Anda di halaman 1dari 10

PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN SEKS

BAGI ANAK UNTUK MENGANTISIPASI LGBT

Dewi Wahyuni
Widyaiswara Ahli Madya BBPPKS Regional II Bandung
E-mail: dewi_yuni08@yahoo.co.id

Abstract
Nowadays Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender (LGBT) is a social issue that threatens
religious life, family resilience, and human survival because it goes against human nature.
The spread of LGBT will have a significant negative effect on the growth and development
of children. Parents as the first and primary educators in family play a very important
role in protecting children from LGBT behavior by providing sex education. The problem
formulation of this study is how to teach sex education for children in family and how
parents play their roles in anticipating LGBT. The parents’ roles in anticipating children
from LGBT is by providing sex education in accordance with the age and stage of their
physical, psychological, and social development. Sex education from parents guarantees a
better process of continuous education, in contrast to outside sex education and information
that is often unaccountable and partial. The roles of parents in sex education for children
include: (1) the role of cooperation between parents; (2) evaluators in sex education; (3)
companion; (4) educators; and (5) observers in sex education.
Keywords: LGBT; sex education; children; parents’ roles.

1. PENDAHULUAN Jumlah LGBT semakin meningkat


Permasalahan Lesbian, Gay, Biseksual, dan sudah mulai berani mengeksperesikan
dan Transgender (LGBT) merupakan diri di depan umum. Data Kementerian
masalah besar yang sangat mengkhawatirkan Kesehatan pada 2012 menunjukkan bahwa
umat manusia dan mengancam kelangsungan terdapat 1.095.970 Lelaki berhubungan
hidup manusia karena tidak sesuai dengan Seks dengan Lelaki (LSL) alias gay yang
fitrah manusia. Secara naluri atau fitrahnya, tersebar di semua daerah. Jawa Barat
manusia diciptakan untuk saling berpasangan merupakan provinsi dengan jumlah LSL
antara pria dan wanita. Di mana membangun terbanyak (300.198 orang). Dari jumlah
hubungan guna membina rumah tangga, itu, 4.895 orang penderita HIV/AIDS.
nantinya akan mempunyai keturunan Sementara itu, jumlah gay di Jawa Tengah
dari proses hubungan biologis. LGBT sebanyak 218.227 orang. Dari jumlah
merupakan masalah sosial yang mengancam itu, sebanyak 11.951 orang terindikasi
kehidupan beragama, ketahanan keluarga sebagai penderita HIV/AIDS. Jumlah gay
dan kepribadian bangsa. Perkembangan di DKI Jakarta sebanyak 27.706 orang,
LBGT akan memberikan pengaruh negatif dari jumlah itu sebanyak 5.550 orang
yang sangat signifikan bagi pertumbuhan dan diduga menderita HIV/AIDS (Ini Provinsi
perkembangan anak. dengan...).

