Anda di halaman 1dari 16

Sintesis Organik dan Anorganik

Hidrogenasi

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sintesis Organik dan Anorganik semester II
program studi D3 Teknik Kimia

Dosen : Rintis Manfaati, ST., MT.

Oleh
Kelompok VIII
Yuliana Nur Amanah 161411061
Yurike Dwiayu Rahmaningsih 161411062
Yuzvan Fauzi Darmawan D. 161411063
Zayyin Kamil Biliman 161411064
IB D3 – Teknik Kimia

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
Hidrogenasi
Hidrogenasi paling awal adalah dari platina katalis penambahan hidrogen ke
oksigen di lampu Döbereiner, perangkat dikomersialisasikan pada tahun 1823.
Kimiawan Perancis Paul Sabatier dianggap sebagai ayah dari proses hidrogenasi.
Pada tahun 1897, ia menemukan bahwa pengenalan jejak nikel sebagai katalis
memfasilitasi penambahan hidrogen ke molekul hidrokarbon gas dalam apa yang
sekarang dikenal sebagai proses Sabatier. Untuk pekerjaan ini Sabatier memperoleh
Nobel Kimia pada tahun 1912 .Wilhelm Normann dianugerahi paten di Jerman
pada tahun 1902 dan di Inggris pada tahun 1903 untuk hidrogenasi minyak cair,
yang merupakan awal dari apa yang sekarang menjadi industri dunia luas. Yang
penting secara komersial proses Haber-Bosch, pertama kali dijelaskan pada tahun
1905, melibatkan hidrogenasi nitrogen. Dalam proses Fischer-Tropsch , dilaporkan
pada tahun 1922 karbon monoksida, yang berasal dari batubara mudah, adalah
terhidrogenasi untuk bahan bakar cair.

Hidrogenasi merupakan reaksi hidrogen dengan senyawa organik, Reaksi ini


terjadi dengan penambahan hidrogen secara langsung pada ikatan rangkap dari
molekul yang tidak jenuh sehingga dihasilkan suatu produk yang jenuh. Proses
hidrogenasi merupakan salah satu proses yang penting dan banyak digunakan
dalam pembuatan bermacam-macam senyawa organik. Proses ini umumnya terdiri
dari adisi sepasang atom hydrogen ke sebuah molekul. Reaksi dilakukan pada suhu
dan tekanan yang berbeda tergantung pada substrat dan aktivitas katalis.

A. Macam-Macam Hidrogenasi

1. Hidrogenasi Transfer

Proses hidrogenasi umumnya memanfaatkan gas hydrogen, namun ada juga


yang menggunakan sumber lain yang memiliki atom hydrogen di dalamnya. Namun
tujuannya sama, yaitu : menambahkan atom hydrogen dalam suatu senyawa.

2. Hidrogenasi Minyak

Proses hidrogenasi minyak membuat mengerasnya tanaman dan ikan yang


diturunkan minyak, yang memungkinkan mereka untuk menjadi pengganti efektif
untuk lemak hewani.

1|HIDROGENASI
3. Hidrogenasi Etena

Etena bereaksi dengan hydrogen pada suhu sekitar 150° C dengan adanya
sebuah katalis nikel (Ni) yang halus. Reaksi ini menghasilkan etana.Reaksi ini tidak
begitu berarti, sebab etena merupakan senyawa yang jauh lebih bermanfaat
disbanding etena yang dihasilkan.

B. Proses Hidrogenasi

1. Substrat

Penambahan H2 ke alk e ne affords alk ne dalam reaksi protypical : RCH =


CH2 + H2 CH2RCH3 (R= alkil, aril). Hidrogenasi sensitive terhadap halangan sterik
menjelaskan selektivitas untuk reaksi dengan exocyclic ikatan ganda tetapi tidak
ikatan ganda internal. Substrat dari hidrogenasi tercantum dalam tabel berikut:

Alkena, R2C = CR2 Alkana, 2R2 CHCHR’


Alkuna, RCCR Alkena, cis-RHC = CHR’
Aldehida, RCHO Alcohol utama, RCH2OH
Keton, R2CO Sekunder alcohol, R2CHOH
Ester, RCO2R’ Dua alcohol, RCH2OH, R’OH
Imina, RR’CNR” Amina, RR’CHNHR”
Amida. RC (O) NR2 Amina, RCH2NR2
Nitril, RCN Imina, RHCNH
Nitro, RNO2 Amina, RNH2

2. Katalis

Penggunaan katalis diperlukan agar reaksi yang berjalan efisien dan dapat
digunakan. Hidgrogenasi non-katlik hanya berjalan dengan kondisi temperature
yang sangat tinggi. Dengan pengecualian langka, tidak ada reaksi di bawah 480° C
(750 K atau 900° F) terjadi antara H2 dan senyawa organic dalam ketiadaan katalis
logam.

Umumnya, tidak ada reaksi antara H2 dengan senyawa organik yang terjadi
di bawah 480°C terjadi antara H2 tanpa adanya katalis logam. Katalisator untuk
proses hidrogenasi adalah platina, palladium dan nikel, dimana platina dan
palladium membentuk katalis yang sangat aktif, yang dapat mengkatalis pada suhu

2|HIDROGENASI
dan tekanan rendah. Tetapi berdasarkan pertimbangan ekonomis, hanya nikel yang
umum digunakan sebagai katalisator hidrogenasi walaupun nikel dapat mengkatalis
pada suhu yang lebih tinggi dari platina dan palladium.

Katalis hidrogenasi digolongkan menjadi dua, yaitu katalis homogen dan


katalis heterogen. Katalis homogen larut dalam pelarut yang berisi substrat tak
jenuh. Katalis heterogen adalah berbentuk padat yang tersuspensi di pelarut dengan
substrat atau dengan gas substrat. Nikel mungkin juga mengandung sejumlah kecil
Al dan Cu yang berfungsi sebagai promoter dalam proses hidrogenasi minyak.

1. Katalisator yang bersifat kuat : Co, Ni, Fe


Kuat memasukan H2 sebanyak-banyaknya. Untuk menghidrogenasi,
rantai pecah, H mengisi rantai yang putus.
2. Katalisator sedang : Cu, Cr2O3, ZnO, MnO
H2 yang berhasil diadisi kedalam senyawa organic tidak banyak.
3. Katalisator yang bersifat khusus
a. Yang mempunyai sifat khusus untuk mengadakan kondensasi
(penggabungan mol kecil-kecil). Misalnya adalah Na2CO3, CaCO3, dan
BaCO3.
b. Dehidrasi (melepas H2O), katalis ini sama dengan katalis kuat ditambah
zat yang mampu menarik air. Misalnya adalah Al2O3 dan SiO2.
4. Sulfida
Keaktifan dari katalisator ini rendah tetapi tahan racun. Untuk
dehidrogenasi zat-zat yang mengandung racun katalisator, misalnya MoS,
dipakai untuk menghilangkan S dan N dari senyawa.

C. Mekanisme Hidrogenasi

RCH = CH2 + H2 → CH2RCH3 (R= alkil, aril)

1. Reaksi Hidrogenasi Asam Karboksilat

3|HIDROGENASI
2. Reaksi Hidrogenasi Keton

3. Reaksi Hidrogenasi Alkuna

D. Faktor-Faktor Hidrogenasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses hidrogenasi dibagi menjadi dua,


yaitu variabel indenpenden dan variabel dependen.
1. Variabel Independen
a. Tekanan
b. Suhu
c. Agitasi
d. Konsentrasi Katalis
2. Variabel Dependen
a. Rasio selektivitas
b. Laju hidrogenasi

Hubungan antara kedua variabel di atas dijelaskan pada tabel di bawah ini:

4|HIDROGENASI
Rasio
Laju Reaksi
Selektivitas
Suhu ↑ ↑ ↑
Tekanan ↑ ↓ ↑
Agitasi ↑ ↓ ↑
Katalis ↑ ↑ ↑

a. Tekanan
Ketika teknan diperbesar maka rasio selektovitas akan menurun, sementara
laju reaksi meningkat.
b. Suhu

Hidrogenasi berjalan lebih cepat seiring dengan kenaikan suhu operasi.


