Anda di halaman 1dari 16

MAKAL

AH
PROSES
INDUST
RI
KIMIA

Pembuatan Amonia Melalui Proses


Hidrogenasi

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2016

OLEH :
KELOMPOK 7
1. Andira Jamaluddin

(092 2014 0055)

2. Rahmawaty Ilham

(092 2014 0056)

3. Niswah Fadhillah Warda

(092 2014 0058)

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Pemilik
segala ilmu, Pemberi rahmat dan kasih sayang yang telah melimpahkan hidayah-Nya, sehingga
tugas kelompok dalam bentuk makalah ini dapat diselesaikan yang berjudul Pembuatan
Ammonia Melalui Proses Hidrogenasi
Ucapan terimakasih yang tidak terhingga disampaikan kepada Ibu Rismawati, ST. MT
sebagai dosen mata kuliah Proses Industri Kimia, teman-teman kelompok yang telah
memperjuangkan waktu, tenaga, serta bantuan baik moril maupun materil, juga terkhusus untuk
teman-teman kelas C2 yang telah memberi masukkan dan bantuan.
Kami selaku penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar tercapainya
kesempurnaan dalam makalah ini.Kami berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi yang
membacanya.

Makassar, 15 Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Hidrogenasi

2.2 Katalisator dalam Proses Hidrogenasi

2.3 Macam-macam Hidrogenasi


2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hidrogenasi
2.5 Amonia

4
4
4

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Raw Material

3.2 Sintesa

3.3 Finishing

12

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hidrogenasi adalah istilah yang merujuk pada reaksi kimia yang menghasilkan adisi
hidrogen (H2). Proses ini umumnya terdiri dari adisi sepasang atomhidrogen ke sebuah
molekul. Penggunaan katalis diperlukan agar reaksi yang berjalan efisien dan dapat
digunakan; hidrogenasi non-katalitik hanya berjalan dengan kondisi temperatur yang sangat
tinggi.Hidrogen beradisi ke ikatan rankap dua dan tiga hidrokarbon.
Oleh karena pentingnya hidrogen, banyak reaksi-reaksi terkait yang telah dikembangkan
untuk kegunaannya. Kebanyakan hidrogenasi menggunakan gas hidrogen (H2), namun ada
pula beberapa yang menggunakan sumber hidrogen alternatif; proses ini disebut hidrogenasi
transfer.

Reaksi

balik

atau

pelepasan

hidrogen

dari

sebuah

molekul

disebut

dehidrogenasi.Reaksi di mana ikatan diputuskan ketika hidrogen diadisi dikenal sebagai


hidrogenolisis. Hidrogenasi berbeda dengan protonasi atau adisi hidrida; pada hidrogenasi,
produk yang dihasilkan mempunyai muatan yang sama dengan reaktan.
Dunia memiliki cadangan minyak yang dikenal cukup untuk hanya 41 tahun, tapi
memiliki cadangan batubara hingga 155 tahun.Sementara itu, suatu kenyataan bahwa,
cadangan sumber daya energi di Indonesia saat ini sudah semakin terbatas. gas alam yang
juga merupakan salah satu sumber energi utama di Indonesia hanya memiliki cadangan yang
ekuivalen dengan masa produksi selama 35,54 tahun. Demikian pula batubara, Indonesia saat
ini hanya memiliki cadangan yang relatif terbatas, yaitu sebesar 4.968 juta ton atau 0,55%
dari total cadangan batubara dunia. Dengan tingkat produksi mencapai 120 juta ton per
tahun, diperkirakan batubara di Indonesia dapat diproduksi selama 41,43 tahun.
Menyadari hal tersebut, Pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan di bidang
pengembangan sumber energi alternatif pada awal tahun 2006 dalam kebijakan tersebut,
Pemerintah ingin mendorong peran dunia usaha dalam pengembangan bahan bakar alternatif
sebagai substitusi terhadap bahan bakar minyak. Salah satu yang diinginkan oleh Pemerintah
adalah pengembangan batu bara cair.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses reaksi hidrogenasi yang terjadi pada proses pembuatan amoniak ?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Pengertian Hidrogenasi
Hidrogenasi adalah istilah yang merujuk pada reaksi kimia yang menghasilkan
adisi hidrogen (H2). Proses ini umumnya terdiri dari adisi sepasang atomhidrogen ke
sebuah molekul. Penggunaan katalis diperlukan agar reaksi yang berjalan efisien dan
dapat digunakan; hidrogenasi non-katalitik hanya berjalan dengan kondisi temperatur
yang sangat tinggi.Pada hidrogenasi terjadi proses pengubahan jumlah ikatan rangkap
dalam suatu asam lemak oleh gas hidrogen (H2). Dengan hidrogenasi, terjadi
penambahan atom hidrogen ke dalam ikatan rangkap asam lemak sehingga jumlah ikatan
rangkap tersebut berkurang atau ikatan rangkapnya terlepas. Perubahan jumlah ikatan
rangkap akan mengarah pada perubahan sifat fisik dan kimia minyak. Reaksi balik atau
pelepasan hidrogen dari sebuah molekul disebut dehidrogenasi.