Vol XIV Nomor 25 Januari-Juni 2018 23


Hasil survey YKPN menunjukkan ada anak dalam keluarga untuk mengantisipasi
sekitar 4000-5000 penyuka sesama jenis di LGBT; dan (2) memahami peran yang harus
Jakarta. Gaya Nusantara memperkirakan dilakukan orang tua untuk mengantisipasi
ada 260.000 dari 6 Juta penduduk Jawa LGBT.
Timur adalah homo. Kaum gay yang
tercatat sebagai member komunitas gay 2. LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, DAN
di Indonesia terdapat 76.288. Sedangkan TRANSGENDER
Oetomo memperkirakan secara Nasional,
2.1. Pengertian LGBT
terdapat 1% jumlah komunitas homoseksual
LGBT adalah kelompok yang
di Indonesia. Data ini menunjukkan LBGT
memiliki orientasi seksual yang berbeda
berkembang pesat dan perlu tindakan
dengan heteroseksual. Lesbian adalah
konkrit untuk menghadapinya.
istilah bagi perempuan yang mengarahkan
Orang tua sebagai pendidik pertama dan orientasi seksualnya kepada perempuan atau
utama dalam keluarga memegang peranan perempuan yang mencintai perempuan, baik
yang sangat penting dalam mengantisipasi secara fisik, seksual, emosional atau secara
terjerumusnya anak-anak dalam perilaku spiritual. Gay adalah istilah untuk laki-laki
LGBT. Orang tua perlu memberikan yang mengarahkan orientasi seksualnya
pendidikan seks yang benar pada anak- kepada sesama laki-laki atau laki-laki yang
anaknya untuk mencegah anak-anaknya mencintai laki-laki, baik secara fisik, seksual,
menjadi LGBT. Pendidikan seks (Ulwan, emosional atau secara spiritual. Biseksual
1995) tidak semata mengajarkan atau adalah orientasi seks yang mempunyai
memberi pengetahuan mengenai seksualitas, ciri-ciri berupa ketertarikan estetis, cinta
melainkan pula berhubungan dengan aspek romantik dan hasrat seksual kepada pria
moral, etika, hukum, budaya, perilaku, dan wanita. Transgender adalah istilah yang
dan sosial. Pendidikan seks merupakan digunakan untuk mendeskripsikan orang
sebuah upaya pengajaran, penyadaran, yang melakukan, merasa, berfikir atau
dan penerangan tentang masalah-masalah melihat berbeda dari jenis kelamin yang
yang berkenaan dengan naluri seks dan ditetapkan saat lahir.
perkawinan. Bruess dan Cassidy (dalam
Qibtiyah, 2006) menekankan pentingnya 2.2. Faktor Penyebab LGBT
pendidikan seks di dalam menyediakan Penyebab seseorang menjadi LGBT
kebutuhan informasi yang benar dan luas itu sangat kompleks. Berdasarkan hasil
tentang perilaku seksual guna memahami penelitian USAID (2014) menunjukkan
seksualitas manusia sebagai bagian penting bahwa faktor penyebab seseorang menjadi
dari kepribadian yang menyeluruh. LGBT antara lain faktor sosial dan faktor
biologis, akan tetapi lebih banyak yang
Berdasarkan uraian di atas, fokus
menjadi penyebabnya adalah faktor sosial.
tulisan ini menekankan pada peran orang
Keluarga juga memiliki peran penting
tua dalam pendidikan seks bagi anak dalam
dalam membentuk seseorang menjadi
keluarga untuk mengantisipasi LGBT.
LGBT. Orang tua yang bercerai biasanya
Lebih detail, tulisan ini bertujuan untuk: (1)
bisa membuat anak kehilangan kasih
memahami pentingnya pendidikan seks pada

24 JURNAL ILMIAH KESEJAHTERAAN SOSIAL


sayang dari salah satu orang tuanya. Hal ini dengan lebih dari 1000 orang. 79%
membuat anak mencari sosok yang hilang dari mereka mengatakan bahwa
tersebut dalam dirinya. Pola asuh yang salah pasangan homonya tersebut berasal
juga bisa menjuruskan anak untuk menjadi dari orang yang tidak dikenalinya
LGBT. Orang tua yang terlalu sibuk bekerja sama sekali. 70% dari mereka hanya
sehingga kurang memperhatikan anak. merupakan pasangan kencan satu
Orang tua yang terlalu membebaskan anak malam atau beberapa menit saja. Hal
dan tidak memberikan pengajaran agama itu jelas melanggar nilai-nilai sosial
yang cukup juga bisa membuat anak menjadi masyarakat.
LGBT. c. Dampak pendidikan
Dampak pada pendidikan yaitu
2.3. Dampak LGBT
siswa atau siswi yang menganggap
LGBT berdampak terhadap kesehatan,
dirinya sebagai homo menghadapi
sosial, pendidikan dan keamanan. Secara
permasalahan putus sekolah 5
lebih rinci, dampak-dampak dari LGBT (El-
kali lebih besar daripada siswa
Qudsy, 2015) sebagai berikut:
normal karena mereka merasakan
a. Dampak kesehatan ketidakamanan. 28% dari mereka
Dampak-dampak kesehatan dari dipaksa meninggalkan sekolah.
LGBT diantaranya adalah 78% pelaku d. Dampak keamanan
homo seksual terjangkit penyakit Dampak keamanan bahwa homo
kelamin menular. Rata-rata usia kaum seksual menyebabkan 33% pelecehan
gay adalah 42 tahun dan menurun seksual pada anak-anak di Amerika
menjadi 39 tahun jika korban AIDS Serikat; padahal populasi mereka
dari golongan gay dimasukkan ke hanya 2% dari keseluruhan penduduk
dalamnya. Sedangkan rata-rata usia Amerika. Hal ini berarti 1 dari 20
lelaki yang menikah dan normal adalah kasus homo seksual merupakan
75 tahun. Rata-rata usia lesbian adalah pelecehan seksual pada anak-anak,
45 tahun sedangkan rata-rata wanita sedangkan dari 490 kasus perzinahan
yang bersuami dan normal 79 tahun. 1 diantaranya merupakan pelecehan
b. Dampak sosial seksual pada anak-anak. Meskipun
Penelitian menyatakan “seorang gay penelitian saat ini menyatakan
mempunyai pasangan antara 20- persentase sebenarnya homo seksual
106 orang per tahunnya. Sedangkan antara 1-2% dari populasi Amerika,
pasangan zina seseorang tidak lebih namun mereka menyatakan bahwa
dari 8 orang seumur hidupnya.”(Corey, populasi mereka 10% dengan tujuan
L. And Holmes K, 1980). 43% dari agar masyarakat beranggapan
golongan kaum gay yang berhasil bahwa jumlah mereka banyak dan
didata dan diteliti menyatakan berpengaruh pada perpolitikan dan
bahwasanya selama hidupnya mereka perundang-undangan masyarakat.
melakukan homo seksual dengan lebih
dari 500 orang. 28% melakukannya

