Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PERMASALAHAN SOSIAL TENTANG LGBT

Disusun Oleh :

Nama : Ani Istiqomah (0321049)


Ari Wijaya (0321057)
Edo Ardhan (0321055)
Revaldi (0321056)
Kelas : Ilmu Sosial

STISIPOL CANDRA DIMUKA

PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2021-2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era globalisasi saat ini, ada banyak fenomena yang dapat ditemukan
daam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah fenomena tentang LGBT.
Belakangan ini, isu tentang lesbian, gay, biseksual, transgender dan queer (LGBT)
mengemuka di berbagai negara termasuk di Indonesia. Kelompok lesbian, gay dan
biseksual adalah masalah identitas seks (sexual identities), transgender adalah
masalah identitas gender (gender identity) sedangkan queer adalah
mengekspresikan gender lain atau para kalangan masyarakat biasa menyebutnya
banci.

Kebanyakan homoseksual (Lesbian, Gay, Transgender) mulai menyadari


dirinya mempunyai kecenderungan berbeda ketika dalam usia muda. Studi
menunjukan perilaku homosexual dan ketertarikan sesama jenis banyak dijumpai
sejak usia 15. Keadaan ini memperlihatkan kelompok usia sekolah adalah usia
yang rentan untuk mulai terlibat dalam hubungan sesama jenis. Sedangkan
keputusan untuk menjadi homoseksual kebanyakan terjadi pada usia dewasa muda
(Nugroho 2010) atau pada usia ketika mereka kebanyakan menjadi mahasiswa.

Banyak persoalan dan resiko muncul ketika remaja muda mulai dalam
hubungan sejenis, untuk remaja pria kurangnya pengetahuan mengenai resiko
hubungan seks dapat menyebabkan mereka mudah terpapar HIV dan pelecehan
seksual dari yang lebih berpengalaman.

Masalah kesehatan yang dialami LGBT diantaranya penyakit terkait


perilaku seks, merokok dan pemakaian narkoba, serta masalah psikologi seperti
depresi atau bunuh diri. Masalah sosial juga sering dialami oleh kelompok LGBT
seperti stigma dan diskriminasi, termasuk akses ke pelayanan kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
- Apa yang menyebabkan orang menjadi LGBT?
- Apa saja factor yang menyebabkan orang menjadi LGBT?
- Bagaimana cara mengatasi LGBT?
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan
Ternyata, keluarga sangat berperan besar dalam terbentuknya perilaku
untuk menjadi kelompok LGBT. Dan kebanyakan dari kita berasumsi bahwa
mereka (kelompok LGBT) menjadi bagian dari kelompok tersebut karena
keinginan hasrat pribadi (hasrat seksual) yang tinggi namun nyatanya itu termasuk
ke dalam alasan yang paling sedikit yang saya jumpai di dalam kelompok
tersebut.
Banyak dari mereka, khususnya golongan kaum gay dan lesbian
menceritakan bahwa mereka memilih untuk menjadi bagian dari LGBT karena
kekacauan yang terjadi di dalam keluarga mereka yang menyebabkan gangguan
mental, seperti stress dan depresi sehingga memicu mereka untuk mencari
seseorang yang sejenis bahkan hingga berpacaran karena menurut mereka
bercerita dengan orang yang sejenis membuat mereka merasa nyaman dan alasan
mereka berpacaran karena mereka tidak ingin kehilangan orang tersebut.
Namun pada umumnya kelompok LGBT yang terbuka di Indonesia masih
mengalami banyak kekerasan dan diskriminasi dalam kesempatan kerja dan
tempat tinggal, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan (UNDP, 2014). Banyak
pemberi kerja yang homophobic dan pada umumnya lingkungan kurang ramah
terhadap kaum LGBT sehingga kelompok LGBT sulit mendapatkan pekerjaan
khususnya pada sektor formal. Sementara, mereka yang berhasil mendapatkan
pekerjaan juga kerap mengalami perlakuan diskriminatif seperti dihina, dijauhi,
diancam, dan bahkan mengalami kekerasan secara fisik.
Dalam dunia kerja, kelompok LGBT yang masih tertutup, dalam situasi
tertentu masih dapat masuk ke dunia kerja tanpa diskriminasi berarti, hal
sebaliknya terjadi pada kelompok yang terbuka. Oleh karena itu LGBT yang
terbuka lebih banyak mengembangkan diri pada situasi pekerjaan yang tidak
begitu terikat dengan norma-norma seperti menjadi wirausaha mandiri.
Sedangkan kelompok transgender (waria) adalah kelompok yang paling banyak
mendapatkan diskriminasi karena penampilannya yang berbeda.
Kelompok ini banyak mengembangkan diri pada sektor –sektor informal
seperti salon, industri kreatif, hiburan dan beberapa diantaranya masuk dalam
dunia prostitusi. Kelompok LGBT umumya mengharapkan perlakuan yang lebih
seimbang dan adil dari Pemerintah, mereka ingin orientasi seksual dan perilaku
seksual tidak menjadi hambatan bagi mereka dalam bermasyarakat, berkarya,
berprestasi dan berkontribusi dalam pembangunan. Masyarakat sendiri masih
memiliki stigma terkait dengan LGBT, khususnya akibat paparan media yang
berlebihan dan tindak laku LGBT itu sendiri yang mendatangkan kekhwatiran,
seperti kasus HIV AIDS, dan kasus kejahatan seksual pada anak, ditambah lagi
berlawanan dengan pemikiran yang dilandasi agama.
Masyarakat yang menolak LGBT cenderung mengecam atau mengucilkan
keberadaan LGBT. Sebaliknya, orang-orang yang menerimakeberadaan LGBT
berpendapat bahwa pada saat ini, masyarakat telah memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup mengenai LGBT sehingga masyarakat tidak
mendiskriminasi mereka.