Gambar 2.1 Reaksi Hidrogenasi


Hidrogenasi adalah istilah yang merujuk pada reaksi kimia yang menghasilkan adisi
hidrogen (H2). Proses ini umumnya terdiri dari adisi sepasang atomhidrogen ke sebuah
molekul. Hidrogenasi merupakan reaksi hidrogen dengan senyawa organik. Reaksi ini
terjadi dengan penambahan hidrogen secara langsung pada ikatan rangkap dari molekul
yang tidak jenuh sehingga dihasilkan suatu produk yang jenuh. Penggunaan katalis
diperlukan agar reaksi yang berjalan efisien dan dapat digunakan, hidrogenasi nonkatalitik hanya berjalan dengan kondisi temperatur yang sangat tinggi. Hidrogen beradisi
ke ikatan rankap dua dan tiga hidrokarbon. Oleh karena pentingnya hidrogen, banyak
reaksi-reaksi terkait yang telah dikembangkan untuk kegunaannya. Kebanyakan
hidrogenasi menggunakan gas hidrogen (H2), namun ada pula beberapa yang
menggunakan sumber hidrogen alternatif, proses ini disebut hidrogenasi transfer. Reaksi
balik atau pelepasan hidrogen dari sebuah molekul disebut dehidrogenasi. Reaksi di
mana ikatan diputuskan ketika hidrogen diadisi dikenal sebagai hidrogenolisis.
Hidrogenasi berbeda dengan protonasi atau adisi hidrida, pada hidrogenasi, produk yang

dihasilkan mempunyai muatan yang sama dengan reaktan.Substrat dari hidrogenasi


tercantum dalam table berikut :
Tabel 1. Substrat Hidrogenasi
Alkena, R2C = CR2
Alkuna, RCCR
Aldehida, RCHO
Keton, R2CO
Ester, RCO2R
Imina, RRCNR
Amida. RC (O) NR2
Nitril, RCN
Nitro, RNO2

Alkana, 2R2 CHCHR


Alkena, cis-RHC = CHR
Alcohol utama, RCH2OH
Sekunder alcohol, R2CHOH
Dua alcohol, RCH2OH, ROH
Amina, RRCHNHR
Amina, RCH2NR2
Imina, RHCNH
Amina, RNH2

2.2 Katalisator dalam Proses Hidrogenasi


Umumnya, tidak ada reaksi antara H2 dengan senyawa organik yang terjadi di bawah
480C terjadi antara H2 tanpa adanya katalis logam. Katalisator untuk proses hidrogenasi
adalah platina, palladium dan nikel, dimana platina dan palladium membentuk katalis
yang sangat aktif, yang dapat mengkatalis pada suhu dan tekanan rendah. Tetapi
berdasarkan pertimbangan ekonomis, hanya nikel yang umum digunakan sebagai
katalisator hidrogenasi walaupun nikel dapat mengkatalis pada suhu yang lebih tinggi
dari platina dan palladium.
Katalis hidrogenasi digolongkan menjadi dua, yaitu katalis homogen dan katalis
heterogen. Katalis homogen larut dalam pelarut yang berisi substrat tak jenuh. Katalis
heterogen adalah berbentuk padat yang tersuspensi di pelarut dengan substrat atau dengan
gas substrat. Nikel mungkin juga mengandung sejumlah kecil Al dan Cu yang berfungsi
sebagai promoter dalam proses hidrogenasi minyak.