Vol XIV Nomor 25 Januari-Juni 2018 25


3. PENDIDIKAN SEKS DALAM Pendidikan seks merupakan usaha
KELUARGA pemberian informasi kepada anak tentang
3.1. Pendidikan Seks kondisi fisiknya sebagai perempuan atau
laki-laki dan kosekuensi psikologis yang
Pendidikan seks (sex education)
berkaitan dengan kondisi tersebut. Secara
mempunyai pengertian yang lebih kompleks
umum, pendidikan seks terdiri atas penjelasan
sebagai upaya untuk memberikan pengetahuan
tentang organ reproduksi, kehamilan,
tentang perubahan biologis, psikologis, dan
tingkah laku seksual, kesuburan dan
psikososial sebagai akibat pertumbuhan
menopause, serta penyakit kelamin (Suryadi
dan perkembangan kejiwaan manusia
dalam Lestari, et al. 2014). Pada dasarnya,
(Surtiretna, 2001). Pendidikan seks diartikan
pendidikan seks tidak hanya merupakan
sebagai sebagian usaha untuk membimbing
usaha menyampaikan informasi tentang
seseorang agar dapat mengerti benar-benar
seks pada anak termasuk mengenalkan
tentang arti dan fungsi kehidupan seksnya
anak terhadap organ reproduksi, kehamilan,
sehingga dapat mempergunakannya dengan
penyakit kelamin, penyimpangan seks dan
baik selama hidupnya (Syamsudin,1985).
akibatnya, kesuburan dan menopause.
Pendapat senada dikemukakan oleh
Calderone (Suraji, 2008) bahwa pendidikan Dengan demikian, pendidikan
seks merupakan pelajaran untuk menguatkan seks merupakan upaya orang tua untuk
kehidupan keluarga untuk menumbuhkan membiasakan perilaku positif yang berkaitan
pemahaman diri dan hormat terhadap dengan seks, seperti memposisikan peran
diri untuk mengembangkan kemampuan- anak laki-laki dalam pikiran dan perilakunya
kemampuan untuk bersosialisasi dengan sebagai anak laki-laki dan memposisikan
orang lain secara sehat dan untuk peran anak perempuan dalam pikiran dan
membangun tanggung jawab seksual dan perilakunya sebagai anak perempuan,
sosial. Dengan demikian, pendidikan seks menjauhkan anak-anak dari bacaan,
dapat diartikan sebagai pendidikan tingkah gambar dan tontonan seks yang belum
laku yang baik, menjunjung tinggi nilai-nilai wajar dikonsumsi oleh anak, menjauhkan
kemasyarakatan serta membantu seseorang anak-anak dari kekerasan seksual,
menghadapi persoalan hidup yang berpusat menyampaikan informasi positif tentang
pada naluri seks yang timbul dalam bentuk seks dan pernikahan yang sesuai dengan usia
tertentu dan merupakan pengalaman manusia anak, serta hal-hal negatif yang berkaitan
yang normal. Pengertian ini bermakna dengan seks sehingga menumbuhkan
bahwa pendidikan seks akan menerangkan kesadaran pada anak tentang seks positif
semua hal yang berhubungan dengan seks dan kapan anak berhak mengenalnya agar
dan seksualitas dalam bentuknya yang anak-anak menghindari dan menjauhkan
wajar, tidak terbatas pada anatomi, fisiologi, dirinya pergaulan bebas, anak-anak dapat
penyakit kelamin dan perilaku seks yang menghindari seks negatif yang dilarang oleh
menyimpang. Hal terpenting terutama untuk norma-norma masyarakat dan agama.
membentuk sikap dan kematangan emosional Menurut Sarwono (2004), pendidikan
seseorang terhadap seks. seks dapat digunakan sebagai suatu
cara untuk mengurangi atau mencegah

