Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA II

“Jenis-Jenis Reaksi Pada Proses Industri”


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Proses Industri
Kimia II

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK V(A2)
MUHAMMAD ALFIS SALIM NIM.170140140
M. ALI ANTO NIM.180140152
RIZKI PRASETYO NIM.180140051
SAFIAH RAUZA NIM.180140054
ALDILA ZUHRA NIM.180140056
TASYA MAYDAYANTI NIM.180140061
PUTRI AFIFAH PRATIWI NIM.180140062
ANNISA AULIA NIM.180140175

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam industri kimia dikenal berbagai macam proses industri serta reaksi-
reaksi yang menjadi metode dalam menghasilkan barang jadi maupun setengah
jadi. Reaksi – reaksi tersebut dapat dilakukan dalam skala laboratorium maupun
skala pabrik. Reaksi pada skala laboratorium dapat dilakukan dalam volume kecil
dan dengan alat laboratorium sederhana, namun pada skala pabrik melibatkan
kuantitas yang lebih besar dan reaksi akan lebih kompleks.
Jenis-jenis reaksi kimia dalam proses industri kimia diantaranya ialah
reaksi sulfonasi, reaksi hidrogenasi dan reaksi nitrasi. Reak. Dalam makalah/paper
ini, kami akan membahas teori tentang reaksi sulfonasi, hidrogenasi dan nitrasi.
Di dalamnya mencakup pengertian, zat yang terlibat dalam reaksi serta
pengaaplikasian reaksi dalam industri kimia.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu reaksi sulfonasi?
2. Apa saja zat yang terlibat dalam reaksi sulfonasi?
3. Bagaimana penggunaan reaksi sulfonasi?
4. Apa itu reaksi hidrogenasi?
5. Jenis-jenis hidrogenasi?
6. Proses hidrogenasi?
7. Efeak samping hidrogenasi?
8. Apa itu reaksi nitrasi ?
9. Bagaimana pangaplikasian reaksi nitrasi pada industri kimia ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian reaksi sulfonasi, hidrogenasi dan nitrasi.
2. Mengetahui zat-zat yang terlibat pada reaksi sulfonasi.
3. Mengetahui penggunaan reaksi sulfonasi, hidrogenasi dan nitrasi dalam
industri kimia.
4. Mengenali jenis-jenis hidrogenasi.
5. Mengetahui efek samping dari reaksi hidrogenasi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SULFONASI


Istilah sulfonasi terutama digunakan untuk menyatakan reaksi-reaksi yang
menggunakan pereaksi sulfonasi yang umum seperti asam sulfat pekat, oleum,
dan pereaksi lainnya yang mengandung sulfur trioksida.
Sulfonasi merupakan reaksi substitusi atom H pada benzena oleh gugus
sulfonat. Reaksi ini terjadi apabila benzena dipanaskan dengan asam sulfat pekat
sebagai pereaksi. Dalam proses reaksi sulfonasi , melibatkan penggabungan
gugus asam sulfonat,     -SO3H, ke dalam suatu molekul ataupun ion, termasuk
reaksi-reaksi yang melibatkan gugus sulfonil halida ataupun garam-garam yang
berasal dari gugus asam sulfonat, misalnya penggabungan –SO 2Cl ke dalam
senyawa organik.Istilah sulfonasi terutama digunakan untuk menyatakan reaksi-
reaksi yang menggunakan pereaksi sulfonasi yang umum seperti asam sulfat
pekat, oleum, dan pereaksi lainnya yang mengandung sulfur trioksida.
     Sulfonasi senyawa aromatik merupakan salah satu jenis sulfonasi yang paling
penting. Sulfonasi tersebut dapat dilakukan dengan mereaksikan senyawa
aromatik dengan asam sulfat. Asam sulfat yang digunakan umumnya mengandung
sulfur trioksida (oleum). Sama halnya dengan nitrasi dan halogenasi, sulfonasi
senyawa aromatik adalah reaksi substitusi elektrofilik, tetapi merupakan reaksi
yang dapat balik (reversibel). Untuk proses sulfonasi senyawa aromatik yang
lebih kompleks, temperatur dapat memberikan pengaruh, bukan hanya terhadap
laju reaksi, tetapi juga terhadap sifat dari produk yang dihasilkan. Sebagai contoh,
perubahan temperatur dalam sulfonasi naftalena menyebabkan perubahan
komposisi produk asam monosulfonat dari sekitar 95% alpha isomer pada
temperatur kamar menjadi 100% beta isomer pada 2000C.

2.1.1 ZAT DALAM SULFONASI


Dalam reaksi sulfonasi terdapat zat-zat yang berperan sehingga reaksi
terjadi. Zat-zat tersebut dikelompokkan dalam dua bagian. Yaitu zat pensulfonasi
dan zat yang disulfonasi.
a.       Jenis zat pensulfonasi
Jenis zat pensulfonasi antara lain :

1. Persenyawaan SO3, termasuk didalamnya : SO3, H2SO4, oleum

2. Persenyawaan SO2.
3. Senyawa sulfoalkilasi. Contohnya senyawa anionic yang berperan sebagai
surfaktan dalam proses pembuatan deterjen.

Zat pensulfonasi yang paling efisien adalah SO3 karena hanya melibatkan
satu reaksi adisi secara langsung, contohnya:

RH + SO3 RSO3H

ROH + SO3 ROSO3H

SO3 yang banyak digunakan adalah SO3 dalam bentuk hidrat (oleum atau asam
sulfat pekat) karena dengan SO3 hidrat, air akan bertindak murni sebagai pelarut.

b.      Jenis Zat yang disulfonasi


Sedangkan, zat-zat yang disulfonasi antara lain: zat alifatik misalnya
hidrokarbon jenuh, oleofin, alkohol, selulosa, senyawa aromatis, dan lain-lain.

2.3 PENGERTIAN HIDROGENASI


Hidrogenasi merupakan reaksi hidrogen dengan senyawa organik, Reaksi ini
terjadi dengan penambahan hidrogen secara langsung pada ikatan rangkap dari
molekul yang tidak jenuh sehingga dihasilkan suatu produk yang jenuh. Proses
hidrogenasi merupakan salah satu proses yang penting danbanyak digunakan
dalam pembuatan bermacam-macam senyawa organik. Proses ini umumnya terdiri
dari adisi sepasang atom hydrogen ke sebuah molekul. Reaksi dilakukan pada
suhu dan tekanan yang berbeda tergantung pada substrat dan aktivitas katalis.

2.3.1 JENIS-JENIS HIDROGENASI


Hidrogenasi adalah proses eliminasi ikatan rangkap pada minyak dengan
penambahan gas H2 untuk merubah minyak tak jenuh (unsaturated) menjadi
minyak jenuh (saturated). Indikator untuk mengetahui jumlah ikatan rangkap pada
minyak adalah Iodine Value (IV). Semakin rendah IV maka semakin sedikit pula
ikatan rangkap pada minyak.
Proses hidrogenasi dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
a. Fully Hydrogenation adalah proses hidrogenasi untuk menghilangkan
ikatan rangkap secara keseluruhan. Target penurunan IV maksimal hingga
0-2.
b. Partial Hydrogenation adalah proses hidrogenasi untuk menghilangkan
hanya sebagian ikatan rangkap.
c. Selective Hydrogenation adalah proses hidrogenasi untuk menghilangkan
sebagian ikatan rangkap pada posisi yang selektif sesuai dengan Solid Fat
Content (SFC) yang diinginkan. Jenis ini hampir sama dengan Partial
Hydrogenation.

2.3.2 MACAM-MACAM HIDROGENASI


a. Hidrogenasi transfer
Proses hidrogenasi umumnya memanfaatkan gas hydrogen, namun ada juga
yang menggunakan sumber lain yang memiliki atom hydrogen di dalamnya.
Namun tujuannya sama, yaitu : menambahkan atom hydrogen dalam suatu
senyawa.
b. Hidrogenasi Minyak
Proses hidrogenasi minyak membuat mengerasnya tanaman dan ikan yang
diturunkan minyak, yang memungkinkan mereka untuk menjadi pengganti efektif
untuk lemak hewani.
c. Hidrogenasi Etena
Etena bereaksi dengan hydrogen pada suhu sekitar 150° C dengan adanya
sebuah katalis nikel (Ni) yang halus. Reaksi ini menghasilkan etana.
Reaksi ini tidak begitu berarti, sebab etena merupakan senyawa yang jauh
lebih bermanfaat disbanding etena yang dihasilkan.

