiral
2. Untuk mengatasi masalah yang
timbul akibat pemberian posisi
pronassi yang tidak tepat
Alat 1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Footboard
5. Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur 1. Cuci tangan dengan menggunakan
sarung tangan bila diperlukan.
Menurunkan transmisi
mikroorganisme
2. Baringkan klien terlentang
mendatar ditengah tempat tidur.
Menyiapkan klien untuk posisi
yang tepat
3. Letakkan bantal dibawah kepala,
leher dan bahu klien.
Mempertahankan body alignmet
yang benar dan mencegah
kontraktur fleksi pada vertebra
cervical
4. Letakkan bantal kecil dibawah
punggung pada kurva lumbal, jika
ada celah disana. Bantal akan
menyangga kurva lumbal dan
mencegah terjadinya fleksi lumbal
5. Letakkan bantal dibawah kaki
mulai dari lutut sampai tumit.
Memberikan landasan yang lebar,
lembut dan fleksibel., mencegah
ketidaknyamanan dari adanya
hiperektensi lutut dan tekanan pada
tumit
6. Topang telapak kaki klien dengan
meggunakan footboard.
Mempertahankan telapak kaki
dorsofleksi, mengurangi resiko
foot-droop
7. Jika klien tidak sadar atau
mengalami paralise pada
ekstremitas atas, maka elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan
lengan atas) dengan menggunakan
bantal. Posisi ini mencegah
terjadinya edema dan memberikan
kenyamanan. Bantal tidak
diberikan pada lengan atas karena
dapat menyebabkan fleksi bahu
8. Lepaskan sarung tangan dan cuci
tangan
9. Dokumentasikan tindakan yang
telah dilakukan
8. Posisi Orthopneu Pengertian Adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana
klien duduk di bed atau pada tepi bed
dengan meja yang menyilang diatas bed
Tujuan Untuk membantu mengatasi masalah
pernafasan dengan memberikan ekspansi
dada yang maksimal
Alat 1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Footboard
5. Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur 1. Cuci tangan dengan menggunakan
sarung tangan bila diperlukan.
Menurunkan transmisi
mikroorganisme
2. Minta klien untuk memfleksikan
lutut sebelum kepala dinaikkan.
Mencegah klien merosot kebawah
saat kepala dinaikkan
3. Naikkan kepala bed 90˚
4. Letakkan bantal kecil diatas meja
yang menyilang diatas bed
5. Letakkan bantal dibawah kaki
mulai dari lutut sampai tumit.
Memberikan landasan yang lebar,
lembut dan fleksibel, mencegah
ketidaknyamanan akibat adanya
hiperekstensi lutut dan tekanan
pada tumit
6. Pastikan tidak ada tekanan pada
area popliteal dan lutut dalam
keadaan fleksi. Mencegah
terjadinya kerusakan pada
persyarafan dan dinding vena.
Fleksi lutut membantu klien supaya
tidak melorot kebawah
7. Letakkan gulungan handuk
dibawah masing-masing paha.
Mecegah eksternal rotasi pada
pinggul
8. Topang telapak kaki dengan
menggunakan footboard.
Mencegah plantar fleksi
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci
tangan
10. Dokumentasikan tindakan yang
telah dilakukan
9. Posisi Pronasi (telungkup) Pengertian Posisi dimana klien berbaring diatas
abdomen dengan kepala menoleh
kesamping
Tujuan 1. Memberikan ekstensi penuh pada
persendian pinggul dan lutut
2. Mencegah fleksi kontraktur dari
persendian pinggul dan lutut
3. Memberikan drainase pada mulut
sehingga berguna bagi klien post
operasi mulut atau tenggorokan
Alat 1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur 1. Cuci tangan dengan menggunakan
sarung tangan bila diperlukan.
Menurunkan transmisi
mikroorganisme
2. Baringkan klien terlentang
mendatar di tempat tidur.
Menyiapkan klien untuk posisi
yang tepat
3. Gulingkan klien dengan lengan
diposisikan dekat dengan tubuhnya
dengan siku lurus dan tangan diatas
pahanya. Posisikan tengkurap
ditengah tempat tidur yang datar.
Memberikan posisi pada klien
sehingga kelurusan tubuh dapat
dipertahankan
4. Putar kepala klien ke salah satu sisi
dan sokong dengan bantal. Bila
banyak drainase dari mulut,
mungkin pemberian bantal dikontra
indikasikan. Menurunkan fleksi
atau hiperektensi vertebra cervical
5. Letakkan bantal kecil dibawah
abdomen pada area anatar
diafragma (atau payudara pada
wanita) dan illiac crest. Hal ini
mengurangi tekanan pada payudara
pada beberapa klien wanita,
menurunkan hiperektensi vertebra
lumbal, dan memperbaiki
pernafasan dengan menurunkan
tekanan diafragma karena kasur
6. Letakkan bantal dibawah kaki,
mulai lutut sampai dengan tumit.
Mengurangi plantar fleksi,
memberikan fleksi lutut sehingga
memberikan kenyamanan dan
mencegah tekanan yang berlebihan
pada patela
7. Jika klien tidak sadar atau
mengalami paralisa pada
ektermitas atas, maka elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan
lengan atas) dengan menggunakan
bantal. Posisi ini mencegah
terjadinya edema dan memberikan
kenyamanan serta mencegah
tekanan yang berlebihan pada
patela
8. Jika klien tidak sadar atau
mengalami paralisa pada
ekstermitas atas, maka elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan
lengan atas) dengan menggunakan
bantal. Posisi ini akan mencegah
terjadinya edema dan memberikan
kenyamanan. Bantal tidak
diletakkan dibawah lengan atas
karena dapat menyebabkan
terjadinya fleksi bahu
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci
tangan
10. Dokumentasikan tindakan yang
telah dilakukan
10.Posisi Lateral (side Pengertian Posisi dimana klien berbaring diatas salah
lying) satu sisi bagian tubuh dengan kepaa
menoleh kesamping
Tujuan 1. Mengurangi lordosis dan
meningkatkan aligment punggung
yang baik
2. Baik untuk posisi tidur dan istirahat
3. Membantu menghilangkan tekanan
pada sakrum dan tumit
Alat 1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur 1. Cuci tangan dan menggunakan
sarung tangan bila diperlukan.
Untuk mengurangi transmisi
mikroorganisme
2. Baringkan klien telentang ditengah
tempat tidur. Memberikan
kemudahan akses bagi klien dan
menghilangkan pengubahan posisi
klien tanpa melawan gaya gravitasi
3. Gulingkan klien hingga pada posisi
miring. Menyiapkan klien untuk
posisi yang tepat
4. Letakkan bantak dibawah kepala
dan leher klien
5. Fleksikan bahu bawah dan
posisikan kedepan sehingga tubuh
tidak menompang pada bahu
tersebut
6. Letakkan bantal dibawah lengan
atas
7. Letakkan bantal dibawah paha dan
kaki atas sehingga ekstermitas
berfungsi secara paralel dengan
permukaan bed
8. Letakkan bantal, guling,
dibelakang punggung klien untuk
menstabilkan posisi
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci
tangan
10. Dokumentasikan tindakan yang
dilakukan
WOUND CARE