26 JURNAL ILMIAH KESEJAHTERAAN SOSIAL


penyalahgunaan seks, khususnya mencegah Tujuan pendidikan seks diberikan
dampak-dampak negatif yang tidak pada anak meliputi: (a) Membantu anak
diharapkan seperti kehamilan yang tidak mengetahui topik-topik biologis seperti
direncanakan, penyakit menular seksual, pertumbuhan, masa puber, dan kehamilan;
depresi dan perasaan berdosa. Pendidikan (b) Mencegah anak-anak dari tindak
seks merupakan bagian penting dalam kekerasan; (c) Mengurangi rasa bersalah,
mendidik anak dan bukan perihal yang rasa malu, dan kecemasan akibat tindakan
harus dipandang tabu. Pendapat senada seksual; (d) Mencegah remaja perempuan di
dikemukakan oleh Sulistyo (dalam Tanjung, bawah umur dari kehamilan; (e) Mendorong
2007) bahwa tujuan pendidikan seks adalah hubungan yang baik; (f) Mencegah remaja di
menghasilkan manusia-manusia dewasa bawah umur terlibat dalam hubungan seksual
yang dapat menjalankan kehidupan dengan (sexual intercourse); (g) Mengurangi kasus
bahagia karena dapat menyesuaikan diri infeksi melalui seks; dan (h) Membantu anak
dengan masyarakat dan lingkungannya, muda yang bertanya tentang peran laki-laki
serta bertanggung jawab terhadap dirinya dan perempuan di masyarakat (Halstead,
dan orang lain. Oleh sebab itu, Bruess 2006).
dan Cassidy (dalam Qibtiyah, 2006) Manfaat yang dapat diambil dari
menekankan pentingnya pendidikan seks di pendidikan seks menurut Hermawan (dalam
dalam menyediakan kebutuhan informasi Awaludin, 2008) meliputi: (a) anak akan
yang benar dan luas tentang perilaku seksual memahami perubahan-perubahan yang
guna memahami seksualitas manusia sedang terjadi pada dirinya baik perubahan
sebagai bagian penting dari kepribadian biologis, psikologis dan psikoseksual sebagai
yang menyeluruh. akibat dari pertumbuhan dan perkembangan
3.2. Tujuan Pendidikan Seks manusia; (b) mendapat pengetahuan tentang
fungsi organ reproduksi manusia yang
Pendidikan seks bertujuan (Rasyid,
sekarang ini mulai “bekerja” sehingga anak
2013) untuk: (a) Memberikan pemahaman
akan lebih berhati-hati dalam merawat dan
dengan benar tentang materi pendidikan seks
menjaga organ-organ reproduksinya; (3)
diantaranya memahami organ reproduksi,
mendapatkan pengetahuan dan pemahaman
identifikasi dewasa/baligh, kesehatan
tentang etika dan berbagai perilaku seksual
seksual, penyimpangan seks, kehamilan,
yang menyimpang yang harus dihindari;
persalinan, nifas, bersuci dan perkawinan;
dan (d) memahami berbagai akibat dari
(b) Menepis pandangan miring khalayak
penyalahgunaan alat reproduksi yang akan
umum tentang pendidikan seks yang
membahayakan kesehatannya baik secara
dianggap tabu, tidak islami, seronok, nonetis
fisik maupun psikis.
dan sebagainya; (c) Pemahaman terhadap
materi pendidikan seks pada dasarnya 3.3. Peranan Orang Tua dalam
memahami ajaran Islam; (d) Pemberian Pendidikan Seks
materi pendidikan seks disesuaikan dengan Orang tua seringkali menganggap tabu
usia anak yang dapat menempatkan umpan terhadap pendidikan seks. Hasil penelitian
dan papan; dan (e) Mampu mengantisipasi Lestari dan Anganthi (2008) menyatakan
dampak buruk akibat penyimpangan seks.