2.3.3 PROSES HIDROGENASI


a. Substrat
Penambahan H2 ke alkena affords alkena dalam reaksi protypical :
RCH = CH2 + H2   CH2RCH3 (R= alkil, aril)
Hidrogenasi sensitive terhadap halangan sterik menjelaskan selektivitas untuk
reaksi dengan exocyclic ikatan ganda tetapi tidak ikatan ganda internal.
Substrat dari hidrogenasi tercantum dalam tabel berikut :
Alkena, R2C = CR2 Alkana, 2R2 CHCHR’
Alkuna, RCCR Alkena, cis-RHC = CHR’
Aldehida, RCHO Alcohol utama, RCH2OH
Keton, R2CO Sekunder alcohol, R2CHOH
Ester, RCO2R’ Dua alcohol, RCH2OH, R’OH
Imina, RR’CNR” Amina, RR’CHNHR”
Amida. RC (O) NR2 Amina, RCH2NR2
Nitril, RCN Imina, RHCNH
Nitro, RNO2 Amina, RNH2
b. Katalis
Penggunaan katalis diperlukan agar reaksi yang berjalan efisien dan dapat
digunakan. Hidgrogenasi non-katlik hanya berjalan dengan kondisi temperature
yang sangat tinggi. Dengan pengecualian langka, tidak ada reaksi di bawah 480°C
(750 K atau 900° F) terjadi antara H2 dan senyawa organic dalam ketiadaan katalis
logam. Katalis logam non-mulia, terutama yang didasarkan pada nikel (seperti
nikel Raney dan nikel Urushibara) juga telah dikembangkan sebagai alternatif
ekonomis, tetapi mereka sering terlambaat atau memerlukan suhu yang lebih
tinggi. Trade off adalah kegiatan kecepatan reaksi vs biaya katalis dan biaya
aparat yang diperlukan untuk penggunaan tekanan tinggi. Perhatikan bahwa nikel
Raney-hydrogenations katalis membutuhkan tekanan tinggi :
Ada dua keluarga yang dikenal dengan katalis-katalis homogen dan katalis
heterogen.
 Katalis homogen
Katalis homogen termasuk rhodium senyawa berbasis yang dikenal
sebagai katalis Wilkinson dan iridium berbasis katalis Crabtree. Contohnya adalah
hidrogenasi carvone :
Hidrogenasi sensitive terhadap halangan sterik menjelaskan selektivitas
untuk reaksi dengan exocylic ikatan ganda tetapi tidak ikatan ganda internal.
 Katalis heterogen
Katalis heterogen untuk hidrogenasi lebih umum ke industri. Seperti dalam
katalis homogeny, aktivitas disesuaikan melalui perubahan di lingkungan sekitar
logam, yaitu lingkup koordinasi. Demikian pula katalis heterogen dipengaruhi
oleh dukungan materi dengan katalis heterogen terikat. Misalnya : kegiatan layar
Kristal katalis heterogen yang berbeda.
Dalam banyak kasus, modifikasi yang sangat empiris melibatkan selektif
“racun”. Dengan demikian, katalis dipilih dengan cermat dapat digunakan untuk
beberapa kelompok fungsional hydrogenate tanpa mempengaruhi orang lain.
Seperti hidrogenasi selektif alkines ke alkena menggunakan katalis Lindlar.
Ketika katalis palladium ditempatkan pada barium sulfat dan kemudian diobati
dengan quinoline, katalis yang dihasilkan mengurangi alkines hanya sejauh
alkena. Katalis Lindlar telah diterapkan untuk konversi phenylacetylene untuk
stirena.