2.3 Macam-macam Hidrogenasi


a. Hidrogenasi transfer

Proses hidrogenasi umumnya memanfaatkan gas hidrogen, namun ada juga yang
menggunakan sumber lain yang memiliki atom hidrogen di dalamnya. Namun
tujuannya sama, yaitu: menambahkan atom hydrogen dalam suatu senyawa.
b. Hidrogenasi Minyak
Proses hidrogenasi minyak membuat mengerasnya tanaman dan ikan yang diturunkan
minyak, yang memungkinkan mereka untuk menjadi pengganti efektif untuk lemak
hewani.
c. Hidrogenasi Etena
Etena bereaksi dengan hydrogen pada suhu sekitar 150C dengan adanya sebuah
katalis nikel (Ni) yang halus.Reaksi ini menghasilkan etana. Reaksi ini tidak begitu
berarti, sebab etena merupakan senyawa yang jauh lebih bermanfaat dibanding etena
yang dihasilkan.
2.4.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hidrogenasi


Hidrogenasi merupakan reaksi yang melibatkan 3 fase yang berbeda yakni minyak
(cair), hidrogen (gas) dan katalis (padat). Reaksi terjadi pada permukaan katalis dimana
minyak dan molekul gas hidrogen diserap kemudian terjadi kontak antara keduanya.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses hidrogenasi antara lain :
a. Suhu
Hidrogenasi berjalan lebih cepat seiring dengan kenaikan suhu operasi. Kenaikan suhu
akan menurunkan kelarutan gas hidrogen dalam minyak namun meningkatkan
kecepatan reaksinya. Oleh karena itu, kenaikan suhu akan meningkatkan selektivitas,
pembentukan trans isomer dan kecepatan reaksi yang menghasilkan kurva SFC yang
curam. Karena reaksi hidrogenasi merupakan reaksi eksotermis, maka penurunan 1
(satu) iodine value akan menaikkan suhu reaksi sebesar 1,6 oC hingga 1,7 oC.
Kenaikan suhu ini akan mempercepat reaksi hingga dicapai titik optimum. Suhu
optimum beragam untuk tiap produk, namun sebagian besar minyak mencapai titik
optimumnya pada suhu maksimum 230 oC hingga 260o C.
b. Tekanan
Hidrogenasi edible fats dan oil dilakukan pada tekanan antara 0,8 hingga 4 atm. Pada
tekanan rendah, gas hidrogen yang terlarut dalam minyak tidak dapat menyelimuti

permukaan katalis sedangkan pada tekanan tinggi, gas hidrogen telah siap untuk
menjenuhkan ikatan rangkap minyak.
c. Agitasi atau pengadukan
Fungsi utama dari agitasi adalah untuk menyuplai hidrogen terlarut pada permukaan
katalis, tapi massa reaksi tersebut harus pula diaduk agar terjadi distribusi panas
ataupun pendinginan sebagai kontrol suhu dan distribusi suspensi katalis dalam
minyak sebagai penyeragaman reaksi.
d. Konsentrasi katalis
Kecepatan reaksi hidrogenasi meningkat seiring dengan peningkatan jumlah katalis
hingga suatu titik.Peningkatan kecepatan reaksi tersebut disebabkan oleh peningkatan
permukaan aktif dari katalis. Titik maksimum tercapai karena pada kadar sangat
tinggi, hidrogen tidak mampu terlarut cukup cepat untuk menyuplai jumlah katalis
yang tinggi.
e. Jenis katalis
Katalis adalah suatu bahan kimia yang dapat meningkatkan laju suatu reaksi tanpa
bahan tersebut menjadi ikut terpakai; dan setelah reaksi berakhir, bahan tersebut akan
kembali ke bentuk awal tanpa terjadi perubahan kimia. Penggunaan katalis dapat
menurunkan tingkat aktivasi energi yang dibutuhkan, membuat reaksi terjadi lebih
cepat atau pada suhu yang lebih rendah.Pemilihan katalis memiliki pengaruh yang
cukup kuat terhadap kecepatan reaksi, selektivitas dan isomerisasi geometris.Jenis
high-selectivity catalyst memungkinkan penggunanya untuk mengurangi asam
linolenat tanpa menghasilkan asam stearat berlebih, sehingga diperoleh produk
dengan oxidative stability yang baik dan bertitik leleh rendah.Contohnya, katalis
copper-chromite telah digunakan dalam hidrogenasi selektif dari asam linolenat
menjadi asam linoleat dalam minyak kedelai agar diperoleh produk flavor-stable
salad oil.
f. Catalyst poison
Refined oil dan gas hidrogen dapat mengandung pengotor yang dapat meracuni atau
memodifikasi katalis. Racun (poison) tersebut mengurangi konsentrasi katalis
sehingga dapat mengubah selektivitas, isomerisasi dan kecepatan reaksi. Gas
hidrogen bisa mengandung gas CO, H2S atau amoniak sedangkan refined oil bisa
mengandung sabun, senyawa sulfur, fosfatida, asam lemak bebas (FFA) ataupun