Vol XIV Nomor 25 Januari-Juni 2018 27


pada umumnya orang tua beranggapan Pendidikan seks seharusnya
bahwa anak akan mengetahui sendiri tentang menjadi tanggung jawab orang tua untuk
seks apabila mereka telah besar dan dewasa. menyampaikan pada anak-anak. Orang tua
Berdasarkan anggapan itu, orang tua akan tidak boleh bersikap apatis dan tidak berperan
cenderung menolak atau menghindar ketika aktif untuk memberikan pendidikan seks
anak ingin mendiskusikan tentang seks. sejak usia dini kepada anaknya. Pendidikan
Orang tua sering menganggap pendidikan seks hendaknya dilakukan oleh orang tua
seks akan diperoleh anak seiring dengan sebagai orang yang paling dekat dengan
berjalannya usia ketika ia sudah dewasa anak dan dapat membuat anak merasa
nanti. Orang tua seolah menyerahkan aman. Orang tua merupakan pendidik
pendidikan seks kepada pihak sekolah sentral dalam pemberian pendidikan seks
sebagai sumber ilmu bagi anaknya. pada anak, maka pemahaman orang tua
Padahal pendidikan seks sendiri belum terhadap seks akan menjadi faktor penentu
diterapkan secara khusus dalam kurikulum keberhasilan.
sekolah. Kurangnya pengetahuan orang tua Orang tua sebagai pendidik seks utama
terhadap kebutuhan anaknya sendiri dalam bagi anak harus memiliki kerjasama yang
menghadapi tuntutan zaman yang semakin baik dalam pencapaian tujuan pendidikan
berkiblat ke arah barat menjadi faktor utama seks. Peran orang tua dalam pendidikan
belum tersampaikannya pendidikan seks seks (Lestari, 2015) diantaranya: (a) peran
pada anak dalam keluarga. kerjasama antara orang tua; (b) evaluator
Orang tua kurang menyadari bahwa dalam pendidikan seks; (c) pendamping;
anak secara alamiah memiliki rasa ingin (d) pendidik; dan (e) pemantau dalam
tahu terhadap masalah seks. Sikap seperti pendidikan seks. Pembagian tugas antara
itu, justru mendorong anak khususnya orang tua sebagai pendidik merupakan
remaja untuk mencari jawabannya pada hal yang penting dalam pendidikan seks,
sumber lain yang mudah diakses seperti dimana ayah merupakan representasi dari
teman dan internet. Hal ini berarti anak figur laki-laki dan ibu adalah representasi
memiliki minat terhadap seks. Minat pada dari figur perempuan. Dengan pembagian
masalah seks ini berkembang dan mencapai tugas itu, anak akan mengetahui aspek-
puncak pada masa puber (Hurlock, 2003). aspek seksualitas dan akan berkembang
Dengan memperhatikan minat pada seks dalam hidup. Mengembangkan persepsi
dalam diri anak, maka pendidikan seksual tentang seksualitas secara seimbang dan
sangat perlu diberikan kepada anak karena lengkap akan membuat anak berpikir positif
pendidikan seks yang bersumber dari orang tentang seksualitas (McClone, 2002 dalam
tua lebih menjamin proses kesinambungan, Lestari, 2015). Ayah mengajarkan apa yang
berbeda dengan informasi seksualitas harus dilakukan saat baligh pada anak laki-
yang diperoleh dari luar yang seringkali laki sedang ibu pada anak perempuan.
tidak dapat dipertanggungjawabkan Selain itu, harus ada evaluasi dalam
kebenarannya dan mungkin anak hanya pendidikan seks. Evaluasi tidak hanya untuk
akan mendapatkan informasi secara parsial mengecek sejauh mana pemahaman anak
(Lestari, 2015). terhadap materi yang telah diberikan, namun

28 JURNAL ILMIAH KESEJAHTERAAN SOSIAL


juga berkaitan dengan bagaimana sikap anaknya yaitu sebagai pemantau. Dalam hal
mereka dalam menerima informasi dari luar ini orang tua berperan sebagai kontrol yang
mengingat akses informasi yang cepat dan baik agar tujuan pendidikan seks bagi anak-
mudah. Adapun model evaluasi meliputi anaknya dapat tercapai.
melihat bagaimana cara menyelesaikan Orang tua dalam melaksanakan
persoalan seksual yang dihadapi dan dalam perannya pada pendidikan seks bagi anak
bentuk pertanyaan untuk menggali anak dan sangat penting untuk memahami dan
mengukur kemampuan anak. menguasai cara berkomunikasi dan memilih
Kerjasama dalam pendampingan waktu yang tepat dalam menyampaikan
anak dilakukan pula oleh orang tua. Orang pendidikan seks. Kemampuan orang tua untuk
tua adalah pihak yang paling bertanggung berkomunikasi dalam keluarga secara positif
jawab untuk melakukan pendampingan pada dapat membuat anak mengerti bagaimana
anaknya. Ketergantungan anak sampai masa mencegah berperilaku negatif terkait
remaja awal sangat tinggi terhadap orang dengan seks sehingga anak dapat terhindar
tua, masa inilah yang sesungguhnya penting dari LGBT. Penyampaian pengetahuan
bagi orang tua untuk diperhatikan dalam seks secara benar dapat menentukan nilai
memasukkan nilai dan norma keluarga pandang dan sikap anak terhadap seks yang
serta masyarakat (Prihartini et al., 2002). dapat menentukan keharmonisan keluarga
Peran pendampingan dalam pendidikan di masa yang akan datang. Prihartini (2002),
seks pada anak dilakukan orang tua dengan seperti dikutip Lestari (2015), menyatakan
menjelaskan tentang apa dan bagaimana bahwa peran komunikasi sangat penting
yang harus dilakukan anak setelah baligh. dalam menyampaikan informasi mengenai
Pada peran orang tua sebagai pendidik pengetahuan seksualitas termasuk pemahaman
terkait seks dilakukan dengan menjelaskan akan moment yang tepat.
masalah seks secara lengkap. Orang tua juga Orang tua harus memilih cara dan waktu
dapat berperan sebagai pemantau terhadap yang tepat dalam mengkomunikasikan seks
anaknya terkait seks. Hal ini dilakukan pada anak. Cara mengkomunikasikan seks
orang tua dengan mendampingi anak dalam pada anak dalam keluarga antara lain: (a)
menghadapi persoalan seksual. Anak akan tidak ada waktu khusus dalam penyampaian
mengalami kebingungan tanpa adanya pendidikan seks; (b) pendidikan seks
pendampingan dari orang tua, jangan sampai disampaikan dengan memanfaatkan
anak menjadikan teman sebaya sebagai momentum; (c) pendidikan seks yang
pusat untuk bertanya. Peran pendampingan disampaikan harus lengkap; (d) pendidikan
mutlak harus dilakukan orang tua agar seks dimulai sejak batita; (e) penyampaian
mengetahui apa yang harus dilakukan pada pendidikan seks dilakukan dengan sharing;
anaknya terkait dengan permasalahan seks. (f) penyampaian pendidikan seks dengan
Orang tua harus berusaha menjadi sahabat memposisikan anak sebagai sahabat; (g)
bagi anak dalam persoalan seks, sehingga penyampaian pendidikan seks tanpa harus
anak akan berani mengungkapkan tentang diawali sebuah peristiwa; (h) pendidikan
seks kepada orangtuanya. Peran orang seks disampaikan menyesuaikan kebutuhan
tua terkait dengan pendidikan seks bagi anak; (i) interaksi terjalin dalam suasana

Vol XIV Nomor 25 Januari-Juni 2018 29


akrab. Penyampaian pendidikan seks pada a. Cara menyampaikannya harus wajar
anak tidak ada waktu khusus namun dengan dan sederhana, jangan terlihat ragu-
memanfaatkan momentum. Dengan adanya ragu/malu.
moment yang tepat maka anak akan merasa b. Isi uraian yang disampaikan harus
kebutuhannya terpenuhi sebagaimana obyektif, namun jangan menerangkan
dikemukakan Latif (2013) bahwa anak akan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan
dapat belajar dengan baik jika kebutuhannya agara anak tidak akan bertanya lagi.
terpenuhi, jika moment tepat anak akan Dangkal/mendalamnya isi uraiannya
merasa butuh dan akan menggali lebih harus disesuaikan dengan kebutuhan
dan dengan tahap perkembangan anak.
banyak.
c. Pendidikan seksual harus diberikan
Orang tua dalam berbicara seks pada secara pribadi, karena luas sempitnya
anak harus dilakukan dengan sopan. Berikut pengetahuan dengan cepat lambatnya
ini beberapa sikap yang disarankan dalam tahap-tahap perkembangan tidak
berbicara dengan anak antara lain: (a) sama pada setiap anak. Pada akhirnya
Luangkan waktu untuk membuat dialog atau perlu diperhatikan bahwa usahakan
diskusi tentang seks dengan anak; (b) Sikap melaksanakan pendidikan seksual
terbuka, informatif, dan yakin atau tidak ragu- perlu diulang-ulang. Selain itu juga
ragu; (c) Siapkan materi dan penyampaian perlu untuk mengetahui seberapa
disesuaikan dengan usia anak; (d) Gunakan jauh sesuatu pengertian baru dapat
media atau alat bantu konkret seperti boneka, diserap oleh anak, juga perlu untuk
gambar, binatang, untuk memudahkan anak mengingatkan dan memperkuat
(reinforcement).
menyerap informasi; (e) Membekali diri
dengan wawasan cukup untuk menjawab d. Hindari gaya mengajar seperti di
pertanyaan anak; (f) Menjawab pertanyaan sekolah. Pembicaraan hendaknya
tidak hanya terbatas pada fakta-fakta
dengan jujur dan dengan bahasa yang lebih
biologis, melainkan juga tentang nilai,
halus; (g) Dalam memberikan pendidikan
emosi dan jiwa.
seks pada anak sebaiknya anak mengenali
e. Anak-anak usia pra sekolah perlu
bagian tubuh dirinya sendiri dan jangan
tahu bagaimana melindungi dari
pernah mengeksplor tubuh orang lain; (h)
penyimpangan dan kekerasan seksual
Mendiskusikan kepada ahli atau psikolog
yang dilakukan oleh orang dewasa.
apabila ada hal-hal yang masih ragu atau Ini berarti bahwa orang tua harus
bingung, terutama apabila terjadi hambatan memberitahu anak bahwa mengatakan
dalam memberikan informasi; dan (i) “tidak” kepada orang dewasa bukanlah
Menyakinkan diri bahwa pendidikan seks sesuatu yang dilarang. Jangan
pada anak adalah penting dan bermanfaat. menunggu sampai anak mencapai usia
Orang tua sangat berperan penting belasan tahun untuk berbicara tentang
masa pubertas. Mereka harus sudah
dalam mengenalkan pendidikan seks
mengetahui perubahan yang terjadi
pada anak. Beberapa hal penting yang
pada masa sebelumnya.
harus diperhatikan dalam memberikan
f. Mengantisipasi LGBT memberitahu
pendidikan seks pada anak (Gunarsa, 2002)
anak bahwa mengatakan “tidak”
antara lain:

30 JURNAL ILMIAH KESEJAHTERAAN SOSIAL


kepada orang dewasa bukanlah dilakukan secara bertahap sesuai tahapan
sesuatu yang dilarang. Jangan umur dan perkembangan anak, baik secara
menunggu sampai anak mencapai usia psikologis, biologis, maupun sosialnya,
belasan tahun untuk berbicara tentang bersifat menyeluruh dan berkesinambungan
masa pubertas. Mereka harus sudah sehingga pendidikan seks yang dilakukan
mengetahui perubahan yang terjadi oleh orang tua dapat mendorong anak untuk
pada masa sebelumnya. tumbuh dan berkembang secara normal dan
Beberapa strategi yang bisa diterapkan terbebas dari LGBT.
orang tua dalam pelaksanaan pendidikan
Peran orang tua dalam pendidikan
seks pada keluarga (El Qudsy, 2015) antara
seks dalam keluarga untuk mengantisipasi
lain: (a) Perkuat pendidikan agama; (b)
LGBT pada anak diantaranya: (a) peran
Mulailah sejak dini; (c) Sesuai dengan
kerjasama antara orang tua; (b) evaluator
umur dan kebutuhan; (d) Bertahap dan terus
dalam pendidikan seks; (c) pendamping; (d)
menerus; (e) Dari hati ke hati dan terbuka;
pendidik; dan (e) pemantau dalam pendidikan
(f) Jangan menunggu anak bertanya; (g)
seks. Peran orang tua dalam pendidikan seks
Jangan lari dari pertanyaan anak; (h) Jadilah
berarti melibatkan kedua orang tua, baik ibu
teladan yang baik untuk anak; (i) Silaturahmi
maupun ayah, sehingga terjadi pembagian
ke keluarga salehah; (j) Meminta bantuan
tugas dan komplementaritas diantara ayah dan
kepada orang yang ahli; dan (k) Terlibatlah
ibu dalam pendidikan seks bagi anak-anaknya.
dalam kegiatan sekolah anak.
4.2. Saran
4. PENUTUP Berdasarkan uraian pada kajian teoretis
4.1. Kesimpulan ini, ada sejumlah saran yang diajukan di sini:
Di sini dapat disimpulkan bahwa a. Para orang tua pendidik tidak perlu
pendidikan seks merupakan usaha untuk merasa tabu dalam mengajarkan
membekali pengetahuan tentang fungsi pendidikan seks pada anak dengan
organ reproduksi dengan menanamkan benar dan beretika yang dapat
moral, etika serta agama agar tidak terjadi menangkal perilaku LGBT dengan
penyalahgunaan organ tersebut. Pendidikan meningkatkan pemahaman terhadap
seks dalam keluarga menjadi sangat penting seks secara komprehensif.
diperoleh anak-anak karena keluarga b. Pembagian tugas dan kerjasama antara
sebagai wahana sosialisasi peletakan nilai ayah dan ibu sebagai orang tua harus
yang mendasar pada anak-anak. Orang tua lebih maksimal dalam pendidikan seks
pada anak-anaknya sehingga bukan
merupakan aktor utama dalam keluarga
hanya peran ibu yang kuat, namun
yang berperan sebagai pendidik utama dan
perlu menguatkan peran ayah agar
pertama bagi anak dalam pendidikan seks.
anak-anak terhindar dari LGBT.
Pendidikan seks paling tepat diberikan
c. Para peneliti perlu mencari formulasi
oleh orang tua sebagai orang yang
baru agar pemberian pendidikan seks
paling dekat dengan anak yang mampu
oleh orang tua kepada anak dalam
memberikan rasa aman kepada anak. keluarga menjadi efektif khususnya
Pendidikan seks yang diberikan orang tua pendidikan seks bagi anak usia dini

Vol XIV Nomor 25 Januari-Juni 2018 31


yang lebih menyenangkan dengan Suami Istri. Indigenous, 10, 29-39.
mengembangkan model permainan, Lestari, W. (2015). Peran Orangtua
cerita, bermain peran, permainan dalam Pendidikan Seks pada Remaja.
melalui game elektronik, dan model Surakarta: Universitas Muhammadiyah
lain yang lebih lebih efektif.
Prihartini, Nuryoto, & Aviatin. (2002).
Hubungan Antara Komunikasi Efektif
Referensi
Tentang Seksualitas dalam Keluarga
Awaludin, L. (2008). Cerdas Seksual ”Sex dengan Sikap Remaja Awal Terhadap
Education for Teenagers”. Bandung: Pergaulan Bebas Antar Lawan Jenis.
Shofie Media. Jurnal Psikologi, (2), 124-139
Corey, L. & Holmes, K. (1980). Sexual Qibtiyah, A. (2006). Paradigma Pendidikan
Transmissions of Hepatitis A in Seksualitas. Yogyakarta: Kurnia Kalam
Homosexual Men. New England J. Med. Semesta.
El-Qudsy, A.H. (2015). Kaum Luth Masa Rasyid, M. (2013). Pendidikan Seks,
Kini. Jakarta: Yayasan Islah Bina Umat. Mengubah Seks Abnormal Menuju Seks
Gunarsa, Y.S.D. (2002). Psikologi Remaja. yang Lebih Bermoral. Jakarta: Dwitama
Jakarta: BPK Gunung Mulia. Asrimedia.
Halstead, M. R. & Mark, J. (2006). Sarwono, S.W. (2004). Psikologi Remaja.
Pendidikan Seks Bagi Remaja: dari Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Prinsip ke Praktik Yogyakarta: Alenia Suraji & Rahmawatie, S.(2008). Pendidikan
Press. Seks Bagi Anak: Panduan Keluarga
Hurlock, E. (2003). Developmental Muslim. Yogyakarta: Pustaka Fahima.
Psycology (A Llife Span Approach). Surtiretna, N. (2001). Bimbingan Seks
Boston: The McGrawHills. bagi Remaja. Bandung: Remaja Rosda
Ini Provinsi dengan Jumlah Gay Terbanyak Karya.
(23 Januari 2016). Diakses dari Syamsudin. (1985). Pendidikan Kelamin
http://www.republika.co.id/berita/ dalam Islam. Solo.
nasional/umum/16/01/23/o1eaq
5394-ini-provinsi-dengan-jumlah-gay- Tanjung, Bgd. A. (2007). Free Sex No Nikah
terbanyak. (13 Februari 2018). Yes. Jakarta: Amzah.

Latif, M. (2013). Pendidikan Anak Usia Ulwan, A.N. (1995). Pendidikan Anak
Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media dalam Islam (Penerjemah: Jamaludin
Group. Miri). Jakarta: Pustaka Amani.

Lestari, E., et al. (2014). Peran Orang Tua USAID. (2014). Hidup Sebagai LBGT di
Dalam Memberikan Pendidikan Seks Asia: Laporan Nasional Indonesia.
Sedini Mungkin di TK Mardisiswi Desa Tinjauan dan Analisa Partisipasif
Kedondong Kecamatan Kebonsari tentang Lingkungan Hukum dan
Kabupaten Madiun. Jurnal Ilmiah Sosial bagi Orang dan Masyarakat
Pendidikan, 02 (02). Madani Lesbian, Gay, Biseksual, dan
Transgender (LBGT). Bali.
Lestari, S & Anganthi, N. R. N. (2008). Pola
Komunikasi Seksualitas pada Pasangan

32 JURNAL ILMIAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

Anda mungkin juga menyukai