Kenaikan suhu akan menurunkan kelarutan gas hidrogen dalam minyak namun
meningkatkan kecepatan reaksinya. Oleh karena itu, kenaikan suhu akan
meningkatkan selektivitas, pembentukan trans isomer dan kecepatan reaksi yang
menghasilkan kurva SFC yang curam. Karena reaksi hidrogenasi merupakan
reaksi eksotermis, maka penurunan 1 (satu) iodine value akan menaikkan suhu
reaksi sebesar 1,6 oC hingga 1,7 oC. Kenaikan suhu ini akan mempercepat reaksi
hingga dicapai titik optimum. Suhu optimum beragam untuk tiap produk, namun
sebagian besar minyak mencapai titik optimumnya pada suhu maksimum 230 oC
hingga 260o C.

c. Agitasi

Ketika agitasi dinaikan ma rasio selektivitas akan meningkat dan laju


rekasipun akan lebih cepat. Fungsi utama dari agitasi adalah untuk menyuplai
hidrogen terlarut pada permukaan katalis, tapi massa reaksi tersebut harus pula
diaduk agar terjadi distribusi panas ataupun pendinginan sebagai kontrol suhu dan
distribusi suspensi katalis dalam minyak sebagai penyeragaman reaksi.

d. Konsentrasi Katalis

Kecepatan reaksi hidrogenasi meningkat seiring dengan peningkatan jumlah


katalis hingga suatu titik. Peningkatan kecepatan reaksi tersebut disebabkan oleh
peningkatan permukaan aktif dari katalis. Titik maksimum tercapai karena pada

5|HIDROGENASI
kadar sangat tinggi, hidrogen tidak mampu terlarut cukup cepat untuk menyuplai
jumlah katalis yang tinggi.

E. Aplikasi Proses Hidrogenasi

1. Pembuatan Margarin

Hidrogenasi adalah suatu proses yang dilakukan dengan tujuan untuk


memungkinkan mengubah minyak nabati menjadi bentuk lemak yang biasa
digunakan banyak orang dengan rasa yang lebih stabil dan harga yang lebih murah.
Proses hidrogenasi dilakukan untuk dua alasan yaitu untuk merubah minyak
atau lemak ke bentuk fisik yang lebih mudah penanganannya, dan untuk
meningkatkan kestabilan oksidatif.
Kestabilan rasa dibutuhkan untuk menjaga produk lebih tahan lama setelah
pemrosesan dan pengepakan. Hidrogenasi katalitik pada fasa cair adalah salah satu
reaksi yang paling penting dan kompleks dalam memproses lemak dan minyak
pangan. Hidrogenasi lemak adalah penjenuhan sederhana ikatan rangkap pada
lemak tak jenuh dengan hidrogen, menggunakan katalis nikel.
Hidrogenasi hanya dapat terjadi jika ketiga reaktan berada dalam satu tempat
bersama, yaitu lemak tak jenuh, gas hidrogen, dan katalis. Gas hidrogen harus larut
ke dalam minyak cair sebelum dapat berdifusi melalui cairan itu menuju permukaan
katalis padat. Masing-masing Trigliserida asam lemak tak jenuh yang terserap dapat
bereaksi dengan atom hidrogen untuk menjenuhkan ikatan rangkap.

a. Reaksi

Adapun reaksinya sebagai berikut :

H2, Ni

R-CH=CH-CH2-COOH R-CH2-CH2-COOH

(Ketaren, 1986)

b. Kondisi Operasi

Tekanan : 6 atm
Temperatur : 175 °C

6|HIDROGENASI
Konversi : 30-70%
∆HR : -420.400 KJ/Kmol
∆G : -266.300 KJ/Kmol
Waktu reaksi : 2 jam

c. Uraian Proses

1. Pemurnian Minyak Kelapa Sawit (CPO)

- Proses Bleaching (AD-101 dan AD-102)

CPO dari storage tank (ST-101) dipanaskan dalam pre-heater


(HE-101) pada suhu 60oC untuk mempermudah proses bleaching.
Tujuan dari proses bleaching adalah untuk menghilangkan zat-zat
warna yang tidak disukai dalam minyak serta kanduangan pengotor
seperti karoten, tokoferol, Fe (III) dan Cu (II) dengan cara
melewatkan minyak pada bed di dalam vessel yang berisi adsorben
arang aktif (activated carbon). Sistem Adsorpsi pada bleaching ini
juga menggunakan sistem lead and leg (bergantian). Diharapkan
impurities-impurities pada minyak kelapa sawit seperti zat-zat warna
serta logam-logam yang terkandung didalamnya bisa teradsorpsi
dengan menggunakan arang aktif.

- Proses Pemisahan asam Lemak Bebas dari CPO (FD-101)


Proses ini merupakan proses pemurnian minyak yang
bertujuan untuk menghilangkan bau dan rasa yang tidak enak dalam
minyak. Minyak yang telah dibleaching kemudian dimasukkan ke
dalam Heater (HE-102) untuk dipanaskan hingga suhu 225oC pada
tekanan 1 atm (gauge) untuk mengangkut senyawa-senyawa yang
dapat menguap. Setelah itu masuk ke dalam tangki Flash Drum (FD-
101) untuk dipisahkan Trigliserida asam lemak bebasnya dengan
minyak lalu didinginkan dengan cara mengalirkan minyak ke alat
pre heater (HE-101) yang digunakan panasnya untuk memanaskan
minyak di awal proses sehingga suhu sebelum masuk reaktor
menjadi 209,1337oC.

7|HIDROGENASI
2. Reaksi Hidrogenasi dan Emulsifikasi

- Proses Reaksi Hidrogenasi (RE-201 dan RE-202)

CPO yang diperoleh dari keluaran FD-101 diumpankan


langsung ke Reaktor Hidrogenasi yang disusun seri dengan tekanan
operasi 6 atm dan temperatur operasi 180oC (RE-201) dan 175oC
(RE-202) dengan dialirkan melalui pompa kebagian atas reaktor.
Gas hidrogen yang dihasilkan dari plant hidrogen pada suhu 180oC
dan tekanan 8 atm dialirkan melalui sistem perpipaan ke plant
margarin lalu dimasukkan ke dalam Reaktor Hidrogenasi (RE-201)
melalui sparger pada bagian bawah reaktor. Di reaktor terjadi reaksi
pemutusan ikatan rangkap yang bertujuan untuk mengurangi
ketidakjenuhan CPO sehingga CPO yang dihasilkan lebih stabil
terhadap oksidasi dan tahan untuk diproses lebih lanjut (Ketaren,
1986). Reaksi berlangsung pada suhu 180oC dan tekanan 6 atm
(Othmer, Vol 10). Adapun reaksinya sebagai berikut : Trigliserida
asam Linoleat → Trigliserida asam Oleat → Trigliserida asam
Stearat Dengan konversi 100% untuk linoleat dan 41% untuk oleat.

Hasil hidrogenasi merupakan CPO yang telah dimodifikasi


dengan proses hidrogenasi dalam fasa cair dengan temperatur 180
0
C dan tekanan 6 atm, kemudian dialirkan ke FD-201 yang
bertekanan 5 atm untuk dipisahkan antara gas hidrogen sisa dengan
minyak yang terhidrogenasi, lalu minyak tersebut dialirkan ke dalam
Cooler (CO-301) untuk didinginkan suhunya hingga 48 0C.

- Proses Emulsifikasi (ET-301)

Proses emulsifikasi bertujuan untuk mengemulsikan minyak


dengan cara penambahan emulsifier fase cair dan fase minyak pada
suhu 80oC dengan tekanan 5 atm (Shahidi, Vol 4, 2005; hal 63). Pada
ET-301 minyak ditambahkan larutan pengemulsifikasi dari Solution
Tank (SO-301) yang terdiri dari vitamin A, Palmitat-β karoten,
flavor (diasetil), dan skim milk untuk menambah gizi dan memberi
rasa, lechitin dan garam untuk memberi rasa asin, dan natrium

8|HIDROGENASI
benzoat sebagai pengawet.

3. Solidifikasi dan Packing

- Proses Solidifikasi (SD-301)

Dalam tahap ini terjadi perubahan fasa minyak dari cair


menjadi semi padat, dimana minyak yang telah diemulsifikasi
dengan suhu 80oC diturunkan suhunya menjadi 20oC. Pendinginan
mendadak tersebut mengakibatkan terbentuknya semi padatan
plastis dan inti margarine halus. Solidator yang digunakan dalam
proses solidifikasi ini menggunakan NH3 sebagai media pendingin.

- Proses Packing (WH-401)

Margarin yang dihasilkan dari proses solidifikasi siap untuk di


kemas di dalam kemasan kantong plastik. Setelah dilakukan
pengemasan kemudian produk margarin di simpan ke dalam gudang
produk margarine (WH-401).

Adapun diagram alir proses produksi margarin adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Bagan Proses Pembuatan Margarin

2. Pembuatan Sorbitol

Sorbitol adalah senyawa monosakarida polyhidric alkohol. Nama kimia lain


dari sorbitol adalah hexitol atau glusitol dengan rumus kimia C6H14O6. Struktur

9|HIDROGENASI
molekulnya mirip dengan struktur molekul glukosa hanya yang berbeda gugus
aldehid pada glukosa diganti menjadi gugus alkohol. Sorbitol pertama kali
ditemukan dari juice Ash berry. (Sorbus auncuparia L) di tahun 1872. Setelah itu,
sorbitol banyak ditemukan pada buah-buahan seperti apel, plums, pears, cherris,
kurma, peaches, dan apricots.

Zat ini berupa bubuk kristal berwarna putih yang higroskopis, tidak berbau
dan berasa manis, sorbitol larut dalam air, gliserol, propylene glycol, serta sedikit
larut dalam metanol, etanol, asam asetat, phenol dan acetamida. Namun tidak larut
hampir dalam semua pelarut organik.

Sorbitol dapat dibuat dari glukosa dengan proses hidrogenasi katalitik


bertekanan tinggi. Sorbitol umumnya digunakan sebagai bahan baku industri
barang konsumsi dan makanan seperti pasta gigi, permen, kosmetik, farmasi,
vitamin C, dan termasuk industri textil dan kulit (Othmer vol 1, 1960).

Proses hidrogenasi katalitik terdiri dari beberapa tahap :

a. Tahap Pencampuran Bahan Baku

b. Tahap Hidrogenasi

c. Tahap Pemurnian

Proses reaksi dilakukan secara continiu, dengan menggunakan reaktor fixed


bed dengan mereaksikan glukosa dengan hydrogen berlebih dengan perbandingan
1:1200 menghasilkan konversi sebesar 98% dimana kondisi operasi pada reaktor
adalah temperatur 145 oC dan tekanan 68 atm.

a. Tahap Pencampuran Bahan Baku

Pada tahap ini, bahan baku berupa sirup gukosa disimpan di dalam tangki
penyimpanan. Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan sorbitol
melalui proses hidrogenasi ini adalah sirup glukosa yang telah memenuhi standart
(syarat) yaitu konsentrasi 50% dan pH 7. sirup glukosa dengan menggunakan
pompa di alirkan menuju Heater untuk dipanaskan terlebih dahulu sampai suhu 100
o
C, kemudian di alirkan kembali dengan menggunakan pompa menuju ke Reaktor.
Pada saat yang sama H2 yang disimpan pada tangki penyimpanan juga dialirkan
dengan menggunakan kompressor menuju Heater untuk dipanaskan hinga suhu 100

10 | H I D R O G E N A S I
C, sehingga kedua reaktan tersebut bertemu pada titik pencampur pada kondisi 68
atm. Kemudian kedua reaktan tersebut mengalir secara bersamaan, menuju masuk
ke dalam Reaktor.

b. Tahap Hidrogenasi

Tahap ini terjadi di dalam reaktor. Reaktor yang digunakan adalah reaktor
fixed bed dimana kedua reaktan tersebut akan melewati partikel-partikel katalis
yang ada di dalam reaktor. Kondisi operasi yang terjadi di dalam reaktor adalah
145oC dan tekanan 68 atm untuk menghasilkan sorbitol. Reaksi ini berlangsung
dengan bantuan katalis Nickel. Mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut :

Hasil yang diperoleh terdiri dari sorbitol, air, maltosa, dextrin dan
hidrogen. Setelah reksi terjadi pendinginanpun dilakukan dengan menggunakan
Cooler. Sebelum larutan campuran sorbitol didinginkan terlebih dahulu
diturunkan tekanannya dengan menggunakan reducer sampai mencapai kondisi
10 atm, dimana larutan campuran sorbitol akan melewati reducer dan kemudian
akan mengalir menuju cooler untuk didinginkan terlebuh dahulu sampai suhu 90
o
C sebelum masuk ke Flash drump.

c. Tahap Pemurnian

Pada tahap ini akan dilakukan pemurnian H2 dan larutan campuran


sorbitol. Setelah melalui cooler larutan campuran sorbitol akan menuju ke Flash
drump untuk memisahkan gas hidrogen dari campuran sorbitol. Dimana
hidrogen akan menuju unit pemurnian hidrogen (Unit Pressure Swing
Adsorbtion) untuk dimurnikan kembali. Setelah pemurnian dilakukan gas H2

11 | H I D R O G E N A S I
akan melewati Blower. Selanjutnya gas H2 tersebut akan mengalir menuju
Heater dan digunakan kembali di reaktor. Sedangkan campuran sorbitol akan
keluar dari bawah separator dan akan mengalir menuju reducer untuk terlebih
dahulu diturunkan tekanannya sampai 1 atm kemudian dengan menggunakan
pompa akan dialirkan menuju Evaporator. Proses ini bertujuan untuk
memekatkan larutan campuran sorbitol (kondisi operasi di evaporator tekanan 1
atm dan suhu 110 oC), dimana pada tahap ini air yang terkandung di dalam
larutan akan diuapkan sebanyak 20% dari total kandungan air pada bahan baku.
Untuk selanjutnya produk berupa larutan sorbitol dialirkan menuju tangki
produk.

3. Hidrogenasi Alkana

Reaksi hidrogenasi alkena membutuhkan katalis heterogen, seperti platina


(Pt), platina oksida (PtO2), panadium karbon (Pd, C) dan Raney Nickel (Ra-Ni).
Tanpa adanya katalis, alkena tidak dapat bereaksi dengan gas hidrogen. Berikut
adalah beberapa contoh reaksi hidrogenasi alkena. Sebagai contoh, 1-butena jika
direaksikan dengan gas H2 (dengan bantuan katalis), maka akan dihasilkan n-
butana. Sedangkan sikloheksena jika direaksikan dengan gas H2 (dengan bantuan
katalis), maka akan dihasilkan sikloheksana.

Beberapa contoh lain dari reaksi hidrogenasi alkena dengan berbagai katalis
dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

12 | H I D R O G E N A S I
Reaksi tersebut terjadi pada permukaan katalis heterogen yang melibatkan
masuknya atom hidrogen pada sisi yang sama dari ikatan rangkap alkena tersebut
(adisi syn), sehingga reaksinya bersifat stereospesifik. Tahap awal mekanisme
reaksi hidrogenasi dengan katalis heterogen tersebut melibatkan adsorpsi molekul
H2 pada permukaan katalis hidrogen, sehingga terbentuk kompleks [katalis-H2].
Selanjutnya, kompleks [katalis-H2] tersebut kemudian bereaksi dengan alkena,
sehingga terbentuk kompleks [katalis-produk]. Pada tahap akhir, produk alkana
yang terbentuk terdesorpsi dari katalis.

4. Pembuatan Batu Bara Cair

Proses konversi pengolahan batubara hingga akhirnya dapat digunakan.


Batubara dapat digunakan sebagai bahan baku industri maupun sebagai bahan bakar
melalui beberapa proses konversi salah satunya adalah konversi batubara dengan
hidrogenasi. Hidrogenasi batubara adalah proses reaksi batubara dengan gas

13 | H I D R O G E N A S I
hydrogen bertekanan tinggi. Reaksi ini diatur sedemikian rupa (kondisi reaksi,
katalisator dan kriteria bahan baku) agar dihasilkan senyawa hidrokarbon sesuai
yang diinginkan, dengan spesifikasi mendekati minyak mentah. Sejalan
perkembangannya, hidrogenasi batubara menjadi proses alternatif untuk mengolah
batubara menjadi bahan bakar cair pengganti produk minyak bumi, proses ini
dikenal dengan nama Bergius proses, disebut juga proses pencairan batubara (coal
liquefaction).

5. Meningkatkan Mutu Biodiesel

Ketidakstabilan produk biodiesel perlu dilakukan penelitian dengan


menggunakan proses hidrogenasi dalam rangka meningkatkan mutu biodiesel.
Proses hidrogenasi dimaksudkan untuk menjenuhkan senyawa ikatan rangkap yang
terdapat dalam biodiesel dengan adanya gas hydrogen dan menggunakan bantuan
katalis tertentu seperti palladium (Pd), nikel (Ni) dengan penyangga alumina
(Al2O3), proses hidrogenasi dilakukan dengan system reactor batch berpengaduk
dan kondisi operasi dengan temperature 80°C dan tekanan atmosfer. Hasil
penelitian menujukan bahwa dengan proses hidrogenasi akan merubah karakteristik
titik tuang, titik kabut, dan juga berpengaruh terhadap stabilitas oksidasi.

14 | H I D R O G E N A S I
Daftar Pustaka

Anonim. 2012. Proses pengolahan Batubara. http://alfian’sblog.blogspot.com.


Diakses tanggal 3 Oktober 2014.
Anonim. 2012. the-coal-to-liquid-debate. http://www.energyandoil.com/the-coal-
to-liquid-debate-part-i. Diakses tanggal 3 Oktober 2014
Fadillah, Ahmad Dedi. 2015. “Hidrogenasi”. https://fadillahahmaddedi.blogspot.
co.id/2015/0 4/reaksi -hidrogenasi.html. Diakses 23 Mei 2017.
Ihsan Ikhtiarudin, M.Si. 2016. http://portalkimor.blogspot.co.id/2016/05/mekanism
e-reaksi-hidrogenasi-alkena.html Diakses 23 Mei 2017

Julianti, Elisa. 2014. “Hidrogenasi”. https://elisajulianti.files.wordpress.com/2012


/01/hidrog enasi.pdf. diakses 21 Mei 2017.

Muktiarto dan Gelorawan Benyadit P. 2012. Tugas Akhir. Prarancangan Pabrik N-


Butanol dengan proses Hidrogenasi N-Butil Butirat. UNS : Srakarta
Sonifa, Ringga. 2017. Skripsi. Prarancangan Pabrik Sorbitol dengan proses
Hidrogenasi Katalitik Kapasitas 55.000 Ton/Tahun. Universitas
Muhammadiyah : Surakarta

15 | H I D R O G E N A S I

Anda mungkin juga menyukai