2.3.4 EFEK SAMPING HIDROGENASI


Efek samping dari hidrogenasi memiliki implikasi bagi kesehatan manusia
yaitu isomerisasi dari beberapa ikatan karbon tak jenuh yang tersisa. Efek
samping yang sangat menonjol dari hidrogenasi adalah lemak trans. Undang-
undang makanan di AS dank ode praktek di Uni Eropa telah lama menyatakan
bahwa diperlukannya label kandungan lemak dari makanan dalam perdagangan,
juga diperlukan deklarasi dari isi lemak trans. Lemak trans di larang di Denmark
dan New York City. Konsumsi lemak trans telah terbukti dapat meningkatkan
kadar kolesterol yang berbahaya sehingga menyebabkan meningkatnya resiko
penyakit jantung. Proses apapun yang cenderung meningkatkan jumlah lemak
trans dalam makanan sebaiknya dihindari.

2.4 PENGERTIAN NITRASI

Nitrasi adalah kelompok umum proses kimia yang bertujuan


memasukkan gugus nitro ke dalam senyawa kimia organik. Istilah ini juga
diterapkan secara salah pada proses yang berbeda yaitu pembentukan ester nitrat
antara alkohol dan asam nitrat, yang terjadi pada sintesis nitrogliserin. Perbedaan
antara struktur yang dihasilkan antara senyawa nitro dan nitrat adalah bahwa atom
nitrogen dalam senyawa nitro terikat langsung dengan atom non-oksigen,
biasanya karbon atau atom nitrogen lainnya. Sementara ester nitrat, atau disebut
juga organonitrat, nitrogen berikatan langsung dengan suatu atom oksigen yang
biasanya terikat ke atom karbon.

Ada banyak aplikasi industri yang melibatkan proses nitrasi; yang paling
populer adalah produksi senyawa nitroaromatik seperti nitrobenzena. Reaksi
nitrasi digunakan pula untuk produksi bahan peledak, contohnya
konversi guanidin menjadi nitroguanidin dan konversi toluena menjadi
trinitrotoluena. Meski demikian, ada banyak kegunaan penting lainnya seperti
sebagai bahan kimia antara (intermediate) dan prekursor. Jutaan ton nitroaromatik
diproduksi setiap tahunnya.

Salah satu sintesis nitrasi disebut "campuran asam", sebuah campuran


dari asam nitrat dan asam sulfat pekat. Campuran ini membentuk ion nitronium
(NO2+), yang merupakan spesies aktif dalam nitrasi aromatik. Bahan aktif ini,
yang dapat diisolasi dari, misalnya, nitronium tetrafluoroborat, juga
mempengaruhi nitrasi tanpa perlu campuran asam. Dalam sintesis campuran asam,
asam sulfat tidak dikonsumsi dan bertindak selaku katalis sekaligus penjerap air.
Pada kasus nitrasi benzena, reaksi dilakukan pada 50 °C. Proses berikut adalah
contoh substitusi aromatik elektrofilik yang melibatkan serangan terhadap
inti benzena yang kaya elektron:

Mekanisme alternatif juga telah diajukan, termasuk salah satunya melibatkan


transfer elektron tunggal (single electron transfer, SET).

2.4.1 Ruang Lingkup


Selektivitas merupakan tantangan dalam nitrasi karena hukum lebih dari satu
senyawa dapat dihasilkan tetapi hanya satu yang diinginkan. Oleh karenanya,
produk-produk alternatif diperlakukan sebagai kontaminan atau mudahnya adalah
sampah. Oleh karenanya, perlu dirancang sintesis dengan selektivitas yang sesuai;
contohnya, dengan mengendalikan kondisi reaksi, fluorenone dapat dilakukan
trinitrasi atau tetranitrasi. Contoh lain trinitrasi selektif adalah trinitrasi simetris
benzena menjadi 1,3,5-trinitrobenzena untuk memproduksi prekursor dalam
sintesis floroglucinol.

Substituen pada inti aromatik mempengaruhi laju substitusi aromatik


elektrofilik ini. Gugus pendeaktivasi seperti gugus nitro lainnya memiliki
pengaruh menarik elektron. Gugus semacam ini mendeaktivasi (memperlambat)
raksi dan mengarahkan ion nitronium yang elektrofilik untuk menyerang posisi
meta pada inti aromatik. Gugus pengarah meta lainnya antar lain
gugus sulfonil, cyano, keto, ester, dan karboksilat. Nitrasi dapat dipercepat oleh
aktivasi seperti gugus amino, hidroksil dan metil, juga amida dan eter yang
menghasilkan isomer orto dan para.

Nitrasi langsung anilin dengan asam nitrat dan asam sulfat, menurut satu


sumber  menghasilkan campuran 50/50 para dan meta nitroanilin. Pada reaksi ini
terjadi reaksi cepat dan pengaktivan anilin (ArNH2) pada kesetimbangan dengan
ion anilinium (ArNH3+) yang lebih melimpah tetapi kurang reaktif. Ini
menjelaskan distribusi hasil reaksi. Menurut sumber lain [9] nitrasi anilin yang
lebih terkendali dimulai dengan pembentukan asetanilida melalui reaksi
dengan anhidrida asetat diikuti dengan nitrasi sebenarnya. Oleh karena amida
adalah gugus aktivasi biasa, produk yang terbentuk adalah isomer orto dan para.
Pemanasan campuran reaksi cukup untuk menghidrolisis nitroamida kembali
menjadi nitroamina. Pada reaksi Wolfenstein-Boters, benzena bereaksi dengan
asam nitrat dan merkuri nitrat menghasilkan asam pikrat.

BAB III
APLIKASI DI DUNIA INDUSTRI

3.1 PENGGUNAAN REAKSI SULFONASI

Sulfonasi pada Pembuatan Lignin

Lignin adalah suatu polimer yang komplek dengan bobot molekul tingi yang
tersusun atas unit-unit fenil propana. Lignin termasuk ke dalam kelompok bahan
yang polimerisasinya merupakan polimerisasi cara ekor (endwisepolymerization),
yaitu pertumbuhan polimer terjadi karena satu monomer bergabung dengan
polimer yang sedang tumbuh. Polimer lignin merupakan polimer bercabang dan
membentuk struktur tiga dimensi.
Proses sulfonasi biasa terdapat pada proses pembuatan kertas kraft yang
terdapat di dalam senyawa organic polimer lignin. Pada dasarnya, lignin adalah
senyawa organic polimer yang banyak dan penting dalam dunia tumbuhan selain
selulosa. Lignin merupakan komponen terbesar yang terdapat dalam lindi hitam.
Lindi hitam merupakan larutan pemasak yang berasal dari pulp dengan yang di
buat dengan proses kimia. Salah satu pemanfaatan lignin ialah dapat dimodifikasi
menjadi lignosulfonat. Lignosulfonat dapat berupa natrium lignosulfonat,
ammonium lignosulfonat, kalsium lignosulfonat, dan zink lignosulfonat.
Natrium lignosulfonat (NLS) dapat disintesis dari lignin dengan reaksi
sulfonasi. Reaksi sulfonasi merupakan reaksi yang melibatkan pemasukan gugus
sulfonat kedalam lignin. Proses sulfonasi pada lignin bertujuan untuk mengubah
sifat hidrofilitas dari lignin yang tidak larut dalam air dengan memasukkan gugus
sulfonat yang lebih polar dari gugus hidroksil, sehingga akan meningkatkan sifat
hidrofilitasnya dan menjadikan lignosulfonat. Pemilihan proses sulfonasi
tergantung pada banyak faktor, diantaranya yaitu nisbah lignin dan agen sulfonasi,
suhu reaksi, waktu (lama reaksi), dan PH.
Sebuah produkter sulfonasi lignin memiliki kandungan asam sulfonat
organik terikat dari sedikitnya sekitar 4,1mol per mol lignin dan menjadi larut air
di semua tingkat pH yang disiapkan oleh langkah-langkah yang terdiri terutama
dari melarutkan senyawa lignin kering, diproduksi sebagai produk sampingan dari
kraftatausulfit proses pembuatan pulp kayu, dengan asam sulfat memiliki
konsentrasi paling sedikit 95% dengan tetap menjaga suhu reaksi bawah sekitar
40 ° C sampai sulfonat lignin. Lignin tersulfonasi ini banyak di gunakan sebagai
zat aditif dalam komposisi bahan-bahan kimia dalam suatu proses industry.

3.3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan


Bahan lindi hitam yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari pabrik
pulp proses kraft dengan bahan baku kayu Eucalyptus. Bahan-bahan kimia yang
digunakan adalah:
 H₂SO₄
 NaOH,
 NaHSO₃
 akuades
 metanolteknis
 kertas pH
 HCl, kertas saring
Bahan-bahan kimia untuk analisis natrium lingo sulfonat (NLS) standar
berasal dari Aldrich. NLS komersial diperoleh dari PT FOSROC Indonesia.
Peralatan yang digunakan adalah alat-alat kaca laboratorium, cawan
porselen, neraca analitik, mortar, pengaduk, oven, penangas air, pendingin tegak,
alat sentrifugasi merk International Equipment Company, seperangka talat
sulfonasi, alat pemanas, seperangkat alat distilasi, corong Büchner, desikator,
piknometer, pH-meter. Spektrofoto meter UV-Vis.
  
         
3.3.2  Proses Sulfonasi Lignin Eupcalyptus.
Proses sulfonasi lignin menjadi natrium lignosulfonat (NLS) dilakukan dengan
memodifikasi metode Dilling, dan Kamoun.
 Sebanyak 5 g isolat lignin dicampurkan dengan NaHSO3 (g/mol)
monomer  BM (g) lignin bobot  g/mol 231 g 5,00063 dengan nisbah lignin
: NaHSO: (b/b) yaitu (1:0,4; 1:0,5; dan 1:0,6), lalu disuspensikan dalam
150 ml air.
 Lignin disuspensikan dalam labu bulat leher tiga ukuran 500 ml
menggunakan magnetic stirrer.
 Kemudian campuran lignin dan NaHSO  ditetapkan pada pH awal 5, 6, 7
dan 8 sesuai perlakuan, dengan cara menambahkan NaOH 20%.
 Campuran selanjutnya direfluks selama 4 jam, pada suhu 95 °C sambil
dilakukan pengadukan dengan magnetic stirrer agar campuran reaksi
sempurna. Hasil refluks didestilasi pada suhu 100oC untuk mengurangi
volume air.
 Larutan yang telah pekat disaring dengan corong Büchner untuk
memisahkan sisa lignin yang tidak bereaksi.
 Filtrat yang mengandung NLS dan NaHSO  (sisa reaksi) ditambahkan
metanol sambil dikocok kuat, sehingga natrium bisulfit terendapkan,
kemudian disaring dengan corong Büchner untuk memisahkan NaHSO₃.
 Metanol yang terdapat dalam filtrat diuapkan dengan rotavapor. NLS
pekat yang diperoleh dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC berulang
kali, kemudian ditimbang sampai diperoleh NLS dengan bobot konstan.
 Pencirian NLS yang dilakukan adalah warna, bau, kelarutan dalam air pH,
rendemen dan tingkat kemurnian NLS.

3.3.3 Hasil dan Pembahasan.


Isolat lignin merupakan lignin yang diperoleh dari isolasi lindi
hitam. Berdasarkan perbedaan kelarutannya, lignin dapat diisolasi dari lindi hitam
dengan cara mengendapkannya pada pH 2 menggunakan H₂SO 20% (v/v). Pada
suasana asam, lignin cenderung melakukan kondensasi sehingga unit-unit
penyusun lignin (p-koumaril alkohol, koniferil alcohol dan sinapil alkohol) yang
semula larut akan terpolimerisasi membentuk molekul yang lebih besar sehingga
bobot meningkat, akibatnya lignin akan mengendap (Kim et al. 1987).
Lignin hasil isolasi berwana cokelat tua, tidak berbau, dan tidak larut
dalam air. Kandungan lignin berdasarkan padatan total adalah 45,7 (%b/b). Hasil
ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan Santoso (1995) yaitu
sekitar 39,4 – 47,4 (%b/b). Dilain pihak, Sjöström (1995) mengemukakan bahwa
kandungan lignin pada lindi hitam dapat mencapai 46% dari total padatan lignin.

3.2 PROSES REAKSI HIDROGENASI


Hidrogenasi pada proses pembuatan margarin.
Margarin dapat dibuat dari lemak hewani, yakni salah satunya diproduksi
dari lemak beef yang disebut oleo-margarine. Margarin sedikitnya mengandung
80% lemak dari total beratnya. Sisanya (kurang lebih 17-18%) terdiri dari turunan
susu skim, air, atau protein kedelai cair. Dan sisanya 1-3% merupakan garam,
yang ditambahkan sebagai flavor.

3.2.1 Proses Pembuatan


1. Tahap Netralisasi
Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari
minyak atau lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau
pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap stock). Netralisasi dengan
kaustik soda (NaOH) banyak dilakukan dalam skala industri, karena lebih efisien
dan lebih murah dibandingkan dengan cara netralisasi lainnya.
2. Tahap Bleaching (pemucatan)
Pemucatan ialah suatu proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat warna yang
tidak disukai dalam minyak. Pemucatan dilakukan dengan mencampur minyak
dengan sejumlah kecil adsorben, seperti bleaching earth (tanah pemucat), dan
karbon aktif. Zat warna dalam minyak akan diserap oleh permukaan adsorben dan
juga menyerap suspensi koloid (gum dan resin) serta hasil degradasi minyak
misalnya peroksida. (Ketaren,1986).
3. Tahap Hidrogenasi
Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan
menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan
mengurangi ketidakjenuhan minyak atau lemak, dan membuat lemak bersifat
plastis. Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari
rantai karbon asam lemak pada minyak atau lemak. Proses hidrogenasi dilakukan
dengan menggunakan hydrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai
katalisator.
Nikel merupakan katalis yang sering digunakan dalam proses hidrogenasi
daripada katalis yang lain (palladium, platina, copper chromite). Hal ini karena
nikel lebih ekonomis dan lebih efisien daripada logam lainnya. Nikel juga
mengandung sejumlah kecil Al dan Cu yang berfungsi sebagai promoter dalam
proses hidrogenasi minyak
4. Tahap Emulsifikasi
Proses Emulsifikasi ini bertujuan untuk mengemulsikan minyak dengan
cara penambahan emulsifier fase cair dan fase minyak pada suhu 80oC dengan
tekanan 1 atm. Terdapat dua tahap pada proses Emulsifikasi yaitu
a. Proses pencampuran emulsifier fase minyak
Emulsifier fase minyak merupakan bahan tambahan yang dapat larut
dalam minyak yang berguna untuk menghindari terpisahnya air dari emulsi
air minyak terutama dalam penyimpanan. Emulsifier ini contohnya
Lechitin sedangkan penambahan b- karoten pada margarine sebagai zat
warna serta vitamin A dan D untuk menambah gizi.
b. Proses pencampuran emulsifier fase cair
Emulsifier fase cair merupakan bahan tambahan yang tidak larut dalam
minyak. Bahan tambahan ini dicampurkan ke dalam air yang akan dipakai
untuk membuat emulsi dengan minyak. Emulsifier fase cair ini adalah : ·
garam untuk memberikan rasa asin TBHQ sebagai bahan anti oksidan
yang mencegah teroksidasinya minyak yang mengakibatkan minyak
menjadi rusak dan berbau tengik Natrium Benzoat sebagai bahan
pengawet (Bailey’s,1950). Vitamin A dan D akan bertambah dalam
minyak. Selain itu minyak akan berbentuk emulsi dengan air dan
membentuk margarin. Beberapa bahan tambahan seperti garam, anti
oksidan dan Natrium benzoat juga akan teremulsi dalam margarin dalam
bentuk emulsifier fase cair. (Bailey’s,1950).

3.3 PROSES REAKSI ASAM NITRAT


Nitrasi pada proses pembuatan nitrobenzen.
3.3.1 Proses penyiapan bahan baku
Bahan baku dipanaskan dengan tujuan menyesuaikan kondisi operasi
dalam reaktor karena reaktor beroperasi secara isotermis. Mula-mula bahan baku
benzen yang berasal dari tangki penyimpan dipompakan menuju Heater. Pada
Heater benzen dinaikkan suhunya dari 30˚C menjadi 50˚C, dari heater benzen
menuju reaktor. Asam nitrat dari tangki penyimpan dipompakan menuju mixer. Di
dalam mixer asam nitrat di campur dengan asam sulfat yang di pompa dari tangki
penyimpan. Komposisi asam campuran adalah : 24,3% HNO₃, 61,4% H₂SO₄,
14,3% H₂O. Panas yang timbul sebagai hasil panas pencampuran antara kedua
asam tersebut di serap oleh air pendingin di dalam koil pendingin mixer, sehingga
asam campuran yang keluar dari mixer menuju reaktor bersuhu 50˚C.
Perbandingan mol asam nitrat dan benzen didalam reaktor adalah 1:1,05 dengan
suhu 50˚C dialirkan secara kontinyu.
3.3.2 Proses reaksi nitrasi
Bahan baku yang masuk ke reaktor melalui puncak reactor pada kondisi
50˚C dan tekanan 1 atm. Reaksi nitrasi antara benzen dan asam nitrat berlangsung
pada reaktor CSTR dengan laju putaran impeller 1200 rpm agar terjadi
pencampuran yang sempurna. Suhu reaksi harus tetap di jaga pada 50˚C agar
reaksi tetap berlangsung pada fase cairan. Reaksi nitrasi berlangsung secara
eksotermis sehingga diperlukan pendingin agar suhu dalam reaktor tetap 50˚C.
Pendingin reaktor menggunakan air yang masuk pada suhu 30˚C dan keluar pada
suhu 40˚C. Produk yang diperoleh dari reaktor adalah nitrobenzen, produk
samping berupa air dan sisa reaktan berupa benzen dan asam nitrat. Produk
reaktor selanjutnya diumpankan ke unit pemurnian.
3.3.3 Proses pemurnian hasil
Pada proses pemurnian ada tiga tahapan yaitu :
a. Pemisahan fase organik dan anorganik
Produk reaktor dimasukkan didalam Decanter untuk memisahkan fase
organik dan anorganik. Dekantasi dapat dilakukan karena kedua fase cair tidak
saling melarutkan.
b. Netralisasi
Fase organik dari Decanter dipompakan ke netraliser untuk menetralkan asam
nitrat dan asam sulfat yang terikut dalam fase organik. Natrium hidroksida yang
digunakan sebagai penetral mempunyai kadar 40% dipompakan dari tangki
penyimpan. Hasil netralisasi dimasukkan ke Decanter-02 untuk memisahkan
lapisan yang kaya akan nitrobenzen (lapisan atas) dengan waste (lapisan bawah)
yang terdiri dari Na₂SO₄, NaNO₃, H₂O, dan sedikit C₆H₅NO₂.
c. Pemurnian dengan distilasi
Lapisan dari Decanter-02 dinaikkan suhunya dengan Heater dari suhu 59,69˚C
menjadi 209,4˚C dan diumpankan ke Flash Distilasi. Flash Distilasi berfungsi
untuk memisahkan produk nitrobenzen dari impuritasnya. Hasil bawah Flash
Distilasi dengan suhu 205,7˚C dilewatkan pendingin untuk diturunkan suhunya
menjadi 40˚C dan selanjutnya disimpan dalam tangki penyimpan.
DAFTAR PUSTAKA

http://irma-teknikkimia.blogspot.com/2013/04/reaksi-sulfonasi.html
http://duniagalery.blogspot.com/2015/07/makalah-sulfonasi-pada-industri-
lengkap.htmlhttps://fadillahahmaddedi.blogspot.com/2015/04/reaksi-
sulfonasi.html
https://lordbroken.wordpress.com/2011/09/24/proses-pembuatan-margarin/
https://id.wikipedia.org/wiki/Nitrasi
https://id.wikipedia.org/wiki/Hidrogenasi
https://id.scribd.com/doc/128590203/PROSES-NITRASI

Anda mungkin juga menyukai