senyawa lain yang dapat mengubah katalis. Pengotor sulfur misalnya, terutama
mempengaruhi aktivitas yang mempercepat isomerisasi dengan menghambat
kapasitas dari katalis nikel untuk menyerap dan memecah hidrogen. Fosfor dalam
bentuk fosfatida dan sabun mempengaruhi selektivitas dengan menutup tempat masuk
pada pori katalis yang mencegah keluarnya trigliserida dengan tingkat kejenuhan
yang lebih tinggi. Moisture dan asam lemak bebas merupakan deactivator yang dapat
mengurangi kecepatan reaksi hidrogenasi karena bereaksi secara kimia dengan katalis
membentuk nickel soaps.
g. Katalis logam mulia.
Logam mulia seperti platinum, palladium, ruthenium, rhodium, Au, Ag, baik tunggal
atau kombinasi merupakan jenis katalis yang banyak dipergunakan sebagai
katalis.Keuntungan penggunaan katalis logam mulia karena memiliki tingkat aktivitas
yang tinggi, selektifitas yang baik, dan daya tahan yang baik sehingga jangka waktu
penggantiannya lama.
1) Platinum: merupakan katalis logam mulia yang paling banyak dipergunakan.
Katalis ini memiliki aktivitas yang tinggi dalam proses hidrogenasi,
dehidrogenasi, oksidasi, dll. Ruthenium: katalis ruthenium memiliki aktivitas
yang tinggi dalam hidrogenasi senyawa karbonil alifatik dan cincin aromatik
pada kondisi medium tanpa reaksi sampingan. Rhodium: merupakan katalis
yang memiliki aktivitas tinggi dalam hidrogenasi senyawa aromatik. Katalis
ini menghidrogenasi banyak senyawa aromatik pada suhu ruang dan tekanan
normal.
2) Iridium: meskipun katalis iridium memiliki aktivitas yang rendah dan aplikasi
yang terbatas mengingat kelangkaannya, katalis ini mulai mendapat perhatian
karena sifat reaksinya yang unik. Logam-logam lain seperti Sn, Pb, Ni, Co, Ge
digunakan

sebagai

promotor.Logam-logam

ini

dilapisi

berbagai

carrier/pembawa seperti alumina, silica, zeolit dan karbon.


h. Bentuk Katalis.
Selain tergantung pada bahan katalitik, bahan promotor dan bahan pembawa (carrier),
efektifitas fungsi katalitik juga ditentukan oleh bentuk dan ukuran katalis. Katalis
dapat berbentuk pellet, granular, sarang lebah, atau serat agar memiliki kinerja yang
optimum disesuaikan dengan tahapan proses produksi yang dijalani.
i. Sumber minyak