MERAWAT DAN MENGGANTI BALUTAN LUKA


NEKROTIK LEMBAB
(WARNA DASAR LUKA HITAM atau KUNING)

Pengertian  Luka kronis adalah luka yang mengalami kegagalan


atau hambatan dalam proses penyembuhan akibat
faktor endogen dan/atau exogen
 Warna dasar luka kunig adalah permukaan dasar luka
berwarna kuning, kuning kecoklatan, kuning
kehijauan atau kuning pucat yang merupakan tanda
adanya jaringan fibrous/ slough (avaskuler), lembab
(jaringan nekrotik lembab)
 Warna dasar luka hitam adalah permukaan dasar luka
berwarna hitam, hitam kecoklatan atau hitam
kehijauan yang merupakan tanda adanya nekrosis
jaringan (avaskuler), lembab atau kering
Tujuan 1. Membuang jaringan nekrotik
2. Mengurangi atau menghilangkan bau
3. Memberikan kenyamanan fisik dan psikologi kepada
klien
4. Memberikan lingkungan lembab yang memfasilitasi
autolytic debridement
Indikasi 1. Balutan basah oleh exudate atau exudate merembes
keluar dari tepi balutan sekunder (secondary dressing)
2. Warna dasar luka kuning atau hitam atau campuan
keduanya
3. Luka berbau (mal odor)
Persiapan klien dan 1. Memberitahu tentang tujuan dan prosedur perawatan
lingkungan luka
2. Memasang sketsel atau menutup sampiran
Alat 1. Bak instrumen steril berisi :
 1 buah gunting jaringan tajam
 1 buah pinset anatomis
 1 buah pinset chirrugis
2. Korentang jar dan korentang 1 set
3. Neerbeken
4. Gloves/ sarung tangan sesuai ukuran : 2 pasang
5. Cairan NaCl 0,9% 500 ml dalam botol
6. Topikal terapi sesuai kondisi luka:
 Hydrogel (GEL)
 Salep luka
7. Pembalut/dressing luka (absorbent dressing) sesuai
dengan kondisi :
 Transparant film dreesing
 Kasa
8. Underpad
9. Sabun cuci luka
10. Perekat balutan non-woven (hipafix/micropore, dll)
11. Gunting verband 1 buah
12. Kantung sampah medis
13. Penggaris luka
Prosedur 1. Bawa peralatan ke dekat klien
2. Periksa program perawatan luka/ penggantian balutan
yang direkomendasikan
3. Letakkan under pad di bawah area luka
4. Atur posisi klien sesuai lokasi luka dan memudahkan
prosedur perawatan
5. Tempatkan kantung sampah di dekat area kerja
6. Cuci tangan secara medikal asepsis
7. Pakai schort (gown) atau apron dan sarung tangan
8. Usapkan alkohol 70% pada plaster balutan yang
menempel di kulit pasien
9. Lepaskan/ angkat perekat balutan secara hati-hati
10. Basahi kasa (balutan primer) dengan normal saline
bila kasa lengket di dasar luka
11. Buang kasa pembalut luka ke dalam kantung sampah
12. Lepaskan sarung tangan jika kotor buang ke tempah
sampah
13. Kenakan sarung tangan baru yang bersih
14. Bilas luka dengan NaCl 0,9% dan gosok jaringan
nekrosis secara lembut dengan ujung jari sampai
berseih dengan menggunakan sabun cuci luka
15. Keringkan luka dengan cara tekan ringan dan lembut
(bukan digosok) dengan kasa
16. Kaji jimlah, jenis, viskositas dan bau exudate; warna
dasar luka; ukuran luka; jaringan granulasi/fibrorik
dan tanda infeksi
17. Bersihkan kulit sekitar luka sampai radius ± 5 cm dari
tepi luka
18. Kaji luka tentang ukuran (panjang, lebar, kedalaman
dalam cm), bau, exudate, warna dasar, debris dan
tanda infeksi
19. Lakukan debridement tajam (CSWD) untuk melepas
dan membuang jaringan nekrotik (jika jaringan
nekrotik telah lepas dari dasar luka) dengan gunting
tajam dan pinset
20. Bilas dengan NaCl 0,9% dan keringkan dengan kasa
21. Aplikasikan antibiotik topikal (metronidazole
powder-jika perlu) dan gel di permukaan luka secara
merata. Jika ada rongga dalam, isi rongga dengan gel
sampai ½ kedalamannya
22. Tutup gel dengan balutan penyerap exudate sebagai
primary dressing
23. Tutup balutan dengan transparent film dressing (tepi
pembalut melingkupi 3-4 cm dari tepi luka) atau tutup
dengan beberapa lapis kasa dan tutup seluruh
permukaan kasa dengan plester non-woven (hepafix)
24. Letakkan instrumen yang telah terpakai dan kotor di
dalam ko berisi larutan desinfektan
25. Rapikan klien dan angkat underpand
26. Cuci peralatan kotor dan rapikan kembali tempatnya
semula
27. Lepaskan sarungtangan, buang ke tempat sampah,
lepaskan apron
28. Cuci tangan
29. Catat di chart tentang penggantian balutan luka,
penampilan/ukuran luka dan exudate

MERAWAT DAN MENGGANTI BALUTAN LUKA


GRANULASI
(WARNA DASAR LUKA MERAH)

Pengertian Warna dasar luka merah adalah permukaan dasar luka


berwarna merah terang dan lembab yan merupakan tanda
bahwa luka dalam proses pertumbuhan jaringan granulasi
dengan vaskularisasi baik dan mudah berdarah
Tujuan 1. Memberikan lingkungan lembab yang memfasilitasi
jaringan granulasi dan proses epithelisasi
2. Melindungi trauma
3. Mencegah kontaminasi mikroorganisme
4. Memberikan kenyamanan fisik dan psikologis kepada
klien
Indikasi 1. Balutan telah basah oleh exudate/ exudate merembes
keluar dari balutan sekunder (secondary dressing)
2. Warna dasar luka merah
Persiapan klien dan 1. Memberitahu tentang tujuan dan prosedur perawatan
lingkungan luka
2. Memasang sketsel atau menutup sampiran
Alat 1. Bak instrumen steril berisi :
 1 buah pinset anatomis
 1 buah gunting jaringan (bila perlu)
 1 buah knop sonde
2. Korentang jar dan korentang 1 set
3. Neerbeken/ basin berisi larutan desinfektan 1 buah
4. Gloves/ sarung tangan sesuai ukuran : 2 pasang
5. Cairan NaCl 0,9% 500 ml dalam botol
6. Topikal terapi sesuai kondisi luka:
 Hydrogel (GEL)
 Salep luka
14. Pembalut/dressing luka (absorbent dressing) sesuai
dengan kondisi :
 Transparant film dreesing
 Kasa segi empat
 Calcium alginate
15. Underpad
16. Sabun cuci luka
17. Perekat balutan hipolergenik (hipafix/micropore, dll)
18. Gunting verband 1 buah
19. Kantung sampah medis
20. Penggaris luka
Prosedur 1. Bawa peralatan ke dekat klien
2. Periksa program perawatan luka/ penggantian balutan
yang direkomendasikan
3. Letakkan under pad di bawah area luka
4. Atur posisi klien sesuai lokasi luka dan memudahkan
prosedur perawatan
5. Tempatkan kantung sampah di dekat area kerja
6. Cuci tangan secara medikal asepsis
7. Pakai schort (gown) atau apron dan sarung tangan
8. Buka perekat balutan yang menempel di kulit klien
9. Lepaskan/angkat perekat balutan secara hati-hati
10. Basahi kasa (balutan primer) dengan normal saline
bila kasa lengket di dasar luka
11. Buang kasa pembalut luka ke dalam katung sampah
12. Lepaskan sarung tangan jika kotor dan buang ke
kantung sampah
13. Kenakan sarung tangan bersih
14. Bilas luka dengan NaCl 0,9% dan gosok jaringan
nekrosis secara lembut dengan ujung jari sampai
berseih dengan menggunakan sabun cuci luka
15. Keringkan luka dengan cara tekan ringan dan lembut
(bukan digosok) dengan kasa
16. Bersihkan kulit sekitar luka sampai radius ± 5 cm dari
tepi luka
17. Kaji jumlah, jenis, konsistensi dan bau exudate;
warna dasar luka; ukuran luka; jaringan
granulasi/fibrorik dan tanda infeksi
18. Aplikasikan antibiotik topikal (metronidazole
powder-jika perlu) dan gel di permukaan luka secara
merata. Jika ada rongga dalam, isi rongga dengan gel
sampai ½ kedalamannya
19. Tutup gel dengan balutan penyerap exudate (calcium
alginate) di permukaan luka
20. Tutup balutan dengan transparent film dressing (tepi
pembalut melingkupi 3-4 cm dari tepi luka) atau tutup
dengan beberapa lapis kasa dan tutup seluruh
permukaan kasa dengan plester non-woven (hepafix)
21. Letakkan instrumen yang telah terpakai dan kotor di
dalam ko berisi larutan desinfektan
22. Rapikan klien dan angkat underpand
23. Cuci peralatan kotor dan rapikan kembali tempatnya
semula
24. Lepaskan sarungtangan, buang ke tempat sampah,
lepaskan apron
25. Cuci tangan
26. Catat di chart tentang penggantian balutan luka,
penampilan/ukuran luka dan exudate
IRITASI/TETES MATA

STANDAR OPERASIOANL PROSEDUR (SOP)


PEMBERIAN OBAT TETES MATA

Pengertian Tindakan pemberian obat dengan cara meneteskan atau


mengoleskan pbat pada mata
Tujuan Untuk memperlama kontak obat dengan permukaan mata
Indikasi 1. Meredakan sementara mata merah akibat iritasi ringan yang
dapat disebabkan oleh debu, sengatan sinar matahari,
pemakaian kontak lensa, alergi atau sehabis berenang
2. Antiseptik dan antiinfeksi
3. Radang atau alergi mata
Alat 1. Cairan NaCl 0,9%
2. Spuit 10cc atau spuit lain khusus mata yang steril
3. Kapas basah bersih pada tempatnya
4. Perlak dan pengalas
5. Bengkok
6. Handuk
7. Obat tetes mata
8. Kassa steril
9. Sarung tangan
Prosedur Tahap Pra Interaksi 1. Cek catatan keperawatan
2. Dapatkan informasi tentang klien
3. Tetapkan kontrak pertama
4. Cuci tangan
5. Siapkan alat
Tahap Orientasi 1. Bina hubungan saling percaya
2. Berikan salam terapeutik
3. Klarifikasi kontrak waktu tindakan
memberikan obat tetes mata
4. Jelaskan tujuan dan prosedur
tindakan
5. Beri kesempatan klien untuk
bertanya
6. Persiapan alat didekatkan
7. Pasangan sampiran
Tahap Kerja 1. Cuci tangan dan gunakan sarung
tangan
2. Atur posisi klien duduk atau
telentang dengan kepala miring
kearah mata yang akan dicuci
3. Letakkan perlak dan alasnya
dibawah kepala jika terlentang dan di
dada jika duduk
4. Ambil kapas lalu tempelkan kapas
dan tekan perlahan bagian kelopak
mata bawah dengan menggunakan
ibu jari kiri atau jari telunjuk diatas
tulang orbita
5. Minta klien untuk melihat ke langit-
langit
6. Teteskan obat mata dengan mata
dengan tangan dominan anda di dahi
klien, pegang tetes mata kurang lebih
1-2 cm di atas sakus konjungtiva
7. Teteskan obat sesuai intruksi
kedalam sakus konjungtiva (biasanya
2-3 tetes setiap mata)
8. Anjurkan klien menutup mata selama
2-3 menit agar obat dapat masuk
9. Bila klien berkedip atau menutup
mata atau bila tetesan jatuh kepinggir
mata ulangi prosedur
10. Bereskan alat
11. Cuci tangan
Tahap Terminasi 1. Evaluasi respon klien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Pemberian pesan
4. Kontrak selanjutnya (waktu,
kegiatan/topik, tempat)
Dokumentasi :
1. Obat yang diberikan dan dosis serta rute pemberian obat
2. Waktu pelaksanaan pemberian obat
3. Respon klien
IRITASI/TETES TELINGA

STANDAR OPERASIOANL PROSEDUR (SOP)


PEMBERIAN OBAT TETES TELINGA

Pengertian Memberikan obat pada telingan melalui kanal eksternal dalam


bentuk cair
Tujuan 1. Memberikan efek terapi lokal (mengurangi peradangan,
membunuh organisme penyebab infeksi pada kanal telinga
eksternal
2. Menghilangkan nyeri
3. Melunakkan serumen agar mudah diambil
Indikasi Untuk masalah peradangan dengan bagian telinganya
Alat 10. Kapas bulat
11. Perlak/ pengalas
12. Obat yang sudah ditentukan
13. Pipet (K/P)
14. Lidi kapas steril
15. Bengkok
16. Sarung tangan
Prosedur Tahap Pra Interaksi 1. Verifikasi order
2. Persiapan diri perawat
3. Siapkan alat
4. Siapkan lingkungan
Jaga privasi klien, tutup sampiran
Tahap Orientasi 8. Berikan salam terapeutik
9. Klarifikasi kontrak waktu tindakan
memberikan obat tetes telingan
10. Jelaskan tujuan dan prosedur
tindakan
11. Beri kesempatan klien untuk
bertanya
12. Persiapan alat didekatkan
Tahap Kerja 12. Cuci tangan dan gunakan sarung
tangan
13. Atur posisi klien berbaring ke
samping dengan posisi telinga yang
sakit menghadapkan ke atas
14. Kaji keadaan daun telinga dan
saluran telinga bagian luar.
Bersihkan daun telinga dan lubang
telinga dengan bola kapas basah
15. Hangatkan obat dengan tangan atau
masukkan botol obat dalam cairan
hangat beberapa detik
16. Buka dan luruskan telinga (untuk
bayi dengan cara menarik daun
telinga kebawah, untuk dewasa
dengan cara menarik daun telinga ke
atas ke belakang)
17. Teteskan obat sesuai dosis pada
telinga. Tekan tragus secara hati-hati
beberapa kali untuk membantu obat
masuk ke dalam telinga
18. Anjurkan klien tetap berbaring
miring selama ±5 menit. Pasang
kapas pada lubang telinga (tidak
ditekan) selama ± 15-20 menit
19. Rapikan klien, bereskan alat
20. Buka sarung tangan
21. Cuci tangan
Tahap Terminasi 5. Evaluasi respon klien
6. Simpulkan hasil kegiatan
7. Pemberian pesan
8. Kontrak selanjutnya (waktu,
kegiatan/topik, tempat)
Dokumentasi :
4. Obat yang diberikan dan dosis serta rute pemberian obat
5. Waktu pelaksanaan pemberian obat
6. Respon klien
RANGE OF MOTION EXCERCISE

STANDAR OPERASIOANL PROSEDU (SOP)


RANGE OF MOTION

Pengertian Kegiatan latihan yang bertujuan untuk memelihara fleksibelitas dan


mobilitas sendi
Tujuan 1. Mempertahankan fleksibelitas dan mobilitas sendi
2. Mengembalikan kontrol motorik
3. Meningkatkan/ mempertahankan integritas ROM sendi dan
jaringan lunak
4. Membantu sirkulasi dan nutrisi sinovial
Indikasi 1. Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang
apabila dilakukan pergerakan aktif akan menghambat proses
penyembuhan
2. Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif
dan menggerakkan ruas sendinya baik dengan bantuan atau
tidak
Prosedur Tahap Pra 1. Cek catatan medis dan catatan
Interaksi keperawatan klien
2. Validasi perasaan perawat
3. Cuci tangan
Tahap Orientasi 1. Berikan salam terapeutik
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Beri kesempatan klien untuk bertanya
4. Menanyakan kepada klien tentang
riwayat nyeri, sakit kepala, keterbatasan
gerak, ketidakmampuan melakukan
aktifitas, cedera, kehilangan fungsi tanpa
nyeri dan apakah sekarang masih
merasakan keluhat tersebut
5. Menjaga privasi klien klien
Tahap Kerja 1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2. Latihan gerak sendi
a. Leher
 Fleksi dan ekstensi : letakkan
salahsatu telapak tangan dibawah
kepala klien dan telapak tangan
lainnya dibawah dagu, tekuk
kepala kedepan hingga dagu
menempel di dada kemudian
kembali keposisi tegak
 Fleksi lateral : letakkan kedua
tangan di pipi kanan dan kiri
klien. Tekuk kepala ke arah
amping kanan dan kiri bergantian
 Rotasi lateral : letakkan kedua
tangan di pipi kanan dan kiri
klien tekuk kepala ke arah
samping kanan dan kiri secara
bergantian
b. Bahu
 Fleksi dan ekstensi : pegang
tangan klien dibawah siku
dengan satu tangan, tangan lain
memegang pergelangan tangan.
Angkat tangan keatas sehingga
mencapai bagian kepala tempat
tidur, kembalikan ke posisi
semula
 Abduksi : angkat tangan klien
kesamping sejauh mungkin
kembalikan ke posisi semula
 Aduksi aterior dan posterior :
gerakan tangan klien melewati
tubuh hingga mencapai tangan
klien yang lain, kembalikan ke
posisi semula
 Rotasi internal dan eksternal :
angkat tangan ke samping hingga
membentuk sudut 90 derajat
tekuk sendi siku hingga jari-jari
menghadap ke atas. Gerakan
tangan ke arah bawah sehingga
telapak tangan menyentuh tempat
tidur, putar tangan ke arah atas
sehingga punggung telapak
tangan menyentuh tempat tidur
 Fleksi dan ekstensi siku : tekuk
siku hingga jari-jari menyentuh
dagu dan kemudian luruskan
 Supinasi dan pronasi : putar
lengan kearah luar sehingga
telapak tangan menghadap ke
atas. Putar lengan kearah
sebaliknya sehingga telapak
tangan menghadap bawah
3. Pergelangan Tangan
 Fleksi dan ekstensi : tekuk
telapak tangan kebagian dalam
lengan bawah dan kemudian
luruskan telapak tangan sehingga
sebidang dengan lengan bawah
 Abduksi/fleksi radial/deviasi
radial : bengkokkan telapak
tangan ke samping kearah ibu jari
dan luruskan kembali
 Adduksi/fleksi/deviasi ulnar :
bengkokan telapak tangan
kesamping kearah kelingking dan
luruskan kembali
 Sirkumduksi : putar telapak
tangan dengan pada saat
menggerakkan pergelangan
tangan
4. Jari-jari dan Ibu Jari
 Fleksi dan ekstensi : kepalkan ari
tangan klien kemudian luruska
kembali
 Hiper ekstensi : bengkokkan jari-
jari kebelakang
 Abduksi dan adduksi :
kembangkan jari-jari tangan klien
kemudian rapatkan kembali
 Oposisi : menyentuhkan ibu jari
ke setiap jari-jari
 Sirkumduksi : putar ibu jari klien
dengan sumbu sendi metakarpal
 Abduksi dan adduksi ibu jari :
tentangkan ibu jari ke samping,
dekatkan kembali dengan jari-jari
lain
5. Panggul dan lutut
 Fleksi dan ekstensi : angkat kaki
dan tekuk lutut, gerakkan lutut
kearah dada sejauh mungkin,
turunkan kaki dan luruskan
kembali ke posisi semula
 Abduksi dan adduksi : gerakan
kaki ke smaping menjauhi sumbu
utama dan ke arah sebaliknya
hingga menyilang melewati kaki
lainnya
 Rotasi internal : pegang tumit dan
telapak kaki, putar kaki kearah
dalam
 Rotasi eksternal : pegang tumit
dan telapak kaki putar kaki
kearah luar
6. Lutut
 Fleksi dan ekstensi : dilakukan
bersamaan dengan fleksi
ekstensi panggul
7. Pergelangan kaki
 Dorsi fleksi : dorong telapak kaki
kearah atas dan kembalikan ke
posisi semula
 Plantar fleksi : dorong telapak
kaki ke arah bawah dan
kembalikan ke posisi semula
 Eversi : putar telapak kaki kearah
luar
 Inversi : putar telapak kaki ke
arah dalam
 Sirkumduksi : putar telapak kaki
dengan poros sendi pergelangan
kaki
8. Jari-jari Kaki
 Fleksi dan ekstensi : dorong jari-
jari kaki klien kearah atas dan
kearah bawah
 Abduksi dan adduksi :
renggangkan jari-jari kaki klien
kearah samping dan rapatkan
Tahap 1. Evaluasi respon klien selama dan setelah
Terminasi melakukan tindakan
2. Menanyakan perasaan klien dan keluhan
selama dan setelah melakukan tindakan
3. Membantu klien memilih posisi yang
nyaman
4. Kontrak selanjutnya (waktu,
kegiatan/topik, tempat)
5. Mengucapkan salam
Dokumentasi :
1. Mencatat semua data hasil pemeriksaan dengan jelas dan
datar
2. Mencantumkan nama jelas dan tanda tangan perawat yang
melakukan pemeriksaan pada catatan perawatan

Anda mungkin juga menyukai