2.2 Faktor Faktor Yang Bisa Menyebabkan LGBT


Banyak faktor yang bisa menyebabkan seseorang menjadi gay. Misal
kondisi biologis sejak dilahirkan atau kondisi sosial yang menyebabkan seseorang
ikut terpengaruh. Contohnya satu grup dengan homoseks, anggota grup yang
awalnya tidak homo bisa menjadi homo.
Selain itu, bisa juga disebabkan oleh perubahan hormonal yang
menyebabkan seseorang awalnya heteroseksual berubah menjadi homoseksual
atau antara lain
1. Kondisi biologis sejak dilahirkan
2. Perubahan hormonal heterogen menjadi homoseksual
3. Kondisi sosial. Contohnya satu grup dengan homoseks, lama-lama bisa ikut
homo
Kebanyakan dari mereka mengatakan bahwa menjadi bagian dari
kelompok LGBT adalah sebuah pilihan akibat dari suatu pelampiasan emosi. Dan
beberapa faktor lain yang mengakibatkan mereka memilih untuk menjadi bagian
dari LGBT antara lain:
-Broken home (masalah dalam keluarga)
-Tertekan terhadap lingkungan
-Kecewa terhadap pasangan lawan jenisnya
-Mencari popularitas
-Ingin merasakan bagaimana kehidupan menjadi lawan jenis
-Keinginan hasrat pribadi
2.3 Cara Mengatasi Masalah LGBT
1. Konseling dan terapi
Bisa sembuh namun agak sulit. Terlebih kalau penyebab orientasi
seksual karena hormon, kondisi neuropsikologis, atau biologis.
2. Treatmen
Bila penyebabnya karena ikut-kutan, bisa ditreatmen oleh diri sendiri
dengan kehendak yang kuat.
3. Ortu lebih memperhatikan remaja mereka.
Lalu bagaimana cara mengobatinya untuk bisa kembali normal ?
Dalam dunia psikologi, sebutannya tidak "mengobati" karena seorang
psikolog tidak pernah belajar menggunakan obat.

Di psikologi, yang dipergunakan adalah istilah "perlakuan/treatmen".


Kalau ada orang tidak nyaman dengan homoseksual dan mau berubah menjadi
heteroseksual, psikolog bisa membantu dengan cara konseling. Selain konseling,
bisa juga dengan terapi.
Seseorang bisa mentreatmen dirinya sendiri supaya sembuh meskipun
agak sulit. Terlebih kalau penyebab orientasi seksual karena hormon, kondisi
neuropsikologis, atau biologis. Bila penyebabnya karena ikut-ikutan teman, bisa
ditreatmen oleh diri sendiri dengan kehendak yang kuat.
BAB 3
KESIMPULAN

Supaya mencegah bertambahnya jumlah remaja yang berorientasi seksual


sesama jenis, orangtua harus lebih memerhatikan remaja mereka. Kalau remaja
mereka menjadi homoseksual karena ikut-ikutan teman, perlu segera mendapat
perlakuan tertentu, tetapi kalau kondisi biologis (hormon, kromosom,
neuropsikologis, dan lain-lain) yang menyebabkan homoseksual, maka lebih sulit
diterapi.
Keluarga sangat berperan penting dalam masa perkembangan anak. Maka
dari itu, orang tua harus berperan penting dalam mensosialisasikan tentang
bahayanya LGBT serta terus menjaga anak agar tetap terhindar dari hal hal yang
berbau LGBT.

Anda mungkin juga menyukai