Selektivitas hidrogenasi bergantung pada jenis asam lemak tak jenuh yang tersedia
dan jumlah asam lemak tak jenuh per trigliserida.
Dari variabel proses di atas, dapat dilihat bahwa kecepatan reaksi meningkat sejalan
dengan peningkatan suhu, tekanan, agitasi dan konsentrasi katalis. Selektivitas meningkat
seiring dengan peningkatan suhu dan berakibat sebaliknya seiring dengan kenaikan
tekanan, agitasi dan katalis.Isomerisasi ikatan rangkap meningkat seiring kenaikan suhu
tapi menurun dengan peningkatan tekanan, agitasi dan katalis.Trans isomer juga dapat
terjadi akibat penggunaan kembali (deaktivasi) katalis atau sulfur-poisoned catalyst.
2.5 Amonia
Ammonia ditemukan dalam jumlah kecil di atmosfer, dihasilkan dari penguraian nitrogen
dari sisa-sisa tumbuhan dan hewan,
a. ammonia dan garam ammonium juga sedikit ditemukan pada air hujan,
b. ammonium klorida dan ammonium sulfat banyak ditemukan pada daerah sekitar
gunung berapi,
c. kristal ammonium bikarbonat ditemukan pada kotoran burung didaerah
pentagonia.
Zat yang mengandung ammonia atau senyawanya biasa disebut ammoniacal. Ammonia
merupakan salah satu bahan utama dari pupuk, ammonia dapat langsung digunakan
sebagai pupuk dengan mencampurkan ammonia tersebut dengan air tanpa adanya proses
kimiawi tambahan. Ammonia kadang-kadang ditambahkan pada air minum bersama
dengan klorin menjadi chloroamine sebagai desinfektan.
Ammonia cair digunakan sebagai bahan bakar pada roket. Walaupun tidak sebaik bahan
bakar yang lain, ammonia tidak meniggalkan sisa pada mesin roket dan juga mempunyai
massa jenis yang sama dengan zat pengoksidasi, oksigen cair.
Bahan aditif ammonia digunakan untuk menambah mempertinggi aliran nikotin menuju
aliran darah, sehingga efek dari nikotin bertambah tanpa menambah kandungan nikotin
dalam rokok.

BAB III
PROSES INDUSTRI KIMIA
3.1

Raw Material
Proses pembuatan amonia secara modern yang paling terkenal adalah proser HaberBosch. Tipe produksi ini mengkonversi Produksi ammonia secara modern berbahan
bakugas alam (metana) dan Liquified Petroleum Gas ( propana dan butana).yang
mengandung senyawa propana, butan, atau yang lain menjadi gas hidrogen. Hidrogen
yang diproduksi dari hidrokarbon tersebut kemudian direaksikan dengan nitrogen untuk
menghasilkan amonia.

3.2

Sintesa

1. Tahapan pertama dalam proses Haber-Bosch menghilangkan senyawa belerang dari


bahan baku ammonia. Belerang perlu dipisahkan karena bersifat antikatalis pada
tahapan

berikutnya.

Penghapusan

belerang

dilakukan

dengan

hidrogenasi

(menambahkan hidrogen) sehingga menghasilkan asam sulfida.


H2 + RSH RH + H2S
2. Desulfurasi
Gas alam yang digunakan sebagai bahan baku proses pembuatan amoniak masih
mengandung pengotor berupa sulfur yang dapat meracuni katalis reformer.
Kandungan sulfur dalam gas alam akan dikurangi sampai batas 0,01 ppm di dalam
desulfurizer berisi katalis Co/Mo. Asam sulfida yang terjadi kemudian diserap dan
dihilangkan dengan mengalirkannya melalui oksida dari logam seng sehingga
terbentuk senyawa Seng Sulfida (ZnS) dan uap air.
H2S + ZnO ZnS + H2O
3. Primary reformer
Gas alam keluaran desulfurizer direaksikan dengan di kukus dalam packed tube berisi
katalis nikel (Ni). Produksi ini berupa CO 2, CO, dan H2. Setelah dihilangkan
kandungan belerangnya senyawa karbon kemudian direaksikan dengan katalis untuk
menghasilkan senyawa karbon dioksidan dan gas hidrogen.
CH4 + H2O CO + 3H2

Langkah berikutnya adalah mengkonversi CO menjadi hidrogen (dihasilkan hidrogen


lebih banyak) dan gas sisa karbondioksida
CO + H2O CO2 + H2
Karbon Dioksida kemudian dipisahkan dengan penyerapan dalam larutan etanolamin
atau dengan penyerapan media absorbsi pada lainnya.

4. Secondary reformer
Gas keluaran primary reformer direaksikan dengan udara (21% O 2) di dalam reactor
fixed bed berisi katalis nikel (Ni). Reaksi yang terjadi di dalam reformer ini adalah

5. Shift Converter (SC)


a. High Temperature Shift Converter (HTSC)
Gas keluaran secondary reformer direaksikan dengan kukus reactor unggun/
reactor fluidized satu lapis berisi katalis Fe. Tujuan reaksi di dalam shift converter
ini adalah untuk mereduksikan dungan CO yang dapat menggangu reaksi di
dalam ammonia converter. Reaksi yang terjadi (371oC)adalah:

b. Low Temperature Shift Converter (LTSC)


Didalam LTSC terjadi reaksi yang sama dengan HTSC, hanya saja reaksi
dilangsungkan pada temperature yang lebih rendah (203oC) agar konversi reaksi
tinggi. Reaksi dilangsungkan pada reactor dengan dua lapis unggun katalis. Kadar
CO keluaran LTSC diharapkan kurang dari 0,5%
6. Pemurnian Gas Sintesis (Penghilangan CO2)
a. CO2 Absorber
Gas keluaran LTSC masih mengandung sisa CO2 yang dapat menggangu reaksi
pembentukan amoniak. Sisa CO2 ini direduksi dengan mengontakan gas sintesa
dan Larutan Benfield dalam absorber berupa lapisan unggun. Reaksi yang terjadi :

b. CO2 stripper
CO2 yang terabsorb dalam Larutan Benfield dilucuti oleh kukus dalam kolom
stripper. Absorben yang bebas CO2 akan digunakan kembali di absorber. Reaksi
yang terjadi:

7. Methanator
Sisa CO2 dan CO yang tidak hilang lewat absorber akan dikonversi menjadi metana
dengan bantuan katalis nikel (Ni). Reaksi yang terjadi:

8. Sintesa Amoniak
Sebelum diumpankan dalam ammonia converter, gas sintesa dikompresi terlebih
dahulu. Reaksi yang terjadi di dalam ammonia converter adalah:
Hidrogen yang sudah dihasilkan kemudian direaksikan dengan nitrogen yang berasal
dari udara bebas menghasilkan amonia cair. Tahapan ini dikenal dengan loop sintesis
amonia
9. Proses pendinginan / refrigeration
Amoniak yang terbentuk direfrigenerasi, sehingga terbentuk NH3 cair yang
didistribusikan ke pabrik urea dan ZA sebagai bahan baku
10. Purge Gas Recovery
Proses inidilakukan untuk memperoleh kembali gas gas yang dapat dimanfaatkan
kembali, yaitu: H2 dan amoniak (NH3)

Gambar 3.1 : Diagram Alir Proses pembuatan amoniak


Reaksi di atas bersifat reversibel sehingga berdasarkan prinsip Le Chatelier, kondisi
tekan tinggi dan tempertur rendah diperlukan untuk mengarahkan reaksi agar bergerak ke
kanan (arah hasil amonia). pada temperatur rendah sebenarnya dapat menghasilkan
persentase pembentukan NH3 yang tinggi tetapi reaksi tersebut berlangsung sangat
lambat untuk dapat mencapai kesetimbangan. Oleh karena itu dalam proses pemubatan
aminia diperlukan adanya katalis. Pada praktiknya, kondisi yang digunakan dalam proses
Haber-Bosch adalah pada tekanan 200 atm dan temperatur 380 460 C dengan
menggunakan katalis ion besi (Fe3O4 dicampur dengan KOH) atau osmium.
3.3 Finishing
Hasil akhir yaitu berupa NH3 cair yang didistribusikan ke pabrik urea dan ZA sebagai
bahan baku pembuatan pupuk dll.

DAFTAR PUSTAKA
K, Sianturi. 2012.
Sumatera Utara.

Proses Hidrogenasi Amoniak. Universitas Sumatera Utara,

Sirait. 2010. Pembuatan Urea dari Amonia. Universitas Sumatera Utara, Sumatera
Utara.
Sutrasno. 2009. Amonia. Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai