Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Segala puji  dan syukur kepada Allah SWT. Semoga kita semua selalu mendapat rahmat-
Nya. Salawat dan salam kita persembahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW
beserta segenap keluarga dan sahabat-sahabat belaiau. Kami bersyukur atas petunjuk dan hidayah
Allah SWT pada akhirnya berhasil juga menyusun makalah yang berjudul “TUJUAN HIDUP
MANUSIA” makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Filsafat umum.
Makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan tentang tujuan hidup manusia. Sepanjang
pengamatan penulis yang pendek ini, makalah yang khusus menguraikan tujuan hidup seseorang .
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat umum.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen kami yang telah membimbing dan semua
pihak yang telah ikut berpartisipasi untuk selesainya makalah ini, semoga Allah SWT membalasnya
dengan pahala yang belipat ganda. Kami menyadari bahwa keseluruhan uraian di dalam makalah ini
masih jauh dari sempurna, karena itu kami akan terus memperbaikinya. Saran dan kritik yang
bersifat perbaikan dan penyempurnaan akan diterima dengan segala senang hati.
Akhirnya kepada Allah SWT kita berserah diri semoga apa yang kita lakukan ini ada
manfaatnya.
BAB1PENDAHULUAN1.
1Latar Belakang
Tujuan hidup manusia pastilah kebahagiaan, akan tetapi cara mencapai kebahagianitulah yang membuat seseorang
harus menghalalkan segala cara agar dirinya sendiri bahagia.Perasaan bahagia dan kesedihan dalam hidupmanusia
adalah hal yang wajar terjadi. Akantetapi jika mampu mengoptimalkan perasaan bahagia dan sedih itu ke arah yang
positif makamanusia pasti mampu berpikir positif terhadap semua masalah yang dihadapinya.Kebahagiaan kerapkali
dikaitkan dengan kondisi emosional dan bagaimana individumerasakan dunia sekitarnya dan dirinya sendiri.
Sejumlah pakar memproposisikan bahwakebahagiaan seharusnya bukan menjadi tujuan dalam hidup tetapi
seharusnya dijadikansebagai produk kehidupan manusia. Allport mengungkapkan bahwa kebahagiaan
bukanlahtujuan, tetapi merupakan konsekuensi yang mungkin terjadi akibat keterlibatan seseorangsepenuhnya dalam
kehidupannya.1Kondisi kebahagiaan itu sendiri bukanlah kekuatan yangmemotivasi tetapi dampak dari
termotivasinya aktivitas seseorang.Hal seperti di atas inilah yang coba dilihat dalam psikologi positif, yang berupaya
untukmelihat sisi positif sosok manusia. Pemrakarsa psikologi positif, Seligman melihat bahwa ditengah
ketidakberdayaannya, manusia selalu memiliki kesempatan untuk melihat hidupsecara lebih positif.2Manusia
dipandang sebagai makhluk yang bisa bangkit dari segala ketidakberdayaandan memaksimalkan potensi diri.
Psikologi positif melihat manusia sebagai sosok yangmampu menentukan cara memandang kehidupan. Psikologi
positif berpusat pada pemaknaanhidup, bagaimana manusia memaknai segala hal yang terjadi dalam dirinya,
dimanapemaknaan ini bersifat sangat subyektif. Untuk itulah, pemaknaan hidup yang positifmerupakan hal yang
sangat penting agar manusia,dengan berbagai latar belakangnya, denganberbagai subyektivitas yang dimilikinya,
mampu meraih kebahagiaan atau disebutsubyektifwell being(kesejahteraan subyektif).Dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ronald Inglehart, dkk.Dapat diketahui bahwa45 negara dari 52 negara yang disurvei dalam kurun
waktu 1981-2007 sudah mampumeningkatkan SWB sebesar 77% dengan kepuasan hidup 63% dan kebahagiaan
87%.Kebahagiaanditanggapilebih positif dalambeberapa dekadeterakhirdaripadakepuasanhidup.Salah satu alasannya
adalahkarenakepuasanhiduplebihpeka terhadapkondisiekonomidarikebahagiaan,dandinegara-negaraeks-
komunisbanyakpembebasanpolitikdansosialpada beberapatahun
terakhirdidampingiolehkeruntuhanekonomi,membawakebahagiaannaiktetapikepuasanhidupmenurun.Sampaikemak
muranekonomidipulihkan,orang-orang dari negara
lainmengalamikebahagiaannaiktetapipenurunanyangtajamdalamkepuasanhidup Subjective well beingmerupakan
konsep yang luas, meliputi emosi pengalamanmenyenangkan, rendahnya tingkatmoodnegatif, dan kepuasan hidup
yang tinggi.4Istilahsubjective well-beingdidefinisikan sebagai evaluasi kognitif dan afektifseseorang tentang
hidupnya. Evaluasi ini meliputi penilaian emosional terhadap berbagaikejadian yang dialami yang sejalan dengan
penilaian kognitif terhadap kepuasan danpemenuhan hidup. Seseorang dikatakan memilikisubjective well-beingyang
tinggi jikamereka merasa puas dengan kondisi hidup mereka, sering merasakan emosi positif dan jarangmerasakan
emosi negatif..5Subjective well beingtersusun dari beberapa komponen utama, termasuk kepuasanhidup secara
umum, kepuasan terhadap ranah spesifik kehidupan, adanya afek yang positif(mooddan emosi yang menyenangkan),
dan ketiadaan afek negatif (mooddan emosi yangtidak menyenangkan).6Keempat komponen utama itu, yaitu afek
positif, afek negatif, kepuasan hidup dankepuasandomain, memiliki korelasi sedang satu sama lain, dan secara
konseptual berkaitansatu sama lain. Namun,tiap-tiap komponen menyediakan informasi unik mengenai
kualitassubjektif kehidupan seseorang. Afek positif dan afek negatif termasuk ke dalam komponenafektif, sementara
kepuasan hidup dan domain kepuasan termasuk kedalam komponenkognitif.7Sementara itu, penelitian lain yang
dilakukan secara sistematis menggambarkanhubungan variasi demografis dengansubjective well being. Sejumlah
penemuan replikasi menghasilkan: (a) faktor demografis seperti usia, jenis kelamin, dan pendapatan
berhubungandengansubjective well being; (b) efeknya biasanya kecil; dan (c) banyak orang cukupbahagia, karena itu,
factor demografis cenderung membedakan antara orang yang cukupbahagia dan yang sangat bahagia.8Menurut
Seligman, salah satu upaya untuk meraihsubjective well beingadalah denganmemiliki enam keutamaan hidup,
yakniwisdom and knowledge, courage, humanity, justice,temperance,dantranscendence. Dari enam keutamaan
tersebut, maka muncullah 24 karakterkekuatan (characters of strength) yang bisa dimiliki oleh manusia untuk meraih
keutamaanhidup, dimana salah satunya adalah bersyukur (gratitude).9Beberapa penelitian
membuktikangratitudeseringkali muncul sebagai karakter ataukekuatan yang dominan dan menonjol dibanding
kekuatan lainnya. Survey yang dilakukanolehGallup (1998) terhadap remaja dan orang dewasa Amerika
menunjukkan bahwa lebihdari 90% responden mengekspresikan rasa syukur sehingga membantu mereka untuk
merasabahagia. Di Indonesia sendiri, penelitian yang dilakukan oleh Lestari tentang profil karakterkekuatan pada
perawat di Rumah Sakit Cengkareng menunjukkan hasil serupa. Bersyukurmenjadi salah satu dari lima karakter yang
paling menonjol dibanding karakter kekuatanlainnya.10Bersyukur didefinisikan sebagai rasa berterima kasih dan
bahagia sebagairesponpenerimaan karunia, baik karunia tersebut merupakan keuntungan yang terlihat dari orang
lainatau pun momen kedamaian yang ditimbulkan oleh keindahan alamiah. orang yang bersyukur adalah seseorang
yang menerima sebuah karunia dan sebuahpenghargaan, dan mengenali nilai dari karunia tersebut. Orang yang
bersyukur mampumengidentifikasikan diri mereka sebagai seorang yang sadar dan berterima kasih atasanugerah
Tuhan, pemberian orang lain, dan menyediakan waktu untuk mengekspresikan rasaterima kasih mereka.Bersyukur
bisa diasumsikan sebagai keutamaan yang mengarahkan individu dalammeraih kehidupan yang lebih baik. Penelitian
yang dilakukan oleh Emmons & McCulloughmenunjukkan bahwa kelompok yang diberikantreatmentbersyukur
memiliki skorsubjectivewellbeingyang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. Penelitian tersebut
jugamembuktikan bahwa bersyukur memberikan keuntungan secara emosi dan interpersonal.12Kebahagiaan dapat
dirasakan oleh seseorang yang sudah ikhlas menerima segala ujiandan cobaan dengan cara mensyukuri problematika
hidupnya. Rasa syukur seseorang tidakdapat dilihat dan dipikir secara rasional seperti kasus Nabi Idris yang diberi
ujian oleh AllahSWT. Dimulai dengan diberi-Nya anak-anak yang banyak danistri yang cantik. Nabi Idristerus
menerus bersyukur akan karunia yang begitu melimpah. Sampai suatu hari, Allah SWTmemberi cobaan yang tak
terperi, yang secara dinalar tak mungkin mampu dihadapi olehmanusia biasa, yaitu dipanggillah anak-anaknya
satuper satu menghadap Sang Rabb sampaitidak ada yang tersisa. Lalu diberi penyakit oleh Allah SWT yang tak
kunjung sembuh sampaiistrinya pun pergi meninggalkan dirinya sendirian, Beliau masih tetap bersyukur akan
cobaantersebut. Sampai akhirnya Allah SWT memberinya wahyu berupa cara menyembuhkanpenyakit kulitnya
Rasa syukur yang tiada habisnya dipanjatkan oleh Nabi Idris kepada Allah dan akhirnyamemberinya jawaban atas
kesembuhan penyakit Beliau. Peristiwa ini wajib kita tiru agarhidup kita dapat terussejahtera kemudian
bahagia.Syukur atau dalam bahasa Inggris disebutgratitudeberasal dari bahasa latin, yaitu”gratia”, yang berarti
keanggunan atau keberterimakasihan. Arti dari bahasa latin ini berartimelakukan sesuatu dengan kebaikan,
kedermawanan, kemurahan hati, dan keindahanmemberi dan menerima. Bersyukur berasal dari persepsi bahwa
seseorang telah diuntungkanoleh tindakan orang lain. Bersyukur muncul karena adanya penghargaan saat
seseorangmenerima karunia dan sebuah apresiasi terhadap nilai dari karunia tersebut.13Syukur adalah ungkapan
perasaan positif seseorang atas tindakan atau keadaan yangsedang dialaminya. Para ilmuwan psikologi lebih senang
menggunakan makna sebagaiemosi/affectdalam membahasakan syukur (gratitude). Para ahli, baikitu filsuf,
agamawan,sosiolog atau pun psikolog mengartikan syukur berdasarkan latar belakang masing-masingyang pada
intinya bahwa syukur sebagai sebuah emosi, mood, atau sifat afektif yang akanmelahirkan perasaan menyenangkan
(pleasant), kebahagiaan, dan kesejahteraan.14Emmons & McCullough (2003) memaparkan hasil penelitiannya,
bahwa kelompokyang diberikantreatmentrasa syukur memiliki skorsubjective wellbeingyang lebih
tinggidibandingkan dengan kelompok lainnya. Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa denganbersyukur,
seseorang akan mendapatkan keuntungan secara emosi dan interpersonal.

Menurut Al-Ghazali (1954,J.1:53) tujuan hidup manusia yaitu tercapainya kebahagiaan. Sedangkan tujuan akhirnya
ialah tercapainya kebahagiaan akhirat yang puncaknya yaitu dekat dengan Allah dengan cara bertemu dan melihat
Allah yang di dalamnya terdapat kenikmatan-kenikmatan yang menyeluruh yang tidak pernah diketahui oleh
manusia ketika di dunia Dekat dengan Allah menjadi tujuan hidup manusia, ini tidak lepas dari konsepnya tentang
manusia bahwa esensi manusia itu jiwanya (al-nafs al-nathiqah) dan daya yang terpenting pada al-nafs itu ialah
mengetahui hakikat-hakikat, dan hakikat yang mutlak ialah Allah. Pengetahuan yang sempurna tentang Allah bisa
dicapai dengan kesempurnaan esensi manusia. Lebih lanjut Al-Ghazali (1964:203) menjelaskan bahwa
kesempurnaan esensi manusia itu tidak dapat dicapai di dunia, sebab badan manusia dan kebutuhan-kebutuhan hidup
yang lain menjadi penghalang bagi jiwa untuk menyempurnakan dirinya. Dan setelah jiwa berpisah dari badan, jiwa
dapat kembali kepada kesucian dan kesempurnaannya, sehingga hambatan untuk dekat dengan Allah sepenuhnya
menjadi hilang, karena menurut Al-Ghazali (1964:353) pada dasarnya jiwa manusia itu bersih dari segala kotoran
yang

 
menghalanginya dari dekat dengan Allah, sebab fitrah manusia adalah percaya kepadaAllahdanmengenalnya.
Kebahagiaanakhiratyangmenjaditujuanakhir hidup manusia itu menurut Al-Ghazali (1954:J.4:100) mempunyai empat ciri,
yaitu kekal tanpa akhir, gembira tanpa duka cita, pengetahuan tanpa kebodohan dan kaya tanpa kemiskinan,
sempurna tanpa kekurangan dan kemulyaan tanpa kehinaan. Melihat ciri-ciri kebahagiaan akhirat yang dikemukakan
di atas, itu tiada lain merupakan kebahagiaan surga, dan hal ini sesuai dengan apa yang digambarkan Allah dalam al-
Qur'an sebagai berikut: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-
macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan (Q.S.
As-Sajdah: 17). Konsep Al-Ghazali tentang tujuan hidup manusia yang mengfokuskan kepada kebahagiaan akhirat,
bukan berarti ia menolak adanya kebahagiaan dunia. Menurutnya (1964:190) bahwa kebahagiaan dunia itu ada yaitu
terletak pada kemuliaan, kehormatan, kedudukan, kekuasaan, terhindar dari duka cita dan kesusahan dan
memperoleh kesenangan yang terus menerus. Namun, kebahagiaan dunia itu bersifat majazi, sedangkan kebahagiaan
akhirat itu bersifat hakiki. Walhasil, dari kajian tentang tujuan hidup manusia menurut Al-Ghazali di atas dapat
dipahamibahwatujuanhidupmanusiaituialahmemperolehkebahagiaan,baik kebahagiaan dunia maupun kebahagiaan akhirat,
sedangkan tujuan akhirnya yaitu kebahagiaan akhirat. Kebahagiaan dunia menurut Al-Ghazali hanya bersifat majazi,
sedangkan kebahagiaan akhirat bersifat hakiki. D. Upaya untuk Mencapai Tujuan Hidup Kebahagiaan akhirat
menurut Al-Ghazali hanya dapat dicapai dengan melaksanakan persiapan yang diperlukan selama hidup di dunia.
Persiapan ini dilaksanakandenganjalanmengumpulkanbekalketikamanusiamenjalanihidupdi dunia ini. Ada berbagai jenis
keutamaan yang harus dipersiapkan manusia untuk mencapaikebahagiaan,yangsemuanyadinamakanwasilahatausarana.
Wasilahini al-Ghazali membaginya ke dalam empat kategori, yang setiap kategori mencakup empat macam
keutamaan, sehingga jumlah semuanya ada enam belas. Tidak semua wasilah itu sama pentingnya bagi tercapainya
kebahagiaan. Beberapa di antaranya mutlak perlu dan yang lain hanya berguna. Beberapa di antaranya dekat sekali

 
ketika hati itu dibersihkan dan disucikan dari sifat-sifatnya yang tercela. Dari cahaya itu, tersingkaplah beberapa
makna yang jelas, sehingga tercapailan ma'rifah yang hakiki mengenai Dzat Allah Yang Maha Suci, sifat-sifat-Nya
yang kekal dan sempurna, perbuatan-perbuatan-Nya, dan hukum-hukumnya dalam menciptakan dunia dan akhirat,
dan hal-hal ghoib lainnya, seperti tentang perbenturan antara bala tentara syetan dan malaikat di dalam hati, keadaan
syurga, neraka, siksa kubur, mizandanhisab.Ilmumu'amalahyangdimaksuddisiniyaituilmuprihalkeadaanhatiyang terbagi
kepada dua bagian, yakni yang terpuji dan dan yang tercela. Yang terpuji yaitu seperti sabar, syukur, khauf, roja, ridha,
zuhud, taqwa, qona'ah, dermawan, mengenal anugerah Allah dalam setiap keadaan berbuat kebajikan, berperasangka
baik, berbudi pekerti baik, bergaul dengan baik, jujur dan ikhlas. Adapun yang tercela yaitu seperti takut miskin,
marah kepada yang ditakdirkan, menipu, dengki, dendam, mencari ketinggian, senang lama hidup di dunia untuk
bersenang-senang, sombong, ria, suka marah, keras hati,bermusuhan, tamak, kikir, angkuh, congkak, bangga dengan
ni'mat yang datang, menghormati orang kaya dan menghina orang miskin, berbangga diri, sombong terhadap
kebenaran, bergelimang dalam hal tidak penting, banyak bicara tidak karuan, ujub, banyak membicarakan cacat
orang dan melalaikan cacat sendiri, hilang perasaan sedih, sangat memenangkan hawa nafsu apabila diremehkan,
lemah dalam menolong kebenaran, merasa aman dari ujian Allah, murka, khianat, menipu, panjang angan-angan,
kerasdan kasar, gembira dengan duniadan berduka cita karena kehilangan dunia, penentang, ceroboh, tergesa-gesa,
sedikit rasa malu, dan sedikit rasa kasihan. Sifat-sifat tersebut merupakan ladang-ladang kekejian dan tempat
tumbuhnya perbuatan-perbuatan yang dilarang. Oleh karena itu, mengetahui batas-batas urusan ini dan cara-cara
pengbatannya termasuk kepada ilmu menuju jalan kebahagiaan akhirat.

MENETAPKAN TUJUAN
Tujuan merupakan pagar yang menjaga anda tetap berada dalam jalur menuju cita-cita anda. Buat
tujuan yang realistis. Tujuan yang terlalu ambisisus seringkali tidak tercapai. Jika itu terjadi, dapat
mengikis kepercayaan diri anda.sebaiknya diawal, buatlah tujuan kecil dan dapat diraih, kemudian
tingkatkan secara bertahap (Greenwald)

Menyusun tujuan yang berkualitas perlu SMART. Clements (2006) menguraikan unsure-unsur
tujuan yang berkualitas, yaitu:

1.      Specific (khusus)

Rumuskan tujuan secara spesifik. Maksudnya tujuan tidak bermakna ganda terhadap apa yang
ingin anda capai. Tujuan perlu focus pada definisi spesifik bidang-bidang perilaku kinerja.

Misalnya, saya ingin menjadi sarjana. Tujuan ini belum spesifik. Anda ingin jadi sarjana apa?
Perencanaan tujuan yang spesifik misalnya adalah “saya ingin menjadi sarjana Psikologi”.

2.      Measurable (terukur)

Tujuan yang terukur berarti mengandung alat ukur. Jika tujuan tidak dapat diukur, kita akan sulit
mengevaluasi pencapaiannya. Pengukuran merupakan cara untuk memantau kemajuan, apakah
tujuan telah tercapai atau belum.

Misalnya: saya ingin meningkatkan indeks prestasi saya. Pernyataan tujuan tersebut belum
terukur. Agar terukur, tujuan seharusnya”saya ingin meningkatkan indeks prestasi saya menjadi
di atas 3.00 (semester lalu 2.50).

3.      Achieveable (dapat dicapai)

Tujuan dicapai dengan kemampuan yang ada. Oleh karena itu tujuan yang baik berada dalam
batas kemampuan orang yang membuat tujuan. Tujuan selanjutnya ditingkatkan secara bertahap
sehingga member tantangan namun dapat dicapai. Tujuan yang sangat tinggi menyebabkan sulit
dijangkau dan bisa menimbulkan frustasi.

Misalnya: saya ingin menjadi sarjana dengan indeks prestasi kumulatif 3.75 dengan skor
TOEFL 550. Tujuan tersebut mungkin dicapai jika kemampuan anda mendekati keinginan
tersebut. Apabila IPK anda saat ini (semester 7) 2.50 dan skor TOEFL anda 350, maka tujuan
tersebut tidak achievable.

4.      Realistic (realistis)

Tujuan yang realistis adalah tujuan yang layak dan dapat dicapai dengan kondisi yang ada.
Seorang mahasiswa yang ingin meningkatkan IPKnya dari 2.50 menjadi 3.75 dalam satu
semester adalah tidak realistis namun jika tujuannya meningkatkan IPK dari 2.50 menjadi 2.51
juga sangat pesimis.

5.      Relevant (relevan)

Tujuan dibuat untuk menyelesaikan masalah yang ada. Tujuan yang relevan akan membantu
seseorang mencapai misinya atau mencapai tujuan yang lebih besar.

Misalnya: seorang mahasiswa semester tujuh merasa sangat sedikit mempunyai teman. Di sisi
lan dia menyadari tak lama lagi akan menyelesaikan studi dan masuk ke dunia kerja untuk
berkarya, dia memerlukan banyak teman agar lebih mudah masuk ke dunia kerja (masyarakat).
Sehubungan dengan masalah yang dirasakannya, sang mahasiswa memiliki tujuan menambah
teman baru sedikitnya satu orang dalam satu minggu, agar jejaringnya semakin luas sebelum ia
menyelesaikan studinya.

6.      Time Bound (batas waktu)

Tujuan di rencanakan dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tujuan yang baik ditetapkan pada
awal dan akhirnya, sehingga jelas kapan diadakan penilaian.

Misalnya: saya akan menyelesaikan studi S1 saya maksimum selama 8 semester. Berarti jika
mulai kuliah September 2012, maka selesai kuliah maksimum September 2016. Lakukan
penilaian ketika anda telah menjalani lima puluh persen waktu anda (ketika berada di semester
empat). Sudah berapa mata kuliah yang anda selesaikan (lulus)? Sepeti apa pencapaiannya?
Sudah puaskah anda dengan pencapaian tersebut? Jika belum, perlukah anda mengubah strategi
belajar agar batas waktyu delapan semester dengan IP yang anda cita-citakan bisa dicapai?

Tujuan Hidup Menurut Islam


Manusia tidak diciptakan begitu saja tanpa adanya tujuan hidup. Adapun tujuan utama manusia
diciptakan oleh Allah SWT adalah agar dapat menyembah dan beribadah kepada Allah SWT.
Berikut ini adalah tujuan hidup manusia di bumi yang disebutkan dalam Alqur’an dan sunah rasul
1. Menyembah Allah
Adapun tujuan hidup manusia yang paling utama adalah untuk menyembah dan beribadah kepada
Allah SWT. Sebagai hamba Allah, manusia wajib menjalankan segala perintah dan menjauhi segala
laranganNya. Manusia juga harus menjadikan rukun iman dan rukun islam sebagai pedoman
hidupnya. Berikut ini adalah ayat yang menyebutkan kewajiban manusia untuk beribadah kepada
Allah SWT

ِ ‫سلَّا لِيَ ْعبُ ُد‬


‫ون‬ ‫ت ال ْجِ ّ َن َوال ْ ِإن ْ َ ِإ‬
ُ ْ‫خلَق‬
َ ‫َو َما‬
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (Qs
Adz zariyat : 56).
Adapun ibadah yang dapat dilaksanakan oleh manusia untuk memenuhi tugasnya sebagai hamba
Allah dapat berifat umum maupun khusus. Ibadah yang bersifat khusus adalah ibadah yang
langsung ditujukan kepada Allah SWt seperti shalat, baik shalat wajib ataupun shalat sunnah, puasa
(baca puasa ramadhan dan keutamaan puasa senin kamis), zakat (baca penerima zakat dan syarat
penerima zakat), haji (baca syarat wajib haji) dan ibadah lainnya yang sifatnya sunnah seperti
membaca Alqur’an (baca manfaat membaca Alqur’an dalam kehidupan dan manfaat membaca
alqur’an bagi ibu hamil), bersedekah (baca keutamaan bersedekah). Adapun ibadah yang dilakukan
secara umum adalah ibadah yang kaitannya dengan hubungan manusia dengan sesamanya seperti
menyambung tali silaturahmi (baca keutamaan menyambung tali silaturahmi) dan tolong menolong
antar sesama sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT bahwa manusia diciptakan
sebagai makhluk sosial

َ ‫َاسن َّا َخل َ ْقنَاك ُْم ِم ْن َذك ٍَر َوأُنْث َٰى َو َج َعلْنَاك ُْم ُش ُعوبًا َوقَبَا ِئ َل ِلتَ َع َارفُوا ۚ ِإ ّ َن أَك َْر َمك ُْم ِعن ْ َد الل َّ ِه أَتْ َقاك ُْم ۚ ِإ ّ َن الل َّ َه‬
ٌ ‫علِيمٌ َخب‬
‫ِير‬ ‫يَا أَيُّ َها الن ّ ُ ِإ‬
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al
hujurat : 13)
2. Menjalankan perannya sebagai khalifah
Manusia adalah khalifah di muka bumi dan setiap manusia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri.
Istilah khalifah disini adalah pemimpin dimana manusai bertanggung jawab menjaga
keberlangsungan hidupnya dan alam sekitarnya. Sebagai makhluk yang dikaruniai akal maka
manusia memiliki kewajiban untuk mengelola sumber daya alam dan menjaga kelestariannya. Tidak
hanya itu, manusia juga berkewajiban untuk menjaga dirinya sendiri dari perilaku yang tidak baik
karena setiap perlakuan atau perbuatan manusia di dunia kelak akan dimintai pertanggung
jawabannya. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Albaqarah ayat 30 yang bunyinya (baca
hakikat manusia menurut islam)

‫ِح ْم ِد َك‬
َ ‫ح ُن ن ُ َسبّ ُِح ب‬ْ َ ‫اء َون‬ ّ ِ ‫يها َويَ ْس ِف ُك‬
َ ‫الد َم‬ َ ‫يها َم ْن يُفْ ِس ُد ِف‬ ْ َ‫اع ٌل ِفي ال ْأ َ ْر ِض َخلِيفَ ًة ۖ قَال ُوا أَت‬
َ ‫ج َع ُل ِف‬ ِ ‫َال َربُّ َك لِل َْمل َا ِئك َ ِة ِإ ِن ّي َج‬
َ ‫َو ِإ ْذ ق‬
‫ون‬
َ ‫عل َُم َما ل َا تَ ْعل َُم‬ َ
ْ ‫َال ِإ ِن ّي أ‬
َ ‫َك ق‬ ۖ َ ‫َونُقَ ِ ّد ُسل‬
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.(QS Al
Baqarah :30)
3. Meneruskan Ajaran islam
Tidak hanya beribadah dan menjalankan tugasnya sebagai khalifah, manusia juga wajib menuntut
ilmu dan meneruskannya (baca hukum menuntut ilmu) pada generasi selanjutnya agar ajaran islam
tetap terjaga hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan menurut islam yang menyebutkan bahwa ilmu
pendidikan islam bukan hanya ilmu yang diajarkan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah SWT
akan tetapi juga untuk menuntun perilaku manusia dan menunjukkan perbuatan amar ma’ruf nahi
mungkar. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah surat Al imran ayat 104 yang bunyinya

‫ون‬
َ ‫ح‬ُ ِ‫ع ِن ال ُْمنْك َِر ۚ َوأُول َٰ ِئ َك ُه ُم ال ُْم ْفل‬
َ ‫وف َويَن ْ َه ْو َن‬ َ ‫خيْ ِر َويَأ ْ ُم ُر‬
ِ ‫ون بِال َْم ْع ُر‬ َ ْ ‫ون ِإل َى ال‬
َ ‫ع‬ُ ‫َولْتَك ُْن ِمنْك ُْم أ ُ َّم ٌة يَ ْد‬
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.“(QS Al Imran : 104)
Tujuan hidup manusia tersebut hendaknya dipahami dan dilaksanakan oleh manusia karena tanpa
tercapainya tujuan hidup tersebut maka tuhas manusia di bumi ini tidaklah dapat terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai